Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare Pada
Balita Umur 0-5
(14201.09.17035)
PROBOLINGGO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil kegiatan pemantauan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Jawa
Timur melalui hasil survey PHBS tatanan Rumah Tangga tahun 2017 menunjukkan
bahwa Rumah Tangga yang ber PHBS 59,2%. Hal tersebut bila dibandingkan tahun 2017
sebesar 53,82% mengalami kenaikan sebesar 5,38%. Terdapat 4 kabupaten /kota di Jawa
Timur yang masyarakatnya sudah tidak BAB di tempat /terbuka yaitu kabupaten
Pacitan, Magetan, Ngawi, kota Madiun dan kabupaten Madiun. Sedangkan yang terendah
dan masih banyak masyarakat yang buang air besar sembarangan adalah situbondo
(2,94%), kabupaten tuban ( 4,88%), kabupaten Pasuruan ( 6,85%) dan kabupaten
Probolinggo (8,48%).Untuk sanitasi layak masih ada yang dibawah 50% yaitu kabupaten
Situbondo (39,59%) dan kabupaten Nganjuk (25,15%). Hasil kajian PHBS di
Probolinggo mulai tahun 2009 sampai 2013 cenderung meningkat tetapi masih jauh dari
target sekitar 45%. (Dinkes Probolinggo, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti pada bulan maret 2020 di desa Karangbong dari 10 kepala
keluarga yang menerapkan rumah tangga yang ber PHBS diantaranya 7 (70%) dan 3
(30%) tidak menerapkan rumah tangga yang ber PHBS.
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga adalah usaha
untuk mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan rumah tangga ber-PHBS, yang
mencakup 10 indikator yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI
eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah
sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari,
tidak merokok di dalam rumah (Maryunani, 2013). Dalam PHBS telah diatur saat harus
mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar, setelah memegang unggas atau
hewan, setelah batuk atau bersin dan membersihkan hidung, setelah membersihkan
sampah dan setelah bermain di tanah dan lantai. Tangan yang kotor, dapat memindahkan
bakteri dan virus pathogen dari tubuh, faeses atau sumber lain ke makanan (Maryunani,
2013).
Gejala diare yaitu infeksi yang disebabkan oleh berbagai miroorganisme seperti
bakteri, virus dan parasit, yang sebagian besar melalui air yang terkontaminasi oleh tinja.
Infeksi ini lebih sering terjadi ketika ada kekurangan air untuk minum, memasak dan
membersihkan. Sumber air yang terkontaminasi kotoran manusia tersebut dapat berasal
dari air limbah rumah tangga, septi tangki dan jamban. Penyakit diare dapat menyebar
dari orang ke orang, dan dapat diperburuk oleh kebersihan yang rendah. Makanan adalah
penyebab utama diare bila diolah atau disimpan dalam kondisi yang tidak higienis dan air
dapat mengkontaminasi makanan selama pengolahannya. Makanan dan minuman yang
dapat terkontaminasi mikroorganisme yang dibawa oleh serangga atau oleh tangan yang
kotor (Nuraeni, 2012).
Indikator PHBS yang dapat berpengaruh terhadap kejadian diare adalah: Mencuci
tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun salah satu cara pencegahan dan
perlindungan diri terhadap patogen penyakit. Air yang tidak bersih banyak mengandung
kuman dan bakteri penyebab penyakit yang akan berpindah ke tangan saat makan dengan
cepat masuk ke tubuh, sehingga bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan
kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun maka kotoran dan kuman masih
tertinggal di tangan (Pusat Promkes Departemen Kesehatan RI, 2009). Pada penelitian
sebelumnya oleh Almanfaluthi (2015) mengenai pengaruh frekuensi konsumsi makanan
jajanan terhadap kejadian diare dengan nilai p=0.002 yang menunjukkan terdapat
hubungan antara jajanan kaki lima terhadap penyakit diare pada anak. Berdasarkan
penelitian di atas dapat diketahui adanya hubungan antara frekuensi konsumsi makanan
jajanan terhadap kejadian diare. Namun, didalamnya belum ada pengamatan terhadap
hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta kebiasaan jajan dengan kejadian
diare pada balita. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta kebiasaan jajan dengan kejadian diare pada
balita.