Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengkajian dan Asuhan Keperawatan Gawat darurat pada Ny. B
dengan Ketoasidosis/hiperglikemi, terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Untuk
mengetahui kesenjangan tersebut maka penulis akan membahas sebagai berikut :
A. Pengkajian
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik
yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut atau relatif (Gotera & Widayasa, 2010)
Data fokus yang perlu dikaji pada klien dengan Ketoasidosis metabolik adalah
kelemahan, keletihan, berat badan menurun, tonus otot menurun, penurunan kekuatan
otot, rentang gerak, menurunnya kekuatan umum, kehilangan nafsu makan, mual
muntah, nafas berbau aseton, diare, kesulitan berjalan, kram otot, kesemutan, letargi,
disorientasi, koma, stupor, gangguan memori, GJK, disritmia, adanya riwayat hipertensi,
takikardia, pusing, sakit kepala, sesak, poliuria, hiperglikemia, polipagia, polidipsia, kulit
kering, gatal, dan turgor kulit jelek dan pH sering <7.3, pH pada tingkat gas darah vena
pada pasien dengan KAD adalah lebih rendah dari pH 0,03 pada AGD (Gaglia, 2010).
Berdasarkan hal tersebut di atas ditemukan adanya kesenjangan. Data yang
ditemukan bertentangan dengan teori yaitu PH darah yang seharusnya pada teori pH
sering <7.3 gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah lebih rendah dari pH 0,03
pada AGD sedangkan pada kasus PH 7,534 sehingga PH lebih tinggi.
Menurut peneltian Kaigo (2016) "Acidosis-Induced Hypochloremic Alkalosis in
Diabetic Ketoacidosis Confirmed by The Modified Base Excess Method" yang
menyatakan bahwa percampuran antara alkalosis dan asidosis menjadi basa dan peneltian
ini membahas bahwa ada beberapa kasus KAD yang nilai pH bisa mencapai 7,5 keatas
yang sifatnya alkalosis.
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus tentang hasil AGD itu bisa terjadi
dikarenakan pada saat pasien dibawa di IGD mengalami muntah yang berat akibatnya
saat pemeriksaan AGD pH menjadi naik. Di perkuat dengan peneltian Kaigo (2016)
"Acidosis-Induced Hypochloremic Alkalosis in Diabetic Ketoacidosis Confirmed by The
Modified Base Excess Method" yang menyatakan bahwa percampuran antara alkalosis
dan asidosis menjadi basa karena ditandai dengan adanya muntah pada pasien. Muntah-
muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan elektrolit.
Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus interlocking
vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme
karbohidrat dan lipid normal.
Hambatan yang ditemukan penulis saat melakukan pengkajian adalah tidak bisa
secara langsung mangkaji pasien dikarenakan pasien mengalami penurunan kesadaran,
penulis hanya mendapatkan data dari hasil observasi, informasi dari perawat ruangan dan
rekam medik status pasien.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2013), diagnosa keperawatan ada 3 diagnosa yaitu :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Hiperventilasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan nutrisi berhubungan dengan faktor
biologis
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus ada 3 diagnosa yaitu :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi. Penulis mengambil ini sebagai dignosa prioritas karena pada saat
mengkajian intervensi yang perlu dilakuka pertama adalah memperbaiki breathing
yang terganggu pada pasien karena pasien menggunakan oto bantu pernafasan, niai
RR tinggi dan hasil AGD menunjukan ketidakstabilan.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Diangkat
diagnosa penurunan curah jantung pada pasien karena terjadi peningkatan Tekanan
Darah, HR dan hasil EKG pasien menunjukan sinus takikardi.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
Diagnosa tersebut muncul karena pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga
terjadi tirah baring dan tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
Terdapat kesenjangan pada diagnosa terori dan kasus, hal ini terjadi karena
pada teori tanda dan gejala yang muncul adalah Poliuri, polidipsi dan penurunan berat
badan yang nyata biasanya terjadi beberapa hari menjelang KAD, dan sering disertai
mual-muntah dan nyeri perut. Nyeri perut sering disalah-artikan sebagai 'akut
abdomen'. Asidosis metabolik diduga menjadi penyebab utama gejala nyeri abdomen,
gejala ini akan menghilang dengan sendirinya setelah asidosisnya teratasi. Sedangkan
pada kasus untuk masalah diagnosa pada kasus Ketoasidosis Diabetikum sudah
mengalami komplikasi GJK dan pasien memiliki riwayat penyakit CVD yang
mengakibatkan diagnosa baru muncul tidak sesuai dengan teori.

C. Intervensi Keperawatan
Pada perencanan keperawatan dari ketiga diagnosa yang diangkat, kesenjangan yang ada
antara teori dengan perencanaan keperawatan yang disusun sebagai berikut :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
dalam perencanaannya dibuat sesuai dengan pengetahuan penulis yang mengacu pada
Nanda NIC NOC dan kebiasaan rumah sakit serta kebutuhan klien. Hal ini karena
diagnosa ini tidak ditemukan dalam tinjauan teoritis.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
Pada diagnosa tersebut intervensi yang dilakukan sesuai dengan NIC yaitu
Manajemen cairan dan Monitor hemodinamik serta melakukan tindakan kilaborasi
dengan dokter.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
Sedangkan untuk diagnosa hambatan mobilitias perawat memantu pasien untuk
perawatan tirah baring pada pasien untik meminimalkan terjadinya komplikasi seperti
dekubitus.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan selalu berorientasi pada
rencana yang telah dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
terdapat dalam perencanaan keperawatan semuanya dapat dilaksanakan dengan baik, hal
ini disebabkan karena pasien dan keluarga kooperatif terhadap setiap tindakan yang
dilakukan dan partisipasi aktif dari petugas ruangan.
1. Pada implementasi diagnosa 1 melakukan tindakan keperawatan yaitu
memanajamen asam basa yang dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku seperti
mempertahankan kepatenan jalan napas, memposisikan pasien untuk mendapatkan
ventilasi yang adekuat, mempertahankan akses selang IV, memonitor
kecenderungan PH, PaCO2 dan HCO3, pengambilan spesiemn analisa gas darah
untuk pemeriksaan berkala dan Terapi oksigen yaitu diberikan oksigen dengan
NRM 10 liter. Tidak ada kesenjangan teori antara tindakan yang dilakukan oleh
perawat
2. Implementasi pada diagnosa 2 yaitu tindakan yang dilakukan adalah
memanajemen cairan yaitu menimbang BB pasien dan memonitor status pasien,
menjaga intake dan output pasien, memonitor status hidrasi, dan memonitor
hemodinamik seperti TTV, Saturasi Oksigen, monitor adanya edema perifer dan
berkolaborasi dalam pemberian obat jantung. Tidak ada kesenjangan teori dengan
tindakan yang dilakukan perawat.
3. Pada Diangosa 3 tindakan keperawatan yang dilakukan adalah melakukan
perawatan tirah baring seperti memobilisasi pasien setiap 3 jam sekali,membalikan
pasien sesuai kondisi kulit, melakukan rentang gerak pasif pada pasien dan
memonitor komplikasi tirah baring, tidak ada kesenjangan teori dan kasus pada
saat melakukan tindakan keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi meliputi
hasil dan proses pada kasus ini menunjang adanya kemajuan atau keberhasilan dari
masalah yang dihadapi oleh pasien/keluarga.
Pada kasus yang ditangani dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
sebagai metode pemecahan masalah, pada evaluasi setelah dirawat selama dua hari yaitu
sejak tanggal 12 sampai dengan 14 November 2018 menunjukkan dari 3 diagnosa yang
ditegakkan oleh penulis sudah bisa teratasi dan pasien pindah diruangan rawat inap,
diagnosa tersebut adalah :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.Hal tersebut karena status pernapasan: pertukaran gas pada pasien mengalami
saturasi O2 yang baik yaitu 99% sedangkan hasil AGD terbaru juga menunjukan
perbaikan.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Diagnosa ini
sudah teratasi karena Status sirkulasi yaitu TTV pasien menunjukan batas normal dan
CRT <3 detik sehingga pasien pindah diruang rawat nap untuk perawatan lebih lanjut.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal. Hal dapat
diatasi disebabkan karena pergerakan otot dan sendi pasien dapat ditingkatkan dengan
baik.
Hambatan yang dialami penulis adalah tidak mencantumkan hasil AGD terbaru
karena pada saat hasil AGD keluar pasien langsung dipindah diruang rawat inap, sehingga
data yang diperolah penulis kurang lengkap.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik
yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut atau relatif (Gotera & Widayasa, 2010). Terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus tentang hasil AGD itu bisa terjadi dikarenakan pada saat pasien
dibawa di IGD mengalami muntah yang berat akibatnya saat pemeriksaan AGD pH
menjadi naik. Di perkuat dengan peneltian Kaigo (2016) "Acidosis-Induced
Hypochloremic Alkalosis in Diabetic Ketoacidosis Confirmed by The Modified Base
Excess Method" yang menyatakan bahwa percampuran antara alkalosis dan asidosis
menjadi basa karena ditandai dengan adanya muntah pada pasien.
Diagnosa Keperawatan yang diangkat dalam kasus adalah : Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, dan hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal. Diagnosa 1 melakukan tindakan
keperawatan yaitu memanajamen asam basa yang dilakukan sesuai dengan SOP dan
Terapi oksigen yaitu diberikan oksigen dengan NRM 10 lite. Diagnosa 2 yaitu tindakan
yang dilakukan adalah memanajemen cairan dan memonitor hemodinamik seperti TTV,
Saturasi Oksigen, monitor adanya edema perifer dan berkolaborasi dalam pemberian
obat jantung. Diangosa 3 tindakan keperawatan yang dilakukan adalah melakukan
perawatan tirah baring.
Evaluasi pada kasus yang ditangani dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan sebagai metode pemecahan masalah, pada evaluasi setelah dirawat selama
dua hari yaitu sejak tanggal 12 sampai dengan 14 November 2018 menunjukkan dari 3
diagnosa yang ditegakkan oleh penulis sudah bisa teratasi dan pasien pindah diruangan
rawat inap.
B. Saran
1. Untuk klien dan keluarga
Setelah mengetahui tentang penyakit KAD serta komplikasi yang ada maka klien

perlu menyadari keadaan dirinya, sehingga perlu melakukan kontrol diet, aktifitas

yang seefektif mungkin untuk mencegah terjadinya peningkatan gula darah dan

diharapkan keluarga dapat bekerja sama dalam hal ini.

2. Untuk petugas di ruangan

Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara perawat dengan perawat,

perawat dengan klien, perawat dan tim kesehatan lain dalam melaksanakan asuhan

keperawatan sebab dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, dapat

membantu mempercepat proses penyembuhan klien.


3. Untuk masa yang akan datang, penulis menyarankan jika memungkinkan bahwa

dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk penulisan karya tulis ini perlu diberi

waktu lebih lama agar memudahkan dalam melakukan evaluasi.


DAFTAR PUSTAKA

Aji, H. (2012). Gambaran Klinis Ketoasidosis Diabetikum Anak. Jurnal Kedokteran


Brawijaya , Vol. 27, No. 2.

Aksara, B. (2010). Karakteristik Ketoasidosis Diabetik Pada Anak. Fatmawati Hospital


Journal , Volume 2, N0.3.

Gotera, W., & Widayasa, D. A. (2010). Penatalaksanaan Ketoasidosisn Diabetik (KAD).


Jurnal Penyakit Dalam , Volume 2, No.2 .

Roostati, R. L., & Rusli, J. (2016). Asidosis Laktat pada Ketoasidosis Diabetik Berat di
Instalasi Perawatan Intensif. ISSN , Vol. 43 No. 7.

Santoso, F., & Saewondo, P. (2016). Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Ketoasidosis

Diabetik Berulang : Laporan Kasus Berbasis Bukti. Jurnal Dokter Keluarga Indonesia ,
Volume, 2. No, 1.

Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. www. Library.usu.ac.id. Samijean Nordmark.


Critical Care Nursing Handbook. http://books.google.co.id.
Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB , Rumbak MJ : Diabetic ketoacidosis and the
hyperglycemic hyperosmolar nonketoti c state. In Joslin’s Diabetes Mellitus . 13th
ed. Kahn CR, Weir GC, Eds. Philadelphia, Lea & Febiger, 2012, p.738–770
(Sikhan. 2011. Ketoasidosis Diabetikum. http://id.shvoong.com. Muhammad Faizi, Netty EP.
FK UNAIR RS Dr Soetomo Surabaya. Kuliah tatalaksana ketoasidosis diabetic.
http://www.pediatric.com. )
Gaglia JL, Wyckoff J, Abrahamson MJ . Acute hyperglycemic cr isis in elderly. Med
Cli N Am 88: 1063-1084, 2010.
Elisabeth Eva Oakes, RN. 2007. Diabetic Ketoacidosis DKA.
http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.au.

Anda mungkin juga menyukai