Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima

dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat.

Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah

konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2008). Salah satunya adalah dalam

pengelolaan obat pasien. Teknik pengelolaan obat secara sentralisasi merupakan

pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien

diserahkan sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga

sepenuhnya dilakukan oleh perawat.

Sentralisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi farmakologi

(pengobatan) secara tepat pasien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pemberian

sehingga akan memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat di ruang Irna

2 dilaksanakan pada obat injeksi yang disimpan oleh petugas ditempat khusus

di ruang perawat dan diberikan menurut jadwal pemberian, sedangkan obat oral

diberikan kepada pasien/keluarganya dan perawat hanya memberitahukan cara

pemberiaannya. Resep dari dokter diberikan keluarga pasien untuk dibelikan di

apotek, setelah mendapatkan obatnya diserahkan ke perawat untuk dicatat pada

buku penerimaan obat. Karena hal tersebut diatas, kelompok 2 berencana akan

mensosialikan dan melaksanakan sentralisasi obat yang mencakup obat injeksi

maupun oral karena pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu

usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.


Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian

pada pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman

penyakit dapat terjadi jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan

baik. Kerugian lain yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh

atau timbulnya efek samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan

obat yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian pasien secara ekonomi. Oleh

karena itu diperlukan suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan obat

benar-benar dapat dikontrol oleh perawat dan pasien/keluarga serta resiko

kerugian baik secara material maupun non material dapat dihindari, pada

akhirnya kepercayaan pasien terhadap perawat juga semakin meningkat.

Berdasarkan hal tersebut, untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan sentralisasi

obat di Ruang flamboyan, kami melaksanakan sentralisasi obat baik oral

maupun injeksi di ruang tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pemberian dan kegiatan pelaksanaan sentralisasi obat dengan benar

dan tepat pada pasien ?

1.3. TUJUAN

1.3.1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan

mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mampu meningkatkan pemahaman perawat paviliun flamboyant dan

mahasiswa dalam menerapkan pemberian obat secara tepat dan benar


sesuai dengan prinsip 6 T dan 1 W ( tepat pasien, tepat obat, tepat dosis,

tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat dokumentasi dan waspada efek

samping obat) serta mendokumentasikan hasil pengelolaan.

2. Mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan

Mahasiswa Stikes Pemkab Jombang.

3. Mampu meningkatkan kepatuhan pasien di paviliun flamboyan dalam

penggunaan obat sesuai dengan program terapi..

4. Mampu meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien di paviliun

flamboyan dalam penggunaan obat sesuai dengan program terapi.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Sentralisasi Obat

2.1.1 Pengertian

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan

diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (

Nursalam, 2008 )

2.1.2 Tujuan Pengelolaan Obat

Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan

menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien

dapat terpenuhi

Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa

obat perlu disentralisasi.

1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.

2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart yang

lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan

yang sama.

3. Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “ hanya untuk mencoba “.

4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan

5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang

akan membuang atau lupa untuk minum.


6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang

tersisa sesudah batas kadarluarsa.

7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak

aktif.

8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.

9. Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu

waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri ( Mc Mahon, 2007 )

2.1.3. Manfaat

1. Bagi Klien

a. Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan

keperawatan

b. Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat

2. Bagi Perawat

a. Tercapainya kepuasan kerja yang optimal

b. Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang di konsimsi klien

c. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat

3. Bagi Institusi

a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat

b. Terciptanya model asuhan keperawatan profesional

2.1.4. Kelebihan

1. Pemberian sesuai prinsip 6 benar, yaitu benar pasien, benar obat, benar

dosis, benar cara, benar waktu, benar dokumentasi.

2. Pasien patuh terhadap program terapi


3. Pemberian obat dapat di pertanggung jawabkan

2.1.5. Kekurangan

1. Terjadinya daley time dalam proses penyiapan obat, permintaan dan

distribusi obat ke pasien yang cukup tinggi

2. Terjadiya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu

penyiapan.

2.2. UDD ( Unit Dose Dispensing )

2.2.1. Definisi

System pemberian obat pada paisen rawat inap dalam kemasan persekali pakai

untuk pemakaian selama 24 jam.

2.2.2. Tujuan

1. Mencegah terjadinya kesalahan obat

2. Menghemat biaya pengobatan pasien

2.2.3. Keuntungan

1. Klien menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan klien atau keluarga

hanya membayar obat yang di konsumsi

2. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawat telah disiapkan oleh IFRS,

jadi perawat mempunyai waktu lebih banyak untk perawatan langsung pada

klien.

3. Adanya sistem pemeriksaan ganda, sehingga mengurangi kesalahan.

4. Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan

5. Mengurangi kerugian biaya yang tidak terbayar oleh penderita

6. Penyediaan sediaan intravena dan rekomendasi obat oleh IFRS


7. Meningkatkan penggunaan personal profesional dan non profesional yang

lebih efisien

8. Menghemat ruangan di unit perawat dengan meniadakan pesediaan ruang

obat-obatan

9. Mencegah pencurian dan pemborosan obat

10. Mengurangi kesalahan obat

11. Apoteker dapat datang ke unit perawat untuk melakukan konsultasi obat

12. Penigkatan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat

menyeluruh

2.2.4. Kerugian

1. Apabila mendadak ada pasien yang membuuhkan obat, perawat tidak bisa

memberikan karena tidak ada stok obat di ruangan

2. Jumlah kebutuhan personel di instalasi farmasi di rumah sakit meningkat

3. Farmasi kurang dapat melihat data riwayat pasien dengan cepat

4. Apabila pengiriman obat dari farmasi mundur maka jadwal pemberian obat

selanjutnya mundur

2.2.5. Teknik Pengelolaan UDD

1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah bagian farmasi

2. Perawat menerima dan memberikan obat ke pasien

3. Keluarga memberikan persetujuan atas pemberian obat

4. Penerima obat

a. Dokter menulis CPO yang di berikan kepada perawat, perawat

mengantar CPO kebagian farmasi

b. Bagian farmasi mengkroscek ulang CPO dari ruangan, apabila sudah

sesuia obat di siapkan.


c. Obat disiapkan dalam boks UDD untuk satu hari pakai

d. Perawat menerima Boks UDD dari farmasi

e. Obat yang di terima dari farmasi diberikan kepada pasien dengan

meminta persetujuan keluarga

f. Apabila obat habis perawat meminta dokter membuat CPO baru

5. Pembagian Obat

a. Obat yang diterima selanjutnya di letakan di loker pasien

b. Obat di berikan oleh perawat kepada pasien sesuai dengan jam

pemberian yang tercantum didalam boks UDD

c. Perawat meminta tanda tangan kepada pasien sebagai bukti

persetujuan

d. Sediaan obat yang ada di kembalikan ke bagian farmasi

e. Penambahan obat baru :

Bila ada penambahan / perubahan jenis, dosis atau perubahan rute

pemberian obat, maka dokter akan membuat CPO baru dan CPO yang

lama sudah tidak di gunakan.

2.3. Pengorganisasian Peran

2.3.1. Kepala Ruangan

1. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktek

2. Memotivasi klien untukn mematuhi program terapi

3. Menilai kepatuhan terhadap program terapi

2.3.2. PP

1. Menjelaskan tujuan dilaksanakan sentralisasi obat


2. Menjelaskan manfaat dilaksanakan sentralisasi obat

3. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi

2.3.3. Perawat Associeate

Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaain obat selama klien

dirawat

2.4. Pelaksanaan

Kegiatan sentralisasi obat mulai dilaksanakan pada minggu kedua selama

mahasiswa praktek di paviliun flamboyan. Ruangan yang digunakan dalam

mengelola sentralisasi obat adalah ruang nurse station dan ruang perawatan.

2.5. Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat

Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana

seluruh obat yang diberikan kepada pasien baik obat yang diberikan kepada

pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya kepada

perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang

secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk. Pengeluaran

dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau

keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat tersebut

2.5.1. Penerimaan obat

Resep obat dari dokter yang diserahkan pada klien / keluarga diberikan pada

depo farmasi. Obat yang telah diresepkan kemudian disediakan oleh depo

farmasi ruangan dan disimpan


2.5.2. Pembagian obat

1. Obat – obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat

dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam format pemberian obat

oral / injeksi dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi yang

diinstruksikan dokter

2. Sebelum obat diberikan pada pasien, sebelumnya perawat harus

melakukan cross chek dengan perawat lain untuk meminimalkan

kesalahan dalampemberian obat. Cara pemberian, kontra-indikasi dan

jumlah obat pada klien / keluarga. usahakan tempat obat kembali

keperawat setelah obat dikonsumsi oleh klien dan observasi adanya efek

samping setelah minum obat membubuhkantanda tangan pada kolom

paraf

3. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shif oleh perawat yang

bertugas berdasarkan format pemberian obat, obat yang hampir habis akan

diinformasikan oleh perawat untuk diresepkan kembali oleh dokter

penanggung jawab dan diserahkan ke apotek untuk selanjutnya dikelola

2.5.3. Penambahan Obat Baru

1. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal

pemberian obat, maka informasi ini akan di masukan dalam format

pemberian obat oral / injeksi

2. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka

dokumentasi dilakukan pada format pemberian obat oral / injeksi


2.5.4. Obat Khusus

1. Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup

mahal, memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki

efeksamping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu

atau sewaktu saja

2. Pemberian obat khusus dilakukan denganmenggunakan format pemberian

obat oral / injeksi khusus untuk obat tersebut dan dilakukan oleh perawat

primer atau katim

3. Informasi yang diberikan kepada klien / keluarga meliputi nama obat,

kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab

pemberian dan tempat obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukan kepada

kepala keluarga setelah pemberian obat. Usahakan terdapat saksi dari

keluarga pada saat pemberian obat.

2.5.5. Pengembalian Obat

Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat

dikembalikan kepada klien / keluarga dengan ditangani oleh klien / keluarga

serta tanggal dan waktu penyerahan.

2.6. Instrumen

1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisai obat

2. Lemari / kotak sentralisai obat, tempat obat dan baki

3. Tanda bukti serah terima obat dari farmasi

4. Format pemberian obat oral dan injeksi


2.7. Alur Sentralisai Obat

Dokter Resep Perawat

Farmasi

Kroscek

Sesuai Tidak Sesuai

Pengaturan dan Dikembalikan Ke ruangan


pengelolaan oleh
petugas farmasi

Penerimaan dan pendistribusian oleh


perawat

Persetujuan
keluarga

Pasien

Obat sisa Obat Habis


2.8. Penyimpanan persedian obat

2.8.1. Ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, dan menulis etiket dan

alamat pasien ( Pedoman ,2008), penyimpanan stok ( persediaan ) yang teratur

dengan baik merupakan bagaian penting dari management obat, obat yang

diterima dicatat dalam buku besar persediaan atas dalam kartu persedian (

McMahon, 2008).

2.8.2. System Kartu

Sebuah kartu persediaan ( kartu stok ) Kadang – kadang digunakan untuk

menggantikan buku besar persedian, yakni neraca diseimbangkan dengan

menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan jumlah barang

yang dikeluarkan. Dalam buku besar persedian, masing-masing barang

ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi dalam system kartu

persediaan, masing-masing barang dituliskan dalam kartu terpisah.

2.8.3. Lemari Obat

Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta lemari

pendingin. Periksa persedian obat, pemisah antara obat untuk penggunaan obat

oral ( untuk minum ) dan obat luar ( Pedoman 2008).

2.9. Evaluasi

2.9.1. Evaluasi Struktur

1. Persiapan Dilakukan 3 hari sebelum pelaksanaan sentralisasi obat

2. Penyusunan proposal sentralisasi obat

3. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik


4. Konsuktasi dengan pembimbing dilaksanakan 2 hari sebelum pelaksanaan

sentralisasi obat

5. Penentuan pasien yang akan dilakukan sentralisasi obat

2.9.2. Evaluasi Proses

Dapat dilakukan sentralisasi obat untuk mencapai kinerja yang optimal serta

dapat mengontrol secar langsung obat-obatan yang dikumsumsi klien

sehingga berdampak pada peningkatan keprcayaan klien / kluarga kepada

perawa.
BAB III

RENCANA PELAKSANAN

3.1. Pengorganisasian

1. Kepala Ruangan :

2. PP 1 :

3. PA :

4. Petugas farmasi :

3.2. Pelaksanaan

1. Roleplay kegiatan UDD akan dilaksanakan pada :

a. Hari / Tanggal : Jumat

b. Waktu : 09.00 WIB

c. Tempat : Paviliun flamboyan RSUD Jombang

3.3. Topik

Pelaksanaan UDD pada saat dinas di Paviliun Flamboyan RSUD Jombang

3.4. Tujuan Sentralisasi Obat

3.4.4. Tujuan Umum

Mengaplikasikan peran perawat primer atau katim dalam pengelolaan

sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat

3.4.4. Tujuan Khusus

1. Mengelola obat pasien : Pemberian obat secra tepat dan benar sesuai

dengan prinsip 6T + 1 W dan mendokumentasikan hasil pengelolaan

2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman prawat primer atau katim dan

perawat asosiate dalam penerapan prinsip 6T + 1W


3. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatan

yang diberikan

4. Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam

pengelolaan sentralisi obat

5. Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi

3.4.3. Materi

Sentralisasi obat

3.4.4. Metode

Pendekatan secara langsung dengan pasien agar komunikasi terapiotik untuk

meyakinkan pasien agar bersedia mengikuti pengelolaan sentralisasi obat dan

menggunakan format pengelolaan sentralisasi obat .

3.4.5. Media

1. Informed consent pengelolaan sentralisasi obat

2. Lemari obat dan kontak sentralisasi obat

3. Buku sentralisasi obat

4. Format control dan pemakain obat


3.4.6. Mekanisme kegiatan

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Persiapan 1. Katim mengucapkan 10 Nurse pp


salam dan melaporkan Menit Station
bahwa ada obat yang
belum disentralisasi
kepada KARU KARU
2. KARU menanyakan
persiapan sentralisasi obat KARU
3. KARU memeriksa
kelengkapan administrasi
sentralisasi obat ( meliputi
: informed consent,
formulir pemberian obat KARU
oral dan injeksi, lembar
serah terima obat )
4. KARU menyetujui dan
mempersilahkan Katim
untuk melaksanakan
sentralisasi obat
Pelaksanaa 1. PP dan PA Kekamar 30 Bed PP, PA
n pasein untuk melakukan menit Pasien
sentralisasi PP
2. PP mebrikan salam dan
menjelaskan tentang
sentralisasi obat (pengrtian, PP
tujuan, manfaat )
3. PP memberikan
kesempatan pasien dan Bed PP, PA
keluarga untuk bertanya Pasien
4. Keluarga pasien dan katim
menandatangani surat PP
persetujuan sentralisasi
obat
5. Keluarga menyerahkan PA
obat, PP melakukan
dokumentasi serah terima PP
obat dibantu oleh PA
6. PA meletakan obat pada Nurse KARU
boks UDD Station
7. PP melakukan
pemrograman pemberian
terapi
8. KARU mengecek kembali
kelengkapan dokumentasi
sentralisasi obat dan
memberikan reward
kepada PP dan PA

3.4.7. Evaluasi

1. Struktur

a. Pelaksanaan sentralisasi obat dilakaukan di paviliun Flamboyan

b. Persiapan dilakukan sebelumnya

c. Perawat yang bertugas

2. Proses

a. Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan ruangan yang telah

ditentukan dan pasien yang telah menyetujui informed consent untuk

sentralisasi obat

b. Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan

3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat

b. Obat dapat diberikan secra tepat dengan benar 6T dan 1W

c. Perawat mudah mengontrol pemberian obat

d. Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar.

PROGRAM STUDI NERS


MANAJEMEN KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG DI

PAVILIUN FLAMBOYAN

RESUM SENTRALISASI OBAT

A. Waktu Pelaksanaan

1. Hari / Tanggal : 05-Juli-2019

2. Jam : 09.00 s/d Selesai

3. Temapat : Paviliun Flamboyan RSUD Jombang

4. Acara : Role Play Sentralissi Obat ( UDD )

5. Penanggung Jawab : Nicke Shanti, S.Kep

B. Acara Dihadiri Oleh :

1. Pembimbing dari Paviliun Flamboyan1 orang

2. Pembimbing dari akademik sebanyak 1 orang

C. Susunan Acara :

1. Persiapan anggota dalam kegiatan UDD terutama yang bertindak sebagai

Karu, PP, PA

2. Pelaksanaan role play yang di awasi oleh pembimbing akademik dan

pembimbing ruangan

3. Diskusi jalannya kegiatan UDD bersama pembimbing akademik dan

pembimbing klinik

D. Hasil Evaluasi :

1. Evaluasi Struktur

a. Persiapan kelompok dilaksanakan 1 minggu sebelum acara di mulai dari

pembuatan proposal
b. Kelompok sudah melakukan koordinasi dengan pembimbing akademik

dan pembimbing klinik

c. Kelompok sudah melakukan penyusunan proposal beserta format

sentralisasi obat.

2. Evaluasi

a. Kegiatan role play sentralisasi obat dilaksanakan sesuai dengan

mekanisme kegiatan yang sudah direncanakan.

No Waktu Kegiatan

1 5 menit Persiapan :

1. Persiapan kegiatan sentralisasi obat

2. Mempersiapkan informed consent

2 10 menit Pelaksanaan :

1. PP mendatangi pasien dan keluarga

2. PP memperkenalkan diri

3. Penjelasan diberikan pada keluarga dan pasien

4. PP mulai menjelaskan definisi sentralisasi obat

UDD, alur pengelolaan obat dengan UDD,

tujuan, manfaat dan kerugian bila tidak

dilakukan sentralisasi obat

5. PP menjelaskan obat apa saja yang di dapat oleh

klien untuk hari ini, indikasi obat, cara

pemberian obat, dosis obat.

6. PP mengevaluasi kembali pada keluarga dan


pasien

7. Setelah keluarga dan pasien setuju untuk

dilakukan sentralisasi obat dengan UDD, PP

meminta untuk menandatangani informed

consent sentralisasi obat

8. PP menulis format serah terima obat

9. Pendokumentasian dilakukan secara sistematis

3. Evaluasi Hasil

a. Kegiatan dihadiri oleh kepala ruangan Flamboyan, 1 pembimbing

ruangan, 2 pembimbing dari akademik

b. Acara sesuai dengan waktu yang direncanakan yaitu jam 09.00 WIB

c. Masing –masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya

d. Masukan dari masing-masing pembimbing (Pembimbing ruangan dan

pembimbing ruangan)
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam (2012). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktek Keperawatan


Profesional, Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam (2001) Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek. Jakarta
: Salemba Medika.

Gillies (1989), Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Edisi


Terjemahan. Alih Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai