Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

SENTRALISASI OBAT
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
DI RUANG ISOLASI A RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Disusun Oleh:
Kelompok 1

1. Putri Regina F.S.Kep


2. Erlita Nur Afidah S.Kep.
3. Elvia Rafidah Laili S.Kep.
4. Yesi Dwi Agustin S.Kep.
5. Chidy Aprilia Kartika S.Kep.
6. Yola Regita Sari S.Kep.
7. Sisky Nurpratiwi S.Kep.
8. Dea Ayu Pratiwi S.Kep.
9. Lia Yusmawati S.Kep.
10. Sintia Indrwati S.Kep.
11. Evi Aprilia Kartika S.Kep.
12. Alvin Muzayan S.Kep.
13. Lidya Latifatul U. S.Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Laporan Roleplay Sentralisasi Obat. Sebagai Syarat Pemenuhan Tugas

Stase Keperawatan Manajemen Pendidikan Profesi Ners Stikes Karya Husada

Kediri oleh Kelompok 1.

Telah disetujui dan disahkan pada

Hari : Jum’at

Tanggal : 11 Desember 2020

Blitar, 11 Desember 2020

Pembimbing Penanggung Jawab

(Dhina Widayati.S.Kep,Ns.M.Kep) (Sintia Indarwati )

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat
masyarakat khususnya pasien menginginkan kualitas pelayanan
keperawatan yang harus direspons oleh perawat. Respons yang ada harus
bersifat kondusif dan belajar banyak langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya (Nursalam, 2007). Salah satunya adalah pengelolaan
sentralisasi obat. Pengecekan terhadap penggunaan dan konsumsi obat,
sebagai salah satu peran perawat, perlu dilakukan dalam suatu alur yang
sistematis sehingga risiko kerugian baik secara materil maupun secara non
materil dapat dihindari. Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuatan
strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan dan
membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat serta
pendokumentasian hasil dari pelaksanaan sentralisasi obat. Pengelolaan
sentralisasi obat yang sudah sesuai dengan alur dan prosedur sentralisasi
obat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
Teknik atau alur sentralisasi obat di Kemuning I adalah RPO dari dokter
terdiri dari 4 lembar, kemudian oleh dokter resep tersebut diserahkan kepada
keluarga dan keluarga menyerahkan RPO tersebut di UPF farmasi yang ada
di ruangan atau oleh dokter diserahkan ke perawat. Pada sistem ODD (One
Daily Dose) sebelumnya di UPF farmasi, obat akan dikelompokkan
berdasarkan waktu pemberian masing-masing pasien. Selanjutnya oleh
petugas UPF farmasi obat akan diberikan ke pada perawat untuk disimpan.
Ketika sudah waktu pemberian maka obat akan diserahkan ke pasien sesuai
dengan jenis dan dosis obat yang diterima saat itu, sentralisasi obat yang
diterapkan menggunakan ODD (One Daily Dose).
Teknik pengelolaan secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien dikelola oleh ruangan.
Pengeluaran obat dilakukan melalui depo farmasi kemudian disimpan dan

3
diberikan oleh perawat kepada pasien. Sehingga seluruh obat yang
dikonsumsi pasien dapat dipantau oleh perawat.
Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuatan strategi persiapan
sentralisasi obat, persiapan sarana dan membuat petunjuk teknis
penyelenggaraan sentralisasi obat serta pendokumentasian hasil pelaksanaan
sentralisasi obat. Kontroling penggunaan obat dan konsumsi obat
merupakan salah satu peran perawat, oleh karena itu pengontrolan obat bagi
pasien perlu digalakkan lagi sehingga risiko-risiko penyimpangan dapat
dihindari. Pelaksanaan sentralisasi obat di Unit Rawat Inap Kemuning I
dikelola oleh perawat dan bekerjasama dengan depo farmasi. Pemberian
obat oral maupun injeksi oleh farmasi pada perawat, dimana farmasi
mendistribusikan obat yang akan dikonsumsi oleh pasien pada hari tersebut
kepada perawat, kemudian oleh perawat obat tersebut diberikan kepada
pasien sesuai dengan jadwal pemberian obat yang telah ditentukan.
Konsumsi obat dan pengawasan penggunaan obat merupakan salah satu
peran perawat, oleh karena itu pengontrolan obat bagi pasien perlu
digalakkan lagi sehingga risiko-risiko penyimpangan dapat dihindari.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kepercayaan dan kemauan pasien dan keluarga dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
2. Mengidentifikasi proses sentralisasi obat : persetujuan pasien dan
keluarga, pemberian obat ke pasien dan dokumentasi hasil sentralisasi
obat, peran depo farmasi.
3. Meningkatkan kolaborasi dengan farmasi sebagai fungsi independen
perawat.
4. Mampu mengelola obat pasien : pemberian obat secara tepat dan benar
sesuai dengan prinsip 8 T + 1 W (tepat diagnosa, tepat obat, tepat

4
indikasi, tepat informasi, tepat dosis, tepat waktu dan lama pemberian,
tepat rute, tepat dokumentasi dan waspada efek samping obat)
5. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatan
yang diberikan.
6. Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
1. Tercapainya kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.
2. Megurangi resiko terjadinya kesalahan pasien dalam minum obat.
1.3.2 Bagi Perawat
1. Tercapainya kepuasan kerja.
2. Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi
pasien.
3. Meningkatkan kepercayaan pasien/keluarga kepada perawat.
1.3.3 Bagi Institusi
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat.
2. Terciptanya model asuhan keperawatan profesional.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat
merupakan salah satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam suatu
pola yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol
oleh perawat sehingga resiko kerugian secara materil maupun non materil
dapat dihindari. Upaya sistematik meliputi uraian terinci tentang
pengelolaan obat secara tepat oleh perawat diperlukan sebagai bentuk
tanggung jawab perawat dalam menyelenggarakan kegiatan keperawatan.
Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan
obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan
pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2013).

2.2 Sistem Sentralisasi Obat Dengan Unit Dose Dispending (UDD)


1. Pengertian
Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang diberikan kepada pasien baik obat oral maupun obat
injeksi yang kemudian diserahkan sepenuhnya kepada perawat
berkoordinasi dengan bagian farmasi. Penanggungjawab pengelolaan
obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan
kepada staf yang ditunjuk. Pengeluaran dan pembagian obat tersebut
dilakukan oleh perawat sesuai dengan pembagaian, yang dilakukan oleh
bagian farmasi berdasarkan resep yang diterima oleh farmasi. Pemberian
obat kepada pasien yang akan didapatkan pasien dalam waktu 24 jam.
2. Keuntungan
a. Terjadi interaksi intensif antara farmasis, dokter dan perawat.
b. RPO dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker.
c. Farmasis dapat membuat profil farmasi pasien dengan lengkap.
d. Farmasis dapat melakukan terapi drugs monitor.
e. Pasien menerima pelayanan farmasi 24 jam.
f. Efisiensi ruang perawatan dari penyimpangan obat.

6
g. Menghindari penggunaan obat yang salah.
h. Mengurangi kemungkinan kehilangan obat.
i. Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga profesional.
3. Tujuan Sentralisasi Obat
Menurut Nursalam (2015) sentralisasi obat bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien terutama dalam
pemberian obat.
b. Sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat secara hukum maupun
secara moral.
c. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien.
d. Menyeragamkan pengelolaan obat.
e. Mengamankan obat-obat yang dikelola.
f. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat pasien, dosis,
waktu, cara.
4. Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
a. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara optimal dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol
penggunaan obat.
5. Penerimaan obat :
a. Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang diperlukan kepada
depo farmasi.
b. Perawat menerima obat dari depo farmasi setiap hari untuk dosis
sehari.
c. Petugas Farmasi menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, dan
jumlah (sediaan) dan diketahui oleh keluarga/ pasien dalam format
pemberian obat.
d. Obat yang telah diterima dari farmasi selanjutnya disimpan oleh
perawat dalam kotak obat dan diberikan sesuai jadwal pemberian.
e. Keluarga/ pasien selanjutnya mendapatkan informasi bilamana obat
tersebut akan habis.

7
6. Pembagian obat :
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam lembar
daftar pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di
dalam advise dokter.
c. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, dan efek samping obat. Pantau adanya efek
samping pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan/ petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam format
pemberian obat pada kolom sisa.
7. Penambahan obat baru :
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
jadwal pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam
buku masuk obat oral/injeksi dan sekaligus dilakukan perubahan
dalam kartu sediaan obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat oral/injeksi dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
(Nursalam, 2007).
8. Obat khusus.
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang
cukup mahal, memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki
efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu atau sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format
pemberian obat oral/injeksi khusus untuk obat tersebut dan dilakukan
oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada pasien/keluarga meliputi nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab

8
pemberian dan tempat obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan
kepada keluarga setelah pemberian obat. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga pada saat pemberian obat (Nursalam, 2007).
7 . Pengembalian Obat
Bila pasien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat
dikembalikan kepada pasien/keluarga dengan ditanda tangani oleh
pasien/keluarga serta tanggal dan waktu penyerahan.

2.3 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

Dokter
Pendekatan
perawat

Pasien/ Keluarga

Farmasi/ Apotik

Karu/ PP/ PA yang Menerima Obat


Surat
Injeksi
Persetujuan
Sentralisasi
Obat
Format serah
Pengaturan dan Pengelolaan oleh terima obat
Perawat
Format
Pemberian
Obat
Pasien

2.4 Pengorganisasian Peran


1. Kepala Ruangan
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan
malpraktik.
b. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi.
c. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi.

9
2. Perawat Primer
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
c. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
3. Perawat Associate
Melakukan pencatatan dan kontrol pemakaian obat selama pasien
dirawat.

2.5 Instrumen
1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat
2. Tempat obat baki.
3. Format serah terima obat.
4. Tanda bukti serah terima obat.

10
BAB 3
RENCANA KEGIATAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Topik : Pengelolaan Sentralisasi Obat
Hari/Tanggal : Selasa / Desember 2020
Waktu : 09.00 WIB – selesai
Tempat : Ruang Isolasi A
Pelaksana : Kepala Ruangan, Perawat Primer, Perawat Associate.
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien

3.2 Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Sintia Indarwati S.Kep
Kepala Ruangan :Putri Regina fiorela , S.Kep
P(OB) : Siski Nur Pratiwi S.Kep
PA : Lia Yusmawati S.Kep
Petugas Depo Farmasi : Lidya Latifatul, S.Kep
Supervisor : 1. Pembimbing Klinik
2. Pembimbing Akademik

3.3 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan


Wakt Temp
Tahap Kegiatan Pelaksana
u at
Persiapan 1. Karu memberitahu PP bahwa akan ada pasien baru 10 Ruang Karu
yang perlu diberikan penjelasan tentang sentralisasi menit Karu
obat.
2. PP meminta bantuan PA untuk menyiapkan Nurse PP & PA
kelengkapan dokumen yang diperlukan untuk station
sentralisasi obat.
3. Karu menanyakan kembali pada PP tentang Nurse Karu
kelengkapan dokumen yang telah disiapkan. Statio
4. PP menyebutkan kelengkapan dokumen untuk n PP & PA
sentralisasi obat.

Pelaksana 1. Karu membuka acara untuk sentralisasi obat 30 Bed Karu


an 2. PP menyampaikan tentang sentralisasi obat menit Pasien
kepada pasien dan keluarga : PP &
a Tujuan dan manfaat dilaksanakan Bed Keluarga
sentralisasi obat. pasien Pasien

11
b Cara pengelolaan obat : cara
penyimpanan dan pemberian obat.
c Cara mengelola jika ada obat habis
dan obat baru.
3. Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya. Nurse PP &
4. PP meminta pasien / keluarga untuk mengisi surat Statio Petugas
persetujuan sentralisasi obat. n Farmasi
5. PP menerima obat dari farmasi dan
mencocokkannya dengan daftar obat. PA
6. PP mengisi format serah terima obat dan meminta
tanda tangan petugas farmasi. Bed PA
7. PA menyimpan obat yang telah diterima di kotak Pasien
obat.
8. PA menyiapkan obat sesuai program terapi :
a. obat oral PP
b. obat injeksi
9. PA menginjeksikan obat / memberikan obat oral PP &
kepada pasien. Nurse Keluarga
10. PA mengobservasi adanya efek samping obat. Statio Pasien
11. PA berpesan agar segera menginformasikan n PA
kepada perawat jika muncul efek samping obat.
12. PA memberikan tanda check list pada format
pemberian obat dan meminta tanda tangan
pasien/keluarga.
13. PA melaporkan pada PP bahwa obat sudah
diberikan

Penutup 1. PA melaporkan kepada karu bahwa sentralisasi 5 Ruang PP


sudah dilakukan. menit Karu
2. Karu memeriksa kelengkapan dokumentasi. Karu

12
DAFTAR PUSTAKA

Gillies. 1989. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Alih bahasa :


Dika Sukmana. Jakarta.

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan praktek.


Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.

13
KASUS 2
Tn N usia 54 masuk rumah sakit tanggal 30 november di bawa ke igd dan di
pindahkan dipindahkaan diruang Isolasi Anggrek Dr Soetomo Surabaya . pada
saat Pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum pasien tampak lemah dengan
TTV yaitu TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 38,5ºC. Wajah
tampak pucat, kepala : rambut tampak berwarna hitam kusam distribusi merata
dan berketombe. Mata : konjungtiva anemis, abdomen : bising usus 20x/ menit,
kulit : terlihat kering, turgor kulit kembali > 2 detik,; ekstremitas:tidak ada edema,
akral teraba hangat, tonus otot melemah. Dada : inspeksi, simetris, tidak ada
kelainan bentuk dada, tidak ada retraksi dinding dada. Palpasi : saat bernapas
teraba simetris, tidak ada massa, pernapasan cepat dan dalam. Abdomen: inspeksi:
warna kulit putih. Auskultasi: Suara bising usus 30x/menit. Perkusi: Suara
timpani dan ada acites.Palpasi: tidak ada pembesaran hepar dan tidak ada distensi
abdomen. Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 8 Desember 2020
yaitu hemoglobin 8,4 g/dl, jumlah eritrosit 3,10 10^6/μL, hematokrit 25,4 %,
MCV 81,9 fL,MCH 271,1 pg, MCHC 14,5%, jumlah leukosit 2,77 10^3/ul,
Eosinofil 2,9%, Basofil 0,0%, Neutrofil 87,0 %, Limfosit 5,4 %, Monosit 4,7%,
jumlah Eosinofil 0,08 10^3/ul, jumlah Basofil 0,0010^3/uljumlah Neutrofil 2,41
10^3/ul, jumlah Limfosit 0,15 L10^3/ul, jumlah Trombosit 91 10^3/ul, PDW12,1
fL, MPV 11,5 fL, P-LCR 32,4 %, PCT 0,10 %.

14
NASKAH SENTRALISASI OBAT
MODEL ONE DAY DOSE (ODD)

Peran
Penanggung Jawab : Sintia Indarwati S.Kep
Kepala Ruangan :Putri Regina fiorela , S.Kep
Kepala Tim : Lidya Latifatul, S.Kep
P(OB) : Siski Nur Pratiwi S.Kep
PA : Lia Yusmawati S.Kep
Pasien : yola regita, S.Kep
Keluarga Pasien
Petugas Depo Farmasi : farmasi

Pada hari Selasa, 01 Desember 2020


Sekitar pukul 08.00 ada pasien baru atas nama ibu X usia 55 tahun datang dengan
diagnose HIV AIDS dari ruang IGD dirujuk ke ruangan Isolasi Rumah Sakit Dr.
Soetomo Surabaya. Pasien diantar oleh keluarga dan perawat UGD menuju ruang
Isolasi dengan banker. Keadaan umum pasien lemah, demam suhu 38,5 o C, sakit
kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan kesadaran composmentis. Setelah baru diterima
(OB) di Ruang Isolasi kemudian perawat ruang akan melaksanakan sentralisasi
obat.
P(OB) : “Selamat pagi Ns, Saya Ns. X ingin memberitahu ada pasien
baru dengan diagnose medis HIV AIDS dari ruang IGD di rawat
inap di ruang Isolasi. Keadaan umum pasien lemah, demam suhu
38,5 o C, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan kesadaran
composmentis. Saya telah menerima pasien dan saat ini pasien
sudah berada di ruang isolasi dan saat ini saya limpahkan
wewenang untuk tindakan sentralisasi obat kepada Katim (Ns.
…..)”
Katim : “Baik Ns, saya terima pelimpahan wewenang perawatan pasien
untuk tindakan selanjutnya prosedur sentralisasi obat pasien”

15
P(OB) : “Baik Ns, kalau begitu saya lanjutkan tugas saya yang lainnya”
Katim : “Iya Ns, silahkan, Terimakasih”
P(OB) : “Sama-sama Ns, Selamat Pagi”

Katim memintakan ijin kepada Karu untuk dilaksanakannya sentralisasi obat

Katim : “Selamat pagi, Ns.”


Karu : “Iya selamat pagi, ada apa ya Ns.”
Katim : “Ini Ns, kita mempunyai pasien baru dengan diagnose HIV
AIDS dengan keadaan umum pasien lemah, demam suhu 38,5 o
C, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan kesadaran
composmentis, yang tadi sudah dilakukan Penerimaan Pasien
baru oleh Ns. X , sekarang saya akan melakukan sentralisasi obat
pasien baru, bagaimana menurut Ns. X ?”
Karu : “Baik Ns, saya setuju untuk dilakukannya sentralisasi obat
pasien baru. Bagaimana tindakan pelaksanaan dan keperluan
instrumennya?”
Katim : “Untuk tindakannya pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan
sepenuhnya oleh perawat. Tujuan pengelolaan obat adalah
menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan terhadap
pasien dapat terpenuhi. Sedangan instrument yang kita butuhkan
antara lain: (1) Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat (2)
Lemari/kotak sentralisasi obat (tempat obat/baki) (3) Tanda bukti
serah terima obat dari farmasi (4) Format pemberian obat oral
dan injeksi”
Karu : “Untuk formatnya bisa saya lihat Ns.?”
Katim : “Ini Ns.” (menunjukan format)
Karu : “Baik Ns, saya rasa persiapannya sudah matang bisa dilakukan
sekarang ya”
Katim : “Baik Ns, terimakasih untuk perijinannya”

16
Katim kembali ke Nurse Station dan berbicara kepada PA untuk memanggilkan
keluaga px
Katim : “Ns. X”
PA : “Iya Ns. Ada yang bisa saya bantu”
Katim : “Kita segera saja melakukan sentralisasi obat terhadap pasien
baru yang tadi pagi datang dari IGD ya”
PA : “Baik Ns, jadi apa yang harus saya lakukan sekarang?”
Katim : “Kita bagi tugas saja ya, saya persiapkan lembar
persetujuannya, sedangan Ns. X yang memanggil keluarga
pasien”
PA : “Baik Ns, segera saya laksanakan”
Katim : “Terimakasih Ns, saya pergi dulu”

PA : “Sama-sama Ns”

PA menuju bangsal pasien, untuk memanggil salah satu keluarga pasien


PA : (masuk ke bangsal pasien) “Selamat Pagi”
KX : “Selamat Pagi Ns”
PA : “Perkenalkan saya Ns. X, saya perawat pelaksana di pagi hari
ini. Benar ini dengan keluarganya Px X?”
KX : “Iya benar Ns, saya adik dari sdr. X, ada apa ya Ns?”
PA : “Saya ingin menyapaikan bahwa kami meminta persetujuan
mbak untuk pengaturan dan pengelolaan obat pasien, tujuan dari
pengelolaan obat ini adalah menggunakan obat secara bijaksana
dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan terhadap pasien dapat terpenuhi. Bagaimana apakah
mbak setuju?”
KX : “Baik Ns, saya setuju. Lalu saya harus bagaimana Ns?”
PA : “Nanti kami jelaskan secara rinci di ruangan ya pak, sekarang
mbak ikuti saya ke ruangan, kepala tim keperawatan sudah
menunggu”

17
KX : “Baik Ns, saya pamit ke kakak saya dulu”
KX : “Sebentar ya kak, adik tinggal ke ruangan sebentar, biar kamu
segera mendapatkan perawatan yang baik”
Px : “Baik dek”

Perawat Assosiate dan keluarga pasien menuju ruang Katim


PA : “Selamat Pai Ns,”
Katim : “Iya selamat pagi Ns, silahkan masuk”
PA : “Baik terimakasih Ns, saya sudah bersama keluarga pasien X”
KX : “Selamat Pagi Ns”
Katim : “Selamat Pagi pak, silahkan duduk”
PA : “Kalau begitu saya tinggal dulu ya Ns”
Katim : “Oh iya silahkan Ns, terimakash”
PA : “Sama-sama Ns, permisi Ns, pak”
Katim : “Ya sebelumnya, perkenalkan saya Ns. X, saya bagian Kepala
Tim perawat di dinas pagi di ruangan ini. Mbak sudah sedikit
dijelaskan kenapa mbak dipanggil kesini?”
KX : “Iya bu, saya tadi sudah dijelaskan sedikit oleh Ns. X akan
dilakukan pengaturan dan pengelolaan obat istri saya dengan
meminta persetujuan saya”
Katim : “iya mbak benar sekali, jadi saya jelaskan kembali ya pak,
mohon diperhatikan dengan baik dan jika ada yang kurang
dimengerti silahkan ditanyakan.”
KX : “Baik bu”
Katim : “Sesuai dengan Prosedur Standart keselamatan dan kenyamanan
pasien kami akan melaksanakan Prosedur
Desentralisasi/sentralisasi Obat pasien. Sentralisasi obat adalah
pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini

18
adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi, antara lain :
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat
standart yang lebih murah dengan mutu yang terjamin
memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.
3. Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya
untuk mencoba“.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang
diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya,
dan yang akan membuang atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga
banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa.
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat
menjadi tidak aktif.
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau
panas.
9. Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu
banyak pada satu waktu sehingga dipakai berlebihan atau
dicuri
KX : “Lalu bagaimana untuk pembagian obat tersebut?”
Katim : “Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat
1. Penangguang jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara oprasional dapat didelegasikan kepada staf yang
ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat
3. Penerimaan obat.

19
a. Obat yang telah diserapkan ditunjukan kepada perawat
dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan
kepada perawat dengan menerima lembar terima obat
b. Perawat menuliskan nama pasien, regestrasi, jenis obat,
jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu control, dan
diketahui (ditandatangani) oleh keluarga atau pasien
dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien selanjutnya
mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat
tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5T (jenis,
dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian).
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan
obat yang harus diminum sesuai kartu sediaan obat.
d. Obat yang telah diserahkan selnjutnya disimpan oleh
perawat dalam kontak obat
4. Pembagaian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam
buku daftar penmberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum
dalam buku daftar pemberian obat: dengan terlebih
dahulu dicocokkan dengan terapi diinstruksi dokter dan
kartu obat yang ada pada pasien.
c. Pada saat pemberian obat, perawat juga menjelaskan
macam, kegunaan, jumlah dan efek samping dari obat
tersebut.
d. Sediaan obat yang ada selalu diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruang dan di dokumentasikan dalam buku masuk
obat
KX : “Bila ada penambahan atau perubahan obat bagaimana bu?”
Katim : “Bila ada penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan pemberian alur obat, maka informasi ini akan
dimasukkan ke dalam buku masuk obat sekaligus perubahan pada

20
kartu obat. Dan jika pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin
(sewaktu saja) maka di dokumentasi hanya dilakukan pada buku
masuk obat dan selanjutnya di informasikan kepada keluarga
dengan kartu khusus obat. Obat dikatagorikan khusus apabila
sediaan memiliki harga yang cukup mahal, menggunakan alur
pemberian yang sulit, memiliki efek samping besar dan diberikan
pada beberapa waktu saja. Dan pemberian obat ini harus dilakukan
oleh Perawat Primer.
Katim : “Bagaimana mbak, apakah informasi yang saya berikan sudah
cukup jelas, atau mungkin ada yang perlu mbak tanyakan?
Oh iya, nanti saya akan berikan ringkasan untuk penjelasan yang
tadi berupa leaflet agar mbak bisa lebih mudah lagi untuk
mengingat nya.”
KX : “Sudah bu, penjelasan ibu sudah cukup jelas dan dimengerti oleh
saya serta terimakasih saya sudah diberikan ringkasan penjelasan
dari ibu tadi.”
Katim : “Baik mbak terimakasih jika penjelasan saya sudah dapat
dimeengerti. Selanjutnya mari saya bantu untuk mengisi berkas
format persetujuan. Ini formatnya silahkan dibaca terlebih dahulu”
KX : “Baik bu”

Keluarga pasien mengisi format persetujan sentralisasi obat


KX : “Sudah selesai bu” (memberikkan format kepada Katim)
Katim : “Baik mbak, terimakasih sudah menandatangani format tersebut.
Ini ada resep yang harus bapak tebus di apotik dan ini surat untuk
pengambilan obat ya mbak. Saya tunggu di ruangan untuk obat
yang sudah di tebus silahkan diantar kesini ya mbak”
KX : “Baik bu, saya tebus resep dahulu”

Setelah keluarga pasien menebus obat


KX : “Permisi Bu, ini obat yang sudah saya tebus”
Katim : “Baik mbak, saya terima obatnya, saya cek dulu ya mbak"

21
KX : “Baik bu”
Katim : “Mbak, ini ada 1 jenis obat, yaitu ARV (Katim menunjukan obat
yang sudah ditebus). Silahkan mbak menandatangani di format
pernyataan serah terima ini, tapi sebelumnya silahkan pelajari yang
tertera didalamnya.
KX : “Baik Bu, saya setuju dan saya tanda tangan dibawah sini ya Bu"
Katim : “Iya benar mbak, sekarang mbak boleh kembali ke ruang rawat”
KX : “Baikk Bu, permisi”

Keluarga pasien kembali ke ruang rawat, Katim menghampiri PA dan


melimpahkan wewenangnya kepada PA
Katim : “Ns, tolong obat ini atas nama Sdr. X diatur dalam rak obat
pasien dan berikan obat untuk siang ini”
PA : “Baik Ns,”

Pada siang hari, PA memberikan obat kepada Pasien, dan masuk ke dalam ruang
Isolasi
PA : “Selamat Siang”
Px : “Siang Ns”
PA : “Perkenalkan saya X Perawat Pelaksana yang bertugas pada siang
hari ini. Saya akan memberikan obat injekasi maupun oral kepada
ibu. Ibu tidak perlu takut ya, karena saya melakukannya sesuai
dengan standar operasional aturan keselamatan pasien, maka
sebelum memberikan obat, saya akan menanyakan kbenaran
identitas pasien terlebih dahulu. Ini bertujuan untuk menjaga hak
pasien, dalam penerimaan 6 benar obat, yaitu benar obat, benar
dosis, benar rute dan benar waktu”
Px : “Iya Ns. Saya X”
PA : “Saya lihat dulu gelangnya ya, benar ini dengan ibu X ya”
Px : “Iya Ns benar”
PA : “Bagaimana keadaan ibu sekarang?”
Px : “ini Ns masih nyeri otot sama nyei sendi dan masih pusing Ns”

22
PA : “Baik saya akan memberikan obat injeksi kepada ibu, melalui
selang infuse ya bu. Ibu jangan tegang dan rileks aja ya. Saat obat
dimasukkan, akan terasa sakit sedikit, ibu tolong tarik nafas dalam
ya. Reaksi obat jika sudah diserap oleh tubuh adalah ibu merasakan
kantuk, dan ini akan mengurangi rasa sakit dipersendian dan otot
ibu. Nanti jika ibu membutuhkan sesuatu, bisa memanggil saya di
ruang perawat atau memencet tombol urgent ini”
Px : “Baik Ns, terimakasih”
PA : “Kalau begitu saya permisi dulu ya. Selamat Siang, selamat
beristirahat”

PA melaporan kepada Katim


PA : “Ns, saya sudah melakukan pemberian obat injeksi kepada pasien
X sesuai standart keamanan pasien dan sentralisasi obat pasien
sudah saya rapikan di loker obat”
Katim : “Baik Ns. Terimakasih sudah bekerja dengan baik. Kamu bisa
membuat laporan mulai sekarang”
PA : “Baik Ns”

Katim melaporkan kepada Karu


Katim : “Ns. Tindakan sentralisasi obat yang dilakukan oleh PA Ns. X
sudah dilaksanakan sesuai prosedur keselamatan pasien”
Karu : “Baik Ns, terimakasih sudah bekerja dengan baik sesuai standar
operasional”
Katim : “Baik, saya permisi dulu Ns”

23

Anda mungkin juga menyukai