Anda di halaman 1dari 3

62

BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melaksanakan “Asuhan Keperawatan pada Ny. F dengan Gangguan


Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Madzoeki Mahdi
Bogor” dari tanggal 05 Juli 2018 sampai dengan tanggal 10 Juli 2018, penulis
menyimpulkan dan mengajukan beberapa saran yang bermanfaat bagi mutu asuhan
keperawatan jiwa yang akan datang.

A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. F maka penulis menyimpulkan
bahwa faktor predisposisi pada Ny. F yang terdapat pada teori dan terdapat pada
kasus untuk Gangguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran adalah adanya
faktor psikologis dan faktor sosial budaya. Sedangkan pada faktor presipitasi pada
Ny. F yang terdapat pada teori dan terdapat pada kasus untuk Gangguan sensori
persepsi: Halusinasi pendengaran adalah faktor lingkungan. Untuk tanda dan
gejala pada Ny. F sudah sesuai dengan teori dengan mekanisme koping menarik
diri dan sumber koping pasien sulit dalam mengambil keputusan adalah ibunya
dan jika ada masalah pasien hanya bercerita dengan orang tertentu saja. sedangkan
dalam pembuatan pohon masalah pada ny. f terjadi pengembangan yaitu dengan
munculnya dua diagnosa keperawatan meliputi penatalaksanaan defisit perawatan
diri dan koping keluarga tidak efektif.

Berdasarkan analisa data dan pengkajian pada Ny. F, maka diagnosa keperawatan
yang terdapat pada teori dan terdapat pada kasus yaitu diagnosa gangguan sensori
persepsi: halusinasi pendengaran sebagai core problem, kemudian diikuti dengan
diagnosa, isolasi sosial, harga diri rendah, resiko perilaku kekerasan, defisit
erawatan diri dan koping keluarga tidak efektif.

Perencaaan dilakukan sesuai dengan standar asuhan keperawatan secara teoritis


yang ada menurut standar asuhan keperawatan yang berlaku. Penulis menyusun
rangkaian rencana tindakan 4 TUK untuk diagnosa Gangguan sensori persepsi :
Halusinasi pendengaran.
63

Pelaksanaan keperawatan yang diberikan pada pasien sesuai dengan rencana


asuhan keperawatan yang telah penulis lakukan dan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien. Penulis telah melaksanakan satu diagnosa yaitu Gangguan
sensori persepsi: Halusinasi pendengaran telah dilakukan TUK 1 sampai TUK 4
Evaluasi keperawatan yang telah penulis lakukan yaitu untuk diagnosa Gangguan
sensori persepsi: Halusinasi pendengaran sudah tercapai.

B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan jiwa di masa yang akan datang,
penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat diterima yaitu:
1. Mahasiswa/i
a. Diharapkan agar mahasiswa/i sebelum berdinas dapat lebih memahami
konsep asuhan keperawatan jiwa sehingga dalam pelaksanaannya lebih
mudah untuk dapat memahami kasus yang ada.
b. Mahasiswa/i sebaiknya mempertahankan kerjasama dengan perawat
ruangan untuk melanjutkan asuhan keperawatan agar tercapainya
keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan.
c. Mahasiwa/i perlu meningkatkan kemampuan komunikasi terapeutik dengan
menggunakan komuikasi keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa
khususnya Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran.
d. Mahasiswa/i agar dapat lebih memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
dan mendelegasikan tindakan keperawatan yang belum dilaksanakan oleh
perawat ruangan.
e. Mahasiwa/i keperawatan harus memiliki jiwa yang kuat, gigih dan kreatif.

2. Perawat Rumah sakit


a. Diharapkan perawat rumah sakit dapat mengoptimalkan kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi dengan 4 cara yaitu menghardik, minum obat
dengan baik dan benar, bercakap-cakap, dan melakukan aktivitas atau
kegiatan di rumah sakit.
b. Mengoptimalkan kemampuan bersosialisasi baik sesama pasien lain,
perawat atau petugas paanti maupun di lingkungan masyarakat.
c. Mengoptimalkan kemampuan pasien yang sudah dimiliki dan membantu
pasien untuk melakukan kegiatan yang belum dilakukan di rumah sakit
seperti mengepel lantai, memasak, merapikan tempat tidur, mencuci baju
dan menggosok baju.
64

d. Menambah kemampuan dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa dengan


cara menambah wawasan/pengetahuan melalui membaca buku literatur
tentang kesehatan/keperawatan jiwa dan mengikuti pelatihan keperawatan
jiwa.

3. Pengelola Rumah sakit


Diharapkan rumah sakit sosial dapat memiliki ketersediaan fasilitas yang
memenuhi standar minimal keperawatan jiwa, yaitu dengan:
a. Menambah jumlah tenaga kesehatan keperawatan atau sumber daya
manusia baik secara kuantitas maupun kualitas yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan jiwa dasar.
b. Ketersediaan ruang perawatan yang memadai sesuai dengan kapasitas
pasien yang tinggal dirumah sakit.
c. Ketersediaan program dan fasilitas TAK, khususnya TAK Stimulasi Persepsi
Halusinasi: Pendengaran.
d. Kerjasama lintas sektoral dengan Rumah Sakit Jiwa Madzoeki Mahdi.
e. Adanya fasilitas perawatan diri sesuai jumlah pasien, sehingga pasien dapat
optimal dalam melakukan perawatan diri secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai