Anda di halaman 1dari 6

Nama : Asep Peri Setiawan

NIM : 4004150003

IKM Semester VII

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI


RUMAH SAKIT MITRA IDAMAN KOTA BANJAR TAHUN 2018

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan
dilapokan terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering
menyebabkan kematian pada anak usia dibawah lima tahun (balita). Dalam satu tahun
sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini (WHO, 2013)

Didapatkan 99% dari seluruh kematian pada anak balita terjadi di negara
berkembang, sekitar ¾ dari kematian anak terjadi di dua wilayah WHO, yaitu afrika dan
Asia tenggara. (WHO, 2013).

Di negara berkembang seperti Indonesia, diare masih merupakan masalah


kesehatan masyarakat karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi,
terutama untuk anak usia di bawah 5 tahun (Yusuf, 2011). Dilaporkan rata-rata 3 kali
episode diare pada setiap anak balita per tahun di negara berkembang. Meskipun
demikian, pada sebagian daerah dilaporkan terdapat 6-8 episode diare pada setiap
anak balita per tahun (Guandalini, 2012). Sebagian besar kematian disebabkan oleh
dehidrasi (Gunardi et al, 2011).

Survei morbiditas yang dilakukan oleh subdit Diare, departemen kesehatan dari
tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR
penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian luar biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang
masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133
orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%). Sedangkan
tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan
kematian 73 orang (CFR 1,74%).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukan


bahwa penyakit diare merupakan penyebab utama kematian pada balita. Prevalensi
diare tertinggi terdapat pada balita usia 12-23 bulan, diikuti balita usia 6-11 bulan dan
usia 23-45 bulan. Diare lebih sering terjadi pada anak laki-laki (14,8%) dibandingkan
anak perempuan (12,5%) dan prevalensinya lebih tinggi pada balita pedesaan
dibandingkan perkotaan (Depkes RI, 2011). Sebanyak 85% diare pada anak merupaan
diare akut, 10% diare berlanjut, 5% diare persisten (Gunardi et al, 2011).

Dinas kesehatan jawa barat mencatat kasus diare terus meningkat dari 80,90%
pada tahun 2007 menjadi 113,91% pada tahun 2014 (profil dinkes jabar, 2016).
proporsi kematian balita di Jawa Barat sebesar 1,8/1000, angka kematian balita
terendah dikota Bekasi sebesar 0,41/1000 dan angka kematian tertinggi di Kota Banjar
sebesar 8,85/1000.

Masih tingginya kejadian diare pada balita di Kota banjar, bisa dilihat salah
satunya dari data kunjungan poliklinik anak RS. Mitra Idaman yang menunjukan jumlah
kasus diare pada balita yang ditangani pada periode Januari 2018 sampai dengan
Oktober 2018 berjumlah 229 kasus.

Penularan diare dapat dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, kontak tangan langsung dengan tangan
penderita, barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau secara tidak
langsung melalui lalat. Cara penularan ini dikenal dengan istilah 4F, yaitu Finger, Flies,
Fluid, Field (Subagyo & santoso, 2012).
Adapun faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen
diantaranya adalah tidak memberikan ASI secara penuh pada bayi usia 4-6 bulan, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis, serta cara penyapihan yang tidak baik
(subagyo & santoso, 2012). Kejadian diare dapat dicegah dengan memperhatikan air
minum yang aman dan sanitasi yang higienis (WHO, 2013).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


mengenai hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di
Rumah Sakit Mitra Idaman kota Banjar tahun 2018, terutama balita yang berdomisili di
Kota Banjar.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara


sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Rumah Sakit Mitra Idaman
Kota Banjar tahun 2018.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Untuk Mengetahui apakah ada Hubungan antara sumber air minum dengan
kejadian diare pada balita diRumah Sakit Mitra Idaman kota Banjar tahun
2018.
b. Untuk Mengetahui apakah ada Hubungan antara Kualitas Fisik air bersih
dengan kejadian diare pada balita diRumah Sakit Mitra Idaman kota Banjar
tahun 2018.
c. Untuk Mengetahui apakah ada Hubungan antara Kepemilikan Jamban
dengan kejadian diare pada balita diRumah Sakit Mitra Idaman kota Banjar
tahun 2018.
d. Untuk Mengetahui apakah ada Hubungan antara Jenis lantai rumah dengan
kejadian diare pada balita diRumah Sakit Mitra Idaman kota Banjar tahun
2018.
1.3 Perumusan Masalah
1.3.1 Rumusan Masalah Umum
Apakah ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada
balita di Rumah Sakit Mitra Idaman Kota Banjar tahun 2018 .
1.3.2 Rumusan Masalah Khusus
a. Apakah ada Hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada
balita di RS. Mitra Idaman kota Banjar tahun 2018.
b. Apakah ada Hubungan antara Kualitas fisik air bersih dengan kejadian diare
pada balita di RS. Mitra Idaman kota Banjar tahun 2018.
c. Apakah ada Hubungan antara Kepemilikan Jamban dengan kejadian diare
pada balita di RS. Mitra Idaman kota Banjar tahun 2018.
d. Apakah ada Hubungan antara Jenis Lantai Rumah dengan kejadian diare
pada balita di RS. Mitra Idaman kota Banjar tahun 2018.

1.4 Kerangka Konsep

Variabel bebas

Sumber Air Minum Variabel Terikat

Kualitas Fisik air Bersih


Kejadian Diare Pada Balita
Kepemilikan Jamban

Jenis Lantai Rumah


1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survey yang bersifat
observasional dengan metode Cross-Sectional, yaitu suatu penelitian yang dilakukan
dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap
subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian ( Machfoedz
dalam Umiati, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/28419/2/BAB_I.pdf

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/04/diare-masuk-daftar-penyebab-
kematian-terbesar-dunia
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/04/diare-masuk-daftar-penyebab-
kematian-terbesar-dunia

Anda mungkin juga menyukai