SENTRALISASI OBAT
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
DI RUANG ISOLASI A RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Hari : Jum’at
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat
masyarakat khususnya pasien menginginkan kualitas pelayanan
keperawatan yang harus direspons oleh perawat. Respons yang ada harus
bersifat kondusif dan belajar banyak langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya (Nursalam, 2007). Salah satunya adalah pengelolaan
sentralisasi obat. Pengecekan terhadap penggunaan dan konsumsi obat,
sebagai salah satu peran perawat, perlu dilakukan dalam suatu alur yang
sistematis sehingga risiko kerugian baik secara materil maupun secara non
materil dapat dihindari. Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuatan
strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan dan
membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat serta
pendokumentasian hasil dari pelaksanaan sentralisasi obat. Pengelolaan
sentralisasi obat yang sudah sesuai dengan alur dan prosedur sentralisasi
obat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
Teknik atau alur sentralisasi obat di Kemuning I adalah RPO dari dokter
terdiri dari 4 lembar, kemudian oleh dokter resep tersebut diserahkan kepada
keluarga dan keluarga menyerahkan RPO tersebut di UPF farmasi yang ada
di ruangan atau oleh dokter diserahkan ke perawat. Pada sistem ODD (One
Daily Dose) sebelumnya di UPF farmasi, obat akan dikelompokkan
berdasarkan waktu pemberian masing-masing pasien. Selanjutnya oleh
petugas UPF farmasi obat akan diberikan ke pada perawat untuk disimpan.
Ketika sudah waktu pemberian maka obat akan diserahkan ke pasien sesuai
dengan jenis dan dosis obat yang diterima saat itu, sentralisasi obat yang
diterapkan menggunakan ODD (One Daily Dose).
Teknik pengelolaan secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien dikelola oleh ruangan.
Pengeluaran obat dilakukan melalui depo farmasi kemudian disimpan dan
3
diberikan oleh perawat kepada pasien. Sehingga seluruh obat yang
dikonsumsi pasien dapat dipantau oleh perawat.
Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuatan strategi persiapan
sentralisasi obat, persiapan sarana dan membuat petunjuk teknis
penyelenggaraan sentralisasi obat serta pendokumentasian hasil pelaksanaan
sentralisasi obat. Kontroling penggunaan obat dan konsumsi obat
merupakan salah satu peran perawat, oleh karena itu pengontrolan obat bagi
pasien perlu digalakkan lagi sehingga risiko-risiko penyimpangan dapat
dihindari. Pelaksanaan sentralisasi obat di Unit Rawat Inap Kemuning I
dikelola oleh perawat dan bekerjasama dengan depo farmasi. Pemberian
obat oral maupun injeksi oleh farmasi pada perawat, dimana farmasi
mendistribusikan obat yang akan dikonsumsi oleh pasien pada hari tersebut
kepada perawat, kemudian oleh perawat obat tersebut diberikan kepada
pasien sesuai dengan jadwal pemberian obat yang telah ditentukan.
Konsumsi obat dan pengawasan penggunaan obat merupakan salah satu
peran perawat, oleh karena itu pengontrolan obat bagi pasien perlu
digalakkan lagi sehingga risiko-risiko penyimpangan dapat dihindari.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kepercayaan dan kemauan pasien dan keluarga dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
2. Mengidentifikasi proses sentralisasi obat : persetujuan pasien dan
keluarga, pemberian obat ke pasien dan dokumentasi hasil sentralisasi
obat, peran depo farmasi.
3. Meningkatkan kolaborasi dengan farmasi sebagai fungsi independen
perawat.
4. Mampu mengelola obat pasien : pemberian obat secara tepat dan benar
sesuai dengan prinsip 8 T + 1 W (tepat diagnosa, tepat obat, tepat
4
indikasi, tepat informasi, tepat dosis, tepat waktu dan lama pemberian,
tepat rute, tepat dokumentasi dan waspada efek samping obat)
5. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatan
yang diberikan.
6. Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
1. Tercapainya kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.
2. Megurangi resiko terjadinya kesalahan pasien dalam minum obat.
1.3.2 Bagi Perawat
1. Tercapainya kepuasan kerja.
2. Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi
pasien.
3. Meningkatkan kepercayaan pasien/keluarga kepada perawat.
1.3.3 Bagi Institusi
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat.
2. Terciptanya model asuhan keperawatan profesional.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat
merupakan salah satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam suatu
pola yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol
oleh perawat sehingga resiko kerugian secara materil maupun non materil
dapat dihindari. Upaya sistematik meliputi uraian terinci tentang
pengelolaan obat secara tepat oleh perawat diperlukan sebagai bentuk
tanggung jawab perawat dalam menyelenggarakan kegiatan keperawatan.
Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan
obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan
pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2013).
6
g. Menghindari penggunaan obat yang salah.
h. Mengurangi kemungkinan kehilangan obat.
i. Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga profesional.
3. Tujuan Sentralisasi Obat
Menurut Nursalam (2015) sentralisasi obat bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien terutama dalam
pemberian obat.
b. Sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat secara hukum maupun
secara moral.
c. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien.
d. Menyeragamkan pengelolaan obat.
e. Mengamankan obat-obat yang dikelola.
f. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat pasien, dosis,
waktu, cara.
4. Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
a. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara optimal dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol
penggunaan obat.
5. Penerimaan obat :
a. Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang diperlukan kepada
depo farmasi.
b. Perawat menerima obat dari depo farmasi setiap hari untuk dosis
sehari.
c. Petugas Farmasi menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, dan
jumlah (sediaan) dan diketahui oleh keluarga/ pasien dalam format
pemberian obat.
d. Obat yang telah diterima dari farmasi selanjutnya disimpan oleh
perawat dalam kotak obat dan diberikan sesuai jadwal pemberian.
e. Keluarga/ pasien selanjutnya mendapatkan informasi bilamana obat
tersebut akan habis.
7
6. Pembagian obat :
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam lembar
daftar pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di
dalam advise dokter.
c. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, dan efek samping obat. Pantau adanya efek
samping pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan/ petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam format
pemberian obat pada kolom sisa.
7. Penambahan obat baru :
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
jadwal pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam
buku masuk obat oral/injeksi dan sekaligus dilakukan perubahan
dalam kartu sediaan obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat oral/injeksi dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
(Nursalam, 2007).
8. Obat khusus.
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang
cukup mahal, memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki
efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu atau sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format
pemberian obat oral/injeksi khusus untuk obat tersebut dan dilakukan
oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada pasien/keluarga meliputi nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
8
pemberian dan tempat obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan
kepada keluarga setelah pemberian obat. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga pada saat pemberian obat (Nursalam, 2007).
7 . Pengembalian Obat
Bila pasien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat
dikembalikan kepada pasien/keluarga dengan ditanda tangani oleh
pasien/keluarga serta tanggal dan waktu penyerahan.
Dokter
Pendekatan
perawat
Pasien/ Keluarga
Farmasi/ Apotik
9
2. Perawat Primer
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
c. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
3. Perawat Associate
Melakukan pencatatan dan kontrol pemakaian obat selama pasien
dirawat.
2.5 Instrumen
1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat
2. Tempat obat baki.
3. Format serah terima obat.
4. Tanda bukti serah terima obat.
10
BAB 3
RENCANA KEGIATAN
3.2 Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Sintia Indarwati S.Kep
Kepala Ruangan :Putri Regina fiorela , S.Kep
P(OB) : Siski Nur Pratiwi S.Kep
PA : Lia Yusmawati S.Kep
Petugas Depo Farmasi : Lidya Latifatul, S.Kep
Supervisor : 1. Pembimbing Klinik
2. Pembimbing Akademik
11
b Cara pengelolaan obat : cara
penyimpanan dan pemberian obat.
c Cara mengelola jika ada obat habis
dan obat baru.
3. Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya. Nurse PP &
4. PP meminta pasien / keluarga untuk mengisi surat Statio Petugas
persetujuan sentralisasi obat. n Farmasi
5. PP menerima obat dari farmasi dan
mencocokkannya dengan daftar obat. PA
6. PP mengisi format serah terima obat dan meminta
tanda tangan petugas farmasi. Bed PA
7. PA menyimpan obat yang telah diterima di kotak Pasien
obat.
8. PA menyiapkan obat sesuai program terapi :
a. obat oral PP
b. obat injeksi
9. PA menginjeksikan obat / memberikan obat oral PP &
kepada pasien. Nurse Keluarga
10. PA mengobservasi adanya efek samping obat. Statio Pasien
11. PA berpesan agar segera menginformasikan n PA
kepada perawat jika muncul efek samping obat.
12. PA memberikan tanda check list pada format
pemberian obat dan meminta tanda tangan
pasien/keluarga.
13. PA melaporkan pada PP bahwa obat sudah
diberikan
12
DAFTAR PUSTAKA
13
KASUS 2
Tn N usia 54 masuk rumah sakit tanggal 30 november di bawa ke igd dan di
pindahkan dipindahkaan diruang Isolasi Anggrek Dr Soetomo Surabaya . pada
saat Pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum pasien tampak lemah dengan
TTV yaitu TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 38,5ºC. Wajah
tampak pucat, kepala : rambut tampak berwarna hitam kusam distribusi merata
dan berketombe. Mata : konjungtiva anemis, abdomen : bising usus 20x/ menit,
kulit : terlihat kering, turgor kulit kembali > 2 detik,; ekstremitas:tidak ada edema,
akral teraba hangat, tonus otot melemah. Dada : inspeksi, simetris, tidak ada
kelainan bentuk dada, tidak ada retraksi dinding dada. Palpasi : saat bernapas
teraba simetris, tidak ada massa, pernapasan cepat dan dalam. Abdomen: inspeksi:
warna kulit putih. Auskultasi: Suara bising usus 30x/menit. Perkusi: Suara
timpani dan ada acites.Palpasi: tidak ada pembesaran hepar dan tidak ada distensi
abdomen. Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 8 Desember 2020
yaitu hemoglobin 8,4 g/dl, jumlah eritrosit 3,10 10^6/μL, hematokrit 25,4 %,
MCV 81,9 fL,MCH 271,1 pg, MCHC 14,5%, jumlah leukosit 2,77 10^3/ul,
Eosinofil 2,9%, Basofil 0,0%, Neutrofil 87,0 %, Limfosit 5,4 %, Monosit 4,7%,
jumlah Eosinofil 0,08 10^3/ul, jumlah Basofil 0,0010^3/uljumlah Neutrofil 2,41
10^3/ul, jumlah Limfosit 0,15 L10^3/ul, jumlah Trombosit 91 10^3/ul, PDW12,1
fL, MPV 11,5 fL, P-LCR 32,4 %, PCT 0,10 %.
14
NASKAH SENTRALISASI OBAT
MODEL ONE DAY DOSE (ODD)
Peran
Penanggung Jawab : Sintia Indarwati S.Kep
Kepala Ruangan :Putri Regina fiorela , S.Kep
Kepala Tim : Lidya Latifatul, S.Kep
P(OB) : Siski Nur Pratiwi S.Kep
PA : Lia Yusmawati S.Kep
Pasien : yola regita, S.Kep
Keluarga Pasien
Petugas Depo Farmasi : farmasi
15
P(OB) : “Baik Ns, kalau begitu saya lanjutkan tugas saya yang lainnya”
Katim : “Iya Ns, silahkan, Terimakasih”
P(OB) : “Sama-sama Ns, Selamat Pagi”
16
Katim kembali ke Nurse Station dan berbicara kepada PA untuk memanggilkan
keluaga px
Katim : “Ns. X”
PA : “Iya Ns. Ada yang bisa saya bantu”
Katim : “Kita segera saja melakukan sentralisasi obat terhadap pasien
baru yang tadi pagi datang dari IGD ya”
PA : “Baik Ns, jadi apa yang harus saya lakukan sekarang?”
Katim : “Kita bagi tugas saja ya, saya persiapkan lembar
persetujuannya, sedangan Ns. X yang memanggil keluarga
pasien”
PA : “Baik Ns, segera saya laksanakan”
Katim : “Terimakasih Ns, saya pergi dulu”
PA : “Sama-sama Ns”
17
KX : “Baik Ns, saya pamit ke kakak saya dulu”
KX : “Sebentar ya kak, adik tinggal ke ruangan sebentar, biar kamu
segera mendapatkan perawatan yang baik”
Px : “Baik dek”
18
adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi, antara lain :
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat
standart yang lebih murah dengan mutu yang terjamin
memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.
3. Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya
untuk mencoba“.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang
diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya,
dan yang akan membuang atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga
banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa.
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat
menjadi tidak aktif.
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau
panas.
9. Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu
banyak pada satu waktu sehingga dipakai berlebihan atau
dicuri
KX : “Lalu bagaimana untuk pembagian obat tersebut?”
Katim : “Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat
1. Penangguang jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara oprasional dapat didelegasikan kepada staf yang
ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat
3. Penerimaan obat.
19
a. Obat yang telah diserapkan ditunjukan kepada perawat
dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan
kepada perawat dengan menerima lembar terima obat
b. Perawat menuliskan nama pasien, regestrasi, jenis obat,
jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu control, dan
diketahui (ditandatangani) oleh keluarga atau pasien
dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien selanjutnya
mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat
tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5T (jenis,
dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian).
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan
obat yang harus diminum sesuai kartu sediaan obat.
d. Obat yang telah diserahkan selnjutnya disimpan oleh
perawat dalam kontak obat
4. Pembagaian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam
buku daftar penmberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum
dalam buku daftar pemberian obat: dengan terlebih
dahulu dicocokkan dengan terapi diinstruksi dokter dan
kartu obat yang ada pada pasien.
c. Pada saat pemberian obat, perawat juga menjelaskan
macam, kegunaan, jumlah dan efek samping dari obat
tersebut.
d. Sediaan obat yang ada selalu diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruang dan di dokumentasikan dalam buku masuk
obat
KX : “Bila ada penambahan atau perubahan obat bagaimana bu?”
Katim : “Bila ada penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan pemberian alur obat, maka informasi ini akan
dimasukkan ke dalam buku masuk obat sekaligus perubahan pada
20
kartu obat. Dan jika pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin
(sewaktu saja) maka di dokumentasi hanya dilakukan pada buku
masuk obat dan selanjutnya di informasikan kepada keluarga
dengan kartu khusus obat. Obat dikatagorikan khusus apabila
sediaan memiliki harga yang cukup mahal, menggunakan alur
pemberian yang sulit, memiliki efek samping besar dan diberikan
pada beberapa waktu saja. Dan pemberian obat ini harus dilakukan
oleh Perawat Primer.
Katim : “Bagaimana mbak, apakah informasi yang saya berikan sudah
cukup jelas, atau mungkin ada yang perlu mbak tanyakan?
Oh iya, nanti saya akan berikan ringkasan untuk penjelasan yang
tadi berupa leaflet agar mbak bisa lebih mudah lagi untuk
mengingat nya.”
KX : “Sudah bu, penjelasan ibu sudah cukup jelas dan dimengerti oleh
saya serta terimakasih saya sudah diberikan ringkasan penjelasan
dari ibu tadi.”
Katim : “Baik mbak terimakasih jika penjelasan saya sudah dapat
dimeengerti. Selanjutnya mari saya bantu untuk mengisi berkas
format persetujuan. Ini formatnya silahkan dibaca terlebih dahulu”
KX : “Baik bu”
21
KX : “Baik bu”
Katim : “Mbak, ini ada 1 jenis obat, yaitu ARV (Katim menunjukan obat
yang sudah ditebus). Silahkan mbak menandatangani di format
pernyataan serah terima ini, tapi sebelumnya silahkan pelajari yang
tertera didalamnya.
KX : “Baik Bu, saya setuju dan saya tanda tangan dibawah sini ya Bu"
Katim : “Iya benar mbak, sekarang mbak boleh kembali ke ruang rawat”
KX : “Baikk Bu, permisi”
Pada siang hari, PA memberikan obat kepada Pasien, dan masuk ke dalam ruang
Isolasi
PA : “Selamat Siang”
Px : “Siang Ns”
PA : “Perkenalkan saya X Perawat Pelaksana yang bertugas pada siang
hari ini. Saya akan memberikan obat injekasi maupun oral kepada
ibu. Ibu tidak perlu takut ya, karena saya melakukannya sesuai
dengan standar operasional aturan keselamatan pasien, maka
sebelum memberikan obat, saya akan menanyakan kbenaran
identitas pasien terlebih dahulu. Ini bertujuan untuk menjaga hak
pasien, dalam penerimaan 6 benar obat, yaitu benar obat, benar
dosis, benar rute dan benar waktu”
Px : “Iya Ns. Saya X”
PA : “Saya lihat dulu gelangnya ya, benar ini dengan ibu X ya”
Px : “Iya Ns benar”
PA : “Bagaimana keadaan ibu sekarang?”
Px : “ini Ns masih nyeri otot sama nyei sendi dan masih pusing Ns”
22
PA : “Baik saya akan memberikan obat injeksi kepada ibu, melalui
selang infuse ya bu. Ibu jangan tegang dan rileks aja ya. Saat obat
dimasukkan, akan terasa sakit sedikit, ibu tolong tarik nafas dalam
ya. Reaksi obat jika sudah diserap oleh tubuh adalah ibu merasakan
kantuk, dan ini akan mengurangi rasa sakit dipersendian dan otot
ibu. Nanti jika ibu membutuhkan sesuatu, bisa memanggil saya di
ruang perawat atau memencet tombol urgent ini”
Px : “Baik Ns, terimakasih”
PA : “Kalau begitu saya permisi dulu ya. Selamat Siang, selamat
beristirahat”
23