PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sosial yang harus terlihat dari terpenuhinya hubungan relasional, cara berperilaku
dan beradaptasi yang normal, gagasan diri yang positif, dan kekuatan yang
dalam ketenangan, dan dibebaskan dari tekanan serius yang dapat menyebabkan
fundamental) yang tegas, terutama masalah filosofis yang ditangani oleh masalah
sekitar 450 juta orang di dunia ini yang menderita skizofrenia. Di Indonesia,
angka kejadian skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau 1,7 per 1000
1
2
ke-24 dari 34 daerah di Indonesia dengan gangguan jiwa berat dengan pervasif
Rumah sakit jiwa Tampan Provinsi Riau memiliki tujuh ruangan rawat
inap, salah satunya ialah ruangan MPKP Indragiri Rumah Sakit Jiwa Tampan
menitik beratkan pada klien gangguan jiwa yang belum ditangani secara efektif
oleh keluarga dan Puskesmas. Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau memiliki
tujuh ruang rawat jalan, salah satunya adalah ruang MPKP Indragiri (Kristina,
2019).
inap pada Maret 2022 sebanyak 38 orang dengan masalah gangguan persepsi
Harga diri rendah 3 orang (10 %), Risiko Bunuh Diri 5 individu (17%), Defisit
Perawatan Diri 2 individu (7%), dan Waham 1 individu (3%). Maka dari
di ruang MPKP Indragiri berada pada posisi terdepan dengan jumlah 21 pasien
Indragiri, 2022).
atau merusak lingkungan, ini terjadi di mana individu yang mengalami halusinasi
3
telah mengalami panik dan cara berperilaku dibatasi oleh mereka. Dalam
yang bermanfaat antara perawat medis, pasien, atau keluarga untuk mencapai
persepsi yang dialami pasien dan kenyataan. Benar-benar berfokus pada pasien
dan menghabiskan sebagian besar hari karena kronis penyaki ini. Kemampuan
keluarga dengan keadaan tertentu dalam kehidupan yang lebih bebas dan
menyenangkan.
Peran perawat jiwa dalam menjalankan tugas memiliki panduan yang baku
untuk dilakukan yang sudah diatur dalam standar operasional prosedur. Salah
satu jenis SOP yang digunakan adalah SOP tentang metodologi pelaksanaan
pendekatan pengobatan untuk klien dengan gangguan jiwa, salah satunya adalah
orang pasien gangguan persepsi sensori: halusinasi, beberapa dari pasien yang
4
dirawat mempunyai diagnosa tambahan seperti harga diri rendah, isolasi sosial,
perilaku kekerasan, dan yang menjadi subjek saya adalah Ny. M dengan masalah
M pada tanggal 02 Juni 2022, klien mengatakan bahwa beliau masih mendengar
menghasut klien untuk membunuh orang, tampak berbicara sendiri, gelisah dan
mondar mandir.
laporan asuhan keperawatan jiwa dengan judul “Asuhan keperawatan jiwa pada
ny. M dengan terapi generalis pada pasien gangguan persepsi sensori : halusinasi
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
terhadap hipotesis dan menambah konsekuensi dari data logis yang terkait
2. Aspek Praktis
E. Keaslian Penulisan
pasien halusinasi.
2. Anna Asal Niat Lase dengan judul Penerapan Terapi Generalis (SP 1-4) Pada
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Halusinasi
Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:
(Hartono, 2012)
7
8
melatih melakukan aktivitas yang terjadwal, serta minum obat secara teratur.
B. State Of Art
penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini adalah State
Tabel 2.1
Tabel State Of art
BAB III
GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian
tidak memiliki pekerjaan, status belum menikah, berasal dari Rumbai. Klien
dibawa oleh keluarga ke RSJ Tampan Provinsi Riau dengan keluhan klien gelisah
memukul orang lain, klien mengalami putus obat 4 bulan, klien sebelumnya
bisikan itu juga menghasut klien untuk membunuh orang, klien mengatakan
bisikan itu datang ketika siang atau malam hari disaat klien sendiri, klien
mengatakan mendengar bisikan 2x sehari, ketika bisikan itu datang klien kerap
merasa gelisah dan pikirannya menjadi kacau. Klien juga mengatakan sering
marah-marah tanpa sebab dan ketika marah klien melempar barang yang ada
disekitarnya. Klien mengatakan pernah diusir dari rumah pada usia 25 tahun dan
12
13
merasa malu karena selalu gagal dalam mencari pekerjaan dan belum menikah
terkadang juga tampak murung, kontak mata klien kurang, klien sering menunduk
ketika dikaji.
takanan darah klien 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36 ‘c, respirasi 22
x/menit, tinggi badan klien 158 cm dan berat badan klien 55 kg, bentuk kepala :
meshocepal, rambut : panjang, hitam dan sedikit kotor, mata : simetris antara
kanan dan kiri, hidung : simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen, leher :
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dada : dinding dada simetris kanan dan kiri,
ekstermitas : kaki kanan dan kiri lengkap, tangan kanan dan kiri lengkap, tidak ada
hipertensi, DM.
Triheksipenidil 2mg/12 jam, yang berpengaruh pada sistem syaraf pusat digunakan
perilaku yang mudah tersinggung dan Trifloperazine 5mg/12 jam, dapat digunakan
B. Analisa Data
NO DATA MASALAH
C. Pohon Masalah
D. Diagnosa Keperawatan
muncul yaitu :
A. Intervensi Keperawatan
d. Melamun menurun
e. Mondar-mandir menurun
komunikasi terapeutik
dan bercakap-cakap
16
17
f. Bantu klien untuk memastikan klien telah minum obat secara teratur
B. Implementasi
1. Hari Pertama
Tindakan keperawatan pada klien Ny. M, pertama pada hari Selasa tanggal
tenang, membuat kontrak yang jelas, dorong dan beri kesempatan klien untuk
Pukul 12.00 WIB mengevaluasi cara pertama dan mengajarkan dengan cara
kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain, dan pada pukul 12.40 WIB
mengevaluasi cara pertama dan kedua. Respon klien, klien mau membina
2. Hari Kedua
Pada hari Rabu 06 April 2022, jam 08.00 WIB peneliti melakukan
cakap dengan orang lain, klien juga sudah mampu melakukan SP ketiga yaitu
berwudhu dan sholat, klien sudah mulai bisa melakukan setiap gerakan wudhu
dengan urutan yang benar dan melaksanakan sholat dengan khusyuk. Klien
3. Hari Ketiga
Pada hari Jumat 07 April 2022, jam 09.00 WIB peneliti melakukan
tidak ada datang lagi, klien juga mengatakan sudah jarang marah-marah tanpa
cakap dengan orang lain, klien sudah mampu melakukan SP ketiga yaitu
mengatakan merasa tenang dan nyaman setiap kali selesai melakukan terapi
menyebutkan serta meminum obat dengan benar dan teratur tepat waktu.
C. Evaluasi
1. Hari Pertama
suara itu sering muncul, klien mengatakan suara tersebut masih sering muncul
bisa pagi, siang dan malam hari, sehari bisa 2 kali muncul dengan frekuensi
kurang lebih 5 menit, Ny. M mengatakan bersedia diajari cara yang pertama
yaitu menghardik, cara yang kedua bercakap-cakap dengan orang lain dan
20
sehari-hari.
mau berjabat tangan, menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan, kontak
mata Ny. M kurang saat interaksi, Ny. M bersedia menjawab pertanyaan yang
diajarkan.
2. Hari Kedua
mengatakan masih ingat cara yang diajarkan oleh perawat yaitu menghardik,
Data obyektif klien terlihat lebih tenang, kontak mata ada, mau
adalah mengevaluasi cara yang telah diajarkan, memotivasi klien untuk selalu
3. Hari Ketiga
mengatakan masih ingat cara yang diajarkan oleh perawat yaitu menghardik,
mengatakan suara tersebut sudah tidak ada muncul lagi, klien mengatakan
Data obyektif klien terlihat lebih tenang, kontak mata ada, mau
adalah mengevaluasi cara yang telah diajarkan. Klien mampu mengenal dan
sudah diajarkan dengan rutin jika halusinasi yang dialaminya kembali muncul.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Riau, maka penulis pada BAB ini akan membahas kesenjangan antara teoritis
evaluasi.
1. Pengkajian
yaitu dari pasien, buku rawatan dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis
hubungan saling percaya diri pada klien agar klien lebih terbuka dan lebih
22
23
Menurut Muhiht (2016) halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa
penulis, klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek
atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengarkan suara- suara
harmonis antara klien dan keluarganya, klien pernah diusir dari rumah karena
didalam keluarganya ia harus menjadi orang sukses. Klien juga malu dengan
umurnya yang sudah 39 tahun masih belum menikah. Hal ini membuat klien
merasa tidak berguna dan lebih suka menyendiri sampai muncullah suara
tampak gelisah. Tanda dan gejala yang muncul tersebut tidak semua
mencakup dengan yang ada diteori klinis dari halusinasi (Elvira, 2020). Akan
2. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah dan Resiko Perilaku Kekerasan. Dari hal tersebut di atas
dapat di lihat terjadi kesamaan antara teori dan kasus. Dimana 3 dari 4
3. Intervensi Keperawatan
therapy).
based oleh Niatlase (2021) Penerapan Terapi Generalis (SP 1-4) Pada
dialami.
melatih melakukan aktivitas yang terjadwal, serta minum obat secara teratur.
4. Implementasi Keperawatan
kedua yaitu anjurkan minum obat secara teratur, strategi pertemuan yang
ketiga yaitu latihan dengan cara bercakap-cakap pada saat aktivitas dan latihan
dalam melakukan tindakan yang dimulai dari SP-1 sampai SP-4 karena klien
apa yang diterapkan dengan evidence based yakni dalam segi waktu dalam
kasus ini juga didukung oleh karakteristik halusinasi yang dialami oleh klien.
Dalam kasus ini jenis halusinasi yang dialami klien skizofrenia berupa
jenis halusinasi gabungan atau halusinasi tunggal lain seperti halusinas bau
Hasil penelitian lain yang juga mendukung penelitian ini adalah hasil
tanda halusinasi.
5. Evaluasi
lain, klien mampu melaksanakan jadwal yang telah dibuat bersama, klien
mampu memahami penggunaan obat yang benar. Selain itu, dapat dilihat dari
penurunan gejala yang dialami oleh Ny. M dari hari kehari selama proses
interaksi.
B. Keterbatasan Penulisan
tindakan yang dimulai dari SP-1 sampai SP-4 karena klien kooperatif, mampu
mengingat dan mempraktikkan dengan baik. Hanya saja penulis mendapat sedikit
PENUTUP
A. Kesimpulan
pemberian terapi generalis pada klien dengan masalah gangguan persepsi sensori:
untuk membunuh orang, klien mengatakan bisikan itu datang ketika siang
atau malam hari disaat klien sendiri, klien mengatakan mendengar bisikan 2x
sehari, ketika bisikan itu datang klien kerap merasa gelisah dan pikirannya
menjadi kacau.
pendengaran.
4. Implementasi yang diberikan pada klien adalah sesuai dengan intervensi yaitu
29
30
B. Saran
1. Bagi Perawat
2. Bagi Klien
halusinasi pendengaran yang telah diajarkan oleh penulis disetiap jadwal yang
3. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil karya ilmiah akhir ini dapat menjadi refrensi lain serta
pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
Direja. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Elvira. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. H Dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruang Kampar Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau. Jurnal Poltekkes Kemenkes Riau.
Kristina. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. Y dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Pendengaran di Ruang Kuantan Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau. Jurnal Keperawatan POLTEKKES Riau.
Nurdiana. (2020). Penerapan Terapi Spritual Dzikir pada Tn. A terhadap Kemampuan
Mengontrol Halusinasi Pendengaran di Ruangan Nuri RSJ Prof HB Sa'anin
Padang. Jurnal Kesehatan STIKES Perintis Padang.
Pardede, S. &. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4 Dengan Masalah
Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia. Studi Kasus.
Purnamasari. (2018). Analisis Praktek Klinik Keperawatan Jiwa pada Tn. S dengan
Intervensi Inovasi Hydrotherapy Wudhu terhadap Risiko Perilaku Kekerasan
di Ruang Tiung RSJD Atma Husada Samarinda. Jurnal Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Rahmania. (2016). Pengaruh Terapi Wudhu Sebelum Tidur terhadap Skala Insomnia
pada Remaja di SMA Negeri 7 Prabumutih Sumatera Selatan. Jurnal STIKes
Muhammadiya Palembang.
Rekam Medik MPKP Indragiri. (2022). Data Tahunan Rekam Medik Ruangan MPKP
Indragiri RSJ Tampan Provinsi Riau. Pekanbaru.
Sianturi. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. H Dengan Masalah
Halusinasi. Jurnal Keperawatan Jiwa.