Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESSIONAL

MENGENAI DISCHARGE PLANNING

DOSEN PEMBIMBING :
Ana Zakiyah M. Kep
MATA KULIAH :

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:


1. Dilla Najmi Amelia 201801048
2. Safira Salsabila Prabowo P. 201801058
3. Bintar Aji Setyawan 201801066
4. Nadia Rahmah 201801067
5. Sherly Isnain Ladora 201801076
6. Koko Arifianto 201801077
7. Rafif Adika Wiratmoko 201801078
8. Okki Wahyu Atikasari 201801080
9. Vega Candra Narulita 201801082
10. Ruci Nurul 201801083
11. Fajar Agustiawan 201801085

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TA 2020/2021
Jl. Raya Jabon Km 6 Mojokerto, (0321) 39020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, tuntunan serta hidayah-Nya kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “Model Asuhan Keperawatan Professional mengenai
Discharge Planning”. Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak.

Yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan kami juga menyadari masih ada
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
akan kami terima dengan senang hati.

Mojokerto, 7 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................II

DAFTAR ISI..........................................................................................................................III

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5

1.3 Tujuan...........................................................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN TEORI.....................................................................................................7

2.1 Definisi Discharge Planning......................................................................................7

2.2 Tujuan Discharge Planning.......................................................................................7

2.3 Manfaat Discgarge Planning.....................................................................................7

2.4 Prinsip Discharge Planning.......................................................................................8

2.5 Jenis-jenis Disharge Planning....................................................................................9

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Discharge Planning.........................................10

2.7 Komponen Discharge Planning...............................................................................12

2.8 Pelaksanaan Discharge Planning dan Proses Keperawatan.....................................12

2.9 Keberhasilan Discharge Planning............................................................................17

BAB 3 ROLEPLAY DISCHARGE PLANNING................................................................19

BAB 4 PENUTUP...................................................................................................................25

4.1 Kesimpulan..............................................................................................................25

3
4.2 Saran........................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Discharge Planning adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu pasien dan
keluarga dalam meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya. Shepperd, et.al
(2004) menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek berarti dalam menurunkan
komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas. Saat ini, pelaksanaan discharge planning pada pasien di rumah sakit umumnya
hanya berupa catatan resume pasien pulang serta pemberian informasi singkat mengenai
jadwal kontrol pasien ke poliklinik, obat-obatan yang harus di minum, serta diet yang harus
dipenuhi dan dihindari setelah pasien pulang dari rumah sakit (Slevin, 1996; Spath, 2003).
Informasi hanya diberikan pada saat pasien dinyatakan boleh pulang, padahal discharge
planning di mulai pada hari pertama pasien mulai di rawat di rumah sakit. Hal ini belum bisa
dikatakan discharge planning, karena diberikan dalam waktu singkat dan informasi yang sangat
terbatas sehingga tidak menjamin tercapainya suatu perubahan perilaku pasien dan keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan discharge planning?
1.2.2 Apa saja tujuan dari discharge planning?
1.2.3 Apa saja manfaat discharge planning?
1.2.4 Apa saja prinsip discharge planning?
1.2.5 Apa saja jenis-jenis disharge planning?
1.2.6 Apa saja aktor-faktor yang mempengaruhi discharge planning?
1.2.7 Apa saja komponen discharge planning?
1.2.8 Bagaimana pelaksanaan discharge planning dan proses keperawatan?
1.2.9 Bagaimana keberhasilan discharge planning?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi discharge planning
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan discharge planning

4
1.3.3 Untuk mengetahui manfaat discgarge planning
1.3.4 Untuk mengetahui prinsip discharge planning
1.3.5 Untuk mengetahui jenis-jenis disharge planning
1.3.6 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi discharge planning
1.3.7 Untuk mengetahui komponen discharge planning
1.3.8 Untuk mengetahui pelaksanaan discharge planning dan proses keperawatan
1.3.9 Untuk mengetahui keberhasilan discharge planning

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Discharge Planning


Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan social sebelum dan sesudah pulang.
Perencaan pulang merupakan proses dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan
yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan keperawatan mandiri di rumah.
Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi ketika keperawatan professional, pasien,
dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang
diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat pada masalah pasien yaitu
pencegahan, terapeutik, rehabilitative, serta keperawatan rutin yang sebenarnya.

2.2 Tujuan Discharge Planning


Naylor (1999) menjelaskan bahwa untuk mencapai hari rawatan yang lebih pendek,
mencegah risiko kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan
menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan dengan memberikan discharge
planning. Adapun tujuan discharge planning menurut Spath (2003) adalah sebagai berikut:

2.2.1 Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk pulang dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2.2.2 Mempersiapkan keluarga secara emosional dan psikologis terhadap perubahan kondisi
pasien.
2.2.3 Memberikan informasi pada pasien dan keluarga sesuai kebutuhan mereka baik secara
tertulis maupun secara verbal.
2.2.4 Memfasilitasi kelancaran perpindahan dan meyakinkan bahwa semua fasilitas
kesehatan dan lingkungan pasien telah siap menerima kondisi pasien.
2.2.5 Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga untuk meningkatkan derajat
kesehatan pasien.
2.2.6 Memberikan kontinuitas perawatan antara rumah sakit dengan lingkungan baru pasien
dengan menjalin komunikasi yang efektif.[ CITATION Dev12 \l 1033 ]

2.3 Manfaat Discgarge Planning


Menurut Spath (2003) perencanaan pulang mempunyai manfaat sebagai berikut:

6
2.3.1 Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien yang
dimulai dari rumah sakit
2.3.2 Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas perawatan pasien
2.3.3 Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan
mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
2.3.4 Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan dirumah
[CITATION Nur16 \l 1033 ]

Wulandari (2011:11) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat dari


pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:

2.3.1 Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)


2.3.2 Mengantispasi terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali ke rumah
2.3.3 Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit
2.3.4 Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan
2.3.5 Menghemat biaya selama proses perawatan
2.3.6 Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di
masyarakat karena perencanaan yang matang.
2.3.7 Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.

[ CITATION Ern20 \l 1033 ]

2.4 Prinsip Discharge Planning


Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain,
ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Menurut Nursalam & Efendi
(2008:229), prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perencanaan pulang adalah sebagai
berikut:

2.4.1 Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2.4.2 Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin muncul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan
masalah yang muncul di rumah dapat segera diantisipasi.
2.4.3 Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerjasama.

7
2.4.4 Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
2.4.5 Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan
dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia
dimasyarakat.
2.4.6 Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap
pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaaan pulang harus dilakukan.
[ CITATION Ern20 \l 1033 ]

Selain prinsip-prinsip tersebut, dalam modul yang dikeluarkan oleh Direktorat


Jenderal Bina Pelayanan Medik-Departemen Kesehatan R.I (2008) prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan perawat dalam membuat discharge planning (perencanaan pulang) adalah:

2.4.1 Dibuat pada saat Pasien Masuk


Pengkajian pada saat pasien masuk akan mempermudah proses pengidentifikasian
kebutuhan pasien. Merencanakan pulang pasien sejak awal juga akan menurunkan
lama waktu rawat yang pada akhirnya akan menurunkan biaya perawatan.
2.4.2 Berfokus pada Kebutuhan Pasien
Perencanaan pulang tidak berfokus pada kebutuhan perawat atau tenaga kesehatan
atau hanya pada kebutuhan fisik pasien. Lebih luas, perencanaan pulang berfokus
pada kebutuhan pasien dan keluarga secara komprehensif.
2.4.3 Melibatkan Berbagai Pihak Yang Terkait
Pasien, keluarga, dan care giver dilibatkan dalam membuat perencanaan. Hal ini
memungkinkan optimalnya sumber-sumber pelayanan kesehatan yang sesuai untuk
pasien setelah ia pulang.
2.4.4 Dokumentasi Pelaksanaan Discharge Planning
Pelaksanaan discharge planning harus didokumentasikan dan dikomunikasikan
kepada pasien dan pendamping minimal 24 jam sebelum pasien dipindahkan.
[ CITATION Ern20 \l 1033 ]

2.5 Jenis-jenis Disharge Planning


Chesca (1982) mengklarifikasi jenis pemulangan pasien sebagai berikut.
2.5.1 Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti)

8
Keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat
komplikasi. pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan
dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2.5.2 Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya)
Cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila
pasien perlu dirawat kembali maka prosedur keperawatan dapat dilakukan kembali.
2.5.3 Judicial discharge (pulang paksa)
Kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak
memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerja
sama dengan keperawatan puskesmas terdekat.

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Discharge Planning


Menurut Potter & Perry (2005) program perencanaan pulang (discharge planning)
pada dasarnya merupakan program pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien.
Keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berasal dari perawat dan juga dari pasien. Menurut Notoadmodjo (2003) faktor yang berasal
dari perawat yang mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan
adalah sikap, emosi, pengetahuan dan pengalaman masa lalu.

2.6.1 Sikap
Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan mempengaruhi penyampaian informasi
kepada pasien, sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat dimengerti pasien.
2.6.2 Emosi
Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pengendalian emosi yang baik akan mengarahkan
perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati dan telaten. Dengan demikian informasi
yang disampaikan lebih mudah diterima pasien.
2.6.3 Pengetahuan
Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan. Perawat harus
memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan pendidikan kesehatan.
Pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan perawat pada kegiatan pembelajaran
pasien. Pasien akan semakin banyak menerima informasi dan informasi tersebut
sesuai dengan kebutuhan pasien.
2.6.4 Pengalaman Masa Lalu

9
Pengalaman masa lalu perawat berpengaruh terhadap gaya perawat dalam
memberikan informasi sehingga informasi yang diberikan akan lebih terarah sesuai
dengan kebutuhan pasien. Perawat juga lebih dapat membaca situasi pasien
berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.
[ CITATION Ern20 \l 1033 ]

Sedangkan faktor yang berasal dari pasien yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pemberian pendidikan kesehatan, menurut Potter & Perry (1997), Suliha dkk (2002) dan
Machfoedz dkk (2005) adalah motivasi, sikap, rasa cemas/emosi, kesehatan fisik, tahap
perkembangan, kemampuan dalam belajar

2.6.1 Motivasi
Motivasi adalah faktor batin yang menimbulkan, mendasari dan mengarahkan pasien
untuk belajar. Bila motivasi pasien tinggi, maka pasien akan giat untuk mendapatkan
informasi tentang kondisinya serta tindakan yang perlu dilakukan untuk melanjutkan
pengobatan dan meningkatkankesehatannya.
2.6.2 Sikap
Sikap positif pasien terhadap diagnosa penyakit dan perawatan akan memudahkan
pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan pendidikan kesehatan.
2.6.3 Emosi
Emosi yang stabil memudahkan pasien menerima informasi, sedangkan perasaan
cemas akan mengurangi kemampuan untuk menerimainformasi.
2.6.4 Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik pasien yang kurang baik akan menyebabkan penerimaan informasi
terganggu.
2.6.5 Tahap Perkembangan
Tahap perkembangan berhubungan dengan usia. Semakin dewasa usia kemampuan
menerima informasi semakin baik dan didukung pula pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya.
2.6.6 Kemampuan Dalam Belajar
Kemampuan dalam belajar yang baik akan memudahkan pasien untuk menerima dan
memproses informasi yang diberikan ketika dilakukan pendidikan kesehatan.
Kemampuan belajar seringkali berhubungan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang umumnya kemampuan belajarnya juga
semakin tinggi.
10
[ CITATION Ern20 \l 1033 ]

2.7 Komponen Discharge Planning


Komponen yang dapat mendukung terselengaranya discharge planning yang efektif
adalah keterlibatan pasien dan keluarga, kolaborasi antara tim kesehatan, dan dukungan dari
care giver/pendamping pasien. Hal lain yang tidak kalah penting adalah mengidentifikasi
kesiapan komunitas/keluarga dalam menerima pasien kembali ke rumah.[ CITATION
Ern20 \l 1033 ]

Discharge Planning Association (2008) dalam Siahaan (2009:21) menyatakan bahwa


unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain:

2.7.1 Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan, dan
pengobatan yang harus dihentikan.
2.7.2 Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang
umum terjadi.
2.7.3 Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain,
dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan
diadakannya.
2.7.4 Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas, latihan,
diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
2.7.5 Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan insulin, dan
lain-lain).
2.7.6 Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi
setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji
untuk control.
2.7.7 Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.

[ CITATION Ern20 \l 1033 ]

2.8 Pelaksanaan Discharge Planning dan Proses Keperawatan


Menurut Zwicker & Picariello, (2003), ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam pelaksanaan discharge planning adalah :

2.8.1 Discharge planning merupakan proses multidisiplin dalam memenuhi kebutuhan


pasien.

11
2.8.2 Prosedur discharge planning dilaksanakan secara konsisten untuk semua pasien.
2.8.3 Pengkajian juga dilakukan terhadap keluarga sebagai orang yang akan melanjutkan
perawatan.
2.8.4 Meyakinkan bahwa pasien dipindahkan ke lingkungan yang aman dan memadai.
2.8.5 Menjamin adanya kontinuitas dalam perawatan setelah pulang dari rumah sakit.
2.8.6 Discharge planning dimulai saat kontak pertama dengan pasien.
2.8.7 Informasi tentang discharge planning disusun berdasarkan hasil diskusi dan
kesepakatan antara tenaga kesehatan dengan pasien atau keluarga.
2.8.8 Keyakinan/kepercayaan pasien harus dipertimbangkan dalam menyusun discharge
planning.[ CITATION Dev12 \l 1033 ]

Proses pelaksanaan discharge planning dilakukan melalui 5 tahap yaitu seleksi pasien,
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Slevin, 1996; Zwicker & Picariello,
2003). Proses pelaksanaan discharge planning dilakukan melalui 5 tahap yaitu:

2.8.1 Seleksi pasien


Tahap ini meliputi identifikasi pasien yang membutuhkan discharge planning,
semua pasien membutuhkan pelayanan, tetapi pemberian discharge planning lebih
diprioritaskan bagi pasien yang mempunyai risiko lebih tinggi memiliki kebutuhan
akan pelayanan khusus. Slevin 1996 mendeskripsikan karakteristik pasien yang
membutuhkan discharge planning dan rujukan ke pelayanan kesehatan adalah pasien
yang kurang pengetahuan tentang rencana pengobatan, isolasi social, diagnosa baru
penyakit kronik, operasi besar, perpanjangan masa penyembuhan dari operasi besar
atau penyakit, ketidakstabilan mental atau emosi, penatalaksanaan perawatan dirumah
yang kompleks, kesulitan financial, ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber
rujukan, serta pasien yang sakit pada tahap terminal. Sedangkan menurut Cawthorn,
(2005), prioritas klien yang membutuhkan discharge planning adalah : usia di atas 70
tahun, multiple diagnosis dan risiko kematian yang tinggi, keterbatasan mobilitas
fisik, keterbatasan kemampuan merawat diri, penurunan status kognisi, risiko
terjadinya cidera, tuna wisma dan fakir miskin, menderita penyakit kronis, antisipasi
perawatan jangka panjang pada penyakit stroke, pasien DM baru, TBC paru,
gangguan penyalahgunaan zat/obat, riwayat sering menggunakan fasilitas emergensi
seperti asma, alergi. Discharge planning juga diindikasikan pada pasien yang berada
pada perawatan khusus seperti nursing home atau pusat rehabilitasi. Selain itu juga
perlu dipertimbangkan kondisi sosial ekonomi serta lingkungan pasien seperti

12
kemampuan anggota keluarga untuk merawat serta fasilitas lingkungan yang sesuai
dengan kondisi pasien (Zwicker & Picariello, 2003).
2.8.2 Pengkajian
Pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area, yaitu pengkajian fisik
dan psikososial, status fungsional, kebutuhan penkes dan konseling. Zwicker dan
Picariello (2003) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip dalam pengkajian adalah :
a. Pengkajian dilakukan pada saat pasien masuk dan berlanjut selama perawatan.
b. Pengkajian berfokus pada pasien dewasa yang berisiko tinggi tidak tercapainya
hasil discharge.
c. Pengkajian meliputi :
1. Status fungsional (kemampuan dalam aktivitas sehari-hari dan fungsi
kemandirian).
2. Status kognitif (kemampuan pasien dalam berpartisipasi dalam proses
discharge planning dan kemampuan mempelajari informasi baru).
3. Status psikologi pasien, khususnya pengkajian terhadap depresi.
4. Persepsi pasien terhadap kemampuan perawatan diri.
5. Kemampuan fisik dan psikologik keluarga dalam perawatan pasien.
6. Kurangnya pengetahuan berkaitan kebutuhan perawatan kesehatan setelah
pulang.
7. Faktor lingkungan setelah pulang dari rumah sakit.
8. Kebutuhan dukungan formal dan informal keluarga dalam memberikan
perawatan yang benar dan efektif.
9. Review pengobatan dan dampaknya.
10. Akses ke pelayanan setelah pulang dari rumah sakit.
Dalam mengkaji kebutuhan pendidikan kesehatan pasien, perawat harus
mempertimbangkan hal-hal berikut (Rankin & Stallings, 2001), yaitu: informasi yang
dibutuhkan oleh pasien dan keluarga, perilaku yang perlu evaluasi, ketrampilan yang
dibutuhkan pasien untuk menunjukkan perilaku sehat serta faktor-faktor lingkungan
pasien yang dapat dirubah untuk menunjukkan perilaku yang diinginkan.
Pengkajian dalam proses discharge planning ini harus dilakukan secara
komprehensif dan mempertimbangkan kriteria pasien yang membutuhkan discharge
planning baik pada pasien sendiri maupun keluarga yang akan melanjutkan perawatan
setelah pulang dari rumah sakit. Agar sasaran kontinuitas perawatan tercapai, pasien

13
dan keluarga harus dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatan serta beban keluarga
dapat diminimalkan

2.8.3 Perencanaan
Dalam perencanaan diperlukan adanya kolaborasi dengan team kesehatan
lainnya, diskusi dengan keluarga dan pemberian penkes sesuai pengkajian.
Pendekatan yang digunakan pada discharge planning difokuskan pada 6 area penting
dari pemberian penkes yang dikenal dengan istilah ”METHOD” dan disesuaikan
dengan kebijakan masing-masing rumah sakit (Slevin, 1996).
M : Medication
Pasien diharapkan mengetahui tentang: nama obat, dosis yang harus di
komsumsi, waktu pemberiannya, tujuan penggunaan obat, efek obat, gejala yang
mungkin menyimpang dari efek obat dan hal-hal spesifik lain yang perlu dilaporkan.
E : Environment
Pasien akan dijamin tentang: instruksi yang adekuat mengenai ketrampilan-
ketrampilan penting yang diperlukan di rumah, investigasi dan koreksi berbagai
bahaya di lingkungan rumah, support emosional yang adekuat, investigasi sumber-
sumber dukungan ekonomi, investigasi transportasi yang akan digunakan klien.
T : Treatment
Pasien dan keluarga dapat: mengetahui tujuan perawatan yang akan dilanjutkan
di rumah, serta mampu mendemonstrasikan cara perawatan secara benar.
H : Health
Pasien akan dapat: mendeskripsikan bagaimana penyakitnya atau kondisinya
yang terkait dengan fungsi tubuh, mendeskripsikan makna-makna penting untuk
memelihara derajat kesehatan, atau mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi.
O : Outpatient Referral
Pasien dapat: mengetahui waktu dan tempat untuk kontrol kesehatan, mengetahui
dimana dan siapa yang dapat dihubungi untuk membantu perawatan dan
pengobatannya.
D : Diet
Pasien diharapkan mampu: mendeskripsikan tujuan pemberian diet,
merencanakan jenis-jenis menu yang sesuai dengan dietnya.

14
2.8.4 Sumber daya
Mengidentifikasi sumber daya pasien terkait dengan kontinuitas perawatan
pasien setelah pulang dari rumah sakit, seperti keluarga yang akan merawat, financial
keluarga, nursing home atau pusat rehabilitasi.

2.8.5 Implementasi dan Evaluasi


Zwicker & Picariello (2003), menjelaskan bahwa dalam implementasi discharge
planning ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu Prinsip umum dalam
implementasi discharge planning adalah :
a. Discharge planning harus berfokus pada kebutuhan pasien dan keluarga.
b. Hasil pengkajian dijadikan sebagai pedoman strategi pelaksanaan
c. Hasil pengkajian akan menentukan kebutuhan pendidikan kesehatan yang
dibutuhkan setelah pasien pulang dari rumah sakit.
d. Data pengkajian dapat memprediksikan outcome pasien setelah pulang dari
rumah sakit.
e. Discharge planning dimulai saat pasien masuk bertujuan untuk memperpendek
hari rawatan.

15
2.9 Keberhasilan Discharge Planning
Menurut Potter & Perry (2005) keberhasilan yang diharapkan setelah dilakukan
discharge planning ditunjukkan seperti :

2.9.1 Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan
tindakan pengobatan untuk proses transisi atau kepulangan, mengetahui cara antisipasi
kontinuitas perawatan serta tindakan yang akan dilakukan pada kondisi kedaruratan.
2.9.2 Pendidikan diberikan kepada pasien dan keluarga untuk memastikan perawatan yang
tepat setelah pasien pulang sesuai dengan kebutuhan.

16
2.9.3 Koordinasi sistem pendukung dimasyarakat yang memungkinkan pasien untuk
membantu pasien dan keluarga kembali ke rumahnya dan memiliki koping yang
adaptif terhadap perubahan status kesehatan pasien.
2.9.4 Melakukan koordinasi system pendukung pelayanan kesehatan untuk kontinuitas
perawatannya.

17
BAB 3
ROLEPLAY DISCHARGE PLANNING

Kepala Ruangan : Okki Wahyu


Ketua Tim : Fajar A
Perawat Pelaksana : Ruci N
Perawat Associate : Nadia R
Pasien : Koko A
Narator : Dilla N

Pada tanggal 2 Mei 2014 datang seorang pasien bernama Tn. Koko di Ruang Penyakit
Dalam melati RSUD Bina Sehat Mojokerto, dengan diagnosa medis Diabetes melitus dengan
luka Gangren di tungkai kaki sebelah kiri.
Karu : “selamat pagi pak ?”
Pasien : “pagi sus”
Karu : “selamat datang di Rs Bina Sehat, saya perawat Okki kepala ruangan di
ruangan ini dan ini perawat Ruci yang bertugas pada pagi ini, mohon maaf dengan Bapak
siapa ?”
Pasien :” Pak Koko”
PP :”baik pak Koko, apa yang anda keluhkan pada pagi hari ini ?”
Pasien :”lemas, dan pusing sekali sus”
PP :” ada lagi selain Pasien
Pasien :” tidak ada sus”
Karu :”o.. gitu ya pak, nanti dokter yang akan menangani Bapak akan segera datang.
Sambil menunggu dokter, karena disini Bapak baru datang perawat Ruci akan mengenalkan
Bapak dan keluarga mengenai peraturan dan fasilitas yang ada di ruangan ini. Tujuannya
untuk menjaga kenyaman Bapak selama dirawat disini, apakah Bapak bersedia?”
Pasien :”iya, boleh”
PP :”baiklah bapak, waktunya tidak lama sekitar 10 menit saja, bapak bisa dengan
tetap berbaring di tempat tidur”
PP :”sebelumnya saya akan membacakan peraturan untuk ruangan ini terlebih
dahulu, pertama mengenai jam kunjung, di RS ini, jam kunjungan dibatasi karena untuk
menjaga kenyamanan klien. Jam kunjungan pagi jam 09.00 sampai jam 11.00, kunjungan
18
sore dari jam 14.00 sampai jam 17.00, pengunjung yang masuk ruangan maksimal 2 orang,
jadi apabila ada kerabat keluarga Bapak yang berkunjung lebih dari 2 orang disediakan
ruangan untuk bergantian menjenguk. Sebelum dilanjutkan ada yang ingin ditanyakan ?”
Pasien :” sementara tidak ada sus”
PP :”baiklah kalau begitu kita lanjut ya Pak. Selanjutnya saya akan mengenalkan
lingkungan dan fasilitas yang ada diruangan ini. Tempat tidur ini bisa dinaikkan bagian atas
dan bawahnya, ini ada pemutarannya yang sebelah kanan untuk menaikkan bagian kaki dan
yang kiri untuk menaikkan bagian kepala. Disebelah kanan TT ada lemari kecil disana nanti
bisa dipakai untuk menyimpan pakaian ganti untuk bapak dan keluarga. Dibagian kiri dekat
pintu ada kamar mandi, jadi nanti bapak bisa mandi atau buang air disini. Diatas TT ada bel,
jika bapak membutuhkan sesuatu atau jika pada keadaan darurat silahkan menekan bel.
Selain itu diruangan ini tidak diperkenankan merokok dan mohon bantuananya untuk
menjaga kebersihan ruangan untuk kenyamanan bersama. Bagaimana ada yang ingin
ditanyakan ?”
Pasien :”tidak ada sus, sudah cukup jelas”
PP :”baiklah kalau begitu Bapak istirahat dulu, nanti 10 menit lagi dokter akan
kesini untuk memeriksa keadaan Bapak”
Pasien :”iya sus, terima kasih”
PP :”sama-sama pak, terima kasih atas kerjasamanya. Saya permisi dulu ya pak?”
Pasien :”iya sus”

Setelah 10 menit kemudian dokter visite memeriksa pasien Koko. Setelah selesai
diperiksa PP menyampaikan: kemungkinan penyakit pasien, perkiraan lama pasien dirawat,
intervensi keperawatan/medis yang biasa dilakukan di ruangan, biaya perawatan,
PP :”selamat pagi Pak Koko?”
Pasien :”selamat pagi sus”
PP :”bagaimana perasaan bapak setelah diperiksa dokter?”
Pasien :”baik sus, pusingnya sedikit berkurang”
PP :” o. Gitu ya Pak. Baik pak Koko disini saya akan meyampaikan kemungkinan
penyakit bapak yaitu DM, perkiraan perawatan bapak diruangan ini selama 1 minggu,
kemudian untuk tindakan yang biasanya dilakukan untuk pasien seperti kondisi bapak adalah
rawat luka karena luka dikaki bapak apabila tidak dirawat akan semakin parah dan sulit
sembuh. Untuk biaya keperawatan dan lain-lain seperti obat dan alat nanti akan direkap
diruangan dan diserahkan ke keluarga bapak untuk dilunasi, bagaimana Pak Koko, apakah
19
sudah jelas?”
Pasien :”iya sus sudah cukup jelas”
PP :”baik pak Koko, selain saya nanti juga ada perawat Nadia yang akan merawat
bapak selama diruangan ini. Untuk perawat Nadia nanti akan merawat bapak pada dinas sore,
nanti akan saya perkenalkan ya pak”
Pasien :”iya sus”
PP :”baik pak Koko, silahkan istirahat kembali, dan terima kasih atas
kerjasamanya”
Pasien :”baik sus”

Sebelum dinas sore dimulai, PP merencanakan dan mendelegasikan tindakan


keperawatan kepada PA untuk dinas siang. Setelah 6 hari dirawat pasien Koko
diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Untuk itu Karu beserta TIM di
Ruang Melati akan melakukan tindakan Discharge Planning.

Tahap Persiapan di ruang Karu


Karu :”selamat pagi rekan-rekan, agenda kita pagi hari ini untuk pasien Koko adalah
melakukan Discharge Planning karena kondisi pasien sudah membaik dan memungkinkan
untuk perawatan dirumah, Bagaimana persiapan katim/PP dari pasien Koko?”
Katim :”baik, untuk persiapan discharge lanning pada pasien Koko sudah siap. Status
pasien dan format discharge planning sudah dipersiapkan. Untuk masalah pada pasien saat ini
adalah luka pada kaki sebelah kiri pasien yang memungkinkan untuk kambuh kembali
sehingga perlu diinformasikan kepada pasien dan keluraga mengenai diet, tempat kontrol,
cara perawatan kaki dirumah, dan tanda-tanda terjadi kekambuhan dan kegawatan pada
pasien”
Karu :”baik, terima kasih untuk katim. Untuk coba berkas2nya saya periksa dulu”
Katim :”baik bu ini berkas2nya beserta format discharge planningnya”

Setelah Karu memeriksa kelengkapan berkas, Karu beserta TIM ke ruangan pasien
untuk melakukan discharge planning

20
Tahap pelaksanaan

Karu :”selamat pagi pak Koko, bagaimana kabar bapak hari ini?”
Pasien :”selamat pagi pak. Alhamdulillah semakin baik”
Karu :”alhamdulilah, hari ini ada kabar gembira untuk bapak. Jadi hari ini bapak
diperbolehkan untuk pulang. Namun sebelum pulang keluarga harus mengurus administrasi”
Pasien :”mohon maaf Pak untuk administrasinya sudah diurus semua, ini berkas2nya”
Karu :”o.. baik, bagus sekali kalau begitu. Namun ada satu hal lagi yang perlu
dilakukan terkait dengan kepulangan Bapak. Ini nanti perawat Fajar dan Nadia akan
menyampaikan hal-hal yang terkait dengan perawatan bapak dirumah, bagaimana
apakah bapak bersedia?”
Pasien :”iya pak, boleh. Silahkan”
PP :”baik pak disini saya akan menyampaikan beberapa hal, yaitu :
1. Bapak harus mematuhui diet yang sudah ditetapkan yaitu rendah lemak, rendah
glukosa, ini bertujuan untuk mengendalikan lemak darah, gula darah dan kolesterol.
(beras merah, hindari asin, jeroan, masakan bersantan, dan olah raga yang teratur)
2. Tanda-tanda hipoglikemi (kadar gula darah turun) seperti mengantuk, binggung, lemas,
keringat dingin, mual muntah maka bapak harus segera mencari bantuan untuk segera
ke yankes.
3. Perawatan kaki dan mencegah luka baru seperti tidak memakai sepatu yang sempit
harus memakai alas kaki, hindari kulit yang lembab.
4. Jaga luka tetap bersih dan kering
5. Hindari penekanan yang lama pada kaki yang luka
6. Tetap kontrol gula darah secara rutin
7. Jangan menghentikan terapi obat tanpa konsultasi dengan dokter
8. Minum obat secara teratur
PP :”bagaimana ada yang ditanyakan pak ?”
Pasien :”tidak ada sus”
PA :”baik kalau tidak ada, kita lanjutkan pak ya, selain yang disampaikan perawat
Ruci tadi hal ini juga perlu bapak dan kelurga ketahui, yaitu:
1. Cara perawatan kaki
 bapak sendiri atau bisa dibantu keluarga harus membersihkan kaki dengan sabun
terutama disela-sela jari
 potong kuku jari kaki mengikuti lekukkan jari kaki jangan memotong kuku

21
berbentuk lurus pada tepinya karena dapat menyebabkan tekanan pada jari-jari
yang berdekatan
 hati-hati saat mengikir tepi kuku yang kasar untuk mencegah kerusakan kuku
 hindari merendam kaki berlama-lama dan mengunakan air panas
 gunakan pelembab untuk kulit yang kering
 pakai kaos kaki yang terawat dari bahan kualitas baik
 latihan kaki untuk mempertahankan sirkulasi
2. Mengenai alas kaki
 hindari berjalan tanpa alas kaki
 pakai sepatu yang pas, tidak sempit
 periksa sepatu dari benda asing setiap hari
 hindari memakai kaos kaki yang sempit
 gunakan sepatu yang terbuat dari bahan yang menyerap
 ganti sepatu bila sudah rusak
PA :”bagaimana pak sudah jelas?”
Pasien :”sudah sus”
PA :”coba bapak ulangi lagi”

Pasien menyampaikan kembali materi yang telah diajarkan dengan baik


PA :”bagus sekali pak Koko, saya kira bapak cukup paham dengan apa yang
disampaikan oleh perawat. Terima kasih atas kerjasamanya.”
Pasien :”iya sus, sama-sama”
Karu :”baik pak koko, saya kira semua sudah disampaikan dan bapak sudah paham.
Sekarang bapak dan keluarga diperbolehkan untuk bersiap-siap meninggalkan ruangan ini.
Dan kami mohon maaf apabila selama perawatan bapak disini ada yang kurang. Semoga
bapak sehat selalu.”
Pasien :”iya bu, tidak apa-apa. Terima kasih banyak”
Karu :”iya pak sama-sama. selamat pagi pak”
Pasien :”selamat pagi”

Kemudian Karu dan TIM kembali ke ruangan

22
Tahap penutup
Karu :”terima kasih atas kerjasama rekan-rekan semua, saya kira untuk kegiatan
discharge planning pada pagi hari ini cukup bagus, namun saya harap untuk kedepannya lebih
ditingkatkan lagi untuk kenyamanan dan kepuasan pasien dan kelurga”
PP/PA :”baik bu”.
Karu :”baik selamat bertugas kembali, dan tetap jaga diri dan semangat”
PP/PA :” baik Bu”

23
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa
siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses
formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan
sekelompok orang kekelompok lainnya.

Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge
planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang
berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan
dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan
dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi
pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.

4.2 Saran
Dengan diselesaikannya tugas ini, penyusun mengetahui bahwa masih banyak
kekurangan dalam menyusun tugas mata kuliah manajemen keperawatan yang berjudul
“Discharge Planning”. Untuk itu, penyusun berharap mendapatkan kritik dan saran yang
membangun agar dalam penyusunan tugas yang akan datang bisa lebih baik dari yang saat
ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Darliana, D. (2012). Discharge Planning dalam Keperawatan. Idea Nursing Journal, 32-41.

Ernalinda Rosya, V. S. (2020). Discharge Planning (Perencanaan Pasien Pulang) di Rumah


Sakit. Purwokerto: Pena Persada.

Nursalam, E. (2016). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Professional. Jakarta: Salemba Medika.

25
1

Anda mungkin juga menyukai