Anda di halaman 1dari 21

DISENTRI

I. Pendahuluan
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan kematian
dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri
(disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba).
Di Amerika serikat, insiden diseentri amoeba mencapai 1-5 % sedangkan disentri
basiler dilaporkan kurang dari 500.000kasus tiap tahunnya. Sedangkan kejadian disentri
amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler
dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare berat menderita disentri basiler.
Di dunia sekurangnya 200 juta kasusdan 650.000 kematian terjadi akibat disentri
basiler pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler
ditemukan di Negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang.
Disentri amoeba hampir menyebar di seluruh dunia terutama di Negara yang berkembang
yang berada didaerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, hygiene
individu, sanitasi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi serta cultural yang menunjang.
Penyakit ini biasa menyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun.
Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi di dunia. Prevalensi yang tinggi mencapai
50% di Asia, Afrika, dan Amerika selatan. Sedangkan pada Shigella di Amerika serikat
menyerang 150.000 kasus dan di Negara-negara yang berkembangShigella flexeneri dan S.
dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per tahun.
WHO menyebutkan bahwa sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada anak di
bawah usia 5 tahun adalah disentri. Adapun hasil survei evaluasi di Indonesia pada tahun
1989-1990 juga menunjukkan angka kejadian yang sama. Disentri menjadi penyebab
panting pada kesehatan dan kematian yang dikaitkan dengan diare.

II. Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron(usus), yang
berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan
tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur
lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Disentri merupakan peradangan
pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara
terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak
terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri,
yakni :
1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,
2. Berak-berak, dan
3. Tinja mengandung darah dan lendir.
Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab
disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya.Penyakit ini
seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga,baik karena kebersihan diri atau
individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan.
Penyebab Disentri yang paling umum adalah tidak mencuci tangan setelah
menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum makan. Cukup simple
memang untuk penyebab disentri sebagai kasus klasik, tapi itulah kenyataannya. Secara
garis besar penyebab penyakit disentri sangat erat kaitannya dengan kebersihan
lingkungan dan kebiasaan hidup bersih.
Bakteri penyebab penyakit disentri antara lain kontak dengan bakteri Shigella dan
beberapa jenis Escherichia coli (E. coli). Penyebab lain bakteri yang kurang umum
dari diare berdarah termasuk infeksi Salmonella dan Campylobacter. Untuk jenis
penyakit disentri amoeba, disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica
Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri maupun parasit
menyebar dari orang ke orang. Hal yang sering terjadi penderita menularkan anggota
keluarga untuk menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga yang lainnya. Infeksi oleh
mikroorganisme penyebab disentri ini dapat bertahan dan menyebar untuk sekitar empat
minggu.
Disentri juga dapat menyebar melalui makanan yang terkontaminasi. Negara
miskin yang memiliki sistem sanitasi yang tidak memadai menunjukkan angka yang tinggi
untuk kejadian kasus penyakit disentri. Frekuensi setiap patogen penyebab penyakit
disentri bervariasi di berbagai wilayah dunia. Sebagai contoh, Shigellosis yang paling
umum di Amerika Latin sementara Campylobacter adalah bakteri yang dominan di Asia
Tenggara. Disentri jarang disebabkan oleh iritasi kimia atau oleh cacing usus.

Mikroorganisme Penyebab Disentri


Disentri Amoeba (amoebiasis) disebabkan oleh parasit protozoa yang dikenal
dengan nama Entamoeba histolytica. Amuba bisa eksis untuk jangka waktu yang lama di
usus besar (kolon). Pada sebagian besar kasus, amoebiasis tidak menimbulkan gejala
(hanya sekitar 10% dari individu yang terinfeksi). Hal ini jarang kecuali di zona tropis
dunia, di mana penyakit ini sangat lazim. Orang dapat terinfeksi setelah menelan kotoran
yang mengandung parasit kemudian di ekskresikan seseorang.
Orang-orang berisiko tinggi tertular parasit melalui makanan dan air jika
terkontaminasi atau tercemar oleh limbah. Parasit juga dapat masuk melalui mulut ketika
tangan di cuci dalam air yang terkontaminasi. Jika orang mengabaikan untuk mencuci
dengan benar sebelum menyiapkan makanan, makanan dapat terkontaminasi. Buah-
buahan dan sayuran bisa terkontaminasi jika dicuci dalam air tercemar atau ditanam di
tanah yang telah dipupuk oleh limbah manusia.
Untuk mikroorganisme penyebab disentri bakteri Shigella dan Campylobacter,
merupakan penyebab penyakit disentri bacilliary yang dapat ditemukan di seluruh dunia.
Mereka menembus lapisan usus, menyebabkan pembengkakan, ulserasi, dan diare parah
yang mengandung darah dan nanah. Kedua infeksi disebarkan oleh konsumsi makanan
yang terkontaminasi tinja dan air. Jika orang tinggal atau melakukan perjalanan di wilayah
di mana kemiskinan atau kepadatan dapat mengganggu kebersihan dan sanitasi, mereka
beresiko terkena bakteri invasif. Anak-anak (usia 1 sampai 4) hidup dalam kemiskinan
yang paling mungkin untuk kontak Shigellosis, campylobakteriosis, atau salmonellosis.

III. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, insidensi penyakit ini rendah. Setiap tahunnya kurang dari
500.000 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). Di Bagian Penyakit
Dalam RSUP Palembang selama 3 tahun (1990-1992) tercatat dicatatan medis, dari 748
kasus yang dirawat karena diare ada 16 kasus yang disebabkan oleh disentri basiler.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Indonesia dari Juni
1998 sampai dengan Nopember 1999, dari 3848 orang penderita diare berat, ditemukan 5%
shigella.
Prevalensi amebiasis sangat bervariasi, diperkirakan 10 persen populasi terinfeksi.
Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia merupakan host dan reservoir
utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman, dengan perantara
lalat, kecoak, kontak interpersonal, atau lewat hubungan seksual anal-oral. Sanitasi
lingkungan yang jelek, penduduk yang padat dan kurangnya sanitasi individual
mempermudah penularannya.

IV. Etiologi

Etiologi dari disentri ada 2, yaitu :


1. Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella s p.
Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4
spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe
O dariShigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal. Karena
kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi
beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan menginvasi sel
epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini
kadang-kadang bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang
jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-
tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan
tenesmus. Shigella sp merupakan penyebab terbanyak dari diare invasif (disentri)
dibandingkan dengan penyebab lainnya. Hal ini tergambar dari penelitian yang dilakukan
oleh Taylor dkk. di Thailand pada tahun 1984.

2. Disentri amoeba, disebabkan Entamoeba hystolitica.


E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme
komensal apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah
menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding
usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk
trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista.
Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10 mm) dan
trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus
tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit akan
keluar bersama tinja. Sementara trofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen dan
dinding usus (intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan
gejala disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal dapat sampai 50 mm) dan
mengandung beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering
menelan eritrosit (haematophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab
terhadap terjadinya gejala penyakit namun cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia.
mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa
sakit dan tenesmus.
Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa. Bentuk kista
hanya dijumpai di lumen usus. Bentuk kista bertanggung jawab terhadap terjadinya
penularan penyakit dan dapat hidup lama di luar tubuh manusia serta tahan terhadap asam
lambung dan kadar klor standard di dalam sistem air minum. Diduga kekeringan akibat
penyerapan air di sepanjang usus besar menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.

V. Anatatomi dan Fisiologi Saluran Pencernaan

Sistem Pencernaan Pada Manusia adalah proses pemecahan molekul zat makanan
menjadi zat yang lebih sederhana. Sistem pencernaan manusia terdiri atas berbagai macam
sistem organ pencernaan. Proses pencernaan makanan berlangsung di dalam sistem
pencernaan yang meilibatkan proses pencernaan mekanis oleh gigi-gigi di mulut dan
pencernaan kimiawi oleh enzim-enzim yang ada di saluran pencernaan. Berikut urutan
sistem pencernaan manusia yang dijelaskan mulai dari sistem pencernaan manusia lengkap
dan fungsinya, penjelasannya serta sistem pencernaan manusia beserta gambarnya secara
berurutan mulai dari mulut hingga anus:
a. Mulut
Di dalam rongga mulut inilah makanan mulai dicerna, baik secara mekanis maupun
secara kimiawi. Di dalam rongga mulut terdapat alat-alat yang membantu berlangsungnya
proses pencernaan seperti gigi, lidah, dan kelenjar air lur. Gigi berfungsi untuk mengunyah
makanan dan kelenjar air liur mengandung enzim amilase (ptialin) yang berfungsi untuk
mencerna polisakarida (amilum) menjadi disakarida.

b. Kerongkongan (Esofagus)
Organ ini berfungsi untuk menghubungkan mulut dengan lambung. Panjang
kerongkongan ± 20 cm dan lebar ± 2 cm. Kerongkongan dapat melakukan gerak peristaltik,
yaitu gerakan melebar, menyempit, bergelombang, dan meremas-remas agar makanan
terdorong ke lambung. Di kerongkongan, zat makanan tidak mengalami pencernaan.

c. Lambung (Ventrikulus)
Lambung berupa kantung yang terletak di dalam rongga perut di sebelah kiri.
bagian-bagian lambung dibagi menjadi tiga daerah, yaitu:
1. Kardiak adalah bagian lambung yang paling pertama untuk tempat masuknya makanan
dari kerongkongan (esofagus)
2. Fundus adalah bagian lambung tengah yang berfungsi sebagai penampung makanan
serta proese pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzim.
3. Pilorus adalah bagian lambung terakhir yang berfungsi sebagai jalan keluar makanan
menuju usus halus.
Di dalam lambung terjadi pencernaan secara kimiawi yang disekresikan dalam
bentuh getah lambung. Sekresi getah dipacu oleh hormon gastrin. Getah ini tersusun dari:
1. HCl ; membunuh mikroorganisme dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.
2. Pepsin : merubah protein menjadi molekul yang lebih kecil (pepton).
3. Renin : merubah kaseinogen pada susu menjadi kasein. Selanjutnya kasein
digumpalkan oleh in Ca2+.
4. Lipase : merubah lemak menjadi asam lemak dam gliserol.
5. Musin : protein yang berfungsi untuk melicinkan makanan.
Setelah makanan dicerna di dalam lambung, makanan ini berubah menjadi bentuk
seperti bubur atau disebut kim (chyme).

d. Usus Halus (Intestinum)


Usus halus merupakan saluran terpanjang yang terdiri dari tiga bagian, yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Panjang
usus halus sekitar 6 hingga 8 meter yang dibagi menjadi 3 bagian, yakni: duodenum (± 25
cm); jejunum (± 2,5 m); dan illeum (± 3,6 m).
Di duodenum bermuara kantung empedu dari hati (hepar) dan pankreas. Kantung
empedu mensekresikan empedu yang berfungsi untuk mengemulsi lemak. Sementara
pankreas menghasilkan getah pankreas yang tersusun dari:
1. Amilase/amylopsin : memecah amilum menjadi disakarida
2. Tripsinogen : akan diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin yang berfungsi
merubah protein menjadi asam amino.
3. Lipase : memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol
4. NaHCO3 : memberi suasana pH menjadi basa
Di usus halus juga diproduksi enzim enterokinase dan erepsinogen. Enterokinase
adalah enzim yang mengubah tripsinogen menjadi tripsin dan mengubah erepsinogen
menjadi erepsin. Tripsin dan erepsin berfungsi untuk mencerna protein menjadi asam
amino.
Hasil pencernaan selanjutnya akan menuju ke usus penyerapan (ileum). Di dalam
usus ini, sari-sari makanan akan diserap melalui jonjot-jonjot usus atau vili dan
selanjutnya akan diedarkan ke seluruh tubuh. Khusus untuk hasil pencernaan lemak tidak
diangkut lewat pembuluh darah melainkan melalui pembuluh getah bening.

e. Usus Besar (Colon)


Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus yang memiliki tambahan usus
yang berupa umbai cacing (appedix). Usus besar terdiri dari tiga bagian yaitu bagian naik
(ascending), mendatar (tranverse), dan menurun (descending). di usus besar tidak terjadi
pencernaan. Semua sisa makanan akan dibusukkan dengan bantuan bakteri E. coli dan
diperoleh vitamin K. Di bagian akhir usus besar terdapat rektum yang bermuara ke anus
untuk membuang sisa makanan.

VI. Patogenisis dan Patofisiologi

Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu
keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, diserta
ieksudat inflamasi yang mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman
Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier
asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan, dan lalat yang tercemar oleh
ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel
mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang
diserang Shigella namun ileumterminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat
biasanya di daerahsigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut
dan fatalditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi
biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid,
dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi
ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung S.dysentriae, S.flexeneri,
dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang
mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut merupakan
salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel mukosa
kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang
khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm
sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi
perlekatan dengan peritoneum.
Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus
besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus
danmenimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampaisaat
ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,sifat
keganasan (virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai peran.Amoeba yang
ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase danlisozim yang dapat mengakibatkan
kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di
lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapidi lapisan submukosa dan muskularis melebar
(menggaung). Akibatnya terjadiulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya
terjadi reaksi radang yangminimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus
dapat terjadi disemua bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan
tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.

VII. Gambaran Klinis

Gejala-gejala disentri antara lain :


- Buang air besar dengan tinja berdarah
- Diare encer dengan volume sedikit
- Buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus)
- Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
Ciri-ciri saat jika terkena disentri adalah sebagai berikut :
- Panas tinggi (39,50°C – 40,0°C), appear toxic
- Muntah-muntah
- Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB
- Kadang disertai gejala serupa ensefalitis dan sepsis
- Diare disertai darah dan lendir dalam tinja
- Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit
- Sakit berut hebat (kolik)

Gejala Disentri Basiler


Disentri Basiler Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala
rerata 7 hari sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare
disertai demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih
mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun.
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang
berat.Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja
sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk yang berat (fulminating cases)
biasanya disebabkan olehS.dysentriae.
Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak seperti air
denganlendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi
dehidrasi,renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya
timbulrasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi.
Mukamenjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan viskositas darah meningkat
(hemokonsentrasi).
Kadang-kadang gejalanya tidak khas,dapat berupa seperti gejala kolera atau
keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria
dan koma uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan.
Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat misalnya
kelaparan. Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat membaik secara perlahan-lahan
tetapi memerlukan waktu penyembuhan yang lama. Pada kasus yang sedang keluhan dan
gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih berbentuk, mungkin dapat mengandung sedikit
darah/lendir. Sedangkan pada kasus yang ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih
ringan. Berbeda dengan kasus yang menahun, terdapat serangan seperti kasus akut
secaramenahun. Kejadian ini jarang sekali bila mendapat pengobatan yang baik.
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut,
demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin
dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan
kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir
dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus
rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara
spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak
dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan
bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu
yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun
dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang.Pada penyembuhan infeksi,
kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi
ini tidak melindungi terhadap reinfeksi
Gejala Disentri Amuba meliputi:
· diare berair, yang dapat berisi darah, lendir atau nanah,
· mual dan muntah,
· nyeri perut, dan
· demam dan menggigil.
Gejala-gejala disentri amuba biasanya berlangsung dari beberapa hari sampai
beberapa minggu. Namun, tanpa pengobatan, bahkan jika gejala hilang, amuba dapat terus
hidup di usus selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Infeksi masih dapat
ditularkan kepada orang lain dan diare masih bisa kembali. Bahayanya penyakit desentri
amuba dapat bersifat fatal bila terjadi komplikasi antara lain usus berlubang (perforasi
usus), infeksi selaput rongga perut (peritonitis), abses di hati dan otak. Dan bila infeksi
amuba ini tidak diobati secara tuntas, dapat mengakibatkan kematian.
a) Carrier (Cyst Passer)
Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan
karena amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi
kedinding usus.
b) Disentri amoeba ringan
Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan. Penderita
biasanyamengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang.
Dapattimbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga
tinja bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid,
jarang nyeri di daerah epigastrium. Keadaan tersebut bergantung pada lokasiulkusnya.
Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit demam ringan(subfebris).
Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan.
c) Disentri amoeba sedang
Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berta dibanding disentri ringan,tetapi
pasien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Tinja biasanyadisertai lendir
dan darah. Pasien mengeluh perut kram, demam dan lemah badan disertai
hepatomegali yang nyeri ringan.
d) Disentri amoeba berat
Keluhan dan gejala klinis lebih berta lagi. Penderita mengalami diaredisertai
darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (400C – 40,5 0C) disertai
mual dan anemia.
e) Disentri amoeba kronik
Gejalanya menyerupai disentri amoeba ringan, serangan-serangan
diarediselingi dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan
berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Pasien biasanya menunjukkan gejala
neurastenia. Serangan diare yang terjadi biasanya dikarenakan kelelahan, demam atau
makanan yang sulit dicerna.

VIII. Diagnosis

Disentri basiler
Perlu dicurigai adanya Shigellosis pada pasien yang datang dengan keluhan nyeri
abdomen bawah, dan diare. Pemeriksaan mikroskopik tinja menunjukkan adanya eritrosit
dan leukosit PMN. Untuk memastikan diagnosis dilakukan kultur dari bahan tinja segar
atau hapus rektal. Pada fase akut infeksi Shigella, tes serologi tidak bermanfaat. Pada
disentri subakut gejala klinisnya serupa dengan kolitis ulserosa. Perbedaan utama adalah
kultur Shigella yang positif dan perbaikan klinis yang bermakna setelah pengobatan dengan
antibiotik yang adekuat.

Disentri amuba
Pemeriksaan tinja sangat penting di mana tinja penderita amebiasis tidak banyak
mengandung leukosit tetapi banyak mengandung bakteri. Diagnosis pasti baru dapat
ditegakkan bila ditemukan amoeba (trofozoit). Akan tetapi ditemukannya amoeba bukan
berarti meyingkirkan kemungkinan penyakit lain karena amebiasis dapat terjadi bersamaan
dengan penyakit lain. Oleh karena itu, apabila penderita amebiasis yang telah menjalani
pengobatan spesifik masih tetap mengeluh nyeri perut, perlu dilakukan pemeriksaan lain,
misalnya endoskopi, foto kolon dengan barium enema atau biakan tinja.
Abses hati ameba sukar dibedakan dengan abses piogenik dan neoplasma.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat membedakannya dengan neoplasma, sedang
ditemukannya echinococcus dapat membedakannya dengan abses piogenik. Salah satu
caranya yaitu dengan dilakukannya pungsi abses.

 Pemeriksaan penunjang
Disentri amoeba
Pemeriksaan tinja

Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat penting.


Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk pemeriksaan mikroskopik
diperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3
kali seminggu dan sebaiknya dilakukan sebelum pasien mendapat pengobatan.

Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari bentuk kista
karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan langsung tampak kista
berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya terdapat badan-badan kromatoid
yang berbentuk batang dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat
melihat intinya, dapat digunakan larutan lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-
badan kromatoid tidak tampak. Bila jumlah kista sedikit, dapat dilakukan pemeriksaan
menggunakan metode konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan
larutan seng sulfat kista akan terapung di permukaan sedangkan dengan larutan
eterformalin kista akan mengendap.

Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan tinja yang
masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang mengandung darah dan
lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang masih bergerak aktif seperti
keong dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan
tampak amoeba dengan eritrosit di dalamnya. Bentik inti akan nampak jelas bila dibuat
sediaan dengan larutan eosin.

Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi

Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita dengan gejala disentri,
terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba. Akan tetapi pemeriksaan
ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan ulkus yang khas
dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus
tampak normal.
Foto rontgen kolon

Pemeriksaan rontgen kolon tidak banyak membantu karena seringkali ulkus tidak
tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon dengan barium enema
tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma nampak filling defect yang mirip
karsinoma.

Pemeriksaan uji serologi

Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati amebik dan
epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan (invasif). Oleh karena
itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan negatif pada carrier.
Hasil uji serologis positif belum tentu menderita amebiasis aktif, tetapi bila negatif pasti
bukan amebiasis.

Disentri basiler

Pemeriksaan tinja.

Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab serta biakan hapusan
(rectal swab). Untuk menemukan carrier diperlukan pemeriksaan biakan tinja yang
seksama dan teliti karena basil shigela mudah mati . Untuk itu diperlukan tinja yang baru.

Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum
dipakai secara luas.

Enzim immunoassay. Hal ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar
penderita yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli.

Sigmoidoskopi. Sebelum pemeriksaan sitologi ini, dilakukan pengerokan daerah sigmoid.


Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada stadium lanjut.

Aglutinasi. Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua, maksimum pada hari
keenam. Pada S.dysentriae aglutinasi dinyatakan positif pada pengenceran 1/50 dan pada
S.flexneri aglutinasi antibodi sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka
jarang dipakai Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa hemoragik yang terlepas dan
ulserasi. Kadang-kadang tertutup dengan eksudat. Sebagian besar lesi berada di bagian
distal kolon dan secara progresif berkurang di segmen proksimal usus besar.
IX. Penatalaksanaan

Disentri basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah


istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan
antibiotika. Cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan
cairan rehidrasi oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi
dan berat badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikancairan melalui infus
untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah, cairan
dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita
berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan. Diet Diberikan makanan lunak
sampai frekuensi berak kurang dari 5kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa
bila ada kemajuan.
Pengobatan spesifik Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis
pasien diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan,
terapi diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan,antibiotika diganti dengan jenis
yang lain. Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol dantetrasiklin
hampir universal terjadi. Kuman Shigella biasanya resisten terhadap ampisilin, namun
apabila ternyata dalam uji resistensi kuman Terhadap ampisilin masih peka, maka masih
dapat digunakan dengan dosis4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula dengan
trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x 960 mg/hari selama 3-5 hari.
Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan disentri basiler karenatidak efektif.
Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau
makrolide azithromisin ternyata berhasil baik untuk pengobatan disentri basiler. Dosis
siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari sedangkan azithromisin
diberikan 1gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian
Ciprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita hamil. Di negara-
negara berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae tipe 1 yang multiresisten terhadap
obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada
antibiotika yang dianjurkan dalam pengobatan stadium carrier disentri basiler.
Disentri amuba Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg
tiga kali perhari selama 20 hari.Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500 mg
empat kali selama 5 hari. Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol
750 mgtiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama5 hari, dan
emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis ektraintestinal, menggunakan 3 obat
: Metonidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram per hari
selama 2 hari dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1mg/kgBB/hari/IM
selama 10 hari.

X. Pencegahan

Disentri amoeba Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang


memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat penting.
Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air dipanaskan 500C
selama 5 menit. Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi dan pengobatan carrier.
Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang berhubungan
dengan makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin khusus untuk pencegahan. Pemberian
kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.
Disentri basiler Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk Shigella.
Penularan disentri basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri
yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak
terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih
Dari program-program yang telah dibuat oleh pemerintah, terdapat cara-cara untuk
mencegah terjadinya disentri. Salah satunya dengan melakukan program PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting,yaitu mencuci tangan. Mencuci tangan
sering dianggap sebagai hal biasa di masyarakat. Ada yang tidak mencuci tangan sebelum
makan,ada yang mencuci tangan hanya sekedar dengan air. Padahal mencuci tangan
merupakan pencegahan terjadinya penyakit yang paling penting. Cara mencuci tangan yang
paling benar yaitu dengan cara memakai air bersih dan sabun atau antiseptik. Sabun dan
antiseptik berguna untuk membersihkan kuman atau bakteri yang ada di tangan. Mencuci
tangan hingga steril menggunakan sembilan langkah yang diterapkan dan dianjurkan oleh
rumah sakit adalah cara mencuci tangan yang paling benar. Mencuci tangan dilakukan
setelah buang air besar,sebelum memasak atau menjamah makanan,sebelum dan sesudah
makan.
Langkah selanjutnya yaitu menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan. Ini
bertujuan agar makanan tidak berisi bakteri dan makanan menjadi makanan yang bersih
dan sehat untuk dikonsumsi. Dalam kehidupan sehari-hari,ada masyarakat yang kurang
menjaga kebersihan. Sehingga tidak jarang di dalam rumah atau ruangan mereka banyak
terdapat serangga atau binatang lain yang dapat menimbulkan penyakit seperti lalat,
kecoak, tikus, nyamuk, dan lainnya. Kebersihan alat-alat rumah tangga yang digunakan
untuk membuat makanan juga harus diperhatikan. Kita juga harus melindungi sumber air
agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja. Kamar mandi harus bersih dan
diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar matahari yang masuk, karena bakteri dapat
hidup di daerah yang lembab. Tinja dibuang secara saniter dan teratur. Dalam menjalankan
langkah-langkah pencegahan, sebaiknya masyarakat saling bergotong-royong, sehingga
setiap orang akan tahu bahaya dari penyakit ini. Dari pengetahuan tersebut akan tercipta
masyarakat yang harmonis, memiliki perilaku sehat,dan pola hidup sehat teratur.
Dalam bidang pelayanan kesehatan, sudah banyak diterapkan program-program
untuk mencegah disentri.Masyarakat juga harus mencari informasi-informasi terkini terkait
dengan upaya meningkatkan kesejahteraan kesehatan. Banyak juga klinik-klinik atau
rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang professional dengan
memperbanyak program sosialisasi dan penyuluhan ke masyarakat,sekolah-sekolah,di
banjar,dan dimana saja.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang
dapat dicegah. Memang sulit untuk mengobati penyakit disentri ini. Namun,dengan adanya
kesadaran dari setiap individu,dan menerapkan pengetahuan yang didapat dari sosialisasi,
edukasi, pengalaman, kontak sosial, atau motivasi dari orang terdekat, niscaya penyakit ini
setidaknya dapat dicegah. Bersama-sama semua orang bergotong-royong menerapkan pola
hidup sehat, berolahraga, dan memakan makanan yang sehat dan teratur. Semua orang
diharapkan dapat menjadi role mode bagi orang-orang yang belum tahu. Semuanya harus
dimulai dari diri sendiri.
Secara khusus sebagai berikut :
 Disentri tersebar karena kebersihan yang buruk. Untuk meminimalkan risiko
terkena penyakit ini, jaga selalu kebiasaan hidup bersih dan sehat.
 Cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum dan sesudah
makan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain/anak.
 Bila Anda bepergian, jangan minum air setempat kecuali telah direbus selama
paling sedikit 10 menit. Atau gunakan air kemasan atau minuman bersoda dari
kaleng atau botol yang masih dalam kondisi bersegel.
 Jangan minum dari air mancur umum atau membersihkan gigi dengan air keran
 Jangan makan buah segar atau sayuran yang tidak bisa dikupas sebelum makan.
 Jangan makan atau minum produk susu, keju atau susu yang mungkin belum
dipasteurisasi.
 Jangan makan atau minum apa pun yang dijual oleh PKL (kecuali minuman dari
kaleng benar disegel atau botol).
XI. Komplikasi
Disentri amoeba
Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri amoeba, baik berat maupun ringan.
Berdasarkan lokasinya, komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi :

Komplikasi intestinal
Perdarahan usus. Terjadi apabila amoeba mengadakan invasi ke dinding usus besar dan
merusak pembuluh darah.
Perforasi usus. Hal ini dapat terjadi bila abses menembus lapisan muskular dinding usus
besar. Sering mengakibatkan peritonitis yang mortalitasnya tinggi. Peritonitis juga dapat
disebabkan akibat pecahnya abses hati amoeba.
Ameboma. Peristiwa ini terjadi akibat infeksi kronis yang mengakibatkan reaksi
terbentuknya massa jaringan granulasi. Biasanya terjadi di daerah sekum dan
rektosigmoid. Sering mengakibatkan ileus obstruktif atau penyempitan usus.
Intususepsi. Sering terjadi di daerah sekum (caeca-colic) yang memerlukan tindakan
operasi segera. Penyempitan usus (striktura). Dapat terjadi pada disentri kronik akibat
terbentuknya jaringan ikat atau akibat ameboma.

Komplikasi ekstraintestinal
Amebiasis hati. Abses hati merupakan komplikasi ekstraintestinal yang paling sering
terjadi. Abses dapat timbul dari beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah infeksi
amoeba sebelumnya. Infeksi di hati terjadi akibat embolisasi ameba dan dinding usus
besar lewat vena porta, jarang lewat pembuluh getah bening.
Mula-mula terjadi hepatitis ameba yang merupakan stadium dini abses hati kemudian
timbul nekrosis fokal kecil-kecil (mikro abses), yang akan bergabung menjadi satu,
membentuk abses tunggal yang besar. Sesuai dengan aliran darah vena porta, maka abses
hati ameba terutama banyak terdapat di lobus kanan. Abses berisi nanah kental yang steril,
tidak berbau, berwarna kecoklatan (chocolate paste) yang terdiri atas jaringan sel hati yang
rusak bercampur darah. Kadang-kadang dapat berwarna kuning kehijauan karena
bercampur dengan cairan empedu.
Abses pleuropulmonal. Abses ini dapat terjadi akibat ekspansi langsung abses hati. Kurang
lebih 10-20% abses hati ameba dapat mengakibatkan penyulit ini. Abses paru juga dapat
terjadi akibat embolisasi ameba langsung dari dinding usus besar. Dapat pula terjadi
hiliran (fistel) hepatobronkhial sehingga penderita batuk- batuk dengan sputum berwarna
kecoklatan yang rasanya seperti hati.
Abses otak, limpa dan organ lain. Keadaan ini dapat terjadi akibat embolisasi ameba
langsung dari dinding usus besar maupun dari abses hati walaupun sangat jarang terjadi.
Amebiasis kulit. Terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus besar dengan
membentuk hiliran (fistel). Sering terjadi di daerah perianal atau dinding perut. Dapat pula
terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi ameba yang berasal dari anus.
Disentri basiler
Beberapa komplikasi ekstra intestinal disentri basiler terjadi pada pasien yang berada di
negara yang masih berkembang dan seringnya kejadian ini dihubungkan dengan infeksi
S.dysentriae tipe 1 dan S.flexneri pada pasien dengan status gizi buruk. Komplikasi lain
akibat infeksi S.dysentriae tipe 1 adalah haemolytic uremic syndrome (HUS). SHU diduga
akibat adanya penyerapan enterotoksin yang diproduksi oleh Shigella. Biasanya HUS ini
timbul pada akhir minggu pertama disentri basiler, yaitu pada saat disentri basiler mulai
membaik. Tanda-tanda HUS dapat berupa oliguria, penurunan hematokrit (sampai 10%
dalam 24 jam) dan secara progresif timbul anuria dan gagal ginjal atau anemia berat
dengan gagal jantung. Dapat pula terjadi reaksi leukemoid (leukosit lebih dari
50.000/mikro liter), trombositopenia (30.000-100.000/mikro liter), hiponatremia,
hipoglikemia berat bahkan gejala susunan saraf pusat seperti ensefalopati, perubahan
kesadaran dan sikap yang aneh.
Artritis juga dapat terjadi akibat infeksi S.flexneri yang biasanya muncul pada masa
penyembuhan dan mengenai sendi-sendi besar terutama lutut. Hal ini dapat terjadi pada
kasus yang ringan dimana cairan sinovial sendi mengandung leukosit polimorfonuklear.
Penyembuhan dapat sempurna, akan tetapi keluhan artsitis dapat berlangsung selama
berbulan-bulan. Bersamaan dengan artritis dapat pula terjadi iritis atau iridosiklitis.
Sedangkan stenosis terjadi bila ulkus sirkular pada usus menyembuh, bahkan dapat pula
terjadi obstruksi usus, walaupun hal ini jarang terjadi. Neuritis perifer dapat terjadi setelah
serangan S.dysentriae yang toksik namun hal ini jarang sekali terjadi.
Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon, prolaps rectal dan perforasi juga dapat
muncul. Akan tetapi peritonitis karena perforasi jarang terjadi. Kalaupun terjadi biasanya
pada stadium akhir atau setelah serangan berat. Peritonitis dengan perlekatan yang terbatas
mungkin pula terjadi pada beberapa tempat yang mempunyai angka kematian tinggi.
Komplikasi lain yang dapat timbul adalah bisul dan hemoroid

XII. Prognosis
Prognosis ditentukan dari berat ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan dini
yang tepat serta kepekaan ameba terhadap obat yang diberikan. Pada umumnya prognosis
amebiasis adalah baik terutama pada kasus tanpa komplikasi. Prognosis yang kurang baik
adalah abses otak ameba.
Pada bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan pengobatan
dini. Tetapi pada bentuk yang sedang, biasanya angka kematian rendah; bentuk dysentriae
biasanya berat dan masa penyembuhan lama meskipun dalam bentuk yang ringan. Bentuk
flexneri mempunyai angka kematian yang rendah.
TUGAS INDIVIDU

SISTEM GASTROINTESTINAL, ENTEROHEPATOBILIER, DAN PANKREAS

“DISENTRI”

DISUSUN OLEH :

NURUL LATIFA MUHAMMAD (4516111047)

DOSEN PEMBIMBING :

dr. DINA FADHILA MONIKA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2018

Anda mungkin juga menyukai