Anda di halaman 1dari 26

Data Lengkap Penyakit Disentri Di Indonesia!

Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai darah atau lendir. Diare
merupakan buang air besar encer dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya. Di samping diare,
gejala disentri lainnya meliputi kram perut, mual atau muntah, serta demam.

Disentri merupakan penyakit yang sangat umum terjadi, terutama jenis disentri basiler. Penyakit ini bisa
muncul sepanjang tahun di Indonesia.

Jumlah pasti penderita disentri tidak diketahui karena selain penyakit ini belum tercatat secara resmi,
kebanyakan penderita juga merawat diri di rumah tanpa berkonsultasi dengan dokter. Sanitasi yang
buruk dan keterbatasan air bersih, terutama di daerah yang padat penduduknya, bisa meningkatkan
risiko penyebaran penyakit ini. Selain itu, faktor risiko disentri yang kuat di Indonesia adalah kontaminasi
pada makanan dan minuman.

WHO menyebutkan bahwa sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada anak di bawah usia 5
tahun adalah disentri. Adapun hasil survei evaluasi di Indonesia pada tahun 1989-1990 juga
menunjukkan angka kejadian yang sama. Disentri menjadi penyebab panting pada kesehatan dan
kematian yang dikaitkan dengan diare.

Di dunia sekurangnya 200 juta kasusdan 650.000 kematian terjadi akibat disentri basiler pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler ditemukan di Negara berkembang
dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba hampir menyebar di seluruh dunia
terutama di Negara yang berkembang yang berada didaerah tropis.

Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, hygiene individu, sanitasi lingkungan dan keadaan sosial
ekonomi serta cultural yang menunjang. Penyakit ini biasa menyerang anak dengan usia lebih dari 5
tahun. Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi di dunia.

Prevalensi yang tinggi mencapai 50% di Asia, Afrika, dan Amerika selatan. Sedangkan pada Shigella di
Amerika serikat menyerang 150.000 kasus dan di Negara-negara yang berkembang Shigella flexeneri dan
S. dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per tahun.
Penyebab Penyakit Disentri

Penyebab utama penyakit disentri tentunya adalah tidak terjaganya kebersihan sanitasi atau air bersih.
Maka banyak sekali penderita disentri di tempat dengan kepadatan penduduk tinggi, air bersih terbatas,
dan banyak kontaminasi yang masuk ke dalam makanan dan minuman. Penderita disentri biasanya
meremehkan penyakit ini dan tidak menghubungi dokter karena dianggap sebagai diare biasa.

Penyakit disentri sendiri sebetulnya dapat dibagi menjadi dua berdasarkan mikroorganisme
penyebabnya. Terdapat disentri yang disebabkan oleh bakteri shigella, yang kemudian disebut dengan
disentri basiler atau sigelosis. Bakteri Shigella yang dapat menyebabkan disentri ada 4 jenis, yaitu S.
sonnei, S. flexneri, S. boydii, dan S. dysenteriae.

Disentri basiler ini merupakan yang paling banyak diderita orang, diperkirakan ada sekitar 120 juta kasus
disentri yang mayoritasnya diderita oleh balita, menurut data dari WHO.

Sementara itu, ada pula penyakit disentri yang disebabkan oleh amuba Entamoeba histolytica, juga
banyak menyerang penduduk negara tropis karena parasit bersel satu yang memasuki sistem
pencernaan. Disentri jenis ini dinamakan dengan disentri amoeba atau amoebiasis.

Pada disentri amoeba, parasit akan membentuk semacam kista yang terlindungi dari perlindungan alami
tubuh asam lambung, sehingga dapat mencapai usus dengan kondisi masih hidup. Setelah itu, pelapis
amoeba akan pecah dan amoeba di dalamnya akan menyebabkan infeksi.

Dari kedua jenis disentri tersebut, baik disentri basiler maupun disentri amoeba terjadi karena
lingkungan yang kurang bersih juga akibat kontaminasi pada makanan. Apalagi jika ketika mengolah
makanan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, yang bisa saja tangan selesai digunakan untuk
mencebok.

DISENTRI

By : Muhammad Angga Amsalta (10101001012)


RESUME

Disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini ditandai dengan sakit perut
dan buang air besar encer secara terus-menerus (diare) yang bercampur lendir, nanah, dan
darah.Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disentri amuba dan
disentri basiler. Disentri amuba disebabkan oleh infeksi parasit Entamoeba histolytica dan disentri basiler
disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella.Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan
dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga
yang hidup di tempat yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan
menyebar di setiap tempat yang dihinggapi.

Bakteri masuk ke dalam organ pencernaan mengakibatkan pembengkakan hingga menimbulkan luka
dan peradangan pada dinding usus besar. Inilah yang menyebabkan kotoran penderita sering kali
tercampur nanah dan darah. Gejala yang akan dialami penderita disentri biasanya berupa mencret dan
perut mulas, bahkan sering kali penderita merasakan perih di anus akibat terlalu sering buang air.

Serupa dengan penanganan penyakit gangguan pencernaan lainnya, penderita disentri harus segera
mendapat asupan cairan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Dalam keadaan darurat, dehidrasi ringan
dapat diatasi dengan pemberian oralit. Jika cairan yang hilang tidak segera tergantikan, dapat
menyebabkan kematian pada penderita.

BAB I

PENDAHULUAN EPIDEMIOLOGI DISENTRI

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di
colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri,yakni: 1) sakit di perut
yang sering disertai dengan tenesmus,2) berak-berak meperet, dan 3) tinja mengandung darah dan
lendir1. Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri
tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya1.ltulah sebabnya pada akhir-akhir ini
nama diare invasif lebih disukai oleh para ahli1.

Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua yaitu disentri amuba dan disentri
basiler2. Penyebab yang paling umum yaitu adanya infeksi parasit Entamoeba histolytica yang
menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri
basiler2.

Shigellosis adalah endemik di seluruh dunia di mana dia bertanggung jawab untuk sekitar 120 juta
kasus disentri yang parah dengan darah dan lendir dalam tinja, mayoritas terjadi di negara berkembang
dan melibatkan anak-anak kurang dari lima tahun. Sekitar 1,1 juta orang diperkirakan meninggal akibat
infeksi Shigella setiap tahun, dengan 60% dari kematian yang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun3.
Dengan tidak adanya vaksin yang efektif yang tersedia, peningkatan frekuensi antimikroba-tahan strain
Shigella di seluruh dunia telah menjadi sumber utama keprihatinan3.Selama survei dari 600.000 orang
dari segala usia di Bangladesh, Cina, Pakistan, Indonesia, Vietnam dan Thailand, Shigellas terisolasi di 5%
dari episode diare 60 000 terdeteksi antara 2000 dan 2004 dan sebagian besar isolat bakteri resisten
terhadap amoksisilin dan kotrimoksazol3. Demikian pula, selama penelitian surveilans 36-bulan di
sebuah distrik pedesaan di Thailand, di mana kejadian Shigellosis diukur untuk 4/1000/year dalam waktu
kurang dari 5 tahun usia, 95% dari S sonnei dan flexneri S isolat resisten terhadap tetrasiklin dan
kotrimoksazol, dan 90% dari isolat S flexneri juga resisten terhadap ampisilin dan kloramfenikol3.
Temuan serupa dibuat di Jakarta Utara, Indonesia, dimana sebuah penelitian surveilans yang dilakukan
antara Agustus 2001 dan Juli 2003 menemukan bahwa anak usia 1 sampai 2 tahun memiliki insiden
tinggi Shigellosis (32/1000/year) dengan 73% sampai 95% dari isolat resisten terhadap ampisilin,
trimetoprim-sulfametoksazol, kloramfenikol dan tetrasiklin3.

Di Indonesia, amoebiasis kolon banyak dijumpai dalam keadaan endemi. Prevalensi Entamoeba
histolytica di berbagai daerah di Indonesia berkisar antara 10 – 18 %.Amoebiasis juga tersebar luas
diberbagai negara diseluruh dunia4. Pada berbagai survei menunjukkan frekuensi diantara 0,2 – 50 %
dan berhubungan dengan sanitasi lingkungan sehingga penyakit ini akan banyak dijumpai pada daerah
tropik dan subtropik yang sanitasinyajelek.Di RRC, Mesir, India dan negeri Belanda berkisar antara 10,1 –
11,5%, di Eropa Utara 5– 20%, di Eropa Selatan 20 – 51% dan di Amerika Serikat 20%4.Frekuensi infeksi
Entamoeba histolytica diukur dengan jumlah pengandung kista4.Perbandingan berbagai macam
amoebiasis di Indonesia adalah sebagai berikut, amoebiasis kolon banyak ditemukan, amoebiasis hati
hanya kadang-kadang amoebiasis otak lebih jarang lagi dijumpai4.
Infeksi amuba (amubiasis) menempati urutan ke 3 penyebab kematian karena infeksi parasit di
dunia setelah malaria dan schistosomiasis.Amubiasis terjadi pada sekitar 12% penduduk dunia atau 50%
penduduk di daerah tropis dan subtropis. Diperkirakan angka kematian 40.000-100.000 terjadi pada 40-
50 juta pasien amubiasis tiap tahun. Kejadian itu seperti fenomena gunung es karena hanya I0-20%
pasien amubiasis memberikan gejala klinis. Insidens amubiasis tinggi di negara berkembang antara lain
Meksiko, Afrika Selatan dan Barat, Amerika Selatan dan Tengah, Bangladesh, Thailand,India serta
Vietnam.5

BAB II

PEMBAHASAN EPIDEMIOLOGI DISENTRI

A. Disentri Basiler

1.Triad Epidemiologi

1.1.Agent

Disentri basiler disebabkan oleh Shigella spp .Shigella adalah binatang tidak bergerak, gram negatif,
bersifat fakultatif anaerobik yang dengan beberapa kekecualian tidak meragikan laktosa tetapi meragikan
karbohidrat yang lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas6. Ada empat spesies
Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada umumnya S.
flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia6.
Sebaliknya S. sonnei paling sering ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju6.

Bakteri Shigella spp

http://www.paraquefuturoeducamos.com/2010/09/enfermedades-producidas-por-los.html

1.2.Host

Shigelloides terdapat di mana-rnana tapi yang terbanyak terdapat di negara dengan tingkat kesehatan
perorangan yang sangat buruk1.Manusia sendiri merupakan surnber penularan dan hospes alami dari
penyakit ini, yang cara penularannya adalah secara oro- faecal1.
1.3.Environment

Disentri basiler ini umumnya terjadi ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan dan kebersihan
perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti asuhan, rumah sakit jiwa dan pada
tempat pengungsi yang padat6. Shigellosis endemis pada daerah iklim tropis maupun iklim sedang,
kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari kasus, yang sebenarnya terjadi6.

2.Transmisi Disentri basiler

Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi makanan atau minuman dengan kontak langsung atau
melalui vector, misalnya lalat6. Namun factor utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan yang
tidak dicuci sehabis buang air besar6.

Cara Penyebaran Penyakit Disentri

Sumber : http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6

Sumber : http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6

Sumber : http://terselubungsekali.blogspot.com/2011/02/tujuh-jalur-penularan-infeksi.html

3.Riwayat Alamiah Disentri Basiler

1. Masa Inkubasi dan Klinis


Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja
encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus5. Secara klasik,
Shigellosis timbul dengan gejala adanya nyeri abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses berlendir7.
Gejala awal terdiri dari demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa darah, kemudian feses berdarah
setelah 3 – 5 hari kemudian7. Lamanya gejala rata-rata pada orang dewasa adalah 7 hari, pada kasus
yang lebih parah menetap selama 3 – 4 minggu. Shigellosis kronis dapat menyerupai kolitis ulseratif, dan
status karier kronis dapat terjadi7.

2. Masa Laten dan Periode Infeksi

Setelah timbul gejala,sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka
jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah6. Tiap gerakan usus
disertai dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian
bawah6. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus
dewasa6. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian6.Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman
disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus
menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang6. Pada penyembuhan infeksi,
kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak
melindungi terhadap reinfeksi6.

4.Pencegahan

Penyakit disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :

1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan teliti.

2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.

3. Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.

4. Memasak makanan sampai matang.

5. Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.

6. Mengatur pembuangan sampah dengan baik.

7. Mengendalikan vector dan binatang pengerat.


Biasakan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Sumber : http://yanuarariefudin.wordpress.com/2011/03/03/sudahkah-kita-menerapkan-perilaku-
hidup-bersih-dan-sehat/

Menjaga Kebersihan Lingkungan

Sumber : http://billybahrurrizki.blogspot.com/p/kesehatan-lingkungan-adalah.html

5.Pengobatan

Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit akan sembuh pada 4-7 hari6. Minum lebih
banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka
dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral 6. Pada pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang
muntah berlebihan sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi
Intravena 6. umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan jika diare. Untuk
infeksi berat Shigella dapat diobati dengan menggunakan antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-
sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin6. Namun, beberapa Shigella telah menjadi kebal terhadap
antibiotika, ini terjadi karena penggunaan antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis
ringan6.

B.DISENTRI AMOEBA

1.Triad Epidemiologi

1.1.Agent
Amubiasis ialah infeksi pada usus besar disebabkan oleh Entamoeba histolytica2. Pada sebagian
manusia, merupakan carrier asimtomatik, tetapi penyakitnya bervariasi dari diare ringan yang kronis
sampai disentri berat.

Amebae berasal dari filum Sarcomastigophora, order Amoebida,dan Famili Amoebidae8.Amebae


memiliki karakteristik umum berupa gerak ameboid yang ditimbulkan oleh adanya pseudopodia yang
bertindak sebagai alat lokomotornya8. Hampir semua amebae memiliki dua bentuk, yakni bentuk
trofozoit dan kista8. Bentuk trofozoit adalah bentuk yang aktif bergerak, makan dan bereproduksi,
namun tidak mampu bertahan di luar tubuh hospes8. Bentuk kista adalah bentuk yang dorman, tahan
tanpa makan, dan bertanggung jawab terhadap penularan penyakit8.Dari sekian banyak amebae
intestinal, hanya Entamoeba histolytica yang bersifat patogen, sedangkan yang lainnya non patogen8.

Entamoeba histolytica

individual trophozoites from feces

individual cysts from feces

Sumber : http://www.k-state.edu/parasitology/625tutorials/Ehistolytica.html

1.2.Host
Manusia merupakan host dan reservoir utama dari Disentri amoeba.Adapun daur hidup dari Entamoeba
histolytica adalah Setelah tertelan, kista akan mengalami eksistasi di ileum bagian bawah menjadi
trofozoit kembali. Trofozoit kemudian memperbanyak diri dengan cara belah pasang8.Trofozoit kerap
mengalami enkistasi (merubah diri menjadi bentuk kista)8. Kista akan dikeluarkan bersama tinja. Bentuk
trofozoit dan kista dapat dijumpai di dalam tinja, namun trofozoit biasanya dijumpai pada tinja yang
cair8.Entamoeba histolytica bersifat invasif, sehingga trofozoit dapat menembus dinding usus dan
kemudian beredar di dalam sirkulasi darah (hematogen)8.

1.3.Environment

Entamoeba histolytica tersebar sangat luas di dunia8. Penularan umumnya terjadi karena makanan atau
minuman yang tercemar oleh kista ameba8. Penularan tidak terjadi melalui bentuk trofozoit, sebab
bentuk ini akan rusak oleh asam lambung8. Kista Entamoeba histolytica mampu bertahan di tanah yang
lembab selama 8-12 hari, di air 9-30 hari, dan di air dingin (4ºC) dapat bertahan hingga 3 bulan8. Kista
akan cepat rusak oleh pengeringan dan pemanasan 50ºC8.

Makanan dan minuman dapat terkontaminasi oleh kista melalui cara-cara berikut ini:

1. persediaan air yang terpolusi

2. tangan infected food handler yang terkontaminasi

3. kontaminasi oleh lalat dan kecoa

4. penggunaan pupuk tinja untuk tanaman

5. higiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi tinggi, seperti asrama, rumah sakit,
penjara, dan lingkungan perumahan

2.Transmisi Disentri amoeba

Manusia adalah sumber utama infeksi dari amoebiasis, sepanjang kista masih dikeluarkan melalui tinja
penderita amoebiasis kronis atau asimtomatis, masa periode waktu penularan dapat bertahan sampai
beberapa tahun lamanya.Sumber infeksi terutama “carrier“ yakni penderita amoebiasis tenpa gejala
klinis yang dapat bertahan lama megeluarkan kista yang jumlahnya ratusan ribu perhari4. Bentuk kista
tersebut dapat bertahan diluar tubuh dalam waktu yang lama4. Kista dapat menginfeksi manusia melalui
makanan atau sayuran dan air yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung kista4.Infeksi dapat
juga terjadi dengan atau melalui vektor serangga seperti lalat dan kecoa (lipas) atau tangan orang yang
menyajikan makanan (food handler) yang menderita sebagai “carrier”, sayur-sayuran yang dipupuk
dengan tinja manusia dan selada buah yang ditata atau disusun dengan tangan manusia4. Bukti-bukti
tidak langsung tetapi jelas menunjukkan bahwa air merupakan perantara penularan. Sumber air minum
yang terkontaminasi pada tinja yang berisi kista atau secara tidak sengaja terjadi kebocoran pipa air
minum yang berhubungan dengan tangki kotoran atau parit4.Penularan diantara keluarga sering juga
terjadi terutama pada ibu atau pembantu rumah tangga yang merupakan “carrier”, dapat
mengkontaminasi makanan sewaktu menyediakan atau menyajikan makanan tersebut4.

Daur hidup Entamoeba histolytica

Sumber : http://www.ernamartiani.web.id/?page_id=58

3.Riwayat Alamiah Disentri amoeba

1.Masa Inkubasi dan Klinis

Masa akut penderita yang diserang Entamoeba histolytica terjadi pada masa inkubasi antara 1-4 minggu,
yang ditandai dengan disentri berat, feses sedikit berdarah,nyeri dan
demam,dehidrasi,toksemia,kelemahan badan nampak nyata,pemeriksaan jumlah leukosit berkisar
antara 7.000-20.000/mm3 dan ditemukannya bentuk tropozoit pada feses encer penderita.

Masa inkubasi dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa bulan8.Amebiasis dapat berlangsung
tanpa gejala(asimtomatis)8. Penderita kronis mungkin memiliki toleransi terhadap parasit, sehingga tidak
menderita gejala penyakit lagi8. Dari hal ini berkembang istilah symptomless carrier.Gejala dapat
bervariasi, mulai rasa tidak enak di perut (abdominal discomfort) hingga diare8.Gejala yang khas adalah
sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan pencernaan yang meliputi diare berlendir dan
berdarah disertai tenesmus8.
2.Masa Laten dan Periode Infeksi

Amoebiasis yang akut mempunyai masa tunas 1 – 14 minggu4. Dengan adanya sindrom disentri berupa
diare yang berdarah dengan mukus atau lendir yang disertai dengan perasaan sakit perut dan
tenesmusani yang juga sering disertai dengan adanya demam4. Amoebiasis yang menahun dengan
serangan disentri berulang terdapat nyeri tekan setempat pada abdomen dan terkadang disertai
pembesaran hati4. Penyakit menahun yang melemahkan ini mengakibatkan menurunnya berat
badan4.Amoebiasis ekstra intestinalis memberikan gejala sangat tergantung kepada lokasi absesnya4.
Yang paling sering dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari mukosa usus melalui
aliran sistem portal4. Sering dijumpai pada orang-orang dewasa muda dan lebih sering pada pria
daripada wanita dengan gejala berupa demam berulang, kadang-kadang disertai menggigil, icterus
ringan, bagian kanan diafragma sedikit meninggi, sering ada rasa sakit sekali pada bahu kanan dan
hepatomegali4. Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan intercostal, pleural
effusion dengan demam disertai dengan menggigil4.Pada pemeriksaan darah dijumpai lekositosis
kadang-kadang amoebiasis hati sudah lama diderita tanpa tanda-tanda dan gejalanya khas yang sukar
didiagnosa4. Infeksi amoeba di otak menunjukkan berbagai tanda dan gejala seperti abses atau tumor
otak4. Sayang sekali infeksi seperti ini baru didiagnosa pada autopsi otak4. Amoebiasis ekstra intestinalis
ini dapat juga dijumpai di penis, vulva, perineum, kulit setentang hati atau kulit setentang colon atau
ditempat lain dengan tanda-tanda suatu ulkus dengan pinggirnya yang tegas, sangat sakit dan mudah
berdarah4.

5.Pencegahan

Pencegahan penyakit amoebiasis terutama ditujukan kepada kebersihan perorangan (personal hygiene)
dan kebersihan lingkungan (environmental hygiene)4. Kebersihan perorangan antara lain adalah mencuci
tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan.Kebersihan lingkungan
meliputi:memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan,
buang air besar dijamban, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik
makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas, membuang sampah
ditempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat4.Untuk menurunkan angka sakit, maka perlu
diadakan usaha jangka panjang berupa pendidikan kesehatan dan perbaikan sanitasi lingkungan dan
usaha jangka pendek berupa penyuluhan kesehatan dan pembersihan kampung halaman secara
serentak (gotong royong) dan juga dengan pengobatan massal ataupun invidivual4.

Banyak cara dalam penularan parasit ini, dan banyak pula cara untuk menanggulanginya.
1. Setiap penderita harus diobati, termasuk symptomless carrier

2. Karena media air sangat penting peranannya dalam penularan, maka perlu diperhatikan kebersihan
suplai air minum. Hal ini akan berhubungan dengan jarak jamban dari sumur

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

4. Menghindari penggunaan pupuk tinja untuk tanaman

Membiasakan Cuci tangan pakai sabun

Sumber : http://twinsdee.blogspot.com/2010/07/tips-kesehatan-cuci-tangan-yang-benar.html

Memperbaiki Drainase

Sumber : http://laurensgawing.multiply.com/journal/item/13

6.Pengobatan

Beberapa obat amoebiasis yang penting adalah :

Emetin Hidroklorida.
Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini hanya efektif bila diberikan secara
parenteral karena pada pemberian secara oral absorpsinya tidak sempurna4.Toksisitasnya relatif tinggi,
terutama terhadap otot jantung4. Dosis maksimum untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari4. Lama
pengobatan 4 sampai 6 hari4.Pada orang tua dan orang yang sakit berat, dosis harus dikurangi4.
Pemberian emetin tidak dianjurkan pada wanita hamil, pada penderita dengan gangguan jantung dan
ginjal4.Dehidroemetin relatif kurang toksik dibandingkan dengan emetin dan dapat diberikan
secaraoral4. Dosis maksimum adalah 0,1 gram sehari, diberkan selama 4 – 6 hari4. Emetin dan
dehidroemetin efektif untuk pengobatan abses hati (amoebiasis hati)4.

Klorokuin.

Obat ini merupakan amoebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolytica4. Efek samping dan efek
toksiknya bersifat ringan antara lain, mual, muntah, diare, sakit kepala4. Dosis untuk orang dewasa
adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3 minggu4.

Anti Biotik.

Tetrasiklin dan eritomisin bekerja secara tidak langsung sebagai amebisid dengan

mempengaruhi flora usus4. Peromomisin bekerja langsung pada amoeba. Dosis yang dianjurkan adalah
25 mg/kg bb/hari selama 5 hari, dierikan secara terbagi4.

Metronidazol (Nitraomidazol).

Metronidazol merupakan obat pilihan, karan efektif terhadap bentuk histolytica dan bentuk kista4. Efek
samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing4. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari
selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi4.

Metronidazol

http://www.nursetopic.com/2011/07/metronidazole-nursing-responsibility.html
BAB III

Kesimpulan dan Saran

1.Kesimpulan

Penyakit disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini ditandai dengan sakit
perut dan buang air besar encer secara terus-menerus (diare) yang bercampur lendir, nanah, dan darah.

1. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disentri amuba dan disentri
basiler. Disentri amuba disebabkan oleh infeksi parasit Entamoeba histolytica dan disentri basiler
disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella.

2. Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi
kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat yang kotor
dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang
dihinggapi.

3. Pencagahan yang harus dilakukan :

· Dengan mencegah kontaminasi makanan dan air, sayur yang dicuci dengan air hangat, pemakaian
tablet yang mengeluarkan yodium di dalam air minum (klor dalam bentuk halazon tak efektif)
merupakan cara yang berguna.

· Perbaikan sanitasi umum

4. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

5. Mengendalikan vector dan binatang pengerat.

2.Saran

Adapun saran penulis kepada para pembaca adalah hendaknya menjaga kontaminasi makanan dan air,
sayur yang dicuci dengan air hangat,membiasakan hidup dengan menerapkan prilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) seperti menjaga kebersihan perorangan dengan selalu mencuci tangan memakai sabun
setelah memegang sesuatu dan selalu menjaga kebersihan lingkungan.
Daftar Pustaka

1.Simanjuntak, C.H., Epidemiologi Disentri,


http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08_EpidemiologiDisentri.pdf/08_EpidemiologiDisentri.pdf ,
diakses tanggal 24 Oktober 2011

2.Santosa, Calvin. Laporan Kasus Disentri Amoeba:Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak,
http://www.scribd.com/doc/60322308/laporan-kasus-3-disentri, diakses tanggal 28 September 2011

3.WHO. Diarrhoeal Diseases (Updated February 2009),


http://www.who.int/vaccine_research/diseases/diarrhoeal/en/index6.html , diakses tanggal 24 Oktober
2011

4.Rasmaliah.2001. EPIDEMIOLOGI AMOEBIASIS DAN UPAYA PENCEGAHANNYA,


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3702/1/fkm-rasmaliah2.pdf ,diakses tanggal 26
Oktober 2011

5.Rozaliyani,Anna. et.al. Diagnosis dan Penatalaksanaan Epiema Amuba ,


indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/928/926 ,diunduh tanggal 28 Oktober
2011

6.Nathania ,Devi. Shigella dysentriae , http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/devi-nathania-


0781141271.pdf ,diakses tanggal 26 Oktober 2011

7.Zein,Umar.et.al.2004.Diare Akut Disebabkan Bakteri, http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-


umar5.pdf ,diakses tanggal 26 Oktober

8.Yulfi, Hemma. 2006. Protozoa Intestinalis,


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3484/1/06001187.pdf ,diakses tanggal 26 Oktober
2011

Protozoa intestinal terdiri atas amebae, flagellata, dan cilliata. Termasuk amebae intestinal adalah
Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Endolimax nana, Iodamoeba
butschlii,Dientamoeba fragilis, dan Blastocystis hominis.

Amebae berasal dari filum Sarcomastigophora, order Amoebida, dan Famili Amoebidae. Amebae
memiliki karakteristik umum berupa gerak ameboid yang ditimbulkan oleh adanya pseudopodia yang
bertindak sebagai alat lokomotornya. Hampir semua amebae memiliki dua bentuk, yakni bentuk
trofozoit dan kista. Bentuk trofozoit adalah bentuk yang aktif bergerak, makan dan bereproduksi, namun
tidak mampu bertahan di luar tubuh hospes. Bentuk kista adalah bentuk yang domain, tahan tanpa
makan, dan bertanggung jawab terhadap penularan penyakit. Dari sekian banyak amebae intestinal,
hanya Entamoeba histolytica yang bersifat patogen, sedangkan yang lainnya non patogen.

distribusi Worldwide, 10% dari populasi dunia terinfeksi dengan E. Histolytica, tinja survei di AS
menunjukkan bahwa 5% dari populasi E. histolytica, insiden yang lebih tinggi di daerah-daerah tropis
dengan sanitasi yang buruk, di antara pria homoseksual.

Amebiasis sebagai penyakit disentri yang dapat menyebabkan kematian di kenal sejak 460 tahun
sebelum masehi oleh Hippocrates. Parasitnya, yaitu Entamoeba histolytica pertama kali ditemukan oleh
losch (tahun 1875) dari tinja disentri seorang penderita di Leningrad, rusia. Pada autopsy, Losch
menemukan Entamoeba histolytica stadium trofozoid dalam ulkus usus besar, tetapi ia tidak mengetahui
hubungan kausal antara parasit dengan kelainan ulkus tersebut.

Kartulis (1887 ), beliau dapat menerangkan hubungan antara entamoeba histolitica dengan penyakit
disentri.

Pada tahun 1893 Quinche dan Roos menemukan Entamoeba histolytica stadium kista, sedangkan
Schaudinn (1903) memberi nama spesis Entamoeba histolytica dan membedakannya dengan ameba
yang juga hidup dalam usus besar yaitu Entamoeba coli.

Walker dan sellard ( 1923 ), beliau menyelidiki tentang patogenitas dari Entamoeba histolitica, dengan
percobaan-percobaan yang dikerjakan di philipina, dan hasilnya dapat menerangkan patogenitasnya
yang dianut sampai sekarang.

Dablew dan Elsdew (1925 – 1926 ), beliau melakukan percobaan-percobaan dengan kultura (culture)
dengan memakai media yang mempunyai suasana anaerobik, ternyata entamoeba histolitica dapat
berkembang biak dengan baik, akan tetapi sifatnya menjadi non patogen.

Penyakit yang disebabkan : amebiasis ( infeksi usus besar )


Hospes : manusia

B. MORFOLOGI – EPIDEMIOLOGIS

1. morfologi

(1) Bentuk tropozoit :

– Besarnya 15-60 mikron,

– ektoplasma

berwarna jernih dan homogen berfungsi untuk pergerakan, menangkap makanan dan membuang sisa-
sisa makanan, serta sebagai alat pernafasan ,dan alat proteksi,

– endoplasma

dengan vakuol-vakuol (berbutir halus), mengandung sel darah merah, ada eritrosit, berfungsi sebagai
pencernaan makanan dan menyimpan makanan.

– nukleus (inti)

Didalam nya terlihat adanya nukleolus = endosom = kariosom dan terletaknya ditengah-tengah, halo,
merupakan zone yang jernih mengelilingi kariosom, selaput inti merupakan khromatin yang jernih
mengelilingi kariosom,
– Bentuk ini berkembangbiak secara belah pasang di jaringan dan dapat merusak jaringan tersebut,
sesuai dengan nama spesiesnya Entamoeba histolytica (histo = jaringan, lysis = hancur).

(2) Bentuk minuta :

– Besarnya 10-20 mikron,

– ektoplasmanya tidak kelihatan

– mempunyai satu inti Entamoeba dengan kariosom letak sentral,

– endoplasma dengan vakuol-vakuol (berbutir-butir) yang tidak mengandung sel darah merah tetapi
mengandung bakteri dan sisa makanan, tanpa eritrosit.

3) Bentuk kista :

– Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar;

– Besarnya 10-20 mikron,

– inti mempunyai lensa ditepi, karena terdesak glikogen vakuale yang besar dikelilingi kromidial yang
berbentuk batang

– dinding kista dibentuk dari ektoplasma dan berfungsi sebagai pelindung


– kista tidak bergerak dan juga tidak makan

– kista berkembang biak dengan dengan jalan membelah, mula-mula kista berinti 1 menjadi kista berinti
2, selanjutnya kista berinti 2 menjadi kista berinti 4

Kista ini berfungsi: infeksius menular, dan biasanya tidak mempunyai glikogen vakuola

– stadium kista didapatkan dalam lumen usus, bersama feses yang berbentuk agak padat, sedangkan
stadium tropozoit dan prekista sebagai penyebaran penyakit disentri amebiasis.

2. epidemiologi

Amebiasis terdapat di seluruh dunia. Pravelensi tertinggi terutama di daerah-daerah tropik dan
subtropik, khususnya di negara yang keadaan sanitasi lingkungan dan keadaan sosio-ekonominya buruk.
Penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa rendahnya status sosial ekonomi dan kurangnya sanitasi
merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi. Amebiasis ditularkan oleh pengandung kista.
Stadium kista matang adalah bentuk infektif. Seorang pengandung kista yang menyajikan makanan (food
handler) bila hygene perorang kurang baik dapat merupakan sumber infeksi. Sayuran yang ditanam
dengan menggunakan tinja manusia sebagai pupuk, bila tinja tersebut mengandung kista maka sayuran
akan terkontaminasi.

Parasit entamoeba histolitika bersifat kosmopolit, tersebar di seluruh dunia terutama di daerah tropik
dan subtropik dengan prevalensi pada daerah tropik dan subtropik 0,5-50%, di indonesia (endemis)10-
18%, sedangkan di RRC, Mesir, india, belanda sebesar 10,1-11,5% di eropa utara 5-20%, dan di eropa
selatan 20-51%. Indonesia merupakan salah satu negara daerah endemis kasus ameba prevalensi lebih
tinggi di daerah pedesaan jika dibanding dengan perkotaan.

C. SIKLUS HIDUP
– kista matang dikeluarkan bersama tinja

– infeksi entamoeba histolitica oleh kista matang berinti empat

– feses mengontaminasi makanan, air, atau tangan . terjadi ekskitasi

– di dalam usus dan berbentuk tropozoit

– Selanjutnya bermigrasi ke usus besar.

– tropozoit memperbanyak diri dengan cara membelah diri (binary fission ) dan menjadi kista,
menumpang di dalam feses, karena dapat mempertahankan dirinya, kista akan bertahan beberapa hari
sampai berminggu-minggu pada keadaan luar dan menjadi penyebab penularan. ( bentuk tropozoit
selalu ada pada feses diare, namun dengan cepat dapat dihancurkan oleh tubuh, dan jika tertelan bentuk
ini tidak dapat bertahan saat melewati lambung).

– dalam banyak kasus, tropozoit akan kembali berkembang menuju lumen usus ( noninvasise infection)
pada carrier yang asimtomatik.

– kista ada dalam fesesnya. Pasien diinfeksi oleh tropozoit di dalam mukosa usus.( intestinal disease),
atau, menuju aliran darah, secara ekstra intestinal menuju hati, otak, dan paru.(extraintestinal disease),
dengan berbagai kelainan patogenik.

D. CARA PENULARAN

Entamoeba histolytica tersebar sangat luas di dunia. Penularan umumnya terjadi karena makanan atau
minuman yang tercemar oleh kista ameba. Penularan tidak terjadi melalui bentuk trofozoit, sebab
bentuk ini akan rusak oleh asam lambung. Kista Entamoeba histolytica mampu bertahan di tanah yang
lembab selama 8-12 hari, di air 9-30 hari, dan di air dingin (4ºC) dapat bertahan hingga 3 bulan. Kista
akan cepat rusak oleh pengeringan dan pemanasan 50ºC. Makanan dan minuman dapat terkontaminasi
oleh kista melalui cara-cara berikut ini:

1. persediaan air yang terpolusi

2. tangan infected food handler yang terkontaminasi

3. kontaminasi oleh lalat dan kecoa

4. penggunaan pupuk tinja untuk tanaman

5. higiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi tinggi, seperti asrama, rumah sakit,
penjara, dan lingkungan perumahan.

Penularan yang berlangsung melalui hubungan seksual biasanya terjadi di kalangan pria homoseksual.

E. PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK

1. Primer : intestinal

Pada fase ini penderita mengalami amebiasi intestinal. Organ yang diserangnya terutama baguan sekum
dan bagian-bagian lain yang sangat bergantung pada resistensi hospes., virulensi dari strain emeba,
kondisi lumen usus/dinding usus ( infeksi atau tidaknya dinding usus ) , kondisi makanan, (jika makanan
banyak mengandung karbohidrat, ameba tersebut menjadi patogen) , dan keadaan flora dan normal
usus.

Interaksi ameba dengan bakteri-bakteri tertentu akan mengaktifkan sifat ameba sehingga menimbulkan
lesi pada usus yang umumya sampai mencapai mukosa. Gambaran lesi pada usus (mukosa) menunjukkan
nekrosis tanpa reaksi peradangan, kecuali ada infeksi sekunder.
Pada keadaan lanjut, proses ini dapat sampai ke submukosa dan dari sini ameba masuk ke sirkulasi
darah, selanjutnya akan timbul lesi-lesi ekstra- intestinal. Bentuk lesi berupa settle neck ulcus. Infeksi
sekunder biasanya oleh kuman-kuman clostridium perfringens, Shigella, dan umumnya berprognosis
buruk karena terjadi ganggren usus, dan sering menyebabkan kematian. Pada ulkus yang dalam ini juga
dapat menyebabkan perforasi sehingga prognosisnya menjadi buruk.

2. Sekunder : ekstra-intestinal

Ini terjadi pada amebiasis ekstra-intestinal. Proses ekstra-intestinal ini dapat terjadi akibat penyebaran
parasit secara hematogen. Organ yang sering terkena adalah hati yang menimbulkan amebik hepatis dan
selanjutnya menimbulkan abses hepatikum. Abses hepatikum ini dapat tunggal atau multipel dan terjadi
pada 85% lobus hati. Selanjutnya dapat terjadi pula ameba ekspansi karena pecahnya abses hati atau
penyebaran melalui hematogen, ke pleura , paru, kulit. Ulserasi pada sigmoid dan rektum dapat
menyebabkan komplikasi atau ekspansi ke vagina bagi penderita wanita. Proses amebiasis ekstra-
intestinal dapat terjadi sebagai berikut;

a. amebiasis hati terjadi karena abses hati terutama pada postesuperior lobus kanan, dengan gejala klinis
nyeri daerah hipokondrium kanan, demam disertai ikterus, hepatomegali (diare dan disentri negatif), jika
tidak diobati abses berkembang ke berbagai arah yang akan menyebabkan abses organ sekitar.
Komplikasi pecahnya abses hati kanan mengakibatkan kelainan kulit , paru, rongga pleura kanan,
diafragma, dan rongga peritonium.

b. amebiasis kulit terjadi karena abses hati kanan pecah sehingga mengakibatkan granuloma kutis.

c. amebiasis paru terjadi karena abses hati kanan pecah, kemudian masuk ke daerah organ paru ,
menyebabkan sputum menjadi berwarna cokelat merah tua dan dapat ditemukan tropozoit pada bahan
sputum.

e. amebiasis pleura kanan terjadi karena abses hati kanan pecah dan menyerang empiema toraks.

f. Diafragma terkena jika abses hati kanan pecah, kemudian terjadi abses subfrenik.
g. rongga peritonium dapat terkena jika abses hati kanan pecah dan menyerang bagian rongga
peritonium sehingga menyebabkan peritonitis umum.

h. amebiasis serebral terjadi karena komplikasi dari abses hati atau dari paru ( kasus jarang)

i. abses limpa, terjadi karena komplikasi amebiasis hati atau penularan langsung dari tropozoit kolon.

Jika komplikasi terjadi karena pecahnya abses hati kiri, akan terjadi kelainan pada daerah lambung,
ronggs perikardium , kulit, dan rongga pleura kiri, yang mengakibatkan gejala klinis pada lambung (dapat
terjadi hematemesis), rongga perikardium (perikarditis purulen yang dapat menyebabkan kematian),
atau amebiasis organ lain (ambiasis paru).

F. DIAGNOSIS

Pada amebiasis akut, diagnosis laboratorium dilakukan dengan memeriksa feses penderita secara
makrokopis dan mikrokopis. Secara makrokopis, feses pada penderita amebiasis positif nampak
berwarna merah tua, berlendir, dan bau menyengat. Secara mikrokopis ditemukan Entamoeba histolitika
terutama bentuk tropozoit. Pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah leukosit.

Pada pemeriksaan laboratorium amebiasis kronis (asimtomatik dan carrier), secara makrokopis feses
nampak normal, dan secara mikrokopis umumnya dijumpai bentuk kista entamoeba histolitika .
diagnosis pada amebiasis hati dapat dilakukan dengan melakukan biopsi jaringan atau aspirasi abses dan
pemeriksaan feses.

G. PENGOBATAN

Obat untuk gangguan yang disebabakan oleh Entamoeba histolitika antara lain :
-Nimorazol : dewasa 2 gram/hari selama 5 hari ( amebiasis usus), anak 30-40
mg/kg BB/hari selama 5 hari (amebiasis usus), untuk amebiasis hati diberikan selama 10 hari

– ornidazol : dewasa 2×1 gram/hari selam 3 hari, anak: 50 mg/kg BB/hari


selama 5 hari

– tinidazol : 2 gram (dosis tunggal) selama 2-3 hari

– Metronidazol : dewasa 2×1 gram selama 2-5 hari atau 3×750 mg selama 5-10
hari, anak 50 mg/kg BB/ hari selama 5-10 hari

– Seknidazol : dewasa 3×500 mg selama 3 hari ( amebiasis usus), anak 25


mg/kg BB/hari selama 3 hari. untuk amebiasis hati diberikan selama 5-10 hari

– Dehidrenemiten dihidroklorida :1-1.5 mg/kg BB/hari injeksi

– clefamid : 3×500 mg selama 10-20 hari

H. PENCEGAHAN

cara mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica antara lain
sebagai berikut :

1.Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan), buah dan melon
dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.

2.Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.


3.Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau
sesudah buang air besar.

4.Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk;
tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.

5.Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini
mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.

6.Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.

Sumber pustaka

Parasitologi untuk keperawatan / H.M. Muslim Penerbit Buku Kedokteran 2009

Parasitologi medik penerbit pusat pendidikan tenaga kesehatan 1989

Anda mungkin juga menyukai