Untuk dapat melasaksanakan supervisi dengan baik diperlukan beberapa sarat atau
karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi atau supervisor adalah sebagai
berikut.
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi, atau
apabila tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan
tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk
jenis pekerjaan yang disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi, artinya
memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus mempunyai sifat edukatif, suportif, dan bukan otoriter.
5. Pelaksana harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-tergesa, dan secara
sabar berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap bawahan yang
disupervisi.
Pelaksana supervisi yang baik memerlukan bekal kemampuan yang banyak. Selain
lima syarat atau karakteristik tersebut, juga dibutuhkan kemampuan melakukan komunikasi,
motivasi, pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan.
Dalam pelaksanaan supervisi akan terdapat dua pihak yang melakukan hubungan
kegiatan yaitu pihak supervisor dan pihak yang disupervisi. Supervisor melakukan kegiatan
pelayanan profesional untuk membantu atau membimbing pihak yang dilayani. Pihak yang
disupervisi inilah yang menerima layanan profesional berupa bantuan dan bimbingan agar
mereka dapat meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan secara efisien dan
efektif.
Menurut WHO (1999) dalam buku Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer, proses
pengawasan pegawai yang baik harus meliputi hal berikut.
Cara supervisi :
A. Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, yaitu
supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan balik, dan perbaikan. Proses supervisi
meleputi:
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan
didampingi oleh supervisor;
2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement, dan
petunjuk;
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang
bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih
kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh
supervisor.
B. Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan
fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis[ CITATION DrN14 \l 1057 ].
Langkah supervisi :
1. Pra-supervisi
a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b) Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
2. Pelaksanaan Supervisi
a) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang
telah disiapkan.
b) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
d) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data
sekunder.
1) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
3. Pasca-Supervisi – 3F
a) Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
b) Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan
supervisi).
c) Supervisor memberikan reinforcement dan followup perbaikan [ CITATION
DrN14 \l 1057 ].
Dapus:
Dr. Laode Kamali, M. K. (2020). Manajemen Keperawatan(Nursing Management).
Bandung: Media Sains Indonesia.
Dr. Nursalam, M. (. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional edisi 4. Jakarta: Salemba Medika