Anda di halaman 1dari 9

68

BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang

terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada

pasien Nn. M dengan Gangguan persepsi sensori :Halusinasi pendengaran di Ruang

Jiwa A Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang meliputi pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan, danevaluasi.

4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien.Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memperhatikan, dan

mendokumentasikan semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang

diberikan oleh pasien tentang Halusinasinya.Pada tahap pengkajian melalui wawancara

dengan pasien, penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis telah mengadakan

perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk melakukan asuhan

keperawatan pada pasien sehingga pasien dapat terbuka dan mengerti serta

kooperatif.Saat wawancara dengan pasien, pasien mengatakan sering mendengar suara-

suara yang menyuruh pasien untuk memanjat pohon. pasien mengatakan sering

mendengar suara itu, Pasien mendengar suara-suara saat malam hari, pada saat pasien

mendengar suara-suara pasien hanya memejamkan matanya, diam, melamun dan

bingung.
69

1. Didalam tinjauan kasus pasien tampak diam, bingung, dan melamun. Tetapi

yang ditemukan di rekam medis pasien di dapatkan bahwa pasien masuk karena

sering marah-marah sebelumnya, saat dirumah pasien mengatakan bertengkar

dengan kakaknya.

2. Pada tanda dan gejala dalam tinjauan pustaka masalah yang dituliskan Menurut

Hamid (2000)dalam buku Damaiyanti (2012),perilaku pasien yang terkait

dengan halusinasi adalah sebagai berikut : Bicara sendiri, Senyum sendiri,

Ketawa sendiri, Menggerakkan bibir tanpa suara, Pergerakan mata yang cepat,

Respon verbal yang lambat, Menarik diri dari orang lain, Berusaha untuk

menghindari orang lain, Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata,

Terjadi peningkatan denyut jantung, Pernafasan dan tekanan darah, Perhatian

dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik, Berkonsentrasi

dengan pengalaman sensori, Sulit berhubungan dengan orang lain, Ekspresi

muka tegang mudah tersinggung, jengkel, dan marah, Tidak mampu mengikuti

perintah dari perawat, Tampak tremor dan berkeringat, Perilaku panik, Agitasi

dan kataton, Curiga dan bermusuhan, Bertindak merusak diri, orang lain dan

lingkungan, Ketakutan, Tidak mengurus diri, Biasa terdapat disorientasi, waktu,

tempat dan, orang.

Dari tinjaun kasus didapatkan data Saat mendengar suara-suara respon pasien

hanya tidur, diam, melamun, dan bingung, dan saat di ajak berbicara pasien

kontak mata kurang, pasien kooperatif dan mau berbicara tetapi bicara masih

ngelantur .
70

3. Pohon masalah pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tindak terdapat

kesenjangan yang mana pada tinjauan pustaka terdapat tiga masalah

keperawatan yaitu isolasisosial :menarik diri sebagai penyebab masalah,

gangguan persepsi sensori : halusinasi sebagai masalah utama, dan resiko

perilaku kekerasan sebagai akibat masalah.

4. Pasien mengatakan sudah pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya,

sebelumnya pasien juga pernah dirawat di Rumkital Dr.Ramelan serta diruang

jiwa A Rumkital Dr.Ramelan Surabaya 10 Mei 2015 sampai sekarang.

5. Pasien mengatakan pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena pasien

putus minum obat dan jarang untuk kontrol, karena pasien merasa bosan.

6. Pasien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik saat usia 22 tahun yang lalu

pada saat itu pasien sebagai pelaku. Pasien mengatakan mau membunuh orang

tuanya karena tidak diberi uang.

7. Saat dikaji pasien mengatakan pengalaman yang tidak menyenangkan adalah

saat pasien dikucilkan tetangganya..

8. Pasien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya.

9. Pasien mengatakan dirinya seorang perempuan berusia 23 tahun status belum

menikah.

10. Sebelum masuk rumah sakit pasien berperan sebagai anak, dan selama dirumah

sakit pasien berperan sebagai pasien di ruang jiwa A.

11. Pasien ingin segera pulang ke rumah dan pasien mengatakan ingin cepat

sembuh dari sakitnya.


71

12. Pasien mengatakan di RS. Jiwa A tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok

kaena pasien senang menyendiri di kamar.

13. Pasien mengatkan beragama Islam, dan pasien mengatakan sakitnya adalah

cobaan dari Allah.

14. Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien sholat 5 waktu di

rumah.tetapi saat di Rs pasien tidak pernah sholat

15. Pasien tampak bingung dan bicara sendiri saat halusinasinya muncul.

16. Saat diajak bicara kontak mata pasien kurang. Saat ditanya pasien kooperatif

dan mau bicara tetapi bicara masih ngelantur dan cepat.

17. Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara yang menyuruh pasien untuk

memanjat pohon, pasien mendengar suara saat pasien sedang sendirian, pasien

masi bicara sendiri. Pasien sering mendengar suara itu dan suara itu muncul

pada saat malam hari, pada saat pasien mendengar suara-suara pasien hanya

memejamkan matanya,

18. Pembicara pasien berbelit-belit tetapi sampai pada tujuan pembicaran.

19. Pasien tidak mampu mengingat yang terjadi dalam minggu terakhir.

20. Pasien mengatakan “saya mandi satu kali dalam sehari mbk, pakai sabun. Saya juga

menyikat gigi satu kali, Sayamengganti baju satu kali sehari dan mencuci baju dua hari

sekali. Saya bisa menggunakan baju sendiri.”saat diamati pasien belum mengganti

baju sebelum disuruh. Saat didekati pasien baud an gigi tampak kuning.
72

4.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut (Damaiyanti, 2014) Ada diagnosis keperawatan pasien muncul dengan

gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.

1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

2. Isolasi social : Menarik Diri

3. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal).

Hanya terdapat 1 diagnosa yang muncul yaitu Gangguan persepri sensori: Halusinasi

Pensengaran.

4.3 RencanaKeperawatan

Setelah ditegakkan diagnose keperawatan, maka perawat melakukan rencana

keperawatan. Pada tinjauan pustaka perencaan menggunakan tiga aspek yaitu tinjuan

umum, tinjauan khusus, dan rencana keperawatan. Tinjauan umun berfokus pada

menyelesaikan penyebab, namun pada tinjauan kasus, rencana keperawatan yang telah

disusun ini terdapat empat strategi pelaksanaan (SP) untuk pasien. Berdasarkan rencana

keperawatan menggunakan strategi pelaksaan (SP) pada pasien dengan masalah utama

gangguan persepsi sensori :halusinasi pendengaran adalah sebagai berikut :

1. SP1 :

a. Membina hubungan saling percaya.

b. Mengidentifikasi jenis, isis, waktu, frekuensi, situasi, respon pasien terhadap

halusinasi.

c. Mengajarkan pasien mengahardik halusinasi.


73

d. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam

jadwal kegiatan harian.

2. SP2 :

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b. Melatih pasien mnegendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan

orang lain.

c. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap dengan orang

lain dalam jadwal kegiatan harian.

3. SP3 :

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien.

b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan

(kegiatan yang biasa dilakukan pasien).

c. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan kebiasaan dirumah kedalam

jadwal kegiatan harian

4. SP4 :

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penggunaan obat secara

teratur.

c. Menganjurkan pasien memasukkan penggunaan obat secara teratur ke dalam

jadwal kegiatran harian.

4.4 TindakanKeperawatan

Tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.


74

Pada situasi nyata implementasi sering kali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi

karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksankan

tindakan keperawatan, yang biasa dilakukan perawat adalah menggunkan rencana tidak

tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat

membahayakan pasien dan perawat jika tindakan berakibat fatal, dan juga tidak

memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan

perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih dibutuhkan

dan sesuai oleh keadaan pasien saat ini. Pada saat akan melaksanakan tindakan perawat

membuat kontrak terlebih dahulu dengan pasien yang isinya menjelaskan apa yang akan

dikerjakan dan peran serta yang diharapkan pasien. Dokumentasikan semua tindakan

yang telah dilaksanakan beserta respon pasien.Tindakan keperawatan di dalam tinjauan

teori dan tinjauan kasus keperawatan pada pasien dengan masalah utama Gangguan

persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

Pada hari ke 1 sp 1 perawat membina hubungan saling percaya dengan pasien,

dengan cara bertanya nama pasien, mengajak pasien berjabat tangan, mengindentifikasi

jenis, isi, waktu, frekuensi, respon halusinasi, dan melatih pasien cara menghardik.

Pada hari ke 2 sp 2 mengevaluasi sp 1 melatih mengahardik, melatih pasien

mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi itu

muncul/ terdengar.

Pada hari ke 3 sp 3 mengevaluasi sp 1 dan sp 2, melatih mengahardik dan

bercakap-cakap dengan orang lain, dan melatih jadwal kegiatan harian yang terjadwal

pada pasien.
75

Pada hari ke 4 sp 4 mengevaluasi sp 1, sp 2, sp 3 dengan cara menghardik,

bercakap-cakap dengan orang lain, dan melatih jadwal kegiatan harian yang terjadwal,

dan berlatih penggunaan obat secara teratur. Memotivasi pasien untuk melakukan

semua kegiatan yang telah dilatih saat halusinasi itu muncul.

4.5 Evaluasi

Pada tinjauan teori evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua, yaitu

evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindkan,

evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien

dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan

menggunakan pendekatan SOAP.

Pada tinjauan kasus, evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan

klien dan masalahnya secara langsung, dilakukan setiap hari selama klien dirawat di

Ruang Jiwa A. Evaluasi tersebut menggunakan SOAP sehingga terpantau respon klien

terhadap intervensi keperawatan yang telah dilakukan.

Pada sp 1 pasien mampu membina hubungan saling percaya, Mengidentifikasi jenis, isi,

waktu, frekuensi, situasi, respon halusinasi klien, Mengajarkan klien menghardik

halusinasi, Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal

kegiatan harian.
76

Pada sp 2 evaluasi sp 1, Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian, melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orng

lain, menganjurkan pasien memasukkan dalamjadwalkegiatanharian.

Padasp 3 evaluasisp 1 dansp 2, mengevaluasi jadwal kegiatan harian, melatih pasien

mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan

sehari-hari), menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

Pada sp 4 evaluasi sp 1,sp 2 dan sp3, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,

memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur,

menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Anda mungkin juga menyukai