Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit reemerging, yakni penyakit yang menular
kembali secara massal. Malaria juga adalah suatu penyakit yang ditularkan
oleh nyamuk (mosquito borne diseases). Penyakit infeksi ini banyak
dijumpai di daerah tropis, disertai gejala-gejala seperti demam dengan
fluktuasi suhu secara teratur, kurang darah, pembesaran limpa dan adanya
pigmen dalam jaringan. Malaria diinfeksikan oleh parasit bersel satu dari
kelas Sporozoa, suku Haemosporida, keluarga Plasmodium. Penyebabnya
oleh satu atau lebih dari empat Plasmodia yang menginfeksi manusia: P.
Falciparum, P. Malariae, P. Vivax, dan P. Ovale. Dua P. Falciparum
ditemukan terutama di daerah tropis dengan resiko kematian yang lebih
besar bagi orang dengan kadar imunitas rendah. Parasit ini disebarkan oleh
nyamuk dari keluarga Anopheles.
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan
masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Malaria merupakan penyakit
yang sudah tidak asing lagi didengar oleh siapapun terutama di daerah
Papua. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah
Indonesia, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Contoh kecil saja kita
lihat disekitar kita masih banyak orang-orang yang membuang sampah
sembarangan. Hal ini bisa membahayakan bagi kita bukan Cuma orang
tersebut, tetapi bagi hampir semua penduduk yang bertempat tinggal di
daerah tersebut. Karena jika membuang sampah sembarangan dapat
menjadikannya sarang tempat berkembangnya nyamuk malaria (Anopheles).
Dan kalau ini dibiarkan terus-menerus, akan membahayakan karena
penyakit ini dapat menular kepada siapa saja yang tidak memiliki ketahanan
tubuh yang kuat. Tidak membedakan tua muda, besar kecil ataupun kaya
dan miskin. Oleh karena itu, makalah ini ditulis dan bertujuan agar
memberikan informasi kepada pembaca tentang malaria.

1
1. 2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan malaria?
2. Apa saja yang menjadi etiologi malaria?
3. Bagaimana tanda dan gejala malaria?
4. Bagaimana patofisiologi malaria?
5. Apa saja komplikasi yang bisa disebabkan oleh malaria?
6. Bagaimana pengobatan dan pencegahan dari malaria?
7. Sebutkan contoh kasus malaria beserta dengan konsep asuhan
keperawatannya?

1. 3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk kita lebih memahami dan
menambah pengetahuan mengenai penyakit malaria beserta contoh kasus
dan asuhan keperawatannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Definisi Malaria
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia dan splenomegali. penyakit menular ini sangat
dominan di daerah tropis dan sub-tropis atau kawasan tropika yang biasa
namun apabila diabaikan dapat menjadi penyakit yang serius. Parasit
penyebab malaria seperti malaria jenis Plasmodium falciparum merupakan
malaria tropika yang sering menyebabkan kematian. Ia adalah suatu
protozoa yang dipindahkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina terutama pada waktu terbit dan terbenam matahari.
Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari 2
miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria.

WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta


penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk
Anopheles. Penyakit malaria juga dapat diakibatkan karena perubahan
lingkungan sekitar seperti adanya Pemanasan global yang terjadi saat ini
mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan melalui
nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur,
kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk
lebih sering bertelur sehingga vector sebagai penular penyakit pun
bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit, diantaranya
demam berdarah dan malaria.

Penyakit malaria juga dapat dikatakan sebagai penyakit yang muncul


kembali (reemerging disease). Hal ini disebabkan oleh pemanasan global
yang terjadi karena polusi akibat ulah manusia yang menghasilkan emisi dan
gas rumah kaca, seperti CO2, CFC, CH3, NO, Perfluoro Carbon dan Carbon

3
Tetra Fluoride yang menyebabkan atmosfer bumi memanas dan merusak
lapisan ozon, sehingga radiasi matahari yang masuk ke bumi semakin
banyak dan terjebak di lapisan bumi karena terhalang oleh rumah kaca,
sehingga temperatur bumi kian memanas dan terjadilah pemanasan global
(Soemirat, 2004)

2. 2. Etiologi Malaria
Etiologi malaria melibatkan 5 spesies plasmodium, disebarkan oleh
vektor nyamuk dari kebanyakan host manusia.
 Agen
Plasmodium penyebab malaria terdiri dari 5 spesies berikut:

1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium ovale
4. Plasmodium malariae
5. Plasmodium knowlesi: parasit malaria pada monyet yang telah dilaporkan
mampu menginfeksi manusia dan menyebabkan kematian di Asia
Tenggara
 Vektor
Terdapat sekitar 430 Anopheles sp tetapi hanya 30-40 spesies
merupakan vektor penularan malaria. Nyamuk-nyamuk malaria tersebut
menggigit sejak waktu matahari terbenam hingga waktu matahari terbit.
Hanya nyamuk malaria betina yang mampu menularkan penyakit ini
pada manusia. Nyamuk yang paling sering menggigit manusia, secara
berurutan adalah spesies Anopheles sundaicus, Anopheles gambiae,
Anopheles freeborni, Anopheles dirus.
 Inang (Host)
Host malaria adalah terutama manusia tetapi hewan peliharaan dan
ternak seperti babi, sapi, dan anjing juga dapat
menjadi host malaria. Plasmodium knowlesi memiliki host spesifik
monyet dan di Indonesia terdapat di Kalimantan. Walau demikian,

4
terdapat penyebaran dari monyet ke manusia sehingga menyebabkan
kematian.
 Faktor Risiko
Faktor risiko terkena malaria adalah sebagai berikut:

 Bayi
 Anak-anak di bawah usia 5 tahun
 Wanita hamil
 Penderita HIV/AIDS
 Seseorang yang bermigrasi ke daerah endemik malaria dan tidak
memiliki kekebalan tubuh atau mendapat profilaksis malaria
 Mobilisasi penduduk
 Para pelancong
 Transmisi parasit malaria melalui:
 Transfusi darah
 Transplantasi organ

2. 3. Tanda dan Gejala


Gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh
penderita. Waktu terjadinya infeksi pertama kali hingga timbulnya penyakit
disebut sebagai masa inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi
hingga ditemukannya parasit malaria didalam darah disebut periode
prapaten. Keluhan yang biasanya muncul sebelum gejala demam adalah
gejala prodromal, seperti sakit kepala, lesu, nyeri tulang (arthralgia),
anoreksia (hilang nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang
merasa dingin di pungung.

5
Keluhan utama yang khas pada malaria disebut “trias malaria” yang
terdiri dari 3 stadium yaitu:
1. Stadium menggigil
Pasien merasa kedinginan yang dingin sekali, sehingga menggigil.
Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari tangan biru, kulit kering dan
pucat. Biasanya pada anak didapatkan kejang. Stadium ini berlangsung 15
menit sampai 1 jam.
2. Stadium puncak demam
Pasien yang semula merasakan kedinginan berubah menjadi panas
sekali. Suhu tubuh naik hingga 41o C sehingga menyebabkan pasien
kehausan. Muka kemerahan, kulit kering dan panas seperti terbakar, sakit
kepala makin hebat, mual dan muntah, nadi berdenyut keras. Stadium ini
berlangsung 2 sampai 6 jam.
3. Stadium berkeringat
Pasien berkeringat banyak sampai basah, suhu turun drastis bahkan
mencapai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur
nyenyak dan saat bangun merasa lemah tapi sehat. Stadium ini
berlangsung 2 sampai 4 jam.

Pemeriksaan fisik yang ditemukan lainnya yang merupakan gejala


khas malaria adalah adanya splenomegali, hepatomegali dan anemia.
Gejala yang biasanya muncul pada malaria falciparum ringan sama
dengan malaria lainnya, seperti demam, sakit kepala, kelemahan, nyeri
tulang, anoreksia, perut tidak enak.
 Malaria Berat
Menurut WHO, malaria berat adalah malaria yang disebabkan oleh
infeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax aseksual dengan satu
atau lebih komplikasi, akan tetapi Plasmodium vivax jarang ditemukan pada
kasus ini. sebagai berikut :
1. Malaria cerebral
Terjadi akibat adanya kelainan otak yang menyebabkan
terjadinya gejala penurunan kesadaran sampai koma, GCS (Glasgow

6
Coma Scale) < 11, atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang yang
tidak disebabkan oleh penyakit lain.
2. Anemia Berat
Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15% pada hitung parasit >
10.000/μL, bila anemianya hipokromik/mikrositik dengan
mengenyampingkan adanya anemia defisiensi besi,
talasemia/hemoglobinopati lainnya.
3. Gagal ginjal akut
4. Urin < 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau < 12 ml/kgBB pada anak
setelah dilakukan rehidrasi, dan kreatinin > 3 mg%.
5. Edema paru / ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome).
6. Hipoglikemi (gula darah < 40 mg%).
7. Syok
Tekanan sistolik < 70 mmHg disertai keringat dingin atau perbedaan
temperatur kulit-mukosa > 10C.
8. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, traktus digestivus atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
9. Kejang berulang lebih dari 2x24 jam setelah pendinginan pada
hipertemia.
10. Asidemia (pH < 7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat < 15 mmol/L).
11. Makroskopik hemoglobinuri (blackwater fever) oleh karena infeksi pada
malaria akut (bukan karena obat anti malaria).
12. Diagnosis post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler pada jaringan otak.
Selain itu juga terdapat beberapa keadaan yang digolongkan dalam
malaria berat, yaitu :
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS < 15) atau dalam keadaan delirium dan
somnolen.
2. Kelemahan otot (tidak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan neurologik.
3. Hiperparasitemia > 5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil
malaria.
4. Ikterik (bilirubin > 3 mg%).

7
5. Hiperpireksia (temperatur rectal > 40˚C) pada dewasa/anak

2. 4. Patofisiologi Malaria
Ada 4 proses patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam,
anemia, imunopatologi dan anoksia jaringan, yang disebabkan oleh
perlekatan eritrosit yang terinfeksi pada endotel kapiler. Demam paroksimal
berbeda untuk keempat spesies tergantung dari lama maturasi skizonnya.
Serangan demam disebabkan pecahnya eritrosit sewaktu proses skizogoni-
eritrositik dan masuknya merozoit ke dalam sirkulasi darah. Demam
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi perifer yang mungkin juga
disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Setelah
merozoit masuk dan menginfeksi eritrosit yang baru, demam turun dengan
cepat sehingga penderita merasa kepansan dan berkeringat banyak. Anemia
disebabkan oleh destruksi eritrosit yang berlebihan, hemolisi autoimun, dan
gangguan eritropoesis. Diduga terdapat toksin malaria malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat
melalui limpa dan keluarlah parasit. Splenomegali disebabkan oleh adanya
peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit sehingga terjadi aktivasi
RES untuk memfagositosis eritrosit baik yang terinfeksi maupun yang tidak.
Kelainan patologik pembuluh darah kapiler disebabkan karena eritrosit yang
terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu
sehingga melekat pada ensotel kapiler, menghambat aliran kapiler, timbul
hipoksia/anoksia jaringan. Juga terjadi gangguan integritas kapiler sehingga
terjadi pembesaran plasma. Monosit/makrofag merupakan partisipan seluler
terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi.

8
 Pathway

9
2. 5. Komplikasi Malaria
Malaria dengan komplikasi dapat digolongkan sebagai malaria berat.
Diagnosis malaria berat meliputi adanya satu atau lebih Komplikasi
Penyakit Malaria, yaitu:
1. Malaria Serebral
Malaria serebral menyebabkan kerusakan pada otak, kejang-kejang
bahkan hingga koma. Penyebabnya adalah pembuluh darah otak tersumbat
oleh sel darah merah yang mengandung parasit malaria sehingga
mengakibatkan otak kekurangan oksigen. Gejala malaria serebral ini
biasanya didahului oleh sakit kepala, kehilangan kesadaran, kejang-kejang
hingga koma. Pada anak, koma dapat berlangsung selama satu hari.
Sedangkan pada orang dewasa hingga dua sampai tiga hari.
2. Anemia Berat
Parasit malaria mampu merusak dan menghancurkan sel darah
merah dengan cepat dan hebat yang berakibat anemia berat pada
penderitanya. Penderita komplikasi malaria dengan anemia berat
ini kebanyakan adalah anak-anak. Dampak anemia berat ini dapat berupa
gejala malaria serebral seperti kesadaran menurun, gangguan jantung-paru,
kejang-kejang hingga koma. Penanganan malaria dengan anemia berat ini
adalah dengan memberikan transfusi darah pada penderitanya.
3. Gagal Ginjal Akut (GGA)
Kelainan fungsi ginjal karena komplikasi malaria ini sering terjadi
pada penderita dewasa. Hal ini karena ada sumbatan pada kapiler darah
ginjal oleh parasit malaria yang berakibat aliran darah ke ginjal menurun.
Komplikasi gagal ginjal akut ini mengakibatkan peningkatan kadar asam
urat dalam darah, gangguan irama jantung dan peradangan pada
perikardium jantung.
4. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan kondisi gula rendah yang jika
penanganannya tidak tepat dan serius dapat mengakibatkan koma bahkan
kematian. Penderita komplikasi hipoglikemia mempunyai gejala keringat

10
dingin dan penurunan kesadaran. Komplikasi malaria dengan hipoglikemia
ini seringkali terjadi pada wanita pada masa kehamilan.
5. Malaria Billiosa atau Ikterus (Kelainan Hati)
Komplikasi Penyakit Malaria selanjutnya yaitu Ikterus atau
jaundice sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum. Penyakit
komplikasi malaria ini menimbulkan kuning pada kulit, selaput lendir,
mata dan mukosa. Penyebabnya adalah karena adanya peningkatan kadar
bilirubin dalam darah. Kelainan hati ini akan bertambah buruk jika
dibarengi dengan hipoglikemia dan gangguan metabolisme obat dalam
tubuh.
6. Edema Paru (Insufisiensi Paru)
Edema Paru juga sering terjadi pada wanita dalam masa kehamilan.
Biasanya lebih sering ditemukan saat memasuki usia kehamilan pada
trimester II dan III. Edema paru ini akan bertambah berat jika diikuti
dengan anemia. Komplikasi ini dapat membahayakan wanita hamil dan
calon janinnya.
7. Malaria Algid
Malaria Algid ditandai dengan penderita dengan kulit yang dingin
dan lembab, pernapasan dangkal, nadi cepat dan tekanan darah turun.
Komplikasi malaria algid ini akan lebih parah jika penderitanya muntah
dan panas karena kekurangan cairan.
8. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik merupakan kondisi saat keseimbangan asam
basa dalam tubuh terganggu karena peningkatan produksi asam. Pada
komplikasi malaria, parasit menghancurkan sel darah merah sehingga
mengurangi tingkat oksigen dan asam basa dalam tubuh. Komplikasi
malaria asidosis mengakibatkan penderitanya menjadi sesak napas.
Biasanya asidosis disertai dengan hipoglikemia, edema paru, syok dan
gagal ginjal.

11
9. Gangguan Perdarahan
Perdarahan ini merupakan pendarahan spontan yang terjadi di gusi
dan hidung. Gangguan perdarahan pada penderita komplikasi malaria ini
dapat menyebabkan syok, kehilangan kesadaran hingga koma.
10. Manifestasi gangguan Gastro-Intestinal
Penderita gejala malaria dengan komplikasi gangguan gastro
intestinal sering mengeluh tak enak di perut, mual, muntah hingga diare.
Bahkan gangguan ini juga bisa menyebabkan penderitanya mengalami
gagal ginjal, malaria disentri dan malaria kolera.
11. Hiperparasitermia
Komplikasi malaria ini diperburuk dengan adanya gejala malaria
serebral, gagal ginjal akut, ikterik, anemia berat, hipoglikemia dan
asidosis. Penderita dengan hiperparasitermia hampir selalu memberikan
kematian.

2. 6. Pengobatan dan Pencegahan Malaria


Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian
ACT. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian
ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat dilanjutkan
dengan ACT oral. Di samping itu diberikan primakuin sebagai gametosidal
dan hipnozoidal.

 Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi


1. Malaria falsiparum dan Malaria vivaks Pengobatan malaria falsiparum
dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah primakuin. Dosis ACT
untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks, Primakuin untuk
malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis
0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis
0,25 mg /kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6
bulan. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti
yang tertera di bawah ini: Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) +
Primaku

12
Tabel 1. Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan
dengan DHP dan Primakuin

Tabel 2. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan


DHP dan Primakuin

Catatan : Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan,


apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian
obat dapat berdasarkan kelompok umur.

a. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada


tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.

b. Apabila pasien P.falciparum dengan BB >80 kg datang kembali


dalam waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan Sediaan
Darah masih positif P.falciparum, maka diberikan DHP dengan dosis
ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.

13
2. Pengobatan malaria vivaks yang relaps Pengobatan kasus malaria vivaks
relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT yang sama tapi dosis
Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
3. Pengobatan malaria ovale Pengobatan malaria ovale saat ini
menggunakan ACT yaitu DHP ditambah dengan Primakuin selama 14
hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.
4. Pengobatan malaria malariae Pengobatan P. malariae cukup diberikan
ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan
malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin
5. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P.ovale Pada
penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta
primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

Tabel 3. Pengobatan infeksi campur P.falciparum P.vivax/P.ovale


dengan DHP + Primakuin

a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan,


apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian
obat dapat berdasarkan kelompok umur.

b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada


tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat
badan.

c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat


badan ideal. d. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.

14
 Pengobatan Malaria Berat
Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS)
atau puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang memadai,
misalnya jika dibutuhkan fasilitas dialisis, maka penderita harus dirujuk ke
RS dengan fasilitas yang lebih lengkap. Prognosis malaria berat tergantung
kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan.

1. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non Perawatan Jika


puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria
berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum
dirujuk berikan artesunat intramuskular (dosis 2,4mg/kgbb)
2. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau Rumah
Sakit Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia
dapat diberikan kina drip. Kemasan dan cara pemberian artesunat
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering
asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium bikarbonat
5%. Keduanya dicampur untuk membuat 1 ml larutan sodium artesunat.
Kemudian diencerkan dengan Dextrose 5% atau NaCL 0,9% sebanyak 5
ml sehingga didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10mg/ml). Obat diberikan
secara bolus perlahan-lahan. Artesunat diberikan dengan dosis 2,4
mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya
diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai penderita
mampu minum obat.

Contoh perhitungan dosis : Penderita dengan BB = 50 kg. Dosis


yang diperlukan : 2,4 mg x 50 = 120 mg Penderita tersebut
membutuhkan 2 vial artesunat perkali pemberian. Bila penderita sudah
dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen DHP
atau ACT lainnya (3 hari) + primakuin (sesuai dengan jenis
plasmodiumnya).

3. Pengobatan malaria berat mengunakan kina.Kemasan dan cara


pemberian Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria
berat. Obat ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat

15
intramuskular/intravena. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina
dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500 mg / 2 ml. Pemberian kina
pada dewasa:
 loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml (hati-
hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan
selama 4 jam pertama.
 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgbb
dalam larutan 500 ml (hati-hati overload cairan) dekstrose 5 % atau
NaCl.
 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl
0,9%.
 Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai
penderita dapat minum kina per-oral.
 Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan
kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali diberikan tiap 8
jam. Kina oral diberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada
orang dewasa atau klindamisin pada ibu hamil. Dosis total kina
selama 7 hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang
pertama.

Pemberian kina pada anak : Kina HCl 25 % (per-infus) dosis


10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6 - 8 mg/kg bb) diencerkan dengan
Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 % sebanyak 5 - 10 cc/kgbb diberikan
selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat minum
obat.

Catatan :

1. Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena


toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian
2. Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.

16
 Pemantauan Pengobatan
1. Rawat Jalan
Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada
hari ke 3, 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah
secara mikroskopis. Apabila terdapat perburukan gejala klinis selama
masa pengobatan dan evaluasi, penderita segera dianjurkan datang
kembali tanpa menunggu jadwal tersebut di atas.
2. Rawat Inap

Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap


hari dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga klinis membaik
dan hasil mikroskopis negatif. Evaluasi pengobatan dilanjutkan pada hari
ke 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara
mikroskopis.

 Pencegahan Malaria
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan secara eksternal dan
internal. Pencegahan secara eksternal misalnya memasang kelambu saat
hendak tidur, membersihkan lingkungan dari sarang nyamuk, serta
pemakaian obat nyamuk semprot dan obat nyamuk bakar. Pencegahan
secara internal, adalah dengan obat-obatan yang biasa digunakan untuk
mengobati penyakit malaria. Masing-masing obat memiliki aturan
pemakaian yang berbeda-beda. Demikian pula dengan pemakaiannya pada
kondisi masing-masing pasien. Harap selalu konsultasikan dengan dokter
untuk memperoleh keterangan yang lebih akurat.

17
2. 7. Contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan pada Malaria
Kasus
Sejak lebih 2 minggu SMRS klien mengatakan lemah, Klien juga
merasa demam & menggigil, suhunya naik turun, klien tidak bisa tidur, tidak
nafsu makan, mual dan muntah.Klien sempat minum obat yang dibeli dari
warung karena badannya masih panas pada pukul 08.00 WIB tanggal 17
Februari 2010, klien langsung di bawa keluarganya ke RSUD Palembang
Bari.

 IDENTITAS KLIEN DAN PENANGGUNG JAWAB


A. Identitas Klien
Nama : Tn. “A”

Umur : 25 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Indonesia

Alamat : JL. Abi kusmo, Plaju

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Swasta

Status Perkawinan : Menikah

No.Rekam Medik : 0559888

Tanggal Masuk RS : 17 Februari 2010

Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2010

Diagnosa Medis : Malaria vivax

18
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. “N“

Umur : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Indonesia

Alamat : JL. Abi kusmo, Plaju

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Hubungan dengan klien : Istri

 RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama
Klien merasa demam & menggigil

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak lebih 2 minggu SMRS klien mengatakan lemah, demam terlalu
tinggi, suhunya naik turun, klien tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, mual
dan muntah. Klien sempat minum obat yang dibeli dari warung karena
badannya masih panas pada pukul 08.00 WIB tanggal 17 Februari 2010,
klien langsung di bawa keluarganya ke RSUD Palembang Bari.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Tidak ada masalah kesehatan terdahulu

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit
malaria.

19
e. Riwayat Psikologi
Klien mengatakan sudah bisa menerima keadaannya dan keluarga selalu
memberikan motivasi kepada klien

f. Riwayat Sosial
Klien bersikap baik dan dapat bekerjasama dengan perawat, dokter, dan
tim kesehatan lainnya

g. Riwayat Spritual
Klien menganut agama Islam dan selalu berdoa akan kesembuhan
penyakitnya

h. Pola Aktivitas Sehari-Hari


No Kegiatan SMRS MRS
1 Pola Makan
- Frekuensi 3 x sehari 2x sehari
- Jenis Nasi dan lauk Nasi dan lauk
- Jumlah 1 piring ¼ piring

- Masalah Tidak ada Ada masalah.


Klien merasakan
lidahnya pahit dan
mual saat makan
2 Pola Minum
-Frekuensi 8 gelas / hari 8 gelas / hari
-Jenis Air putih Air putih
-Jumlah 1,5 liter 1,5 liter
- Masalah Tidak ada Tidak ada
3 Pola Eliminasi
BAB
-Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
-Konsistensi Padat Padat
-Warna Kuning Kuning

20
- Masalah Tidak ada Tidak ada
BAK
- Frekuensi 6-7 hari / hari 6-7 hari / hari
- Warna Kuning jernih Kuning jernih
- Jumlah 1000-1500 cc / 1000-1500 cc /
- Masalah hari hari
Tidak ada Tidak ada
4 Pola Aktivitas dan Istirahat
-Tidur siang 1 jam / hari 2 jam / hari
-Tidur malam 7 jam / hari 2 jam / hari
- Gangguan tidur Tidak ada Ada masalah.
Klien merasa
menggigil dan
klien merasa
terganggu dengan
suasana
lingkungan yang
ramai
5 Personal Hygiene
- Mandi 2x sehari 1x sehari
- Gosok gigi 2x sehari 2x sehari
- Rambut Bersih Cukup bersih
-Kuku Bersih Bersih
-Ganti pakaian 2x sehari 1x sehari

 PEMERIKSAAN FISIK
Tingkat kesadaran : compos mentis

 Vital sign
- TD : 110/70 mmHg

- RR : 24 x / menit

21
- Nadi : 86 x / menit

- Temperature : 38 0C

- BB SMRS : 48 kg

- BB selama masuk RS : 47 kg

- Tinggi badan : 155 cm

 Kepala
Rambut : hitam

Lesi : tidak ada

Kebersihan : bersih

Bentuk : lonjong

Masalah : tidak ada kelainan

 Mata
Bentuk : simetris

Sklera : tidak ikterik

Pupil : isokor

Konjungtiva : anemis

Masalah : tidak ada kelainan

 Hidung
Reaksi alergi : tidak ada

Polip : tidak ada

Kebersihan : bersih

Masalah : tidak ada kelainan

22
 Telinga
Pendengaran : baik

Lesi : tidak ada

Kebersihan : bersih

Masalah : tidak ada kelainan

 Mulut dan Gigi


Bibir : kering

Gigi : tidak ada caries

Lidah : tidak ada lesi

Kebersihan : bersih

Masalah : tidak ada kelainan

 Leher
Bentuk : simetris

Pergerakan : tidak terbatas

Pembesaran : tidak ada pembesaran vena jugularis

Masalah : tidak ada kelainan

 Dada
Inspeksi : simetris

Palpasi : tidak ada vokal permitus

Perkusi : sonor

Auskultasi : ada bising usus

Masalah : tidak ada kelainan

23
 Abdomen
Inspeksi : simetris

Palpasi : pembesaran pada hepar sebelah kiri

Perkusi : redup

Auskultasi : ada bising usus

 Ekstremitas atas
Bentuk : simetris

Keadaan : baik

Pergerakan : baik

Nyeri : tidak ada

Lesi : tidak ada

Masalah : tidak ada kelainan

 Ekstremitas bawah
Bentuk : simetris

Keadaan : baik

Pergerakan : baik

Nyeri : tidak ada

Lesi : tidak ada

Masalah : tidak ada kelainan

Genitalia : tidak melakukan pemeriksaan

24
 PEMERIKSAAN PENUNJANG (17 Februari 2010)
HEMATOLOGI HASIL NORMAL

Hemoglobin 14,8 L : 14-16 g/dl

P : 12-14 g/dl

Leukosit 8700 5.000-10.000/ul

Trombosit 210.000 150.000-400.000/ul

Hematokrit 34 % L : 40-48%

P : 37-43%

Basofil 0 0-1%

Eosinofil 0 1-3%

Batang 5 2-6%

Sigmen 70 50-70%

Limfosit 20 20-40%

Monosit 5 2-8%

DDR (malaria) (+) plasmodium Negatif


vivax

 THERAPY
- IVFD RL gtt 20 x/menit - diet BB

- Paracetamol 3x1 mg

- Kloroquin 4-4-2

- Ranitidin 2 x1 ampul

- Clobazam 1x1 mg

25
ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. A No. Reg. : 055988

Umur : 25 tahun Diagnosa : Malaria

Ruang Rawat : Perawatan laki-laki Alamat : Jl.abi kusmo

NO TGL ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH


JAM

1 18-02-10 DS: Klien mengatakan Nyamuk anopheles Peningkatan


badannya menggigil suhu tubuh
08.00 wib ↓
DO:
Plasmodium vivax
- Klien tampak gelisah

- Klien tampak menggigil
Masuk jaringan tubuh
- T : 38 0 c

- RR: 24 x / menit
Viremia
- Nadi : 86 x/ menit

inter leukin

peningkatan
hipotalamus

Peningkatan suhu
tubuh

26
2 18-02-10 DS: klien mengatakan Nyamuk Anopheles Gangguan
kurang nafsu makan kebutuhan
08.30 wib ↓
nutrisi
DO:
Plasmodium vivax
- klien tampak lemah

- Klien tampak mual
Masuk jaringan tubuh
- porsi makan yang tersedia

hanya dihabiskan ¼ piring
Viremia
- BB SMRS: 48 kg

- BB selama MRS : 47 kg
Lambung
- TD: 110 / 70 mm Hg

- Nadi : 86 x / menit
Asam lambung
- RR : 24 x / menit
meningkat

Refleks mual dan


muntah

Intake nutrisi menurun

Anoreksia

Perubahan nutrisi

27
 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan
hipotalamus ditandai dengan:

DS: Klien mengatakan badannya menggigil

DO: - Klien tampak gelisah

- Klien tampak menggigil

- T : 38 0 c

- RR: 24 x / menit

- Nadi : 86 x/ menit

2. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang


tidak adekuat ditandai dengan :

DS: klien mengatakan kurang nafsu makan

DO: - klien tampak lemah

- Klien tampak mual

- porsi makan yang tersedia hanya dihabiskan ¼ piring

- BB SMRS: 48 kg

- BB selama MRS : 47 kg

- TD: 110 / 70 mm Hg

- Nadi : 86 x / menit

- RR : 24 x / menit

28
 PERIORITAS MASALAH
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan
hipotalamus
2. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi
yang tidak adekuat

 INTERVENSI
DX Intervensi NOC Rasional
Hipertermi -Observasi keadaan Setelah dilakukan -Mengetahui
umum pasien intervensi selama perkembangan
-Observasi TTV pasien 3x24 jam keadaanumum dari
-Anjurkan pasien untuk diharapkan suhu px
banyak minum tubuh klien -Mengetahui
-Anjurkan pasien untuk kembali normal perubahan tanda
banyak istirahat dengan kriteria tanda vital pasien
-Anjurkan pasien hasil -Mencegah
menggunakan pakaian terjadinyadehidrasi
tipis -Suhu tubuh saat panas
-Beri kompres hangat di 37,5⁰c -Meminimalisir
bagian tubuh -Klien tidak produksi panas
-Beri penjelasan lemas -Memberikan
mengenai keadaan yang -TTV dalam pencegahan resiko
dapat menyebabkan rentang normal dehidrasi dan
evaporasi dan peningkatan suhu
meningkatkan hipertermi px
-Kolaborasi pemberian -Membantu dalam
penurun panas penurunan panas
Gangguan 1.Kaji intake klien Setelah dilakukan 1.Sebagai
pemenuhan 2.Tingkatkan intake intervensi selama informasi dasar
Nutrisi makan melalui : 3x24 jam untuk perencanaan
·Kurangi gangguan dari diharapkan awal dan validasi

29
luar pemenuhan data
· Sajikan makanan dalam nutrisi klien 2.Cara khusus
kondisi hangat terpenuhi dengan tingkatakan nafsu
·Selingi makan dengan kriteria hasil makan
minum ·Meningkatkan
·Jaga kebersihan mulut -Pemenuhan intake makanan
klien nutrisi klien ·Memudahkan
· Berikan makan sedikit terpenuhi makanan masuk
tapi sering -BB klien ·Mulut yang bersih
-Kolaborasi dengan ahli meningkat meningkatkan
gizii diet dan makanan -Tidak terjadi nafsu makan
ringan dengan tambahan mual dan muntah ·Mencegah mual
makanan yang disukai -Nafsu makan
bila ada klien meningkat
-Porsi makan 3.Memberikan
klien habis asupan deit yang
tepat

 IMPLEMENTASI
DX IMPLEMENTASI
Hipertermi -Melakukan observasi setiap kali setelah melakukan tindakan untuk
mengetahui keadaan umum
-Melakukan observasi TTV untuk mengetahui terjadinya penurunan
suhu dan kenaikan suhu pada px
-Mengajurkan pasien untuk banyak minum agar tidak terjadi
dehidrasi di lakukan juga pemantuan output px untuk mengetahui px
mengalami dehidrasi atau tidak
-Menganjurkan mengenakkan baju tipis untuk mempermudah tubuh
untuk menyesuaikan suhu px dan menghindari terjadinya dehidrasi
akibat evaporasi tubuh
-Melakukan kompres pada akral px untuk menurunkan suhu px
berikan setiap 2 jam sekali

30
-Memberikan penjelasan hal hal yang dapat memperburuk keadaan
pasien seperti mengenakkan pakain tebal dan mengunnakan selimut
yang tebal
-Melakukan kolaborasi pemberian obat penurun panas sesuai dosis
yang diberikan
Gangguan -Melakukan observasi mengenai intake makanan pada px setiapkali
pemenuhan px selesai makana untuk mengetahui porsi makanan yang telah di
Nutrisi habiskan
-Melakukan kolaborasi diet yang bervariasi dan menyajikan
makanan kesukaan px dan memberikan dan diselingi dengan
minuman dan menyajikan makanan selagi hangat

 Evaluasi
No Tanggal Dx SOAP TTD

1. 18-2-10 Dx 1 S: Klien mengeluh lemas dan merasakan panas pada


seluruh tubuh
07:00
O: Suhu tubuh: 37,5⁰C, Klien tampak lemas, Saat di
raba badan klien terasa panas

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjut Intervensi

2. 18-2-10 Dx 1 S: Px sudah tidak merasa mual muntah tapi nafsu


makan masih belum meningkat
10:00
O: Klien tampak lemas, Klien tidak menghabiskan
makanannya

A: Masalah teratasi sebagian

31
P : Lanjut Intervensi

 Evaluasi Sumatif
Tn.A pada tanggal 17 februari masuk rumah sakit denga keluhan klien
mengatakan lemah, Klien juga merasa demam & menggigil, suhunya naik
turun, klien tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, mual dan muntah tapi setelah
dilakukan tindakan keperawtan sehari di rumah sakit keadaan pasien mengalmi
kemajuan dimana terjadi penurunan suhu dimana suhu px yang semula 380C
menurun menjad 37,50C dan px tidak mengalami mual muntah kembali oleh
karena keadaan px belum sembuh secara total maka tindakan keperawatan pada
px dilanjutkan.

32
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang


disebabkan oleh parasit plasmodium dan ditularkan oleh oleh sejenis nyamuk
tertentu (Anopheles). Berbeda dengan nyamuk biasa (Culex), nyamuk ini
khususnya menyengat pada malam hari dengan posisi yang khas, yakni
bagian belakang mengarah keatas dengan sudut 48˚.
Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu
plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae, dan
plasmodium ovale. Malaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu manusia
maupun vertebra lainnya, dan hospes definitif, yaitu nyamuk.
Keluhan yang biasanya muncul sebelum gejala demam adalah gejala
prodromal, seperti sakit kepala, lesu, nyeri tulang (arthralgia), anoreksia
(hilang nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang merasa
dingin di pungung.
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan secara eksternal dan
internal. Pencegahan secara eksternal misalnya memasang kelambu saat
hendak tidur, serta membersihkan lingkungan dari sarang nyamuk.
Pencegahan secara internal, adalah dengan obat-obatan yang biasa digunakan
untuk mengobati penyakit malaria. Masing-masing obat memiliki aturan
pemakaian yang berbeda-beda.

3.2. Saran
Penyakit malaria disebabkan oleh nyamuk maka mengurangi
penyebaran dan berkembang biaknya nyamuk, maka dihimbau kepada
pembaca makalah ataupun masyarakat agar hidup bersih dan sehat : seperti,
menjaga kebersihan lingkungan, rumah, bila terkena malaria cepat berobat ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat.

33
DAFTAR RUJUKAN

dokterdarah.com. 2018. Komplikasi Penyakit Malaria yang Wajib Diwaspadai,


(https://dokterdarah.com/komplikasi-penyakit-malaria) diakses 15
Oktober 2018

Subdit Malaria Direktorat P2PTVZ. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Malaria,


(http://www.pdpersi.co.id/kanalpersi/data/elibrary/bukusaku_malaria.pdf)
diakses 15 Oktober 2018

Dokter sehat. 2018. Penyebab Gejala Dan Pencegahan Penyakit Malaria,


(https://doktersehat.com/penyebab-gejala-dan-pencegahan-penyakit-
malaria/) diakses 15 Oktober 2018

Yoesuf. 2013. Makalah Penyakit Malaria,


(https://yuesuf.wordpress.com/2013/04/16/makalah-penyakit-malaria/)
diakses 15 Oktober 2018

Mutia. 2017. Makalah Malaria,


(https://mutiakesmasiki.files.wordpress.com/2017/01/makalah-malaria-
epm-versi-terbaru.pdf) diakses 15 Oktober 2018

Hengky Saputra. 2018. Makalah Tentang Penyakit Malaria,


(https://www.academia.edu/9296962/makalah_tentang_penyakit_malaria)
diakses 15 Oktober 2018

makalahkita.com. 2018. Contoh Makalah Tentang Penyakit Malaria(Lengkap),


(http://makalahkita.com/contoh-makalah-tentang-penyakit-malaria/)
diakses 15 Oktober 2018

Jahja. 2018. Etiologi Malaria, (https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-


infeksi/malaria/etiologi) diakses 15 Oktober 2018

34
Anjani. 2016. Malaria,
(http://eprints.undip.ac.id/50817/3/Restu_Anjani_22010112140191_Lap.K
TI_Bab_2.pdf) diakses tanggal 15 Oktober 2018

Ung.ac.id. 2012. Malaria, (http://eprints.ung.ac.id/5683/5/2012-1-13201-


811408068-bab2-13082012040333.pdf) diakses tanggal 15 Oktober 2018

usu.ac.id. 2017. BAB II Tinjauan Pustaka.


(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../4/Chapter%20II.pdf),
diakses pada 15 Oktober 2018

35

Anda mungkin juga menyukai