ABSTRAK
Pendahuluan: Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi yang lebih dari
biasa (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair) dengan atau tanpa
darah dan lendir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare pada balita di IGD RSUD Ruteng. Metodologi: Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan crosssectional. Populasi dalam
penelitian adalah orang tua balita yang menderita diare yang berkunjung ke IGD RSUD
Ruteng dengan sampel 40 orang. Tekhnik sampling
menggunakan purposive sampling. Variabel bebas adalah, pengetahuan, manfaat tindakan,
hambatan yang dirasakan, kemampuan diri, sikap yang berhubungan dengan aktifitas,
kebersihan lingkungan, komitmen, dan variabel terikat adalah kejadian dire. Pengumpulan
data dengan pengisian kuesioner dan rekam medis. Analisis yang digunakan adalah regresi
linier. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan (p=0,004), kebersihan lingkungan
(p = 0,006), manfaat tindakan (p=0,009), hambatan yang dirasakan (p=0,430), komitmen
(p=0,006), keinginan untuk berkompetisi (p=0,007), kemampuan diri (p=0,007), sikap yang
berhubungan dengan aktifitas (p=0,009) berhubungan dengan kejadian diare. Diskusi: Hasil
penelitian membuktikan bahwa variabel independen dapat menyebabkan terjadinya diare
pada balita. Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada orang tua
tentang pemberian oralit untuk balita dengan diare. Kata kunci : diare, manfaat tindakan,
hambatan , kemampuan
ABSTRACT
Introduction : Diarrhea is a condition that is characterized by frequent bowel movements (
> 3 times each day) along with decrease in the form of stool (greater looseness of stool),
with or without blood and mucus. This study aimed to determine the factors correlated with
the incidence of diarrhea in infants in emergency room of RSUD Ruteng. Methods : The
design used in this research was descriptive analysis with cross-sectional approach. The
population was the parents of children under five years old who suffered from diarrhea and
visited emergency room of RSUD Ruteng with 40 children as the sample. This study used
purposive sampling technique. The independent variables were perceived benefit, perceived
barrier, perceived self-efficacy, activity-related affect, commitment, mother’s knowledge,
immediate competing demands and preferences, and situational factors, while the
dependent variable was the incidence of diarrhea. The data were collected by questionnaires
and medical records. This study used linear regression analysis. Result : The result showed
that relationship between knowledge with diarrhea (p=0.004), relationship between
environmental hygiene with diarrhea (p=0.006), relationship between action benefit with
Hasil uji statistik dengan Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
menggunakan uji regresi linier didapatkan regresi didapatkan hasil Sig.(2-tailed)
hasil Sig.(2-tailed) yaitu 0.013 atau nilai yaitu 0.006 atau nilai Sig.(2-tailed) ˂ α.
Sig.(2-tailed) ˂ α. Hasil ini menunjukkan Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya dan H1 diterima, artinya ada hubungan
ada hubungan yang signifikan antara yang signifikan antara komitmen dengan
tingkat kebersihan lingkungan dengan kejadian diare pada balita.
kejadian diare pada balita.
7. Keinginan untuk Berkompetisi
Tabel 5.21 Hubungan antara keinginan PEMBAHASAN
responden (ibu) untuk Pengetahuan ibu dari balita penderita
berkompetisi dengan diare tentang apa itu diare dan beberapa
kejadian diare pada balita di hal lain tentang diare menunjukan bahwa
IGD RSUD Ruteng bulan sebagian besar cukup dan sisanya adalah
Desember 2014 kurang dan baik. Responden yang anaknya
No Keinginan ∑ % mengalami diare akut lebih banyak
untuk dibandingkan dengan yang mengalami
berkompetisi
diare persisten. Hasil uji statistik
1. Baik 1 2.5%
menggunakan regresi linier menunjukan
2. Cukup 24 60.0%
ada hubungan antara pengetahuan ibu dari
3 Kurang 15 37.5%
balita diare dengan kejadian diare yang
Total 40 100% menjelaskan tingkat hubungan sangat
rendah. Ini berarti pengetahuan orang tua
Hasil uji statistik dengan (ibu) yang rendah menyebabkan terjadinya
menggunakan uji regresi linier didapatkan diare akut dan persisten pada balita
hasil Sig.(2-tailed) yaitu 0.008 atau nilai Penelitian ini sama dengan hasil penelitian
Jurnal Pediomaternal 237 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015
yang dilakukan oleh Hajar (2013) yaitu pengetahuan dan kurangnya kemampuan
analisis faktorfaktor yang berhubungan menerima informasi.
dengan kejadian diare pada balita dimana Diare akut adalah diare yang
ada hubungan antara pengetahuan ibu berlangsung kurang dari 14 hari, encer,
dengan terjadinya diare. cair (Depkes,2011). Diare akut disebabkan
Salah satu faktor yang oleh 90% oleh infeksi bakteri dan parasit.
mempengaruhi pengetahuan seseorang Patogenesis diare akut yang disebabkan
adalah pendidikan. Pendidikan oleh bakteri dibedakan menjadi dua yaitu
mempengaruhi proses belajar, makin bakteri non invasif dan bakteri
tinggi pendidikan seseorang makin mudah enteroinvasif. Bakteri non invasif yaitu
orang tersebut menerima informasi, baik bakteri yang memproduksi toksin yang
dari orang lain maupun dari media masa. nantinya tosin tersebut hanya melekat pada
Makin banyak informasi yang masuk maka usus halus dan tidak merusak mukosa.
semakin banyak pula pengetahuan yang Bakteri non invasif memberikan keluhan
didapat tentang penyakit diare diare seperti air cucian beras. Sedangkan
(Notoatmodjo, 2007). bakteri enteroinvasif yaitu diare yang
Pender (Tomey & Alligood, 2006) menyebabkan kerusakan dinding usus
menyatakan bahwa salah satu bagian di berupa nekrosis dan ulserasi. Diare akut
dalam faktor personal adalah pengetahuan. karena infeksi disebabkan oleh masuknya
Pengetahuan dapat mempengaruhi mikroorganisme atau toksin melalui mulut.
komitmen seseorang untuk berperilaku Kuman tersebut dapat melalui air,
kesehatan yang baik. Pengetahuan adalah makanan atau minuman yang
hasil dari tahu yang dapat terjadi setelah terkontaminasi kotoran manusia atau
seseorang melakukan penginderaan hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui
terhadap suatu objek tertentu. Tanpa jari/tangan penderita yang telah
pengetahuan, seseorang tidak mempunyai terkontaminasi ( Suzanna, 2000). Penyakit
dasar untuk mengambil keputusan dan diare pada anak balita sangat berbahaya,
menentukan tindakan terhadap masalah karena dapat menyebabkan kekurangan
kesehatan yang dihadapinya. Pengetahuan cairan dan menyebabkan kematian (
juga merupakan dominan yang sangat Abdurahman, 2010). Faktor-faktor
penting untuk membentuk tindakan penyebab diare akut pada balita ini adalah
seseorang (Notoatmodjo, 2007). Penelitian faktor lingkungan, tingkat pengetahuan
yang dilakukan oleh Santosa (2009), ibu, social ekonomi masyarakat, dan
tentang hubungan tingkat pendidikan ibu makanan atau minuman yang di konsumsi
dengan kejadian diare pada anak, diperoleh (Rusepno, 2008).
hasil bahwa ada hubungan yang signifikan Diare persisten atau kronis, yaitu
dengan tingkat korelasi kuat antara tingkat diare yang berlangsung lebih dari 14 hari,
pendidikan ibu dengan perilaku berat badan turun, demam (Lorraine,
pencegahan diare pada anak, semakin 2013). Diare persisten adalah diare yang
tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki berlangsung lebih dari 14 hari dimana
semakin baik pula perilaku pencegahan infeksi adalah sebagai penyebabnya atau
terhadap penyakit diare. Menurut Khalili diare kronik yang disebabkan infeksi
(2006) menjelaskan pendidikan orang tua (WHO 1988). Gordon dan Taylor
adalah faktor yang sangat penting dalam mengatakan adannya hubungan timbal
keberhasilan manajemen diare pada anak. balik antara infeksi dan nutrisi, infeksi
Orang tua dengan tingkat pendidikan akan menyebabkan gangguan nutrisi
rendah, khususnya buta huruf tidak akan dimana berkurangnya intake kalori dan
dapat memberikan perawatan yang tepat absorbsi intestinal, meningkatnya
pada anak diare karena kurang katabolisme dan kebutuhan nutrient untuk
Jurnal Pediomaternal 238 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015
pertumbuhan dan sintesa sel. Sebaliknya pemberian ASI serta makanan pendamping
kekurangan nutrisi akan menyebabkan ASI, pengenalan susu non ASI/
meningkatnya risiko infeksi oleh karena penggunaan susu botol. Studi yang
berkurangnya kemampuan proteksi kulit dilakukan di Bangladesh menunjukkan
dan mukosa disamping terganggunya bahwa rata-rata usia anak penderita diare
fungsi imun dari host. Faktor resiko persisten adalah 10,7 bulan. Hasil studi ini
tersebut adalah usia penderita, karena diare sama pada penelitian ini dimana terlihat
persisten ini umumnya terjadi pada tahun bahwa yang mengalami diare persisten
pertama kehidupan dimana pada saat itu semuanya berusia dibawah 10,7 bulan.
pertumbuhan dan pertambahan berat badan Dari hasil penelitian ini menunjukan
bayi berlangsung cepat. Berlanjutnya bahwa pengetahuan seseorang sangat
paparan etiologi diare akut seperti infeksi mempengaruhi segala hal yang dia tahu dan
Giardia yang tidak terdeteksi dan infeksi bisa dia terima secara intelektual. Dengan
shinggella yang resisten ganda terhadap adanya pengetahuan yang baik maka dapat
antibiotik dan infeksi sekunder karena mempengaruhi perilaku individu menjadi
munculnya C. Defficile akibat terapi lebih baik, dimana dengan pengetahuan
antibiotika. Infeksi oleh mikro organisme akan membuat individu dapat membedakan
tertentu dapat menimbulkan bakteri antara hal yang baik dan tidak baik,
tumbuh lampau yang menyebabkan begitupun sebaliknya. Faktor pengetahuan
kerusakan mukosa usus karena hasil tidak akan berdiri sendiri tanpa didukung
metaboliknya yang bersifak toksik, oleh adanya pendidikan yang baik.
sehingga terjadi gangguan penyerapan dan Sehingga pendidikan juga akan sangat
bakteri itu sendiri berkompetisi mempengaruhi cara seseorang dalam
mendapatkan mikronutrien. Gangguan gizi menerima atau mengadopsi suatu ilmu atau
yang terjadi sebelum sakit akan bertambah pengetahuan yang baru. Bila di hubungkan
berat karena berkurangnya masukan dengan usia maka bisa dilihat responden
selama diare dan bertambahnya kebutuhan lebih banyak yang usianya tergolong
serta kehilangan nutrien melalui usus. dewasa muda dan dewasa akhir yaitu
Gangguan gizi tidak hanya mencakup rentang antara 31-40 tahun. Usia adalah
makronutrien tetapi juga mikronutrien umur individu yang terhitung mulai saat
seperti difisiensi Vitamin A dan Zinc. dilahirkan sampai saat berulang tahun,
Faktor resiko lain berupa pemberian jenis semakin cukup umur tingkat kematangan
makanan baru dan menghentikan dan kekuatan seseorang maka akan
pemberian makanan selama diare akut, seseorang tersebut akan lebih matang
menghentikan atau tidak memberikan ASI dalam berfikir (Depkes, 2013).
sebelum dan selama diare akut dan Gambaran bahwa pengetahuan ibu yang
pemberian PASI selama diare akut. kurang dan pengetahuan ibu yang cukup
Menurut penelitian Hazel (2013), faktor- memperlihatkan masih banyaknya ibu dari
faktor risiko terjadinya diare persisten balita penderita diare yang tidak pernah
yaitu : bayi berusia kurang atau berat badan mendapatkan penyuluhan tentang diare,
lahir rendah (bayi atau anak dengan dan sebagian besar dari mereka tidak
malnutrisi, anak-anak dengan gangguan mengetahui tentang faktor-faktor
imunitas), riwayat infeksi saluran nafas, penyebab diare. Sehingga secara langsung
ibu berusia muda dengan pengalaman yang maupun tidak langsung rendahnya
terbatas dalam merawat bayi,tingkat pemahaman ibu balita penderita diare dan
pendidikan dan pengetahuan ibu mengenai keluarganya tentang diare dapat
higienis, kesehatan dan gizi, baik mempengaruhi terjadinya diare
menyangkut ibu sendiri ataupun bayi,
pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam
Jurnal Pediomaternal 239 Vol. 3 No. 2 April—Oktober 2015
Manfaat tindakan sangat penting Pender (2002) menyatakan bahwa
dalam menekan peningkatan jumlah pasien perilaku individu sebelumnya mempunyai
balita yang berkunjung ke IGD RSUD pengaruh langsung dan tidak langsung
Ruteng. Dari data jawaban responden yang dalam pelaksanaan perilaku promosi
menunjukkan bahwa persepsi responden kesehatan, termasuk didalamnya perilaku
terhadap manfaat tindakan pada balita mencuci tangan pada ibu sebelum
diare lebih banyak dalam kategori cukup, memberikan makan pada anak. Bila ibu
sisanya adalah kurang dan tidak ada yang sebelumnya mempunyai perilaku mencuci
memiliki persepsi yang baik. Hasil uji tangan yang baik maka dapat mencegah
statistik dengan menggunakan regresi terjadinya penyakit, hal ini juga
menunjukan hubungan yang signifikan dipengaruhi oleh persepsi ibu terhadap
antara manfaat tindakan dengan kejadian manfaat dari perilaku tersebut.
diare pada balita yang menjelaskan tingkat Rendahnya persepsi responden (ibu)
hubungan sedang. Hal ini berarti terhadap manfaat tindakan pencegahan
rendahnya persepsi ibu tentang manfaat diare dapat terjadi karena dipengaruhi oleh
tindakan menyebabkan terjadinya diare berbagai faktor. Salah satu faktor yang
pada balita. Dalam teori HPM menurut mempengaruhinya adalah tingkat
Pender (2002) menyatakan bahwa persepsi pendidikan yang umumnya berpendidikan
manfaat tindakan (perceived benefits of SD. Hasil analisis hubungan antara
action) sangat mempengaruhi perilaku pengetahuan ibu dengan kejadian diare
kesehatan seseorang terhadap munculnya didapatkan bahwa anak yang mengalami
suatu masalah kesehatan. Manfaat diare lebih banyak memiliki ibu dengan
tindakan merupakan persepsi positif atau tingkat pengetahuan cukup dan kurang.
keuntungan yang menguatkan individu Persepsi manfaat tindakan responden yang
untuk melakukan perilaku kesehatan rendah akan mempengaruhi komitmen
tertentu (Pender, 2011). Kesadaran akan responden untuk melakukan tindakan
manfaat tindakan merupakan hasil positif pencegahan diare. Orang yang memiliki
yang diharapkan dari perilaku sehat tingkat pendidikan lebih tinggi lebih
individu. Keuntungan dari berperilaku berorientasi pada tindakan preventif,
menjaga kebersihan diri maupun mengetahui lebih banyak tentang masalah
lingkungan, memenuhi gizi sesuai kesehatan dan memiliki status kesehatan
kebutuhan, mencegah penyakit adalah yang lebih baik. Sedangkan penelitian yang
tetap sehat dan hidup lebih lama (Strolla, dilakukan oleh Santosa (2009), tentang
Gans & Risica,2006). hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
Dari item pertanyaan tentang manfaat kejadian diare pada anak diperoleh hasil
tindakan pencegahan diare kebiasaan ibu bahwa ada hubungan yang signifikan
mencuci tangan sebelum memberikan dengan tingkat korelasi kuat antara tingkat
makan pada anak dengan kejadian diare pendidikan ibu dengan perilaku
pada penelitian ini menunjukkan ibu pencegahan diare pada anak, semakin
memiliki persepsi yang kurang tentang tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki
pentingnya manfaat tindakan mencuci semakin baik pula perilaku pencegahan
tangan sebelum memberikan makanan anak terhadap penyakit diare. Konstruksi
dan sebelum mennyiapkan makanan untuk manfaat yang dirasakan adalah pendapat
seluruh anggota keluarga. Perilaku hidup seseorang dari nilai atau kegunaan dari
bersih penting dilakukan, perilaku cuci suatu perilaku baru dalam mengurangi
tangan ibu yang tidak memenuhi syarat risiko pengembangan penyakit. Orang-
kesehatan berpotensi untuk meningkatkan orang cenderung mengadopsi perilaku
risiko terjadinya diare pada anak. sehat ketika mereka percaya perilaku baru