Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN


PROFESIONAL DAN PERAN KEPALA RUANGAN, KATIM & PERAWAT
PELAKSANA (PP)

DISUSUN OLEH :

NAMA : Thenesia Feronica Sesa., S.kep

NIM : 19062082

CT : Wahyuny Langelo., BSN., M.Kes

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi MPKP
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki
nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka
tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak
akan dapat terwujud (Nursalam,2014)
Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu sistem
(struktur, proses, nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menunjang
asuhan tersebut. (Devi, Erlangga, Dkk. 2014)
Pengertian lain menyebutkan MPKP adalah salah satu metode pelayanan
keperawatan dari sistem, struktur, proses dan nilai-nilai profesional, yang
memfasilitasi perawat profesional yang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab
dalam mengatasi masalah keperawatan dan telah menghasilkan berbagai jenjang
produk keperawatan untuk pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
tempat asuhan keperawatan tersebut diberikan. (Devi, Erlangga, Dkk. 2014)
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses, dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan.

B. Tujuan MPKP
Tujuan utama Model Praktek Keperawatan Profesional ini adalah untuk
meningkatkan mutu pelayana keperawatan. Sedangkan tujuan secara khusus dari
MPKP adalah :
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan.
f. Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan
keperawatan.
g. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik
keperawatan profesional.
h. Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian
keperawata

C. Faktor yang mempengaruhi MAKP/MPKP


a. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berbicara
mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
1. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen;
2. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi;
3. Mempertahankan eksistensi institusi;
4. Meningkatkan kepuasan kerja;
5. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan;
6. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.
Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan tentang model
praktik, metode praktik, dan standar.
b. Standar Praktik Keperawatan
Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh Depkes RI terdiri
atas beberapa standar, yaitu:
1. Menghargai hak-hak pasien;
2. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS);
3. observasi keadaan pasien;
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
5. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif;
6. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif;
7. Pendidikan kepada pasien dan keluarga;
8. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan


keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14
Kebutuhan Dasar Manusia dari Henderson), meliputi: oksigen; cairan dan
elektrolit; eliminasi; kemananan; kebersihan dan kenyamanan fisik; istirahat
dan tidur; aktivitas dan gerak; spiritual; emosional komunikasi; mencegah dan
mengatasi risiko psikologis; pengobatan dan membantu proses penyembuhan;
penyuluhan; dan rehabilitasi. (Nursalam, 2014)

D. Komponen MPKP
a. Nilai – nilai profesional (Profesional Values)
Nilai-nilai professional menjadi komponen utama pada praktik
keperawatan profesional. Nilai-nilai professional ini merupakan inti dari
MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien, menghargai klien,
dan melakukan yang terbaik untuk klien harus tetap ditingkatkan dalam suatu
proses keperawatan.
b. Pendekatan manajemen (Management Approach)
Seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia harus melakukan pendekatan penyelesaian
masalah, sehingga dapat diidentifikasi masalah klien, dan nantinya dapat
diterapkan terapi keperawatan yang tepat untuk masalah klien.
c. Hubungan profesional (Profesional Relationship)
Asuhan kesehatan yang diberikan kepada klien melibatkan beberapa
anggota tim kesehatan yang mana focus pemberian asuhan kesehatan adalah
klien.
d. Sistem pemberian asuhan keperawatan (Care Delivery System)
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional,
digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya
metodekasus, fungsional, tim, dan keperawatan primer, serta manajemen kasus.
Dalam praktik keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan professional adalah metode yang menggunakan
the breath of keperawatan primer.
e. Kompensasi dan penghargaan (Compensation & Reward).
Pada suatu profesi, seorang professional mempunyai hak atas
kompensasi dan penghargaan. Kompensasi yang didapat merupakan imbalan
dari kewajiban profesi yang terlebih dahulu harus dipenuhi.

E. Pilar – pilar Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


Model praktek keperawatan profesional terdiri dari 4 pilar diantaranya :
a. Pilar I yaitu Pendekatan Manajemen Keperawatan
MPKP mensyaratkan pendekatan manajemen sebagai pilar praktek keperawatan
profesional yang pertama. Pada pilar I terdiri dari:
1. Perencanaan yaitu kegiatan Model Praktek Keperawatan Profesional.
a) Filosofi : Yakni seperangkat nilai-nilai MPKP yang menjadi rujukan
semua kegiatan.
b) Kebijakan : Pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam
mengambil keputusan.
c) Rencana jangka pendek di ruang Model Prktek Keperawatan
Profesional : Kegiatan yang dlaksanakan oleh perawat sesuai dengan
perannya masing-masing yang dibuat setiap shif. Rencana harian dibuat
sebelum melakukan operan.
d) Rencana harian kepala ruangan, Melalui: Asuhan keperawatan,
Supevisi ketua tim, dan Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama
dengan tim lain yang terkait.
2. Pengorganisasian yaitu kegiatan dan tenaga perawat.
Merupakan pengelompokaan aktifitas untuk mencapai tujuan melalui struktur
organisasi MPKP, menyusun daftar dinas, menyusun daftar alokasi asuhan
keperawatan pasien.
3. Pengarahan yaitu bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Melalui pendelegasian, supervisi, komunikasi efektif mencakup pre dan post
konferens serta manajemen konflik.
a) Pendelegasian
Melakukan pekerjaan melalui orang lain dalam pengorganisasian,
pendelegasian dilakukan agar aktifitas organisasi tetap berjalan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
a) Pendelegasian dilakukan melalui proses:
- Buat rencana tugas yang dituntaskan
- Identifikasi keterampilan dan tingkatkan pengetahuan yang
diperlakukan untuk melaksanakan tugas
- Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
- Evaluasi kerja setelah tugas selesai
- Pendelegasian terdiri dari tugas dan wewenang
b) Supervisi : Proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan organisasi, dengan cara melakukan pelaksanaan terhadap
pelaksanaan kegiatan.
Penerapan supervisi di MPKP adalah:
- Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan
terhadap kepala ruangan.
- Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap ketua tim dan
perawat pelaksana.
- Ketua tim melakukan pengawasan kepasa perawat pelaksana.
c) Komunikasi efektif
Fungsi pokok manajemen, komunikasi yang kurang baik dapat
mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi
Penerapan organisasi di Model praktek keperawatan profesional
antara lain:
- Pre konferens
Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shif tersebut dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab.
- Operan
Komunikasi serah terima anta shif pagi, siang dan malam.
- Post konferens
Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shif sebelum operan kepada shif berikutnya.
d) Manajemen konflik
Perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang
lain. Perbedaan konflik mudah terjadi demikian juga diruang MPKP
maka perlu dibudidayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik antara
petugas tim.

Cara – cara penanganan konflik melalui:


- Berkolaborasi, Cara ini adalah salah satu bentuk kerja sama,
berbagai pihak yang terlibat konflik, didorong menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan
menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi
yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan.
Istilah lain cara penyelesaian konflik ini adalah win – win solution.
- Berkompromi, yaitu cara penyelesaian konflik dimana semua
pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi
terjaminnya keharmonisan hubungan kedua belah pihak tersebut.
dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau
kalah. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini adalah lose – lose
solution. Dimana masing – masing pihak akan mengorbankan
kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis.
4. Pengendalian yaitu proses memastikan aktifitas sebenarnya sesuai dengan
aktifitas yang direncanakan. Melalui audit, strukturl, audit proses dan audit
hasil.
b. Pilar II yaitu sistem penghargaan pada tenaga keperawatan.
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu dipertahankan dan
ditingkatkan melalui manajemen sumber daya manusia, sehingga perawat
mendapatkan kompensasi berupa penghargaan sesuai dengan apa yang dikerjakan
(Nursalam, 2014 ). Sistem penghargaan ini melalui proses rekruitmen, seleksi
kerja, orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan staff perawat.
1) Proses rekruitmen
Penentuan perawat yang dibutuhkan diruang MPKP yang mempunyai
kriteria:
a) Kepala ruangan
- Pendidikan minimal S1 keperawatan. Jika belum ada masa transisi
boleh D3 bila diruangan tersebut belum ada perawat yang
berpendidikan S1 dengan syarat mempunyai jiwa kepemimpinan.
- Pengalaman menjadi kepala ruangan minimal 2 tahun dan bekerja
pada area keperawatan minimal 2 tahun.
- Sehat jasmani dan rohani
- Pernah mengikuti pelatihan antara lain:
o Manajemen bangsal
o Pelatihan Model Praktek Keperawatan Profesional
o Komunikasi keperawatan
- Lulus tes tulis dan wawancara
b) Ketua tim
- Pendidikan minimal S1 keperawatan. Jika belum ada masa transisi
boleh D3 dengan syarat mempunyai jiwa kepemimpinan.
- Pengalama kerja minimal 2 tahun
- Sehat jasmani dan rohani
- Pernah mengikuti pelatihan, antara lain:
o Manajemen bangsal
o Pelatihan Model Praktek Keperawatan Profesional
o Komunikasi keperawatan
- Lulus tes tulis dan wawancara
c) Perawat pelaksana
- Pendidikan minimal D3
- Pengalaman kerja minimal 1 tahun
- Sehat jasmani dan rohani
- Pernah mengikuti pelatihan
- Lulus tes tulis dan wawancara.
2) Kerja orientasi
Perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi
yang disebut pelatihan awal sebelum bekerja pada unit kerja MPKP.
3) Penilaian kerja.
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan, ketua tim,
perawat pelaksana menggunakan supervsi baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
4) Pengembangan staf
Membantu masing-masing perawat mencapai kinerja sesuai dengan posisi
dan untuk penghargaan terhadap kemampuan profesional, bentuk
pengembangan karir, pendidikan berkelanjutan dari D3 ke S1.

c. Pilar III yaitu hubungan profesional komunikasi horizontal antara kepala ruangan
dengan ketua tim dan perawat pelaksana serta antara ketua tim dengan perawat
pelaksana. Komunikasi diagonal yang dilakukan perawat dengan profesi lainnya.
Hubungan profesional di ruang Model Praktek Keperawatan profesional adalah:
1) Rapat perawat ruangan
2) Pere dan post konferens
3) Rapat tim kesehatan
4) Visit dokter
d. Pilar IV Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen Asuhan Keperawatan yaitu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien secara sistematis dan terorganisir.

F. Metode penugasan untuk Peran Kepala Ruangan, Ketua tim, dan Perawat
Primer
a. Metode kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali
digunakan. Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas.
Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan
perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien.
Kelebihan metode kasus:
1) Kebutuhan pasien terpenuhi.
2) Pasien merasa puas.
3) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

Kekurangan metode kasus:

1) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas


sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
2) Membutuhkan banyak tenaga.
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung
jawab klien bertugas.
b. Metode fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan
pada penyelesaian tugas atau prosedur. Pada metode ini, kepala ruang
menentukan tugas setiap perawat dalam satu ruangan. Perawat akan
melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala
ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien.
Kelebihan dari metode fungsional adalah:
1) Sederhana
2) Efisien.
3) Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurangberpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik
yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Namun, Metode ini kurang efektif karena :
1) Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang
menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik.
2) Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan
keperawatan terfragmentasi.
3) Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat
yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali
mungkin kepala ruangan.
4) Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas terhadap
pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien tidak
mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan.
5) Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan
perawat.
c. Metode Kepala ruanan (Peran Kepala Ruangan)
Peran dan fungsi kepala ruangan diruang rawat dalam fungsi
manajemen keperawatan antara lain perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan ketenagaan, pengarahan, pengawasan dan pengendalian mutu
yang merupakan satu siklus yang saling berkaitan satu sama lain (Nursalam,
2014)
Peran utama seorang kepala ruangan adalah mengelola seluruh sumber
daya di unit perawatan untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu. Kepala
ruangan bertanggung jawab untuk melalukan supervise pelayanan
keperawatan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. (Sitti,2017)

Rencana bulanan kepala ruangan

Akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar.


Berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana
bulanan ketua tim.

Rencana tahunan kepala ruangan

Akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu
tahun yang dijadikan acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana
tahunan.

Rencana kegiatan tahunan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP):

a) Menyusun laporan tahun yanhg berfungsi tentang kinerja model


proketek keperawatan profesional serta evaluasi mutu pelayanan.
b) Melakukan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing – masing tim.
c) Pengembangan sumber daya manusia peningkatan jenjang karis
perawat pelaksana menjadi ketua tim dan ketua tim menjadi kepala
ruangan.
d) Membuat jadwal-jadwal pelatihan.

Metode tim akan berhasil baik apabila didukung oleh kepala ruang untuk itu
kepala ruang diharapkan dapat :
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan
d. Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim
keperawatan
e. Menjadi narasumber bagi ketua tim
f. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan
g. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
d. Metode tim (Peran Ketua Tim / Katim)
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif.
Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Pelaksanaan
konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim, yakni apakah
berorientasi pada tugas atau pada klien.
Rencana harian ketua tim
a) Menyelenggarakan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi
tanggung jawab
b) Melakukan supervisi perawat pelaksana
c) Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain
d) Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas

Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut:


1) Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat
keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan
keperawatan. Tanggung jawab ketua tim adalah :
a) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi
d) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin.
Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara,
terutama melalui renpra tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan
asuhan, supervisi, dan evaluasi.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruangan penting dalam metode tim.
Kelebihan metode ini adalah:
a. Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
b. Pasien dilayani secara komfrehesif
c. Terciptanya kaderisasi kepemimpinan.
d. Tercipta kerja sama yang baik .
e. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
f. Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.

Kekurangan metode ini:

Kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga pakar


mengembangkan metode keperawatan primer

a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan


menjadi tanggung jawabnya.
b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelanncaran tugas terhambat.
c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau
ketua tim.
d. Akontabilitas dalam tim kabur.
e. Metode Perawat Primer (Peran Perawat Primer/ PP)
Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab
terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse) disingkat dengan PP.
Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas,
otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu kontinuitas, komunikasi,
kolaborasi, koordinasi, dan komitmen. Setiap PP biasanya merawat 4 sampai
6 klien dan bertanggungjawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat
dirumah sakit atau di suatu unit.
Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk memberikan
asuhan keperawatan, tetapi juga mempunyai kewengangan untuk melakukan
rujukan kepada pekerja sosial, kontrak dengan lembaga sosial di masyarakat,
membuat jadwal perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah dan lain
lain. Dengan diberikannya kewenangan, dituntut akuntabilitas perawat yang
tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Metode keperawatan primer
memberikan beberapa keuntungan terhadap klien, perawat, dokter, dan rumah
sakit (Nursalam,2014).
Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih dihargai
sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya layanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

Rencana harian perawat pelaksana:

a) Pelaksanaan shif sore atau malam


b) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

Metode itu dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan karena) :


1) Hanya ada 1 perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan
koordinasi asuhan keperawatan
2) Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien
3) PP bertanggung jawab selama 24 jam
4) Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
5) Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.

Kelebihan metode perawat primer:

1) Mendorong kemandirian perawat.


2) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
3) Berkomunikasi langsung dengan Dokter
4) Perawatan adalah perawatan komfrehensif
5) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
6) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat, klien dan keluarga

Kelemahan metode perawat primer:

1) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat


2) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
3) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

G. Karakteristik MPKP
a. Penetapan jumlah tenaga keperawatan.
b. Penetapan jenis tenaga keperawatan.
c. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra
d. Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer

H. Tingkatan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan
profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan
riset dan membimbing para perawat melakukan riset sera memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II.
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat
spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan
kepada perawat primer pada area spesialisnya.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan pada
model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut
tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula.
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap
awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen
utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan
dan dokumentasi asuhan keperawatan.

I. Langkah – langkah MPKP


a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yakni :
1) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan
sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya
kelompok kerja ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan. Sehingga
kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit
dan institusi pendidikan.
2) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali dari dokumentasi
keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu
asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen,staf keperawtan, dan
staf lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan
ruang rawat tempat implementasi MPKP akan dilaksanakan
4) Penempatan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan tempat
implementasi MPKP, antara lain:
a) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal
ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan
mendapat pembinaan tentang kerangka kerja MPKP.
b) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1
swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai
pusat pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain.
5) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan
dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk
menetapkan jumlah tenaga keperawtan di suatu ruangrawat didahului
dengan menghitung jumlah klien derdasarkan derajat ketergantungan
dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari berturut-turut. (Sitorus,
2006).
6) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan
adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam
suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi
a) Kepala ruang rawat
b) Clinical care manager
c) Perawat primer
d) Perawat asosiet
7) Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan.
Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi waktu perawat
menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk
melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien.
8) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar renpra, format dokumentasi keperawatan lain yang
diperlukan adalah :
a) Format pengkajian awal keperawatan
b) Format implementasi tindakan keperawatan
c) Format kardex
d) Format catatan perkembangan
e) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
f) Format laporan pergantian shif
g) Resume perawatan
9) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan
fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas
tambahan yang di perlukan adalah :
a) Badge atau kartu nama tim
b) Papan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA, dan timnya serta
dokter yang merawat klien.

J. Perhitungan Jumlah tenaga Perawat yang dapat digunakan dlm MPKP


Pada suatu layanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan bergantung pada
jumlah klien dan derajat ketergantungan klien terhadap keperawatan. Untuk
mengetahui jumlah tenaga keperawatan diperlukan beberapa formula diantaranya
yaitu :
1. Formula Gillies

A : jumlah jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)


B : jumlah pasien (BOR x jumlah tempat tidur)
C : jumlah hari libur
365: jumlah hari kerja setahun, jam kerja perhari = 6 jam
2. Formula Douglas
Perhitungan jumlah tenaga tergantung dari jumlah pasien dan derajat
ketergantungan yang terbagi dalam 3 kategori yaitu :
b) Perawatan minimal hanya memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, pasien masih
bisa melakukan kegiatan pribadi sendiri, kecuali makan obat harus tetap
ditunggui agar tidak salah obat.
c) Pasien masih bisa mandi sendiri, mandi sendiri atau memenuhi kebutuhan
pribadi lainnya sehingga tidak dibutuhkan banyak waktu untuk melayani.
d) Perawatan partial diperlukan waktu 3-4 jam/24 jam, pasien masih dapat
melakukan kegiatan pribadi tetapi membutuhkan pelayanan asuhan
keperawatan untuk kegiatan yang membutuhkan kemampuan fisik karena
pasien relatif lemah atau tidak diperbolehkan meninggalkan tempat tidur
sehingga membutuhkan keahlian keperawatan.
e) Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam, pasien membutuhkan
asuhan keperawatan dan personel lainnya total bergantung kepada perawat.

Gambaran kebutuhan perawat berdasarkan klasifikasi pasien dalam ruang


rawat dapat dilihat dalam tabel berikut :
3. Metode Lokakarya Keperawatan
Metode ini menghitung rata-rata jumlah jam perawatan yang diterima oleh
seorang penderita dalam waktu 24 jam kali 52 kali kali 7 kali tempat tidur kali
BOR dibagi 41 minggu kali 40 jam lalu ditambah 25%.

A : Rata-rata jumlah jam perawatan yang diterima oleh seorang penderita atau
pasien dalam waktu 24 jam
BOR : Bad Occupational Rate
TT : Tempat Tidur
4. Formula Ilyas

Keterangan:
A = Jam Perawatan/24 jam
B = Sensus Harian (BOR x jumlah tempat tidur)
Jam kerja/hari = 6 jam per hari
365= jumlah hari kerja selama setahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
(365- (12 hari libur nasional 12 hari libur cuti tahunan) x ¾ = 255 hari.
5. Departemen Kesehatan
Metode perhitungan kebutuhan sumber daya manusia berdasarkan beban kerja
yakni Workload Indicator of Staff Need(WISN) adalah suatu metode
perhitungan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan berdasarkan pada beban
pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori sumber daya manusia
kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Adapun langkah
perhitungan kebutuhan sumber daya manusia berdasarkan wisn ini meliputi 5
langkah, yaitu :
a) Menetapkan waktu kerja tersedia
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu
kerja tersedia. Masing-masing kategori sumber daya manusia yang bekerja
di rumah sakit selama kurun waktu satu tahun.

Waktu kerja tersedia = {A - (B+C+D+E)} X F


Keterangan :
A = hari kerja
B = cuti tahunan
C = pendidikan dan pelatihan
D = hari libur nasional
E = ketidak hadiran kerja
F = waktu kerja
b) Menetapkan unit kerja dan kategori sumber daya manusia
Tujuan menetapkan unit kerja dan kategori sumber daya manusia adalah
diperolehnya unit kerja dan kategori sumber daya manusia yang
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan
perorangan pada pasien, keluarga dan masyarakat di dalam dan diluar
rumah sakit. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit
kerja dan kategori sumber daya manusia adalah sebagai berikut :
1) Bagan struktur organisasi rs dan uraian tugas pokok dan fungsi masing-
masing unit dan sub-unit kerja.
2) Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja
di RS.
3) Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur
pada tiap unit kerja RS.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan ; Aplikasi dalam praktik keperawatan


professional. Edisi IV. Jakarta : Salemba Medika.

Dika, Erlangga. 2014. Jurnal Konsep Model Praktik Keperawatan Profesional dan
system pemberian keperawatan professional, Page IV. Diponegoero

Sri Mugianti. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan,


Cetakan Pertama : Desember. Design Instruksional : Jan Hotman.

Sitti, Nildawati,2017. Hubungan peran Kepala ruangan dengan kinerja perawat diruang
rawat inap Rsud Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Volume IX, No 1 ,
Januari – Juni.

Anda mungkin juga menyukai