Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL

Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare Pada
Balita Umur 0-5

Mata Kuliah metodelogi penelitian

Dosen Pembimbing : Ro’isah SKM.,M.Kes

Disusun Oleh : Malinda Fadlilah

(14201.09.17035)

PROGRAM STUDY SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diare adalah suatu penyakit dengan tanda – tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya ferkuensi buang
air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari (Titik, 2016). Diare adalah Frekuensi
buang air besar lebih dari 4 x pada bayi dan lebih dari 3 x pada anak. konsistensi feses
encer ,dapat berwarna hijau , dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (FK
UI,1996,dalam buku Susilaningrum,dkk, 2013).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, diare
merupakan penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak balita (bawah
lima tahun). Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi atau sistem imun yang kurang
baik sangat rentan terserang penyakit diare. Diare sudah membunuh 760.000 anak setiap
tahunnya. Sebagian besar orang diare yang meninggal dikarenakan terjadinya dehidrasi
atau kehilangan cairan dalam jumlah yang besar. Di dunia, terdapat 1,7 miliar kasus diare
yang terjadi setiap tahunnya. Menurut prevalensi yang didapat dari berbagaisumber, salah
satunya dari hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada tahun 2013.

Hasil kegiatan pemantauan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Jawa
Timur melalui hasil survey PHBS tatanan Rumah Tangga tahun 2017 menunjukkan
bahwa Rumah Tangga yang ber PHBS 59,2%. Hal tersebut bila dibandingkan tahun 2017
sebesar 53,82% mengalami kenaikan sebesar 5,38%. Terdapat 4 kabupaten /kota di Jawa
Timur yang masyarakatnya sudah tidak BAB di tempat /terbuka yaitu kabupaten
Pacitan, Magetan, Ngawi, kota Madiun dan kabupaten Madiun. Sedangkan yang terendah
dan masih banyak masyarakat yang buang air besar sembarangan adalah situbondo
(2,94%), kabupaten tuban ( 4,88%), kabupaten Pasuruan ( 6,85%) dan kabupaten
Probolinggo (8,48%).Untuk sanitasi layak masih ada yang dibawah 50% yaitu kabupaten
Situbondo (39,59%) dan kabupaten Nganjuk (25,15%). Hasil kajian PHBS di
Probolinggo mulai tahun 2009 sampai 2013 cenderung meningkat tetapi masih jauh dari
target sekitar 45%. (Dinkes Probolinggo, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti pada bulan maret 2020 di desa Karangbong dari 10 kepala
keluarga yang menerapkan rumah tangga yang ber PHBS diantaranya 7 (70%) dan 3
(30%) tidak menerapkan rumah tangga yang ber PHBS.
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga adalah usaha
untuk mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan rumah tangga ber-PHBS, yang
mencakup 10 indikator yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI
eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah
sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari,
tidak merokok di dalam rumah (Maryunani, 2013). Dalam PHBS telah diatur saat harus
mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar, setelah memegang unggas atau
hewan, setelah batuk atau bersin dan membersihkan hidung, setelah membersihkan
sampah dan setelah bermain di tanah dan lantai. Tangan yang kotor, dapat memindahkan
bakteri dan virus pathogen dari tubuh, faeses atau sumber lain ke makanan (Maryunani,
2013).

Gejala diare yaitu infeksi yang disebabkan oleh berbagai miroorganisme seperti
bakteri, virus dan parasit, yang sebagian besar melalui air yang terkontaminasi oleh tinja.
Infeksi ini lebih sering terjadi ketika ada kekurangan air untuk minum, memasak dan
membersihkan. Sumber air yang terkontaminasi kotoran manusia tersebut dapat berasal
dari air limbah rumah tangga, septi tangki dan jamban. Penyakit diare dapat menyebar
dari orang ke orang, dan dapat diperburuk oleh kebersihan yang rendah. Makanan adalah
penyebab utama diare bila diolah atau disimpan dalam kondisi yang tidak higienis dan air
dapat mengkontaminasi makanan selama pengolahannya. Makanan dan minuman yang
dapat terkontaminasi mikroorganisme yang dibawa oleh serangga atau oleh tangan yang
kotor (Nuraeni, 2012).

Indikator PHBS yang dapat berpengaruh terhadap kejadian diare adalah: Mencuci
tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun salah satu cara pencegahan dan
perlindungan diri terhadap patogen penyakit. Air yang tidak bersih banyak mengandung
kuman dan bakteri penyebab penyakit yang akan berpindah ke tangan saat makan dengan
cepat masuk ke tubuh, sehingga bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan
kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun maka kotoran dan kuman masih
tertinggal di tangan (Pusat Promkes Departemen Kesehatan RI, 2009). Pada penelitian
sebelumnya oleh Almanfaluthi (2015) mengenai pengaruh frekuensi konsumsi makanan
jajanan terhadap kejadian diare dengan nilai p=0.002 yang menunjukkan terdapat
hubungan antara jajanan kaki lima terhadap penyakit diare pada anak. Berdasarkan
penelitian di atas dapat diketahui adanya hubungan antara frekuensi konsumsi makanan
jajanan terhadap kejadian diare. Namun, didalamnya belum ada pengamatan terhadap
hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta kebiasaan jajan dengan kejadian
diare pada balita. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta kebiasaan jajan dengan kejadian diare pada
balita.

Upaya untuk memperdayakan masyarakat dalam peningkatan program PHBS


sangat ditentukan peran dari tenaga kesehatan, karena peran tenaga kesehatan sangat
penting dalam merubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat (Harisnal,
2016). Menurut penelitian sebelumnya peran tenaga kesehatan terhadap perilaku hidup
sehat di tatanan rumah tangga sangatlah penting untuk mengubah perilaku masyarakat
agar menudukung peningkatan derajat kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengetahuan masyarakat yang masih kurang PHBS dapat disebabkan karena
kurangnya informasi yang mereka peroleh serta pendidikan masyarakat yang masing
rendah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu ditingkatkan promosi kesehatan mengenai
PHBS tatanan rumah tangga dengan pemberian sosialisasi, phamplet, spanduk atau media
lainnya. Perbedaan denga penelitian yang saya teliti yaitu lebih berfokus pada PHBS
dalam tatanan lingkungan.
Upaya yang dilakukan agar tercipta PHBS dalam tatanan lingkungan dapat
dilakukan melalui pemberian edukasi atau promosi kesehatan mengenai PHBS kepada
seluruh anggota masyarakat dengan tujuan mampu mengenal masalah kesehatan untuk
memperbaiki pola dan gaya hidup yang lebih sehat serta pendekatan terencana untuk
mencegah penyakit menular yang lain melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh
masyakat luas. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
peran tenaga kesehatan dalam membantu penerapan PHBS ibu dengan kejadian diare
pada balita.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
“apakah ada hubugan PHBS ibu dengan kejadian diare pada balita.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu dengan
kejadian diare pada balita.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi karakteristik responden pada (PHBS) ibu dengan kejadian diare
pada balita
b. Mengetahui gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu dengan kejadian
diare pada balita.
c. Menganalisis hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu dengan
kejadian diare pada balita.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi Keperawatan
Data dan hasil yang diperoleh dapat dijadikan tambahan bahan referensi
diperpustakaan Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong dan untuk menambah wawasan mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan


Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk program kesehatan dalam
mengoptimalkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

1.4.3 Lahan Penelitian


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan masyarakat mengenai
pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sehingga dapat mengubah
perilaku masyarakat sebagai salah satu upaya pencegahan dalam menanggulangi
kejadian diare.
1.4.4 Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare pada
balita.

Anda mungkin juga menyukai