Anda di halaman 1dari 4

NAMA : DIAN EKAWATY MOHAMAD

NIM : 717523001
MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN

Judul Penelitian
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Timur”

Hasil Riset dan Hasil Observasi awal di Lapangan


Penyakit diare merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan yang menjadi
masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Menurut WHO dan UNICEF, terjadi sekitar
2 milyar kasus diare dan 1,9 juta anak balita meninggal karena diare di seluruh dunia setiap
tahun. Dari semua kematian tersebut, 78% terjadi di negara berkembang, terutama di wilayah
Afrika dan Asia Tenggara. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyebutkan prevalensi diare
untuk semua kelompok umur sebesar 8 % dan angka prevalensi untuk balita sebesar 12,3 %,
sementara pada bayi, prevalensi diare sebesar 10,6%. Sementara pada Sample Registration
System tahun 2018, diare tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian pada neonatus
sebesar 7% dan pada bayi usia 28 hari sebesar 6%. Data dari Komdat Kesmas periode Januari
- November 2021, diare menyebabkan kematian pada postneonatal sebesar 14%. Data terbaru
dari hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2020, prevalensi diare berada pada angka 9,8%.
Diare sangat erat kaitannya dengan terjadinya kasus stunting. Kejadian diare berulang
pada bayi dan balita dapat menyebabkan stunting. Berdasarkan data Profil Kesehatan
Indonesia 2020, Penyakit infeksi khususnya diare menjadi penyumbang kematian pada
kelompok anak usia 29 hari - 11 bulan. Sama seperti tahun sebelumnya, pada tahun 2020,
diare masih menjadi masalah utama yang meyebabkan 14,5% kematian. Pada kelompok anak
balita (12 – 59 balita), kematian akibat diare sebesar 4,55%.
Berdasarkan hasil data Prevalensi diare berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan untuk
Provinsi Gorontalo sebesar 8,83% dan prevalensi kejadian diare pada balita sebesar 12,60%.
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Target cakupan
pelayanan penderita Diare semua umur (SU) yang datang ke sarana kesehatan adalah 10 %
dari perkiraan jumlah penderita Diare SU (Insidens Diare SU dikali jumlah penduduk di satu
wilayah kerja dalam waktu satu tahun). Tahun 2022 jumlah penderita diare SU yang dilayani
di sarana kesehatan sebanyak 1.443 penderita atau 24,1 % dari target penemuan diare SU di
sarana kesehatan. Insiden diare semua umur secara nasional adalah 270/1.000 penduduk
(Rapid Survey Diare tahun 2015).
Target cakupan pelayanan penderita Diare Balita yang datang ke sarana kesehatan
adalah 10 % dari perkiraan jumlah penderita Diare Balita (Insiden Diare Balita dikali jumlah
Balita di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun).
Dari data register penyakit di Puskesmas Kota Timur, jumlah penderita penyakit diare
berada di peringkat ketiga terbanyak yaitu sebanyak 524 kasus pada tahun 2018, sebanyak
665 kasus pada tahun 2019, sebanyak 341 kasus pada tahun 2020, sebanyak 569 kasus pada
tahun 2021, sebanyak 842 kasus pada tahun 2022, dan sebanyak 642 kasus pada bulan januari
s/d Agustus 2023. Jadi total kasus penyakit diare di wilayah Puskesmas Kota Timur dalam 5
tahun terakhir sebanyak 3.583 kasus.

Jurnal-jurnal yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare :


1. HUBUNGAN SUMBER AIR MINUM DENGAN KEJADIAN DIARE DI PROVINSI
GORONTALO TAHUN 2022
(Nanda Labado dan Ririn Arminsih Wulandari. Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia).
Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu Angka kejadian diare berhubungan dengan
faktor sumber air minum, umur , pendidikan, jenis kelamin dan daerah tempat tinggal.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA
SISWA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN,
INDONESIA TAHUN 2021
(Ilham Ibrahim, Ratu Ayu Dewi Sartika, Triyanti, Tria Astika Endah Permatasari.
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia).
Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu menunjukkan bahwa adanya hubungan antara
frekuensi makan sayuran mentah, dan mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian
diare pada siswa di SDN 01 Karangkamulyan.
3. FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI INDONESIA TAHUN
2021
Andika Agus Iryanto, Tri Joko, dan Mursid Raharjo. Mahasiswa Prodi Megister
Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.
Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu faktor lingkungan seperti sarana air bersih,
sarana jamban, pengelolaan sampah rumah tangga, pengelolaan limbah cair, faktor
pengetahuan ibu, dan personal hygiene merupakan faktor risiko yang menjadi penyebab
kejadian diare pada balita. Kesimpulan penelitan ini adalah terdapat faktor sanitasi yang
buruk, pengetahuan ibu, dan personal hygiene menjadi faktor risiko kejadian diare pada
balita yang harus diperbaiki.
4. KEJADIAN DIARE PADA BALITA DAN FAKTOR RISIKONYA.
Nelyta Oktavianisya, Yasin, Z., & Aliftitah, S. Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi Mataram.
Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu Pemberian ASI Eklusif merupakan faktor
yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian diare. Pemberian ASI Eksklusif
merupakan factor protektif untuk kejadian diare pada bayi, sehingga pemberian ASI
Eksklusif menurunkan atau mencegah terjadinya diare pada bayi.
5. PEMBERIAN EDUKASI KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN DIARA PADA
ANAK DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESAN AGUNG KOTA
MATARAM, NTB TAHUN 2020.
Indah Wasliah, Syamdarniati Syamdarniati, Danul Aristiawan. STIKes Yarsi Mataram,
Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu Dengan pelaksanaan edukasi kesehatan yang
tepat dan terjadual, Orang tua mendapatkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman
tentang penyakit diare lebih dari 75%.
6. DIARE AKUT PADA ANAK YANG DI SEBABKAN OLEH INFEKSI TAHUN 2021.
Arvin Leonard Sumadi Jap, Ariani Dewi Widodo. RSAB Harapan Kita, Jakarta,
Indonesia
Tujuan dari jurnal ini yaitu memberikan pengetahuan mengenai etiopatogenesis dan
tata laksana diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Perbaikanhygienedan sanitasi
lingkungan penting untuk mencegah diare akut pada anak. Pemberian cairan
rehidrasi oral dengan osmolaritas rendah efektif dalam mengurangi durasi dan
frekuensi diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang dan mengurangi tingkat kematian
yang disebabkan oleh diare akut
7. HUBUNGAN POLA KONSUMSI JAJAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA
SISWA KELAS III DAN IV TAHUN 2018.
Novia nuraini. Program studi ilmu keperawatan. Sekolah tinggi ilmu kesehatan insan
cendekia medika Jombang.
Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu ada hubungan antara pola konsumsi jajan
dengan kejadian diare pada anak sekolah dasar.
8. HUBUNGAN PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE BALITA DI
PUSKESMAS PAHANDUT KOTA PALANGKARAYA TAHUN 2022.
Nurul Huda. Fakultas ilmu kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu Perilaku ibu dalam mencuci tangan, memasak
air, dan sterilisasi botol susu berhubungan dengan kejadian diare balita di Puskesmas
Pahandut Kota Palangkaraya.
9. HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA TAHUN
2022
Ma’rifatul Khoiroh. Program studi ilmu keperawatan. Fakultas Ilmu kesehatan.
Universitas dr. SOEBANDI 2022.
Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu Ada hubungan status gizi dengan kejadian
diare pada balita. Status gizi baik pada balita mampu membangun sistem imun yang kuat
dan dapat mencegah diare, balita yang memiliki status gizi buruk mengakibatkan
terjadinya diare menjadi lebih berat, lebih lama dan sering. Orang tua dapat memperbaiki
status gizi balita dengan cara memberikan asupan makanan sesuai dengan gizi seimbang
untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari penyakit terutama diare.
10. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA
BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LINGKAR TIMUR
KOTA BENGKULU TAHUN 2018.
Meri Vilanda Putri. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bengkulu.
Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu Hampir sebagian besar responden penelitian
dengan pengetahuan baik, sebagian besar dengan sikap mendukung, hampir sebagian
besar responden diberikan ASI eksklusif dan hampir sebagian besar cuci tangan tidak
pakai sabun dan sebagian besar responden tidak mengalami diare, ada hubungan
pengetahuan dengan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan, ada hubungan sikap
dengan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan, ada hubungan ASI Eksklusif dengan
kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan, ada hubungan cuci tangan dengan kejadian
diare pada bayi usia 6-12 bulan, Faktor sikap merupakan faktor yang dominan
berhubungan dengan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan.

Anda mungkin juga menyukai