Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL MINI

Disusun Oleh :

RISKA MAISYURA

NIM :2007201019

1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Diare


Dengan Kejadian Diare Pada balita Di Desa Lancang Barat
2. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Keberhasilan Toilet

Training Pada Hubungan Status Sosial Ekonomi Dengan Kejadian

Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Keberhasilan Toilet

Training Pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) Di Desa lancang barat

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
2023
Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan diare dengan
kejadian diare pada balita di Desa lancang barat
1.1 Latar Belakang
Balita merupakan golongan usia paling rentan terhadap kejadian penyakit
karena sistem imun yang masih dalam proses perkembangan. Salah satu penyakit
yang sering diderita oleh balita yaitu diare. Diare merupakan keadaan dimana
frekuensi BAB lebih dari tiga kali, konsistensi encer, dapat berwarna atau
bercampur lendir (Wong, 2012). Diare disebabkan karena infeksi oleh kuman,
bakteri, virus, parasit perut (cacing) dan alergi makanan. Kejadian diare dapat
disebabkan karena faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor ibu juga berperan
dalam kejadian diare pada balita. Ibu merupakan sosok yang paling dekat dengan balita.
Jika balita terserang diare maka tindakan-tindakan yang ibu ambil akan menentukan
perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya
adalah pengetahuan dan sikap tentang diare. Faktor langsung yang dapat menyebabkan
diare adalah pengetahuan ibu, sikap ibu, riwayat pemberian ASI eksklusif, perilaku cuci
tangan, dan hygiene sanitasi (IDAI, 2015)
Pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian
diare pada Balita, karena semakin luas pengetahuan ibu maka semakin rendah
peluang terkena diare pada balitabegitu pula sebaliknya (Thanniel2021)Menurut
hasil penelitian Hastuty dan Utami (2019)menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan Ibu dengan kejadian diare. Ibu yang pengetahuan
rendah beresiko 4,731 kali lebih besar Balita terserang penyakit diare dari pada
Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2020 Penyakit
diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada anak di bawah lima tahun
dan bertanggung jawab atas kematian 370.000 anak pada. tahun 2019. Ancaman
paling parah yang ditimbulkan oleh diare adalah dehidrasi (WHO, 2020).
Berdasarkan data Profil Kesehatan di Indonesia pada tahun 2018 prevalensi diare
pada balita sebanyak 11,0 %. Pada tahun 2019 prevalesi diare pada balita
mengalami kenaikan sebesar 40,0% dan pada tahun 2020 mengalami penurunan
sebesar 28,9%. Pada tahun 2019 kematiaan akibat diare pada balita sebesar 10,7
% dan pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi sebesar 4,55%.
(RISKESDAS 2018) kelompok usia dengan prevalensi diare berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan tertinggi yaitu kelompok usia 1-4 tahun sebesar 11,5%
dan pada bayi sebesar 9%. Prevalensi diare pada balita berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan 2018 menunjukkan persentasi tertinggi ke-3 di Aceh (13,8%)
setelah Sumatera Utara (14,2%) dan Papua (13,9%)

Berdasarkan data profil kesehatan Aceh (2019), jumlah penderita diare


balita yang dilayani sebanyak 24.690 atau 32% dari perkiraan diare di sarana
kesehatan. Cakupan penanganan diare pada kabupaten/kota di Aceh belum
maksimal, masih banyak terjadinya kasus diare yang belum mendapatkan
pelayanan yang memadaiSalah satu penyebab diare pada masyarakat adalah
perilaku hidup sehat yang belum baik, masih banyak sampah yang dibuang bukan
pada tempatnya dan kebiasaan minum air mentah serta makan yang tidak di
dahului dengan mencuci tangan terlebih dahulu. Cakupan penderita diare yang
ditangani di Kota Lhokseumawe pada tahun 2019 sebesar 46,3% dengan jumlah
penderita diare sebanyak 2.555 kasus dari jumlah perkiraan penderita diare
sebanyak 5.516 kasus

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang pencegahan diare dengan kejadian diare pada balita
1.3 Tujuan

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan diare
dengan kejadian diare pada balita di Desa lancang barat
4. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu tentang pencegahan diare
b. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan ibu tentang
pencegahan diare dengan kejadian diare pada balita di Desa lancang barat
1.4 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional dengan


pendekatan cross sectional .Analitik korelasional adalah rancangan yang bersifat
menjelaskan hubungan antar variable yang dilakukan pada sekumpulan objek
yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan)
yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu

1.5 Populasi Dan Sampel

1.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai anak balita Desa lancang barat Kabupaten Aceh utara
sejumlah 125 responden.
1.5.2 Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sejumlah 50 balita di desa
lancang barat. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive
sampling.

1.6 Instrumen
Instrumen penelitian ini untuk mengukur kuesioner dengan pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal yang
diketahui pengetahuan dan perilaku pencegahan diare pada balita. Kuesioner yang
digunakan penelitian ini adalah kuesioner tertutup

1.7 Pengolahan Data

Menurut Rinnaldi dan Mujianto (2017), data yang telah terkumpul kemudian

diolah dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak yang sesuai adapun cara

pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data yang telah didapat dari hasil

kuisioner.

b. Coding

Coding hasil kuisioner yang diperoleh diklasifikasikan menurut jenisnya kedalam

bentuk yang lebih ringkas setelah diberi skor atau pemberian kode-kode tertentu

sebelum diolah komputer melalui aplikasi perangkat lunak.

c. Entry

Entry proses memasukan data-data yang telah mengalami proses editing dan

coding kedalam alat pengolah data (computer) menggunakan aplikasi perangkat

lunak.

d. Cleaning

Cleaning membersihkan atau mengkoreksi data-data yang sudah diklasifikasikan

untuk memastikan bahwa data tersebut sudah baik dan benar serta siap untuk

dilakukan dianalisa data.

DAFTAR PUSTAKA
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Keberhasilan Toilet Training Pada

Hubungan Status Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di

Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara

1.1 Latar Belakang


Masa balita merupakan periode yang sangat peka terhadap lingkungan
sehingga diperlukanperhatian lebih terutama kecukupan gizinya (Kurniasih,
2010). Masalah gizi stunting pada balita dapat menghambat perkembangan
anak,dengan dampak negatif yang akan berlangsungdalam kehidupan
selanjutnya seperti penurunan intelektual rentan terhadap penyakit tidak
menular,penurunan produktivitas hingga menyebabkan kemiskinan dan risiko
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (UNICEF, 2012)
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada
anak. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari diri anak itu sendiri maupun
dari luar diri anak tersebut. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan
oleh faktor langsung maupun tidak langsung. Kejadian stunting secara tidak
langsung dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, seperti tingkat pendidikan,
pendapatan keluarga, dan ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan
merupakan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan yang
cukup baik segi kuantitas dan kualitas dan keamanannya. Kurang tersedianya
pangan dalam suatu keluarga secara terus-menerus akan menyebabkan
terjadinya penyakit akibat kurang gizi pada keluarga. Status ekonomi keluarga
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pekerjaan orang tua, tingkat
pendidikan orang tua, dan jumlah anggota keluarga. Status ekonomi keluarga
akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan gizi keluarga maupun
kemampuan mendapatkan layanan kesehatan. Anak pada keluarga dengan
tingkat ekonomi rendah lebih berisiko mengalami stunting karena kemampuan
pemenuhan gizi yang rendah meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi
(Fernald dan Neufeld2007)
Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health
Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan
prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional
(SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017
adalah 36,4%. Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi
utama yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi
(PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi
dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan
gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016
yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017 (Kemenkes, 2018)
Prevalensi stunting di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar 2018
(RISKESDAS 2018) sebesar 30,8% terjadi penurunan dari tahun 2013
sebesar 37,2% serta pada tahun 2007 sebesar 36,8%. Pada tahun 2018
prevalensi stunting lebih besar dibanding dengan kasus gizi pada bayi yang
lain semacam gizi kurang baikgizi kurang gizi kurus serta obesitas .
Berdasarkan Profil Kesehatan Aceh tahun 2020, Aceh utara menduduki
peringkat ke-4 angka stunting tertinggi se-Aceh (Dinas Kesehatan Aceh,
2021)Dinas Kesehatan Aceh Besar tahun 2022 menyebutkan jumlah balita
stunting mencapai 4.435 di Kabupaten Aceh utara

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ‘bagaimana

Hubungan Status Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di

Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara’

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Hubungan Status Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita

Di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara

2. Tujuan khusus
a. mengidentifikasi status sosial ekonomi dengan kejadian stunting pada
balita di wilayah kerja puskesmas dewantara
b. mengetahui hubungan status sosial ekonomi dengan kejadian stunting
pada balita di wilayah kerja puskesmas dewantara

1.4 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional dengan


pendekatan cross sectional .Analitik korelasional adalah rancangan yang bersifat
menjelaskan hubungan antar variable yang dilakukan pada sekumpulan objek
yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan)
yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu

1.5 Populasi Dan Sampel

1.5.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2008:115), Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh balita di puskesmas dewantara
1.5.2 Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sejumlah 50 balita di puskesmas
dewantara. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive
sampling.

1.6 Instrumen
Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner dan antropometri yang akan
ditanyakan dan di observasi oleh peneliti kepada responden dalam hal ini adalah
orang tua balita yang berada di wilayah kerja puskesmas dewantara. Antropometri
merujuk pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik
manusia dan Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan bai,
sudah, matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interview (dalam hal
wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan meberikan data-data
tertentu (Surtono2012)

1.7 Pengolahan Data

Menurut Rinnaldi dan Mujianto (2017), data yang telah terkumpul kemudian

diolah dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak yang sesuai adapun cara

pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data yang telah didapat dari hasil

kuisioner.

b. Coding

Coding hasil kuisioner yang diperoleh diklasifikasikan menurut jenisnya kedalam

bentuk yang lebih ringkas setelah diberi skor atau pemberian kode-kode tertentu

sebelum diolah komputer melalui aplikasi perangkat lunak.

c. Entry

Entry proses memasukan data-data yang telah mengalami proses editing dan

coding kedalam alat pengolah data (computer) menggunakan aplikasi perangkat

lunak.

d. Cleaning
Cleaning membersihkan atau mengkoreksi data-data yang sudah diklasifikasikan

untuk memastikan bahwa data tersebut sudah baik dan benar serta siap untuk

dilakukan dianalisa data.

DAFTAR PUSTAKA

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Keberhasilan Toilet Training Pada

Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) Di Desa lancang barat

1.1 Latar Belakang

mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air
besar. Dalam Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk
melatih anak agar melakukan latihan buang air besar dan buang air kecil
pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologismaupun
secara intelektualmelalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu
mengontrol buang air besar dan buang kecil secara mandiri (Hidayat2014)

Toilet training sebagian besar di sebabkan oleh kebiasaan yang


salah dalam buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)Kebiasaan
yang salah dalam mengontrol BAB dan BAK menyebabkan anak tidak
disiplin ,manja, dan anak akan mengalami masalah psikologi. Karena anak
akan merasa berbeda dan tidak dapat secara mandiri mengontrol buang air
besar dan buang air kecil. Masalah yang terjadi pada anak ketika melakukan
toilet training adalah anak merasa takut dengan toilet, sebagian orang tua
tidak membangunkan anaknya pada malam hari untuk buang air kecil
(BAK) sehingga anaknya mengompol. Dan orang tua yang sibuk bekerja
membiarkan anaknya menggunakan diapers daripada membiarkan anak
pergi ke kamar mandi (Hidayat 2011)

Toilet training merupakan salah satu tugas utama orang tua dalam
peningkatan kemandirian tahap perkembangan pada anak usia (2-3
tahun)Dimana pada usia ini anak berada pada tahap awal (anal stage) yaitu
kepuasan anak berfokus pada lubang anusToilet training bertujuan untuk
melatih agar anak mampu mengontrol buang air besar dan buang air
kecilToilet training terdiri dari bowel control (control buang air besar) dan
bladder control (control buang air kecil)Saat yang tepat untuk memulai
melatih anak melakukan Toilet training adalah setelah anak mulai bisa
berjalan (sekitar usia 1-5 tahun)Anak mulai bisa dilatih control buang air
besar setelah 18-24 bulan dan biasanya lebih cepat dikuasai dari pada
control buang air keciltetapi pada umumnya anak bisa melakukan control
buang air besar saat usia sekitar 3 tahun (Maidartati,2018)Choby & George
(2008) mengemukakan bahwa di Amerika serikat usia toilet training telah
meningkat selama empat decade dari usia rata-rata dimulai antara 21 dan 36
bulan menjadi 18 bulanPenguasan keterampilan yang diperlukan untuk
perkembangan toilet training terjadi setelah 24 bulan.Anak perempuan
biasanya menyelesaikan pelatihan lebih awal dari pada anak laki-
lakiAmerican Academy of pediatrics menggabungkan komponen dari
pendekatan anak yang berorientasi ke pedoman toilet training (Dentistry.
2015)
Di Indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30% dari 250 juta
jiwa penduduk Indonesia dan menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) Nasional diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol buang
air besar dan buang air kecil (ngompol) yang sudah diusia sampai
prasekolah mencapai 75 juta anak. Fenomena ini dipicu karena banyak hal,
pengetahuan yang kurang tentang cara melatih BAB dan BAK, pemakaian
popok sekali pakai, hadirnya saudara baru dan masih banyak hal lainnya
(Riblat, 2003 dalam Pusparini dan Arifah, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah

“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Keberhasilan Toilet Training Pada

Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) Di Desa lancang barat’ ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengidentifikasi hubungan peran pola asuh orangtua dengan

keberhasilan toilet training pada anak usia todler (1-3 tahun) di desa lancang

barat

1.3.1 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi po;a asuh orang tua dengan dengan keberhasilan

toilet training pada anak usia todler (1-3 tahun) di desa lancang

2. Mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan keberhasilan toilet

training pada anak usia todler (1-3 tahun) di desa lancang barat

1.4 Desain

Jenis penelitian ini adalah analitik, yaitu untuk mengetahui hubungan

pola asuh orang tua dengan keberhasilan toilet training pada anak usia todler

(1-3 tahun), rancangan yang digunakan adalah cross-sectional study, yaitu

suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk efek diobservasional

sekaligus pada waktu yang sama.

1.5 Populasi

Populasi adalah seluruh unsur atau elemen yang menjadi objek

penelitian. Elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis dalam

penelitian. Populasi merupakan himpunan semua hal yang ingin diketahui

(Masturo & Anggita, 2018), Populasi dalam penelitian adalah seluruh orang

tua yang mempunyai anak usia todler (1-3 tahun) di desa lancang barat

1.6 Sample

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan (Masturo &

Anggita, 2018), sampel dalam penelitian ini adalah anak usia todler (1-3

tahun)
1.7 Instrumen

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar kuesioner dan disusun oleh peneliti atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih

mudah diolah (Notoatmodjo, 2018).

Pada penelitian ini menggunakan angket (kuisioner), untuk mengukur

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Anak

Usia Toddler (1-3 Tahun) Di Desa lancang barat

1. Bagian I Data Demografi

Merupakan data demografi responden terdiri dari karakteristk individu,

meliputi: inisial, jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan

2. Bagian II Kuesioner Pola asuh orsng Tua

Meupakan lembar kuesioner yang berisi mengenai peran orang tua dengan

jumlah pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan dengan pihan jawaban selalu

nilanya 4, sering nilainya 3, kadang-kadang nilainya 2 dan tidak pernah

nilanya 1, dengan hasil ukur mendukung nilanya 41-80 dan tidak

mendukung 1-40.

1.8 Pengolahan Data


Menurut Rinnaldi dan Mujianto (2017), data yang telah terkumpul

kemudian diolah dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak yang sesuai

adapun cara pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data yang telah didapat

dari hasil kuisioner.

b. Coding

Coding hasil kuisioner yang diperoleh diklasifikasikan menurut jenisnya

kedalam bentuk yang lebih ringkas setelah diberi skor atau pemberian

kode-kode tertentu sebelum diolah komputer melalui aplikasi perangkat

lunak.

c. Entry

Entry proses memasukan data-data yang telah mengalami proses editing

dan coding kedalam alat pengolah data (computer) menggunakan aplikasi

perangkat lunak.

d. Cleaning

Cleaning membersihkan atau mengkoreksi data-data yang sudah

diklasifikasikan untuk memastikan bahwa data tersebut sudah baik dan

benar serta siap untuk dilakukan dianalisa data.

Anda mungkin juga menyukai