Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima dirasakan


sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Respon yang ada harus
bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya
(Nursalam, 2002). Salah satunya adalah dalam pengelolaan obat pasien. Teknik pengelolaan
secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
pada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga
sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Sentralisasi obat sudah mulai dilakukan di Ruang Helikonia, dimana baik obat oral
maupun injeksi milik pasien sudah dikelola oleh perawat. Pemberia obat oral maupun injeksi
diresepkan oleh dokter diterima oleh perawat yang kemudian diserahkan kepada keluarga
pasien. Keluarga pasien mengambil obat dikamar obat atau apotek.
Pengawasan terhadap penggunaan obat oral maupun injeksi merupakan salah satu
tugas perawat. Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada
pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi jika
konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian lain yang bisa terjadi
adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek samping obat yang tidak
diharapkan.
Selain itu penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian pasien
secara ekonomi. Oleh karena itu diperlukan suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan
obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat dan pasien/keluarga serta resiko kerugian baik
secara material maupun non material dapat dihindari, pada akhirnya kepercayaan pasien
terhadap perawat juga semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, untuk lebih
mengoptimalkan pelaksanaan sentralisasi keperawatan, kami akan melaksanakan sentralisasi
obat baik oral maupun injeksi di ruangan tersebut.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat
dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu meningkatkan pemahaman perawat Ruang Helikonia dan mahasiswa dalam
menerapkan pemberian obat secara tepat dan benar sesuai dengan prinsip 6T dan 1
W ( tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat
dokumentasi dan waspada efek samping obat).
b. Mampu meningkatkan keterampilan perawat Ruang Helikonia dan mahasiswa RSUD
Ibnu Sina dalam mengelola sentralisasi obat.
c. Mampu meningkatkan kepatuhan pasien di Ruang Helikonia dalam penggunaan obat
sesuai dengan program terapi.
d. Mampu meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien serta keluarga terhadap
kinerja perawat Ruang Helikonia.

1.3 Manfaat
1. Bagi Klien
a. Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan
b. Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat
2. Bagi perawat
a. Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
b. Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi klien
c. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat.
3. Bagi institusi
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
b. Terciptanya model asuhan keperawatan professional
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 . Pengertian Sentralisasi Obat


Sentralisasi obat adalah Pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2011).

Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan paling sering mengapa obat perlu disentralisasi
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek,padahal obat standar yang lebih murah
dengan mutu terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sama
3. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat”hanya untuk mencoba”.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan banyak yang
membuang atau lupa untuk minum
6. Memesan obat lebih dari pada yang di butuhkan, sehingga banyak tersisa sesudah
batas kadalwarsa
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif
8. Meletaktan obat di tempat yang lembab, terkenak cahaya atau panas
9. Mengeluarkan obat(dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu
sehingga dipakai berlebihan atau dicuri(mc mahon,1999

2.2. Tujuan Sentralisasi Obat


Menurut Nursalam (2002) sentralisasi obat bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat
b.Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun secara moral.
c. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien.
d.Menyeragamkan pengelolaan obat
e. Mengamankan obat-obat yang dikelola
f. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat klien, dosis, waktu, cara.

2.3. Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat


Teknik pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang di
berikan kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya kepada
perawat (Nursalam,2007). Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk (Nursalam.2002).
Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau
keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat tersebut : Prinsip
Enam Benar.
a. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya.
Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti
menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.
b. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya,
bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa
tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat,
kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke
rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan
ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi.
Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
c. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat
harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan
ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada
beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau
tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya 1 amp ondansentron dosisnya ada 4
mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi harus
tetap hati-hati dan teliti.
d. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.
Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
1. Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
2. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti
usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui
vena (perset / perinfus).
3. Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
4. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang
(stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam
bentuk supositoria.
5. Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara
lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma,
atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
6. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama
susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat
yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada
lambung misalnya asam mefenamat.
e. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak
dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan

Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang diberikan kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya
kepada perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk. Pengeluaran dan pembagian
obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan
ikut serta mengontrol penggunaan obat tersebut.
a. Penerimaan obat
Resep obat dari dokter yang diserahkan ke perawat kemudian diberikan kepada
keluarga atau pada klien.Kemudian oleh keluarga diberikan pada depo farmasi di
Apotik. Obat yang sudah diambil kemudian oleh keluarga diberikan keperawat
ruangan untuk disimpan
b. Pembagian obat
1. Obat-obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam format pemberian obat oral/ injeksi dengan
terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter.
2. Sebelum obat diberikan pada pasien, sebelumnya perawat harus melakukan cross
check dengan perawat lain untuk meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat.
Kemudian perawat menjelaskan macam obat, manfaat, dosis obat, cara pemberian,
kontra-indikasi dan jumlah obat pada klien/ keluarga. Usahakan tempat obat kembali ke
perawat setelah obat dikonsumsi oleh klien dan observasi adanya efek samping setelah
minum obat. Kemudian perawat yang memberikan obat dan melakukan cross check
obat membutuhkan tanda-tangan pada kolom paraf.
3. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shift oleh perawat yang bertugas
berdasarkan format pemberian obat. Obat yang hampir habis akan diinformasikan oleh
perawat untuk diresepkan kembali oleh dokter penanggung jawab dan diambil oleh
keluarga di kamar obat atau apotek.
c. Penambahan Obat Baru
1. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal pemberian
obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian obat oral/ injeksi.
2. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka dokumentasi
dilakukan pada format pemberian obat oral / injeksi.
d. Obat Khusus
1. Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup mahal,
memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar
atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu saja.
2. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian obat oral/
injeksi khusus untuk obat tersebut dan dilakukan oleh perawat primer.
3. Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga meliputi nama obat, kegunaan obat,
waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan tempat obat,
sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian obat.
Usahakan terdapat saksi dari keluarga pada saat pemberian obat.
e. Pengembalian Obat
Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat dikembalikan
kepada klien/keluarga dengan ditanda tangani oleh klien/keluarga serta tanggal dan
waktu penyerahan

2.4 Pengorganisasian Peran


a) Kepala Ruangan
1) Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktek.
2) Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
3) Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi
b) Perawat Primer
1) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
2) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
3) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
c) Perawat Associate
Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien dirawat
Seorang menejer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan cara-cara
berikut ini :
1) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan penggunaan dan
efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua staf.
2) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan gantungkan di
dinding.
3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab beborosan obat.
4) Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat.
5) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat setiap
minggu pada waktu pertemuan staf.
6) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di perpustakaan (Mc
Mahon, 1999)

2.5 Alur Sentralisasi Obat

Dokter

Perawat

Pasien / Keluarga

Kamar obat Apotik


2.6 Menyimpan Persediaan Obat
a) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, dan menulis
etiket dan alamat pasien (pedoman, 1997). Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur
dengan baik merupakan bagian penting dari manajemen obat.
Obat yang diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persediaan
(Nursalam,2007)
b) System kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk menggantikan
buku persediaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar persediaan, yakni neraca
diseimbangkan dengan menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan
jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam buku besar persediaan, masing-masing barang
ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi dalam system kartu persediaan,
masing-masing barang dituliskan dalam kartu terpisah.
c) Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta lemari
pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan oral
(untuk diminum) dan obat luar

BAB 3
KEGIATAN SENTRALISASI OBAT

Pelaksanaan :
Topik :
Hari/Tanggal:
Waktu :
Tempat :

Metode
1. Pengawasan nama obat, jumlah, rencana pemakaian, penerima dan pemberi obat sesuai
dengan identitas pasien dan dicatat dalam buku serah terima obat.
2. Pengawasan dan pencatatan nama obat, dosis, frekuensi, jadwal dan jam pemberian
obat, jenis pemberian obat oral atau injeksi, sesuai dengan indentitas pasien pada
format kontrol dan pemakaian obat.

Instrumen
1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat
2. Lemari / kotak sentralisasi obat, tempat obat dan baki
3. Tanda bukti serah terima obat dari keluarga pasien
4. Format pemberian obat oral dan injeksi
Struktur Pengorganisasian :
Karu :
PP :
PA :
Pembimbing Akademik :
Pembimbng Klinik :
Supervisor :
Mekanisme Sentralisasi Obat

Tahap Kegiatan Waktu Tempat


PP ke Karu 10 menit Nurse Station
1. PP mengucapkan salam dan melaporkan
Karu bahwa pasien lama atau baru yang
mendapatkan obat baru belum
disentralisasikan.
2. Karu menyetujui PP untuk melaksanakan
sentralisasi obat.
3. Karu menanyakan cek persiapan
Pra
sentralisasi obat.
pelaksanaan
4. PP menyebutkan hal-hal yang perlu
dipersiapkan.
5. Karu memeriksakan kelengkapan
sentralisasi obat meliputi (informed
consent, formulir pemberian obat oral dan
injeksi, lembar surat terima obat).
6. Kontrak waktu dengan pasien dan
keluarga.
1. Karu, PP dan PA menuju ke bed pasien 30 menit Nurse station
untuk melaksanakan sentralisasi obat.
2. Karu memberi salam kepada klien atau Bed pasien
keluarga dan mempersiapkan PP untuk
menjelaskan sentralisasi obat.
3. PP menjelaskan tentang sentralisasi obat Bed pasien
(informed consent, formulir pemberian
obat oral dan injeksi, lembar surat terima
Pelaksanaan
obat) PP memberi kesempatan keluarga
untuk bertanya.
4. Karu melakukan validasi. Bed pasien
5. PP meminta keluarga dan atau pasien
untuk mengisi persetujuan dilakukan
sentralisasi obat.
6. Keluarga menandatangani persetujuan Bed pasien
sentralisasi obat.
7. PP menginformasikan pada keluarga dan Bed pasien
pasien bersedia dilaksanakan sentralisasi
obat.
8. PP memeriksa obat dari keluarga atau Bed pasien
klien.
9. PP dan keluarga menghitung jumlah obat Bed pasien
dibantu oleh PA yang kemudian
didokumentasikan dalam lembar surat
terima obat.
1. PA melakukan pencatatan pada lembar Bed pasien
pemberian obat dan jumlah obat yang
diterima dari keluarga juga dicatat.
2. PP dan PA menyiapkan obat sesuai Nurse Station
program terapi baik oral maupun injeksi.
3. PP dan PA memberikan obat oral maupun Bed pasien
injeksi pada pasien sesuai dengan jadwal.
4. PP memberikan penjelasan pada pasien Bed pasien
dan keluarga mengenai nama obat yang
akan diberikan, manfaat, dosis, cara
pemberian, efek samping obat, dan kontra
indikasinya.
5. PA memberikan obat kepada pasien Bed pasien
dengan melibatkan keluarga.
6. PA menandatangani daftar pemberian Bed pasien
obat serta mengobservasi efek samping
dari obat yang telah diberikan.
7. Setelah obat diberikan, keluarga diminta Bed pasien
menandatangani daftar pemberian obat
tersebut.

1. Karu mengecek kembali kelengkapan 5 menit Nurse station


Post
sentralisasi obat, antara lain dokumentasi
pelaksanaan
pada daftar pemberian obat, lembar surat
terima obat dan informed consent serta
cara pendokumentasian pada daftar
pemberian obat.
2. Karu memberikan reward kepada PP dan
PA.

A. Petunjuk Teknis Pengisian Format Surat Persetujuan Sentralisasi Obat


1 Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri, anak, istri,
suami,orang tua, dan lain-lain.
2 Nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, no reg diisi sesuai data klien yang
bersangkutan.
3 Ruangan diisi sesuai tempat pasien dirawat.
4 Pengisian tanggal sesuai dengan tanggal pelaksanaan informed consent (yaitu diawal
klien MRS).
5 Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan dan klien yang menyetujui
dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi.
B. Petunjuk Teknis Pengisian Format Pemberian Obat
1. Pengisian nama pasien, no register, umur, ruangan.
2. Kolom nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis, dan cara
pemberian.
3. Kolom tanggal diisi tanggal pemberian obat secara horizontal.
4. Kolom terima diisi jumlah obat yang diterima dari depo farmasi
5. Kolom penerima diisi nama perawat yang menerima, kemudian paraf
6. Kolom pemberian obat diisi sesuai jam berapa obat diberikan beserta nama perawat
atau paraf.
7. Kolom sisa diisi oleh perawat shift malam yaitu jumlah obat yang masih ada setelah
pemberian beserta nama perawat
C. Petunjuk Teknis Pengisian Tanda Bukti Serah Terima Obat (Untuk Farmasi)
1. Kolom tanggal penerimaan obat diisi sesuai dengan tanggal serah terima obat.
2. Pengisian nama pasien, umur, No. Register ruangan.
3. Kolom nama obat, dosis dan jumlah (sediaan) diisi sesuai dengan nama obat, frekuensi
pemberian dan jumlah yang diterima.
4. Kolom TT dan nama terang yang menyerahkan diisi oleh petugas farmasi.
5. Kolom TT dan nama terang yang menerima diisi oleh perawat yang menerima.
D. Petunjuk Teknis (Juknis) Sentralisasi Obat
1. Perawat menjelaskan tujuan dan manfaat dari sentralisasi obat (diawal MRS)
2. Pasien/ keluarga mengisi format persetujuan sentralisasi obat (diawal MRS)
3. Perawat menerima obat dari farmasi dengan model ODD (One Day Dose)
4. Perawat menyimpan obat yang telah diterima dan disimpan di kotak obat
5. Perawat meletakkan obat di tempat obat saat memberikan obat pada pasien sesuai
dengan jadwal pemberian obat yang telah ditentukan.

Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan dilakukan 4 hari sebelum pelaksanaan sentralisasi obat
b. Penyusunan proposal sentralisasi obat
c. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
d. Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum pelaksanaan
sentralisasi obat
e. Penentuan pasien yang akan dilakukan sentralisasi obat
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah
ditentutan dan pasien yang menyetujui informed consent untuk dilkukan
sentralisasi obat.
b. Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan.
3. Evaluasi Hasil
Dapat dilakukan sentralisasi obat untuk mencapai kinerja yang optimal serta dapat
mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi klien sehigga berdampak
pada peningkatan kepercayaan klien/keluarga kepada perawat.
LEMBAR PERSETUJUAN
DILAKUKAN SENTRALISASI OBAT

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : L/P *)
Umur :
Alamat :

Adalah istri / anak / orang tua *) dari pasien :


Nama :
Umur :
Alamat :
Ruang :
No. Reg. :

Menyatakan setuju/tidak setuju *) untuk dilakukan sentralisasi obat, setelah


mendapatkan penjelasan tentang sentralisasi obat yaitu pengaturan pemakaian obat yang
diatur atau dikoordinir oleh perawaat sesuai ketentuan dosis yang diberikan dokter.

Sentralisasi obat ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :


1.Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama pengelolaan sentralisasi obat.
2.Setiap ada resep dari dokter diserahkan dahulu kepada petugas farmasi untuk dilakukan
pengadaan obat.
3. Obat dari depo farmasi diserahkan kepada perawat berdasarkan dosis per harinya
4. Nama obat, dosis, jumlah yang diterima akan dicatat dalam buku serah terima dan
ditandatangani oleh petugas farmasi dan perawat yang menerima.
5.Obat akan disimpan di kantor perawatan.
6.Setiap hari perawat membagi obat sesuai dosis aturan minum dan diberikan pada pasien.
7.Bila pasien pulang dan obat masih ada atau belum habis sisa obat akan diberikan pada
pasien/keluarga.
Jombang,……...……………2017

Demikian persetujuan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan


sebagaimana mestinya.

Katim Yang membuat persetujuan

Saksi-saksi
1. …………………………….. 2.. ……………………………

BAB 4
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sentralisasi obat bertujuan untuk Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien
terutama dalam pemberian obat, mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan
efisien, mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat klien, dosis, waktu,
cara dan pendokumentasian.
Pelaksanaan sentralisasi obat yang dilaksanakan pada hari selasa, 12 Desember
2017 terhadap keluarga pasien An. X dapat berjalan dengan baik dan lancar. Pada
pelaksanaan telah disampaikan tentang tujuan dan manfaat serta alur pelaksanaan dari
sentralisasi obat di ruang Wijaya Kusuma.

3.2 Saran
Untuk perawat primer sebagai pelaksana sentralisasi obat diharapkan selalu
melakukan dokumentasi baik pada lembar observasi maupun pada daftar pemberian
obat.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktek Keperawatan


Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2014 Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan praktek Edisi 4. Jakarta :
Salemba Medika.
Gillies, 19VIII9. Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi Terjemahan. Alih
Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.

PSIK, 2007. Buku Panduan Manajemen Keperawatan : Program Pendidikan Ners. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai