Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI

INFEKSI TUMOR TERAPI DISENTRI

FKK 1
KELOMPOK 4

ANGGOTA

1. Ika Fatikhatun Nasikha (20144130A)


2. Nuraini Maudini (20144141A)
3. Miraziza Amanda (20144169A)
4. Widiyasanti (20144191A)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan
kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan
oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba).
Di Amerika serikat, insiden diseentri amoeba mencapai 1-5 % sedangkan disentri
basiler dilaporkan kurang dari 500.000kasus tiap tahunnya. Sedangkan kejadian disentri
amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler
dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare berat menderita disentri basiler.
Di dunia sekurangnya 200 juta kasusdan 650.000 kematian terjadi akibat disentri
basiler pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab disentri
basiler ditemukan di Negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih
kurang. Disentri amoeba hampir menyebar di seluruh dunia terutama di Negara yang
berkembang yang berada didaerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan
penduduk, hygiene individu, sanitasi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi serta
cultural yang menunjang. Penyakit ini biasa menyerang anak dengan usia lebih dari 5
tahun. Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi di dunia. Prevalensi yang tinggi
mencapai 50% di Asia, Afrika, dan Amerika selatan. Sedangkan pada Shigella di
Amerika serikat menyerang 150.000 kasus dan di Negara-negara yang
berkembangShigella flexeneri dan S. dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per
tahun.
WHO menyebutkan bahwa sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada
anak di bawah usia 5 tahun adalah disentri. Adapun hasil survei evaluasi di Indonesia
pada tahun 1989-1990 juga menunjukkan angka kejadian yang sama. Disentri menjadi
penyebab panting pada kesehatan dan kematian yang dikaitkan dengan diare.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari penyakit disentri?
2. Bagaimana penyebaran penyakit disentri?
3. Apa etiologi dan gejala klinis yang ditimbulkan penderita disentri?
4. Bagaimana cara penanggulangan penyakit disentri?
5. Penyelesaian study kasus?

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui defenisi, etiologi gejala klinis serta cara penanggulangan dari
penyakit disentri, Serta dapat mengetahui penyelesaian kasus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI DISENTRI


Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron(usus), yang
berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar
dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja
bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Disentri
merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air
besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak
terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma
disentri, yakni :
1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,
2. Berak-berak, dan
3. Tinja mengandung darah dan lendir.
Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman
penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di
bawahnya.Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga,baik karena
kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan.
2.2 PENYEBAB PENYAKIT
Penyebab Disentri yang paling umum adalah tidak mencuci tangan setelah
menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum makan. Cukup simple
memang untuk penyebab disentri sebagai kasus klasik, tapi itulah kenyataannya. Secara
garis besar penyebab penyakit disentri sangat erat kaitannya dengan kebersihan
lingkungan dan kebiasaan hidup bersih.
Bakteri penyebab penyakit disentri antara lain kontak dengan bakteri Shigella dan
beberapa jenis Escherichia coli (E. coli). Penyebab lain bakteri yang kurang umum
dari diare berdarah termasuk infeksi Salmonella dan Campylobacter. Untuk jenis
penyakit disentri amoeba, disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica
Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri maupun parasit
menyebar dari orang ke orang. Hal yang sering terjadi penderita menularkan anggota
keluarga untuk menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga yang lainnya. Infeksi oleh
mikroorganisme penyebab disentri ini dapat bertahan dan menyebar untuk sekitar empat
minggu.
Disentri juga dapat menyebar melalui makanan yang terkontaminasi. Negara miskin
yang memiliki sistem sanitasi yang tidak memadai menunjukkan angka yang tinggi
untuk kejadian kasus penyakit disentri. Frekuensi setiap patogen penyebab penyakit
disentri bervariasi di berbagai wilayah dunia. Sebagai contoh, Shigellosis yang paling
umum di Amerika Latin sementara Campylobacter adalah bakteri yang dominan di Asia
Tenggara. Disentri jarang disebabkan oleh iritasi kimia atau oleh cacing usus.
Mikroorganisme Penyebab Disentri
Disentri Amoeba (amoebiasis) disebabkan oleh parasit protozoa yang dikenal
dengan nama Entamoeba histolytica. Amuba bisa eksis untuk jangka waktu yang lama
di usus besar (kolon). Pada sebagian besar kasus, amoebiasis tidak menimbulkan gejala
(hanya sekitar 10% dari individu yang terinfeksi). Hal ini jarang kecuali di zona tropis
dunia, di mana penyakit ini sangat lazim. Orang dapat terinfeksi setelah menelan
kotoran yang mengandung parasit kemudian di ekskresikan seseorang.
Orang-orang berisiko tinggi tertular parasit melalui makanan dan air jika
terkontaminasi atau tercemar oleh limbah. Parasit juga dapat masuk melalui mulut
ketika tangan di cuci dalam air yang terkontaminasi. Jika orang mengabaikan untuk
mencuci dengan benar sebelum menyiapkan makanan, makanan dapat terkontaminasi.
Buah-buahan dan sayuran bisa terkontaminasi jika dicuci dalam air tercemar atau
ditanam di tanah yang telah dipupuk oleh limbah manusia.
Untuk mikroorganisme penyebab disentri bakteri Shigella dan Campylobacter,
merupakan penyebab penyakit disentri bacilliary yang dapat ditemukan di seluruh
dunia. Mereka menembus lapisan usus, menyebabkan pembengkakan, ulserasi, dan
diare parah yang mengandung darah dan nanah. Kedua infeksi disebarkan oleh
konsumsi makanan yang terkontaminasi tinja dan air. Jika orang tinggal atau melakukan
perjalanan di wilayah di mana kemiskinan atau kepadatan dapat mengganggu
kebersihan dan sanitasi, mereka beresiko terkena bakteri invasif. Anak-anak (usia 1
sampai 4) hidup dalam kemiskinan yang paling mungkin untuk
kontak Shigellosis, campylobakteriosis, atau salmonellosis.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, insidensi penyakit ini rendah. Setiap tahunnya kurang dari
500.000 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). DiBagian
Penyakit Dalam RSUP Palembang selama 3 tahun (1990-1992) tercatat dic a t a t a n
m e d i s , dari 748 kasus yang dirawat karena diare ada 16 kasus yang disebabkan oleh
disentri basiler. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di
Indonesia dari Juni 1998 sampai dengan Nopember 1999, dari 3848 orang penderita
diare berat, ditemukan 5% shigella. Prevalensi amebiasis sangat bervariasi, diperkirakan
10 persen populasi terinfeksi. Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia
merupakan host dan reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan
dan minuman, dengan perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal, atau lewat
hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek, penduduk yang padat dan
kurangnya sanitasi individual mempermudah penularannya.
2.4 ETIOLOGI
Etiologi dari disentri ada 2, yaitu :
1. Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella s p.
Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4
spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43
serotipe O dariShigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal.
Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka seseorang dapat
terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan
menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103
organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu
keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit.
Secara klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja,
perut terasa sakit dan tenesmus. Shigella sp merupakan penyebab terbanyak dari diare
invasif (disentri) dibandingkan dengan penyebab lainnya. Hal ini tergambar dari
penelitian yang dilakukan oleh Taylor dkk. di Thailand pada tahun 1984.
2. Disentri amoeba, disebabkan Entamoeba hystolitica.
E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme
komensal apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah
menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus
dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu
bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista.
Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10 mm) dan
trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen
usus tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit
akan keluar bersama tinja. Sementara trofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen
dan dinding usus (intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat
mengakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal dapat
sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan
trofozoit patogen sering menelan eritrosit (haematophagous trophozoite). Bentuk
trofozoit ini bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala penyakit namun cepat mati
apabila berada di luar tubuh manusia. mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya
lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus.
Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa. Bentuk kista hanya
dijumpai di lumen usus. Bentuk kista bertanggung jawab terhadap terjadinya penularan
penyakit dan dapat hidup lama di luar tubuh manusia serta tahan terhadap asam
lambung dan kadar klor standard di dalam sistem air minum. Diduga kekeringan akibat
penyerapan air di sepanjang usus besar menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.
2.5 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
a. Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu
keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak,
diserta ieksudat inflamasi yang mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan
darah. Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka
dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan,
dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus
halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak
didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun
ileumterminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di
daerahsigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan
fatalditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi
biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel
limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal
dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung
S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1,
ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,dan
neurotoksik. Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga
kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan
kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi
yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm sehingga
dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi
perlekatan dengan peritoneum.
b. Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus
besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus
danmenimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini
sampaisaat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh
pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai
peran.Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase danlisozim
yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk
ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapidi lapisan
submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadiulkus di
permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yangminimal.
Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi disemua
bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah
sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.
2.6 GEJALA KLINIS
Gejala-gejala disentri antara lain :
- Buang air besar dengan tinja berdarah
- Diare encer dengan volume sedikit
- Buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus)
- Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
Ciri-ciri saat jika terkena disentri adalah sebagai berikut :
- Panas tinggi (39,50C 40,0C), appear toxic
- Muntah-muntah
- Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB
- Kadang disertai gejala serupa ensefalitis dan sepsis
- Diare disertai darah dan lendir dalam tinja
- Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit
- Sakit berut hebat (kolik)
Gejala Disentri Basiler
Disentri Basiler Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala
rerata 7 hari sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah,
diare disertai demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja
masih mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun.
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang
berat.Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja
sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk yang berat (fulminating cases)
biasanya disebabkan olehS.dysentriae.
Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak seperti
air denganlendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi
dehidrasi,renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya
timbulrasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi.
Mukamenjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan viskositas darah meningkat
(hemokonsentrasi).
Kadang-kadang gejalanya tidak khas,dapat berupa seperti gejala kolera atau
keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer,
anuria dan koma uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan tindakan
pengobatan.
Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat misalnya
kelaparan. Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat membaik secara perlahan-
lahan tetapi memerlukan waktu penyembuhan yang lama. Pada kasus yang sedang
keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih berbentuk, mungkin dapat
mengandung sedikit darah/lendir. Sedangkan pada kasus yang ringan, keluhan/gejala
tersebut di atas lebih ringan. Berbeda dengan kasus yang menahun, terdapat serangan
seperti kasus akut secaramenahun. Kejadian ini jarang sekali bila mendapat pengobatan
yang baik.
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri
perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja
eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi
meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering
mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan mengedan dan
tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan
diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa.
Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu
yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun
dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang.Pada penyembuhan infeksi,
kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi
antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi
Gejala Disentri Amuba meliputi:
diare berair, yang dapat berisi darah, lendir atau nanah,
mual dan muntah,
nyeri perut, dan
demam dan menggigil.
Gejala-gejala disentri amuba biasanya berlangsung dari beberapa hari sampai
beberapa minggu. Namun, tanpa pengobatan, bahkan jika gejala hilang, amuba dapat
terus hidup di usus selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Infeksi masih
dapat ditularkan kepada orang lain dan diare masih bisa kembali. Bahayanya penyakit
desentri amuba dapat bersifat fatal bila terjadi komplikasi antara lain usus berlubang
(perforasi usus), infeksi selaput rongga perut (peritonitis), abses di hati dan otak. Dan
bila infeksi amuba ini tidak diobati secara tuntas, dapat mengakibatkan kematian.
a) Carrier (Cyst Passer)
Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan
karena amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi
kedinding usus.
b) Disentri amoeba ringan
Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan. Penderita
biasanyamengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang.
Dapattimbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga
tinja bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid,
jarang nyeri di daerah epigastrium. Keadaan tersebut bergantung pada
lokasiulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit demam
ringan(subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri
tekan.
c) Disentri amoeba sedang
Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berta dibanding disentri ringan,tetapi
pasien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Tinja biasanyadisertai lendir
dan darah. Pasien mengeluh perut kram, demam dan lemah badan disertai
hepatomegali yang nyeri ringan.
d) Disentri amoeba berat
Keluhan dan gejala klinis lebih berta lagi. Penderita mengalami diaredisertai
darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (400C 40,5 0C)
disertai mual dan anemia.
e) Disentri amoeba kronik
Gejalanya menyerupai disentri amoeba ringan, serangan-serangan
diarediselingi dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan
berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Pasien biasanya menunjukkan gejala
neurastenia. Serangan diare yang terjadi biasanya dikarenakan kelelahan, demam
atau makanan yang sulit dicerna.
2.7 PENCEGAHAN PENYAKIT DISENTRI
Disentri amoeba Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang
memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat
penting. Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air
dipanaskan 500C selama 5 menit. Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi dan
pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan
yang berhubungan dengan makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin khusus
untuk pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan mengunjungi
daerah endemis tidak dianjurkan.
Disentri basiler Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk Shigella.
Penularan disentri basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan
diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak
terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih
Dari program-program yang telah dibuat oleh pemerintah, terdapat cara-cara
untuk mencegah terjadinya disentri. Salah satunya dengan melakukan program PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting,yaitu mencuci tangan.
Mencuci tangan sering dianggap sebagai hal biasa di masyarakat. Ada yang tidak
mencuci tangan sebelum makan,ada yang mencuci tangan hanya sekedar dengan air.
Padahal mencuci tangan merupakan pencegahan terjadinya penyakit yang paling
penting. Cara mencuci tangan yang paling benar yaitu dengan cara memakai air bersih
dan sabun atau antiseptik. Sabun dan antiseptik berguna untuk membersihkan kuman
atau bakteri yang ada di tangan. Mencuci tangan hingga steril menggunakan sembilan
langkah yang diterapkan dan dianjurkan oleh rumah sakit adalah cara mencuci tangan
yang paling benar. Mencuci tangan dilakukan setelah buang air besar,sebelum memasak
atau menjamah makanan,sebelum dan sesudah makan.
Langkah selanjutnya yaitu menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan. Ini
bertujuan agar makanan tidak berisi bakteri dan makanan menjadi makanan yang bersih
dan sehat untuk dikonsumsi. Dalam kehidupan sehari-hari,ada masyarakat yang kurang
menjaga kebersihan. Sehingga tidak jarang di dalam rumah atau ruangan mereka
banyak terdapat serangga atau binatang lain yang dapat menimbulkan penyakit seperti
lalat, kecoak, tikus, nyamuk, dan lainnya. Kebersihan alat-alat rumah tangga yang
digunakan untuk membuat makanan juga harus diperhatikan. Kita juga harus
melindungi sumber air agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja. Kamar
mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar matahari yang
masuk, karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab. Tinja dibuang secara saniter
dan teratur. Dalam menjalankan langkah-langkah pencegahan, sebaiknya masyarakat
saling bergotong-royong, sehingga setiap orang akan tahu bahaya dari penyakit ini. Dari
pengetahuan tersebut akan tercipta masyarakat yang harmonis, memiliki perilaku
sehat,dan pola hidup sehat teratur.
Dalam bidang pelayanan kesehatan, sudah banyak diterapkan program-program
untuk mencegah disentri.Masyarakat juga harus mencari informasi-informasi terkini
terkait dengan upaya meningkatkan kesejahteraan kesehatan. Banyak juga klinik-klinik
atau rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang professional dengan
memperbanyak program sosialisasi dan penyuluhan ke masyarakat,sekolah-sekolah,di
banjar,dan dimana saja.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang
dapat dicegah. Memang sulit untuk mengobati penyakit disentri ini. Namun,dengan
adanya kesadaran dari setiap individu,dan menerapkan pengetahuan yang didapat dari
sosialisasi, edukasi, pengalaman, kontak sosial, atau motivasi dari orang terdekat,
niscaya penyakit ini setidaknya dapat dicegah. Bersama-sama semua orang bergotong-
royong menerapkan pola hidup sehat, berolahraga, dan memakan makanan yang sehat
dan teratur. Semua orang diharapkan dapat menjadi role mode bagi orang-orang yang
belum tahu. Semuanya harus dimulai dari diri sendiri.
Secara khusus sebagai berikut :
Disentri tersebar karena kebersihan yang buruk. Untuk meminimalkan risiko
terkena penyakit ini, jaga selalu kebiasaan hidup bersih dan sehat.
Cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum dan sesudah
makan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain/anak.
Bila Anda bepergian, jangan minum air setempat kecuali telah direbus selama
paling sedikit 10 menit. Atau gunakan air kemasan atau minuman bersoda dari
kaleng atau botol yang masih dalam kondisi bersegel.
Jangan minum dari air mancur umum atau membersihkan gigi dengan air keran
Jangan makan buah segar atau sayuran yang tidak bisa dikupas sebelum makan.
Jangan makan atau minum produk susu, keju atau susu yang mungkin belum
dipasteurisasi.
Jangan makan atau minum apa pun yang dijual oleh PKL (kecuali minuman dari
kaleng benar disegel atau botol).
2.8 PENGOBATAN
Disentri basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah
istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan
antibiotika. Cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi
dengan cairan rehidrasi oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi
akan terjadi dan berat badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikancairan
melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak
muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit.
Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan. Diet Diberikan
makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5kali/hari, kemudian diberikan
makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
Pengobatan spesifik Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis
pasien diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan
perbaikan, terapi diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan,antibiotika diganti
dengan jenis yang lain. Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol
dantetrasiklin hampir universal terjadi. Kuman Shigella biasanya resisten terhadap
ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji resistensi kuman Terhadap ampisilin masih
peka, maka masih dapat digunakan dengan dosis4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu
pula dengan trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x 960 mg/hari selama
3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan disentri basiler karenatidak
efektif. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal fluorokuinolon seperti
siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata berhasil baik untuk pengobatan
disentri basiler. Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari
sedangkan azithromisin diberikan 1gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari selama
5 hari. Pemberian Ciprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap anak-anak dan
wanita hamil. Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae tipe
1 yang multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan dosis 3 x 1
gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang dianjurkan dalam pengobatan
stadium carrier disentri basiler.
Disentri amuba Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg
tiga kali perhari selama 20 hari.Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500
mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat :
Metronidazol 750 mgtiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali
selama5 hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis ektraintestinal,
menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin
fosfat 1 gram per hari selama 2 hari dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan
emetin 1mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.
BAB III

KASUS

Seorang anak bernama Cakra (3 th, 10kg) dibawa ke RS dengan keluhan diare
sejak lima hari yang lalu dengan frekuensi diare lebih dari lima kali sehari sampai
sekarang. Selain diare, ia mengeluh nyeri dan kram di perut serta sakit ketika BAB.
Pada waktu BAB pun, feses yang keluar sudah bercampur dengan darah dan berlendir
yang sering berbau busuk. Adanya tenesmus dan darah pada fesesnya membuat Cakra
sangat takut sehingga setiap BAB ia selalu menangis. Adanya keluhan lain seperti
demam dan mual-muntah, membuat Cakra tidak memiliki nafsu makan. BB cakra pun
menurun drastis.
Riwayat pengobatan terdahulu:
Ibu pasien telah memberikan oralit dan entrostop cair anak : 1 sachet (3x1) untuk
mengatasi diare dan antimo cair 1-2 sachet setiap 6-8 jam untuk mual-muntah, namun
tidak mampu untuk mengatasi kondisi sakit pasien.
Data Laboratorium :
Hb : 9 g/dL Data pemeriksaan klinik
Leukosit : 11.000/mm Suhu : 39oC
Na : 133 mEq/L Nadi : 82 x / menit
K : 4,6 mEq/L RR : 22 x / menit
Cl : 97 mEq/L TD : 96/54 mmHg
Glukosa : 196 mEq/L
Dari diagnosa dokter An. Cakra dinyatakan menderita disentri.
Pertanyaan:
Analisis kasus di atas dengan metode SOAP atau FARM (sertakan data normal lab).
Rekomendasikan terapi yang tepat untuk pasien di atas sesuai dengan guideline
terapinya!
PENYELESAIAN
1. SUBJEK
Nama : Cakra
Umur : 3 th
Keluhan pasien : diare sejak lima hari yang lalu dengan frekuensi diare lebih dari
lima kali sehari sampai sekarang. Selain diare, ia mengeluh nyeri dan kram di
perut serta sakit ketika BAB. Pada waktu BAB pun, feses yang keluar sudah
bercampur dengan darah dan berlendir yang sering berbau busuk. Adanya
tenesmus dan darah pada fesesnya membuat Cakra sangat takut sehingga setiap
BAB ia selalu menangis. Adanya keluhan lain seperti demam dan mual-muntah,
membuat Cakra tidak memiliki nafsu makan. BB cakra pun menurun drastis.
Riwayat pengobatan : Ibu pasien telah memberikan oralit dan entrostop cair anak
: 1 sachet (3x1) untuk mengatasi diare dan antimo cair 1-2 sachet setiap 6-8 jam
untuk mual-muntah, namun tidak mampu untuk mengatasi kondisi sakit pasien

2. OBJEKTIF

pemeriksaan Hasil lab Nilai normal Keterangan

Suhu 39C 37C Meningkat

Nadi 82 x/menit 70-100 x/menit Normal

RR 22 /menit 20-30 x/menit Normal

TD 96/54 mmHg 95/65 mmHg Normal

Hb 9 g/dl 10-16 g/dl Menurun

Leukosit 11.000/mm3 6.000-17500/mm3 Normal

Na 133 mEg/L 135-145 mEg/L Normal

K 4,6 mEg/L 3,5-5 mEg/L Normal

Cl 97 mEg/L 94-111 mEg/L Normal

Glukosa 196 mEg/L <200 mEg/L Normal

BB: 10 kg
Diagnosis : Disentri
3. ASSESMENT

4. PLANING
Pasien tetap diberikan oralit untuk mengganti cairan tubuh, diberikan setelah
BAB (dirumah)
Pasien diberikan antibiotik kotrimoksazol
Untuk demam pasien diberi parasetamol sirup (bila perlu)
Diberikan infus RL untuk mencegah dehidrasi
Disarankan untuk melakukan kultur bakteri
Vitamin b6 untuk pengatasan mual muntah dari pasien (bila perlu)
5. Terapi Non Farmakologi
Konsumsi makanan berserat
Menjaga lingkungan agar tetap bersih dan diri yang bersih
Membersihkan tangan sebelum makan ( kalau perlu pakai sabun)
Air yang diminum harus bersih dan sehat (air matang atau mendidih)
Banyak istirahat utuk mencegah atau memperbaiki dehidrasi
6. MONITORING
Monitoring kepatuhan minum obat
Monitoring keadaan feses
Monitoring tanda-tanda dehidrasi
7. KIE
Keluarga ikut menjaga diet pasien diberikan makanan lunak sampai frekuensi
berak kurang dari 5kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada
kemajuan.. Jika anak haus, beri minum. Jangan sampai terlambat memberikan
makanan dan minuman.
Cara pembuatan oralit dengan 1 sendok makan gula + sendok makan garam
diencerkan dalam satu gelas air putih.
Penularan disentri amuba dan basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan
kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan
sabun, suplai air yang tidakterkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.
Keluarga ikut berperan dalam mencegah penularan dengan kondisi lingkungan
dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang
tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perutdan buang air besar encer yang bercampur lendir dan darah. Etiologi dari disentri
ada 2, yaitu disenstri basiler yang disebabkan oleh Shigella,sp. Dan disentri amuba yang
disebabkan oleh Entamoeba hystolitica
4.2 SARAN
Penulis mengharapkan bagi setiap orang untuk tetap menjaga pola hidup bersih dan
sehat baik dari hal yang kecil seperti rajin mencuci tangan sampai hal yang besar. Dan
untuk pemerintah hendaknya senantiasa tetap memberikan pemahan tentang pola hidup
sehat dan bersih kepada setiap warga Negara agar mereka terhindar dari berbagai
penyakit serta perlunya pengawasan makanan dari pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2008. Disentri. Diakses dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Disentri_Amuba. Syaroni A. Hoesadha Y. 2006.
2. Buku Ajar Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta.Hembing, 2006. Jangan Anggap
Remeh Disentri. Simanjuntak C. H., 1991.
3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III . Fakultas kedokteran UI : Jakarta. Davis
K., 2007.
4. Robbins dan Cotrans. 2002. Dasar Patologis Penyakit. Buku EGC Kedokteran :
Jakarta.
5. Shigellosis. D i a k s e s d a r i http://www.emedicine.com/ med/topic2112.htm.

Anda mungkin juga menyukai