Anda di halaman 1dari 8

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut undang undang nomor 3 tahun 1996 merupakan

suatu kondisi fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang, serta

perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain (Jaya, 2015).

Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita gangguan jiwa sebesar 2 –

3% jiwa. Zaman dahulu penanganan pasien gangguan jiwa adalah dengan

dipasung, dirantai, atau diikat, lalu ditempatkan tempat tersendiri di rumah

atau di hutan jika gangguan jiwanya berat.Bila tidak berbahaya, di biarkan

berkeliaran di desa, sambil mencari makanan dan menjadi tontonan

masyarakat (Kusumawati,dan Hartono, 2011)

Berdasarkan data yang di peroleh World Health Organization (WHO)

melaporkan bahwa 5-15% dari anak-anak antara 3-15 tahun mengalami

gangguan jiwa yang persisten dan mengganggu hubungan sosial. Bila kira-

kira 40% penduduk Negara kita adalah anak-anak di bawah 15 tahun (di

Negara yang sudah berkembang kira-kira 25%), dapat digambarkan besarnya

masalah (ambil saja 5% dari 40% dari katakan saja 120 juta penduduk, maka

di negara kita terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami

gangguan jiwa ) (Maramis, 2009). Dari data yang didapatkan di Ruang jiwa

B Rumkital Dr. Ramelan Surabaya mulai bulan Maret sampai bulan Mei

1
2

2016, terdapat 57 pasien dengan skizofrenia dan terdapat 19 pasien dengan

halusinasi (33,33%).

Penyebab adanya halusinasi ada dua yaitu karena faktor predisposisi dan

faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi bisa juga dikarenakan faktor

perkembangan yang dimaksud adalah tugas perkembangan penderita

terganggu karena penderita terlalu dimanja sehingga tidak dapat mandiri sejak

kecil sehingga rentan terhadap stress, pada faktor sosiokultural yaitu

penderita merasa tidak diterima didalam lingkungannya sejak bayi, pada

faktor biologis penderita mengalami stress yang berlebihan atau

berkepanjangan sehingga menyebabkan neutransmitter otak teraktivasi, pada

faktor psikologis penderita mempunyai kepribadian yang lemah dan tidak

bertanggung jawab sehingga ketika ada masalah penderita lari dari kenyataan

dan menggunakan zat adiktif, sedangkan pada faktor genetik dan pola asuh

adanya salah satu gen skizofrenia dalam satu keluarga tesebut. Pada faktor

presipitasi adanya faktor perilaku yaitu adanya respon penderita sehingga

dapat dilihat dari lima dimensi yaitu dimensi fisik penderita mengalami

halusinasi karena kondisi fisiknya yang kelelahan, menggunakan obat-obatan

serta kesulitan tidur dalam waktu yang lama. Pada dimensi emosional

penderita mengalami cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak

dapat diatasi, pada dimensi intelektual penderita akan mengalami penurunan

fungsi ego tapi juga menimbulkan suatu kewaspadaan, pada dimensi sosial

penderita mengalami gangguan interaksi sosial penderita menganggap bahwa

hidup bersosialisasi di alam nyata sangat berbahaya, sedangkan pada dimensi

spiritual penderita mengalami kehampaan dalam hidupnya serta rurinitas


3

yang tidak bermakna sehingga aktivitas ibadah hilang dan jarang berupaya

secara spiritual untuk mensucikan diri. Penderita halusinasi jika tidak segera

ditangani dengan baik akan berakibat buruk bagi pasien sendiri, keluarga,

orang lain dan lingkungan. Tidak jarang ditemukan penderita yang

melakukan tindak kekerasan karena halusinasinya (Yosep, 2013).

Pada penanganan pasien dengan halusinasi perawat bisa memberikan

strategi keperawatan yaitu dengan membantu klien mengenal halusinasinya

berupa isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya

halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul serta respon klien

jika halusinasinya muncul, mengontrol halusinasinya dengan cara

menghardik selain itu bisa juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain,

melakukan aktifitas yang terjadwal bisa juga mengurangi resiko halusinasi

muncul lagi, minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinya selain

cara yang telah disebutkan diatas dukungan keluarga untuk klien yang

mengalami halusinasi sangatlah penting karena dengan dukungan keluarga

kepercayaan diri klien bisa kembali dan klien bisa termotivasi untuk sembuh

serta keluarga juga bisa mempertahankan program pengobatan secara optimal

(Keliat, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis

akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan

jiwa gangguan persepsi sensori : halusinasi dengan membuat rumusan

masalah sebagai berikut “Bagaimanakah asuhan keperawatan jiwa masalah


4

utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pada Nn.M dengan diagnosa

medis skizofrenia di ruang Jiwa A Rumkital Dr.Ramelan Surabaya.”

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan jiwa

masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasipada Nn. M dengan

diagnosa medis Skizofrenia di ruang Jiwa A Rumkital Dr.Ramelan

Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengkaji pasien dengan masalah utama gangguan persepsi sensori :

halusinasi pada Nn. M dengan diagnosa medis Skizofrenia di ruang

Jiwa A Rumkital Dr.Ramelan Surabaya

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah

utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pada Nn. M dengan

diagnosa medis skizofrenia di ruang Jiwa A Rumkital Dr.Ramelan

Surabaya.

3. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah

utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pada Nn. M dengan

diagnosa medis Skizofrenia di ruang Jiwa A Rumkital Dr.Ramelan

Surabaya.
5

4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah

utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pada Nn. M dengan

diagnosa medis Skizofreniadi ruang Jiwa A Rumkital Dr.Ramelan

Surabaya.

5. Mengevaluasi pasien dengan masalah utama gangguan persepsi

sensori : halusinasi pada Nn. M dengan diagnosa medis Skizofrenia di

ruang Jiwa A Rumkital Dr.Ramelan Surabaya.

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pada Nn. M

dengan diagnosa medis Skizofrenia di ruang Jiwa A Rumkital

Dr.Ramelan Surabaya.

1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat :

1. Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan jiwa masalah

utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pada Nn. M dengan

diagnosa medis Skizofrenia di ruang Jiwa M Rumkital Dr.Ramelan

Surabaya Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :

a. Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di

rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan jiwa masalah

utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pada Nn. M dengan


6

diagnosa medis Skizofrenia di ruang Jiwa A Rumkital Dr.Ramelan

Surabaya.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan

keperawatan jiwa masalah utama gangguan persepsi sensori :

halusinasipada Nn. M dengan diagnosa medis Skizofrenia di ruang

Jiwa A Rumkital Dr.Ramelan Surabaya.

c. Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan

memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan

jiwa masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pada Nn.

M dengan diagnosa medis Skizofrenia di ruang Jiwa A Rumkital

Dr.Ramelan Surabaya.

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan

peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi

studi kepustakaan yang mempelajari mengumpukan, membahas data

dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah

penkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


7

1.5.2 Tekhnik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan

pasien keluarga maupun tim kesehatan lain.

2. Observasi

Data yang diambil melalui percakapan baik dengan pasien

keluarga maupun tim kesehatan lain.

3. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat

menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

1.5.3 Sumber Data

1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh dari pasien.

2. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat pasien,

catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan

lain.

1.5.4 Studi Kepustakaan

Yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi

kasus dan masalah yang dibahas.


8

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan

memahami studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian,

yaitu :

1. Bagian awal memuat halaman judul, persetujuan komisi pembimbing,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar

tabel.

2. Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub

bab berikut ini :

BAB 1 : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, tujuan,

manfaat penelitian, dan sistemika penulisan studi kasus

BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut

medis dan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa gangguan sensori

persepsi : halusinasi, serta kerangka masalah.

BAB 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan

kenyataan yang ada di lapangan.

BAB 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.

3. Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

Anda mungkin juga menyukai