PENDAHULUAN
Perhatian pada fenomena bencana alam tidak dapat lagi ditempatkan pada
isu-isu pinggiran. Selain dampak yang dihasilkan oleh sebuah bencana alam kini
menjadi semakin meluas akibat semakin terintegrasinya bangsa-bangsa di dunia,
bencana alam juga dapat mendisrupsi upaya pembangunan sebuah bangsa dengan
menghancurkan hasil jerih payah pembangunan yang telah dilakukan sekian tahun.
Statistik-statistik yang ada mungkin mampu berperan dalam mengangkat
pentingnya isu manajemen bencana bagi pengambil kebijakan, baik pemerintah,
sektor bisnis, atau penggiat masyarakat sipil.
Prinsip utama yang harus dipahami dalam isu manajemen bencana adalah
upaya untuk mengurangi dampak yang dihasilkan pada kehidupan masyarakat pada
property - properti masyarakat dan pada lingkungan. Prinsip manajemen bencana
ini pada dasarnya selalu sema untuk dijadikan dasar pengambilen kebijakan.
Walaupun demikian, kapasitas negara sebagai entitas yang secara umuin
dipergunakan dalam Hubungan Internasional nyata - nyata tidaklah sama. Karena
faktor-faktor politik, ekonomi atau budaya, sebuah negara memiliki kapasitas yang
berbeda dengan negara lainnya dalam mengelola bencana. Kapasitas negara-nogara
yang tidak sama tersebut dihadapkan pada kemungkinan terjadinya bencana di
negara manapun terlepas dari kapasitasnya menangani bencana. Hal inilah yang
menjadi titik tolak diperlukannya sebualh manajemen bencana internasional.
1
Penulis akan menutup artikel dengan melihat lebih jauh bagaimana aktor
negara berupaya tetap relevan di tengah-tengah pengaturan manajemen bencana
internasional dan regional dengan melihat kebijakan pemerintah Indonesia.
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa atau pembaca mengetahui dan
memahami tentang manajemen bencana internasional.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Korban Jiwa
Bencana Alam Tahun
(dalam ribuan)
Gempa bumi Medeterania di Mesir dan Syria 1201 1.100
Gempa bumi Shanzii (China) 1556 830
Angin topan Kalkuta (India) 1737 300
Gunung Meletus Tamboro (Indonesia) 1815 80
Wabah influenza 1917 20.000
Banjir sungai Yangtse 1931 3.000
Kelaparan (Rusia) 1932 5.000
Cyclone Bangladesh 1970 300
Gempa bumi Tangshan (China) 1976 665
3
sangat besar. Manajemen bencana yang dilakukan ketika itu juga mengandung
unsur penyelamnatan biodiversitas dengan memasukkan serangkaian flora dan
fauna ke dalam bahtera yang dibangun tersebut. Cerita tersebut juga menunjukkan
bahwa mereka yang tidak ikut serta dalam manajemen bencana Nabi Nuh terscbut
tidak terselamatkan. Metode analisa resiko dalam manajemen bencana alam juga
telah dilakukan pada tahun 3200 BC di mana masyarakat Asipu (kini Irak) scialu
menganalisis bencana-bencana yang mungkin terjadi berdasarkan tanda-tanda alam
untuk kemudian menghasilkan beberapa altcrnatif kebijakan. Manajemen bencana
juga dilakukan saat Gunung Vesuvius di Eropa meletus scmentara banyak
penduduk kota Pompei yang terletak tepat di kaki gunung tersebut terselamatkan
karena evakuasi besar-besaran yang dilakukan.
4
Sementara itu, di era moden (sejak abad ke-20), manajemen bencana
mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Untuk pertama kalinya dalam
sejarah mitigasi bencana, telah muncul upaya yang lebih terorganisasi dalam
mengelola kesiapan, mitigasi dan respon terhadp bencana. Pada tahap awal cra
manajemen bencana modern ini, berkembang pula pemikiran bahwa pemerintah
perlu memainkan peranan yang semakin besar dalam mencegah dan menangani
bencana alam untuk melindungi rakyatnya. Era ini discebut dengan "civil-defense
era”. Manajemen bencana menjadi semakin terinstitusionalisasi dalam negara yang
herarti komitmen yang berkelanjutan mengenai personil dan alokasi bujet negara.
Birokratisasi manajemen bencana ini, yang scbenarnya telah dimulai ketika era
Romawi, diberlakukan dalam rangka melindungi rakyat sipil dan mulai dilakukan
di Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan negara-negara lainnya sejak berakhirnya
Perang Dunia II.
5
Kelima fenomena atau tren tersebut antara lain adalah meningkatnya jumlah
manusia yang terkena dampak bencana, bencana alam secara umum yang
cenderung tidak terlalu mematikan (bila dibandingkan dengan dekade-dekade atau
abad-abad sebelumnya, bencana alam cenderung memberikan kerugian material
yang scmakin besar (costly), negara berkembang dan negara miskin terkena dampak
yang jauh lehih besar ketimbang negara-negara besar apabila mengalami bencana
alam, dan jumlah terjadinya bencana alam semakin besar dari tahun ke tahun.
6
Dollar AS sementara sejak 2000-an, bencana alam menelan kerugian sekitar 60
milyar Dollar AS. IHal ini dikarenakan urbanisasi yang mengakibatkan perkotaan
semakin berkembang dan ekonomi yang semakin bergantung pada teknologi yang
sangat rentan rusak akibat bencana. Sementara itu, dampak yang diakibatkan oleh
bencana alam bagi negara berkembang dan negara maju tidaklah proporsional
karena negara berkembang lebih terpukui bila terkena bencana.
7
Manajemen bencana internasional yang terstandardisasi dan terorganisasi
berkembang untuk menangani bencana yang muncul. Standar dalam respon
bencana telah disusun dari berbagai sumber dan aktor-aktor yang terlibat di dalam
manajemen bencana internasional telah diidentifikasi. Upaya-upaya manajemen
bencana internasional ini dilakukan untuk mengakhiri model manajemen bencana
internasional yang bersifat ad hoc dan tidak terinstitusionalisasi sehingga
diharapkan bencana alam tidak lagi memberikan dampak yang terlalu besar bagi
umat manusia.
8
5. Melaksanakan program bantuan teknis dan tcknologi uansfer scrta pelatihan
untuk mengimplementasikan langkah-langkah menlai memprediksi dan
memitigasi bencana alam.
9
database yang lengkap mengenai ketersediaan sumber daya penanganan bencana.
Selain itu, perjanjian tersebut juga mengotorisasi terbentuknya ASEAN Co-
ordinating Centre for Humanitarian Assistance (AHA Center) untuk
mengkoordinasi bantuan saat terjadinya bencana. Hal ini berbeda dengan
kesepakatan ASEAN 1976 yang lebih mengandalkan koordinasi ad hoc negara
yang terkena bencana. Perkembangan ini adalah perkembangan positif karena
dengan dibentuknya lembaga-lembaga dengan mekanisme yang ada terscbut
penanganan bencana menjadi lebih terinstitusionalisasi dan tidak lagi bersifat ad
hoc.
ACDM sendiri merupakan sebuah kelompok ahli (expert group) yang terdiri
dari kepala agensi yang bertanggung jawab atas manajemen bencana di masing-
masing negara anggota ASEAN ACDM bertanggung jawab atas seluruh aktivitas
koordinasi dan implementasi manajemen bencana secara regional di ASEAN.
ACDM telah menyusun Program Regional ASEAN mengenai Manajemen Bencana
sebagai kerangka kerjasama manajemen bencana ASEAN periode 2004-2010.
Dalam menjalankan fungsinya, ACDM juga bekerjasama dengan serangkaian
Partner Dialog ASEAN dan organisasi internasional lain yang relevan, seperti The
United States Department of Agricultural Forest Service, the Pasific Disaster
Center. UN High Commisioner for Refugees (UNHCR), dan lembaga lainnya.
Terdapat lima prioritas area yang ditctapkan oleh ACDM yaitu disusunnya ASEAN
Response Action Plan, program pelatihan atau pengembangan tenaga ahli, ASEAN
Disaster Information Sharing and Communication Network (ASEAN DISCNet)
melalui situs internet dan publikasi newsletter, menjalin kerjasama dengan
organisasi internasional yang relevan dan memobilisasi dukungan finansial dan
sumber daya lainnya, dan menetapkan hari ASEAN untuk manajemen bencana
serta memasukkan manajemen bencana ke dalam Pendidikan umum negara
anggotanya.
10
mengakui bahwa ia membutuhkan keterlibatan komunitas internasional.
Mekanisme manajemen bencana internasional yang seperti ini terkadang
memberikan kemungkinan bahwa tidak seluruh bencana alam yang membutuhkan
manajemen bencana internasional mendapatkan respon dan perhatian yang sama
dari kalangan intemasional. Respon dan perhatian yang tidak merata ini antara lain
disebabkan oleh donor fatigue di mana lembaga-lembaga donor tidak memiliki
sumber daya yang cukup karena terlalu banyaknya bencana yang ditanganı atau
terbatasnya komitmen sumber daya yang diberikan oleh negara negara donor,
kepentingan media, prioritas komunitas internasional yang teralihkan, atau
kejadian-kejadian lainnya yang mempengaruhi kepentingan nasional negara-negara
lain.
11
Selain fakta bahwa sebuah bencana nlam merupakan sebuah fenomena yang
turut mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sehuah peradaban, perlu
dipahami bahwa bencana alam merupakan sebuah peristiwa politik yang sama
pentingnya dengan pemilihan umum untuk masyarakat demokratis, bahkan isu-1su
konflik antarmegara atau perang sekalipun Scntral dalam implikasi manajermen
bencana internasional bila dilihat dalam kacamata Hubungan Internasional adalah
konsepsi state sovereignty atnu kedaulatan negara. Sebagaimana telah dijclaskan
secara singkat sebelumnya, mekanisme dalam manajemen bencana internasional
hanya dapat bekcrja apabila terdapat persetujuan dari negara yang aetkena bencaa
secara Janesung, Hukum intenasional menghendaki kedaulatan atau sovereignty
tetap berlaku dan tidak serta merta luluh ketika sebuah negara dianggap tidak
memiliki kapasitas yang mumpuni dalam merespon bencana yang terjadi di
wilayahnya. Selain permasalahan menyangkut tidak meratanya respon komunitas
internasional pada negara terkena bencana, adapula permasalahan saat negara yang
terkena bencana memutuskan untuk menutup diri terhadap bantuan atau bentuk
manajemen bencana asing lainnya sekalipun negaranya sangat membutuhkan
bantuan tersebut. Praktik menutup diri dengan dalih sovereignty ini dilakukan baik
oleh negara berkembang maupun negara maju.
12
mendorong terjadinya perilaku politik yang baru antara negara-negara yang
berkenflik, seperti India dan Pakistan yang saling memperbolehkan bantuan
kemanusiaan dari scsamanya saat bencana gempa bumi terjadi di wilayah konflik
Kashnir pada 2005 Alasan ketiga adalah kekhawatiran bahwa keterlibatan pihak
asing dalam manajemen bencana yang terjadı akan berujung pada turut campurnya
atau intervensi pihak asing terscbut dalam politik domestik negara yang terkena
bencana Seperti saat bencana topan Nargis menerpa Myanmar dan berdampak pada
nibuan korban jiwa, pemerintah Myanmar yang nyata-nyata tidak memihki
kapastas memadau untuk merespon bencana tersebul tetap menutup diri dari
keterlibatan pihak asing manapun, Komunitas internasional pun tetap menghormati
konsepsi national consent tersebut dengan konsekuensi lebih banyaknya lagi
korban bencana yang meninggal,
13
menyeluruh. Di antara tugas BNPB adalah melaporkan langsung kinerjanya kepada
presiden sebulan sckali dan setiap saat bilamana terjadi bencana alam dan
menggunakan serta mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan
internasional. BNPB ini kemudian juga bertugas menyusun pembentukan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah di tingkat Provinsi atau Kota – Kabupaten.
14
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
mendukung manajemen bencana nasional Indonesia. Dengan kata lain, proses
"menjemput bola" supaya bencana alam yang kerap terjadi tidak menghasilkan
kerugian materi besar dan memunculkan korban jiwa yang besar, harus diperbesar
untuk mendukung fase mitigasi dan persiapan bencana. Sementara ketika bencana
sudah terjadi. Indonesia semakin mampu meresponnya secara mandiri tanpa
memobilisasi sumber daya internasional secara besar-besaran. Pemetaan apa yang
dibidik dari setiap arrangement manajemen bencana interiasional maupun regional
ini mutlak dibutuhkan.
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Internet
http://www.brainyquote.com/quotes/keywords/disasters.html
17