Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN MODEL-MODEL ASUHAN

KEPERAWATAN PROFESSIONAL: MAKP, MPKP, SP2KP

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG Al-BIRUNI RS


ISLAM BANJARMASIN

DISUSUN OLEH:
Nama : Dania Nur Najmina, S.Kep
NPM : 1914901110016
Kelompok :5
Preseptor Akademik (CT) : Rohni Taufikasari, Ns.,M.Kep
Preseptor Klinik (CI) : Nurhikmah, S.Kep.,Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN MODEL-MODEL ASUHAN
KEPERAWATAN PROFESSIONAL: MAKP, MPKP, SP2KP

A. Model Asuhan Keperawatan Professional (MAKP)


1. Definisi Model Asuhan Keperawatan Profesional
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam
Hamid, 2001).

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan


pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional. Mc.
Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di
rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer (Marquis
& Huston, 2013).

Setiap jenis model dasar pengelolaan asuhan keperawatan telah


mengalami banyak modifikasi sehingga mengahasilkan isitilah baru, saat
ini keperawatan primer sering disebut sebagai model praktik profesional
dan keperawatan tim sering disebut mitra dalam asuhan atau mitra
layanan pasien dan berbagai nama serupa lainnya (Burns dalam Marquis
& Huston, 2013). Lima model utama pengelolaan asuhan keperawatan
untuk pemberian asuhan pasien adalah (1) asuhan pasien total, (2)
keperawatan professional, (3) tim dan keperawatan modular, (4)
keperawatan primer dan (5) manajemen kasus.

Pemilihan model pengelolaan pemberian asuhan pasien yang paling tepat


untuk setiap unit atau organiasi bergantung (Marquis & Huston 2013)
pada:
- Keterampilan dan keahlian staf
- Ketersediaan perawat professional yang terdaftar
- Sumber daya ekonomi dari organisasi
- Keakutan pasien
- Kerumitan tugas yang harus diselesaikan
Setiap perubahan akan berdampak terhadap stress, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998 dalam
Nursalam, 2015) yaitu:
a) Sesuai dengan visi dan misi institusi.
b) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
c) Efisien dan efektif penggunaan biaya.
d) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
e) Kepuasan kinerja perawat.
f) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP


1) Kualitas pelayanan keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selalu
berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
- Meningkatkan asuhan keperawatn kepada pasien
- Menghasilkan keuntungan
- Mempertahankan eksistensi institusi
- Meningkatkan kepuasan kerja
- Meningkatkan kepercayaan konsumen
- Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar
2) Standar Praktik
Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh
DEPKES RI terdiri atas beberapa standar yaitu:
- Menghargai hak-hak pasien.
- Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit.
- Observasi keadaan pasien.
- Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
- Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif.
- Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif.
- Pendidikan kepada pasien dan keluarga.
- Pemberian asuhan secara terus-menerus.
2. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP)
Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan professional yang
sudah ada dan akan terus dikembangkan dimasa depan dalam
menghadapi trend keperawatan (Nursalam, 2015).
Deskrips Penanggung
Model
i Jawab
Fungsional a. Berdasarkan orientasi tugas dari Perawat yang
(bukan filosofi keperawatan bertugas pada
model b. Perawat melaksanakan tugas tindakan
MAKP) (tindakan) tertentu berdasarkan tertentu.
jadwal kegiatan yang ada
c. Metode fungsional dilaksanakan
oleh perawat dalam pengelolaan
aturan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang
dunia kedua. Pada saat itu,
karna terbatasnya jumlah dan
kemapuan perawat maka setiap
perawat hanyar melakukan 1-2
jenis intervensi keperawatan
kepada semua pasien di bangsal
Kasus a. Berdasarkan pendekatan holistis Manajer
dari filosofi keperawatan. Keperawatan
b. Perawat bertanggung jawab
terhadap asuhan dan observasi
pada pasien tertentu.
c. Rasio I : I (pasien : perawat).
Setiap pasien dilimpahkan
kepada semua perawat yang
melayani seluruh kebutuhannya
pada saat mereka dinas.
Tim a. Berdasarkan pada kelompok Ketua Tim
filososfi keperawatan.
b. Enam – tujuh perawat
professional dan perawat
pelaksana bekerja sebagai satu
tim, disupervisi oleh ketua tim.
c. Metode ini menggunakan tim
yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam
memberikan asuhan
keperawatan terhadap kelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim yang terdiri
atas tenaga professional,
teknikal, dan pembantu dalam
satu kelompok kecil yang saling
membantu.
Primer a. Berdasarkan pada tindakan yang Perawat
komperehensif dari filosofi Primer (PP)
keperawatan.
b. Perawat bertanggung jawab
terhadap semua asfek asuhan
keperawatan.
c. Metode penugasan dimana satu
orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.
Sumber : Grant & Massey (1997) dalam Marquis & Huston (2013)

3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim


Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari
tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang
saling membantu. Metode ini biasa digunakan pada pelayanan
keperawatan di unit rawat inap, rawat jalan dan unit gawat darurat
(Nursalam, 2015). Nursalam (2015) menjelaskan konsep pelaksanaan
metode tim ruang rawat antara lain:
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model ini akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruangan.

Kelebihan pelaksanaan metode tim (Nursalam, 2015) antara lain:


memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh mendukung
pelaksanakaan proses keperawatan dan memungkinkan komunikasi antar
tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada
anggota tim.

Kelemahan pelaksanaan metode tim (Nursalam, 2015) ialah komunikasi


antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada
waktu-waktu sibuk.
Berikut ini adalah uraian tanggung jawab perawat dalam pelaksanaan
MAKP metode tim (Nursalam, 2015):
1) Tanggung jawab anggota tim:
- Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
- Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
- Memberikan laporan.
2) Tanggung jawab ketua tim:
- Membuat perencanaan.
- Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
- Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
- Mengembangkan kemampuan anggota.
- Menyelenggarakan konferensi.
3) Tanggung jawab kepala ruang:
a. Perencanaan
- Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-
masing.
- Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
- Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi
dan persiapan pulang bersama ketua tim.
- Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/ penjadwalan.
- Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
- Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
- Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan
- Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
- Membantu membimbing terhadap peserta didik keprawatan.
- Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah
sakit
b. Pengorganisasian
- Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
- Merumuskan tujuan metode penugasan.
- Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
- Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
- Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-
lain.
- Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
- Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
- Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat,
kepada ketua tim.
- Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
- Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan
- Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
- Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
- Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.
- Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien.
- Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
- Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
- Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
- Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
- Melalui supervisi
- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang ada saat itu
juga
- Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim.
- Audit keperawatan.

C. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


1. Definisi MPKP
Ratna Sitorus & Yulia (2006) Model praktik keperawatan profesional
(MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional),
yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.
2. Tujuan MPKP
Tujuan MPKP adalah sebagai berikut :
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan.

D. Sistem Pemberian PelayananKeperawatan Profesional (SP2KP)


Salah satu upaya manajemen keperawatan dalam mewujudkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas melalui Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional (SP2KP). Melalui penerapan SP2KP diharapkan
mampu mewujudkan kualitas pelayanan keperawatan yang diharapkan dan
mampu memacu diri dalam kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan
standar rumah sakit kelas dunia atau bertaraf internasional (Kemenkes RI,
2012).

Dari berbagai sumber dapat disimpulkan beberapa tujuan dan fungsi


SP2KP yaitu:
Demi tercapainya kualitas pelayanan keperawatan dengan standar rumahsakit
kelas dunia atau bertaraf internasional, maka pelayanan keperawatan
didasarkan pada profesionalisme, ilmu pengetahuan, aspek legal dan etik.
Untuk itu diselenggarakan program penerapan SP2KP untuk mendukung
sistem pelayanan kesehatan secara komprehensif (Kemenkes RI, 2012).

SP2KP sebagai salah satu upaya dalam peningkatan indikator mutu pelayanan
keperawatan (Depkes RI, 2009). SP2KP merupakan pengembangan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang diterapkan oleh Departemen
Kesehatan. Pelaksanaan MPKP maupun SP2KP merupakan upaya untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan sehingga menjadi efektif dan efisien
(Budi, 2009).

SP2KP memperlihatkan pelayanan yang lebih terstruktur dan


terorganisirkarena SP2KP merupakan bentuk pengembangan dari MPKP
yang lebihprofesional dan lebih baik dalam memberikan tingkat pelayanan
asuhankeperawatan terhadap klien (Karunianingrum, 2013). Salah satu
evaluasi outcome (hasil) dari penerapan SP2KP adalah meningkatkan
kepuasan pasien (Kemenkes, 2012).

Dari hasil penelitian Wati, dkk tahun 2010 di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau diperoleh gambaran pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan dari
masing-masing komponen dari SP2KP secara keseluruhan belum mencapai
kategori baik. Penerapan SP2KP sebagai salah satu bentuk dari kinerja
perawat. Kinerja merupakan pencapaian seseorang yang berkenaan dengan
seluruh tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja perawat adalah bentuk
pelayanan professional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
(Triwibowo, 2013).

Kunci utama dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah


perawat yang mempunyai kinerja tinggi (Mulyono, 2013). Dari hasil
penelitian Mulyono (2013) kepuasan kerja merupakan variabel yang paling
kuat/dominan pengaruhnya terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Tingkat
III Ambon.

Kepuasan kerja menjadi isu yang menarik dan penting terbukti karena besar
manfaatnya bagi perawat, pasien dan rumah sakit. Perawat yangmemiliki
kepuasan kerja menampilkan kinerja lebih baik dibandingkan dengan perawat
yang tidak memiliki kepuasan kerja. (Triasih, 2007 dalam Sitrait 2012).
Menurut Robbin (2009), Luthans (2008) dan Nursalam (2007) kepuasan kerja
sekurang-kurangnya memiliki lima dimensi yaitu kepuasan terhadap
pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap pengawasan, kepuasanterhadap gaji
atau imbalan, kepuasan terhadap peluang promosi, dan kepuasan terhadap
rekan kerja. Dari beberapa penelitian dibidang keperawatan di Amerika
Serikat didapatkan bahwa perawat mengalami derajat kepuasan kerja yang
rendah (Zamzahar, 2010). Menurut Baumann di Amerika Serikat, Kanada,
lnggris,Jerman menunjukkan bahwa 41% perawat di rumah sakit mengalam
iketidakpuasan dengan pekerjaannya dan 22% diantaranya merencanakan
meninggalkan pekerjaannya dalam satu tahun (Wuryanto, 2010). Kepuasan
kerja rendah ini bisa disebabkan oleh penghargaan psikologis dan
penghargaan keamaan yang kurang. Sehingga, berdampak terhadap praktik
keperawatan dalam rangka mewujudkan asuhan asuhan keperawatan yang
profesional (Sitorus, 2006).
MPKP, MAKP, SP2KP
MPKP MAKP SP2KP
Definisi
 Suatu sistem yang memfasilitasi perawat  Suatu sistem yang memungkinkan perawat  Mewujudkan kualitas pelayanan
profesional, mengatur pemberian asuhan profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan yang diharapkan danmampu
keperawatan. keperawatan termasuk lingkungan untuk memacu diri dalam kualitas pelayanan
menopang pemberian asuhan tersebut keperawatan sesuai dengan standar rumah
sakit kelas dunia atau bertaraf
internasional
Tujuan
 Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.  Sesuai dengan visi dan misi institusi  Tercapainya kualitas pelayanan
 Mengurangi konflik, tumpang tindih dan  Dapat diterapkan proses keperawa-tan keperawatan dengan standar rumah sakit
kekososongan pelaksanaan asuhan dalam asuhan keperawatan. kelas dunia atau bertaraf internasional
keperawatan oleh tim keperawatan.  Efisien dan efektif penggunaan biaya. yang didasarkan pada profesionalisme,
 Menciptakan kemandirian dalam  Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan ilmu pengetahuan, aspek legal dan etik
memberikan asuhan keperawatan. masyarakat.  Pelayanan yang lebih terstruktur dan
 Memberikan pedoman dalam menentukan  Kepuasan kinerja perawat. terorganisir
kebijakan dan keputusan.  Sebagai salah satu bentuk dari kinerja
 Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup perawat
dan tujuan asuhan keperawatan bagi  Salah satu upaya dalam peningkatan
setiap tim keperawatan. indikator mutu pelayanan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Al-Assaf, A.F. (2009). Mutu Pelayanan  Kesehatan Perspektif Internasional.


Jakarta : EGC
Bidang Keperawatan RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. (2015). Pedoman
Pelayanan Keperawatan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Medan:
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Griffin, Ricky W. (2004). Manajemen ( Jilid 1). Jakarta: Erlangga
Handoko, T. Hani. (2011). Manajemen ( Edisi 2). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Marquis, Bessie L, Huston, Carol J. 2(010). Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik
keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik
keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Banjarmasin, 26 Mei 2020


Ners Muda,

(Dania Nur Najmina, S.Kep)

Preseptor Akademik (CT), Preseptor Klinik (CI),

( Rohni Taufikasari, Ns.,M.Kep) (Nurhikmah, S.Kep.,Ns)

Anda mungkin juga menyukai