BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. F maka penulis menyimpulkan
bahwa faktor predisposisi pada Ny. F yang terdapat pada teori dan terdapat pada
kasus untuk Gangguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran adalah adanya
faktor psikologis dan faktor sosial budaya. Sedangkan pada faktor presipitasi pada
Ny. F yang terdapat pada teori dan terdapat pada kasus untuk Gangguan sensori
persepsi: Halusinasi pendengaran adalah faktor lingkungan. Untuk tanda dan
gejala pada Ny. F sudah sesuai dengan teori dengan mekanisme koping menarik
diri dan sumber koping pasien sulit dalam mengambil keputusan adalah ibunya
dan jika ada masalah pasien hanya bercerita dengan orang tertentu saja. sedangkan
dalam pembuatan pohon masalah pada ny. f terjadi pengembangan yaitu dengan
munculnya dua diagnosa keperawatan meliputi penatalaksanaan defisit perawatan
diri dan koping keluarga tidak efektif.
Berdasarkan analisa data dan pengkajian pada Ny. F, maka diagnosa keperawatan
yang terdapat pada teori dan terdapat pada kasus yaitu diagnosa gangguan sensori
persepsi: halusinasi pendengaran sebagai core problem, kemudian diikuti dengan
diagnosa, isolasi sosial, harga diri rendah, resiko perilaku kekerasan, defisit
erawatan diri dan koping keluarga tidak efektif.
B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan jiwa di masa yang akan datang,
penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat diterima yaitu:
1. Mahasiswa/i
a. Diharapkan agar mahasiswa/i sebelum berdinas dapat lebih memahami
konsep asuhan keperawatan jiwa sehingga dalam pelaksanaannya lebih
mudah untuk dapat memahami kasus yang ada.
b. Mahasiswa/i sebaiknya mempertahankan kerjasama dengan perawat
ruangan untuk melanjutkan asuhan keperawatan agar tercapainya
keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan.
c. Mahasiwa/i perlu meningkatkan kemampuan komunikasi terapeutik dengan
menggunakan komuikasi keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa
khususnya Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran.
d. Mahasiswa/i agar dapat lebih memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
dan mendelegasikan tindakan keperawatan yang belum dilaksanakan oleh
perawat ruangan.
e. Mahasiwa/i keperawatan harus memiliki jiwa yang kuat, gigih dan kreatif.