Anda di halaman 1dari 34

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. M DENGAN


TERAPI GENERALIS PADA PASIEN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARANDI RUANG MPKP
INDRAGRI RSJ TAMPAN
PROVINSI RIAU

NAMA : SRI RAHAYU


NIM : 2114901087

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2022
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. M DENGAN


TERAPI GENERALIS PADA PASIEN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARANDI RUANG MPKP
INDRAGRI RSJ TAMPAN
PROVINSI RIAU

NAMA : SRI RAHAYU


NIM : 2114901087

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Ners (Ns)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan psikologis adalah keadaan sehat emosional, mental, dan

sosial yang harus terlihat dari terpenuhinya hubungan relasional, cara berperilaku

dan beradaptasi yang normal, gagasan diri yang positif, dan kekuatan yang

mendalam. Dengan demikian, kesehatan emosional adalah suatu kondisi di mana

seorang individu terus berkembang dan menciptakan dan mengikuti kesesuaian

dalam ketenangan, dan dibebaskan dari tekanan serius yang dapat menyebabkan

skizofrenia (Direja, 2011).

Skizofrenia adalah masalah psikotik yang berkelanjutan yang digambarkan

oleh perpecahan antara pertimbangan, sentimen, dan cara berperilaku pasien.

Penyimpangan pasien digambarkan dengan adanya efek sekunder fokal (atau

fundamental) yang tegas, terutama masalah filosofis yang ditangani oleh masalah

perasaan, masalah perasaan, autisme, dan ambivalensi. Sedangkan efek samping

tambahan berupa halusinasi (Stuart, 2013).

Sesuai informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (2018), diperkirakan ada

sekitar 450 juta orang di dunia ini yang menderita skizofrenia. Di Indonesia,

angka kejadian skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau 1,7 per 1000

penduduk Indonesia. Pada tahun 2018, Provinsi Riau menempati urutan

1
2

ke-24 dari 34 daerah di Indonesia dengan gangguan jiwa berat dengan pervasif

6,2/1000 penduduk (Riskesdas, 2018).

Rumah sakit jiwa Tampan Provinsi Riau memiliki tujuh ruangan rawat

inap, salah satunya ialah ruangan MPKP Indragiri Rumah Sakit Jiwa Tampan

Pekanbaru Provinsi Riau merupakan klinik kegawat daruratan psikologis di

Provinsi Riau yang memberikan pelayanan ahli kesejahteraan emosional yang

menitik beratkan pada klien gangguan jiwa yang belum ditangani secara efektif

oleh keluarga dan Puskesmas. Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau memiliki

tujuh ruang rawat jalan, salah satunya adalah ruang MPKP Indragiri (Kristina,

2019).

Informasi yang diperoleh di ruang MPKP Indragiri, jumlah pasien rawat

inap pada Maret 2022 sebanyak 38 orang dengan masalah gangguan persepsi

sensori: Halusinasi: 21 orang (75%), Resiko Perilaku Kekerasan 8 orang (22%),

Harga diri rendah 3 orang (10 %), Risiko Bunuh Diri 5 individu (17%), Defisit

Perawatan Diri 2 individu (7%), dan Waham 1 individu (3%). Maka dari

informasi tersebut didapatkan akibat dari masalah tactilediscernment: mental trip

di ruang MPKP Indragiri berada pada posisi terdepan dengan jumlah 21 pasien

(75%) yang kewalahan oleh gangguan pendengaran (Rekam Medik MPKP

Indragiri, 2022).

Efek yang terjadi dari halusinasi adalah seseorang yang gagal

mengendalikan diri sehingga dapat membahayakan dirinya sendiri, orang lain

atau merusak lingkungan, ini terjadi di mana individu yang mengalami halusinasi
3

telah mengalami panik dan cara berperilaku dibatasi oleh mereka. Dalam

keadaan sekarang ini, seorang individu yang menghadapi fantasi dapat

mengakhiri semuanya dan bahkan membunuh orang lain. Penting untuk

memberikan perhatian pada peningkatan pengobatan yang mencakup hubungan

yang bermanfaat antara perawat medis, pasien, atau keluarga untuk mencapai

derajat kesejahteraan yang ideal (Pardede, 2020).

Sesuai Stuart (2016) asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

halusinasi berencana untuk membangun kesadaran pasien antara kegembiraan

persepsi yang dialami pasien dan kenyataan. Benar-benar berfokus pada pasien

skizofrenia dengan fantasi membutuhkan informasi, kemampuan dan ketekunan

dan menghabiskan sebagian besar hari karena kronis penyaki ini. Kemampuan

merawat pasien merupakan keahlian yang harus dikuasai sehingga membantu

keluarga dengan keadaan tertentu dalam kehidupan yang lebih bebas dan

menyenangkan.

Peran perawat jiwa dalam menjalankan tugas memiliki panduan yang baku

untuk dilakukan yang sudah diatur dalam standar operasional prosedur. Salah

satu jenis SOP yang digunakan adalah SOP tentang metodologi pelaksanaan

tindakan medis (SP) pada pasien. Aktivitas SP merupakan model standar

pendekatan pengobatan untuk klien dengan gangguan jiwa, salah satunya adalah

pasien yang memiliki masalah halusinasi.

Berdasarkan paktik yang dilakukan di ruang MPKP Indragiri terdapat 21

orang pasien gangguan persepsi sensori: halusinasi, beberapa dari pasien yang
4

dirawat mempunyai diagnosa tambahan seperti harga diri rendah, isolasi sosial,

perilaku kekerasan, dan yang menjadi subjek saya adalah Ny. M dengan masalah

keperawatan halusinasi pendengaran . Hasil wawancara yang dilakukan pada Ny.

M pada tanggal 02 Juni 2022, klien mengatakan bahwa beliau masih mendengar

suara-suara yang menghasutnya untuk mondar-mandir, bisikan itu juga

menghasut klien untuk membunuh orang, tampak berbicara sendiri, gelisah dan

mondar mandir.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat

laporan asuhan keperawatan jiwa dengan judul “Asuhan keperawatan jiwa pada

ny. M dengan terapi generalis pada pasien gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran di Ruang MPKP Indragiri RSJ Tampan Provinsi Riau”.

B. Rumusan Masalah

Apakah pengaturan pengobatan umum pada Ny. M dapat mengurangi

masalah gangguan persepsi: halusinasi pendengaran di ruang MPKP Indragiri

RSJ Tampan Provinsi Riau?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Bermanfaat secara luas untuk mengetahui organisasi pengobatan

generalis pada Ny. M dengan masalah gangguan persepsi: halusinasi

pendengaran di ruang MPKP Indragiri RSJ Tampan Provinsi Riau.

2. Tujuan Khusus
5

a. Mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

b. Mengetahui analisa data asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

c. Mengetahui intervensi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

d. Mengetahui implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

e. Mengetahui evaluasi asuhan keperawatan pada pada klien dengan masalah

gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

f. Mengetahui analisis pemberian terapi generalis pada klien dengan masalah

gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Penggunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap hipotesis dan menambah konsekuensi dari data logis yang terkait

dengan pengaturan perawatan generalis mendalam untuk klien dengan

masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

2. Aspek Praktis

Efek dari penelitian ini diharapkan memberikan peningkatan strategi

dalam memberikan perawatan generalis kepada klien dengan masalah

gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.


6

E. Keaslian Penulisan

1. Wan Muharyati dengan judul Pengaruh terapi individu generalis dengan

pendekatan strategi pelaksanaan komunikasi terhadap frekuensi halusinasi pada

pasien halusinasi.

2. Anna Asal Niat Lase dengan judul Penerapan Terapi Generalis (SP 1-4) Pada

Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi di Ruang Sibual-buali.

3. Suheri dengan judul Pengaruh tindakan generalis halusinasi terhadap frekuensi

halusinasi pada pasien skizofrenia di RS Jiwa Grhasia Pemda DIY

4. Livana dengan judul Peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi melalui

terapi generalis halusinasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Halusinasi

Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu gejala gangguan jiwa pada

individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi merasakan sensasi

palsu berupa penglihatan, pengecapan, perabaan, penghiduan, atau

pendengaran (Keliat, 2014).

2. Tanda dan Gejala Halusinasi

Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:

a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri

b. Mengatakan mendengar suara

c. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan

d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis

e. Tidak dapat memusatkan konsentrasi

f. Pembicaraan kacau terkadang tidak masuk akal

g. Ketakutan dan mudah tersinggung

h. Muka merah kadang pucat, ekspresi tegang

i. Ketakutan dan mudah tersinggung

(Hartono, 2012)

7
8

3. Pengertian Terapi Generalis

Tindakan generalis halusinasi adalah tindakan terapi alternative setelah

farmakoterapi. Tindakan generalis halusinasi membantu klien mengenal

halusinasi, melatih, menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,

melatih melakukan aktivitas yang terjadwal, serta minum obat secara teratur.

Tindakan generalis halusinasi bertujuan untuk membantu pasien mengenal

halusinasinya dan membantu pasien agar mampu memberdayakan sistem

pendukung untuk mengontrol halusinasinya (Keliat dalam Suheri, 2014).

Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa gangguan

persepsi sensori halusinasi meliputi pemberian tindakan keperawatan berupa

terapi generalis (Keliat, Hamit, & Putri 2019) yaitu :

1. Bantu klien mengenal halusinasinya meliputi isi, waktu terjadi

halusinasi, isi, frekuensi, perasaan saat terjadi halusinasi respon klien

terhadap halusinasi mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

2. Meminum obat secara teratur.

3. Melatih bercakap-cakap dengan orang lain.

4. Menyusun kegiatan terjadwal dan dengan aktifitas

B. State Of Art

State of The Art turut memberikan penjabaran mengenai perbedaan antara

penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini adalah State

of The Art yang dijabarkan dalam bentuk tabel/matriks.


9

No Deskripsi Jurnal Pembahasan

1. Pengaruh terapi individu generalis Hasil Penelitian:


dengan pendekatan strategi Dilihat dari segi penurunan frekuensi halusinasi
pelaksanaan komunikasi terhadap sebelum dan sesudah diberikan terapi terdapat 4
frekuensi halusinasi pada pasien orang (30,7%) yang mengalami penurunan
halusinasi sebanyak 2 poin terhadap frekuensi halusinasi, dan
9 orang (69,3%) yang mengalami penurunan
Tahun: frekuensi halusinasi sebanyak 3 poin.
2012
Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:
Peneliti: Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
Wan Muharyati dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
Metode Penelitian: signifikan pengaruh pemberian terapi generalis
Quasy experiment one group posttest pada klien dengan masalah gangguan persepsi
pretest sensori: halusinasi pendengaran.
Jurnal:
Jurnal Keperawatan Universitas
Andalas
2. Penerapan Terapi Generalis (SP 1-4) Hasil Penelitian:
Pada Penderita Skizofrenia Dengan Terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
Masalah Halusinasi di Ruang Sibual- mengendalikan halusinasi yang dialami serta
bual. dampak pada penurunan gejala halusinasi
Tahun: pendengaran yang dialami.
2021
Peneliti: Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:
Anna Asal Niat Lase Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
Metode Penelitian: dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
Studi Kasus signifikan pengaruh pemberian terapi generalis
Jurnal: klien dengan masalah gangguan persepsi sensori:
Jurnal Keperawatan STIKes Perintis halusinasi pendengaran.
Padang
3. Pengaruh tindakan generalis Hasil Penelitian:
halusinasi terhadap frekuensi Frekuensi halusinasi pasien skizofrenia di RSJ
halusinasi pada pasien skizofrenia di Grhasia Pemda DIY sebelum pemberian tindakan
RS Jiwa Grhasia Pemda DIY generalis halusinasi pada kedua kelompok adalah
58,3% berada pada tingkat sedang. Setelah
Tahun: pemberian tindakan generalis halusinasi, 83,3%
2014 responden pada kelompok eksperimen frekuensi
halusinasi pada tingkat rendah dan 50% responden
Peneliti: pada kelompok kontrol memiliki frekuensi
Suheri halusinasi pada tingkat sedang.

Metode Penelitian: Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:


Quasy experiment Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
Jurnal: signifikan pengaruh pemberian terapi generalis
Jurnal Keperawatan STIKES pada klien dengan masalah gangguan persepsi
Aisyiyah Yogyakarta sensori: halusinasi pendengaran.
4. Peningkatan kemampuan mengontrol Hasil Penelitian:
halusinasi melalui terapi generalis Ada peningkatan kemampuan pasien halusinasi
10

halusinasi. sebesar 48% sebelum dan sesudah diberikan terapi


generalis dengan cara melatih ingatan dan
Tahun: kemampuan pasien untuk mengontrol
2020 halusinasinya. Hasil analisa bivariate menunjukkan
ada pengaruh pemberian terapi generalis terhadap
Peneliti: tingkat kemampuan pasien halusinasi dengan nilai
Livana p = 0,03 (P value < 0,05).

Metode Penelitian: Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:


Quasy experiment Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
Jurnal: signifikan pengaruh pemberian terapi generalis
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa pada klien dengan masalah gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.
5. Cognitive therapy for command Hasil Penelitian:
hallucinations: Cognitive therapy for Large and significant reductionsin compliance
command hallucinations: behaviour were reductionsin compliance behaviour
randomised controlled trial were obtained favouring the cognitive therapy
obtained favouring the cognitive therapy group
Tahun: (effect size group (effect size¼1.1).Improvements
2014 1.1).Improvements were also observedin the CTCH
but not the controlgroupin degree ofconvictionin
Peneliti: the controlgroupin degree ofconvictionin the power
Peter Trower and superiority of the voices the power and
superiority of the voices and the need to comply,
Metode Penelitian: andinlevels of distress and depression.No changein
Quasy experiment distress and depression.No changein voice
topography (frequency, loudness, content) was
Jurnal: observed.The differences content) was
British Juornal Psiciatry observed.The differences were maintained at12
months’follow-up. were maintained at12
months’follow-up.

Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:


Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
signifikan pengaruh pemberian terapi generalis
pada klien dengan masalah gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.
6. Command Hallucinations: Cognitive Hasil Penelitian:
Theory, Therapy, and Research Research shows that cognitive behavior therapy
(CBT) is a promising treatment for hallucinations
Tahun: in general and therefore has a potential role in the
2017 treatment of CH. We propose that the development
of an effective CBT for CH would be enhanced by
Peneliti: a theory specific to this uniquely problematic
Bryne Sarah symptom. In this article we describe and apply such
a theory from evolutionary psychology, namely
Metode Penelitian: social rank theory, and review recent evidence for
Quasy experiment its application to hallucinations in general. Second,
we present a treatment protocol developed in
11

Jurnal: accordance with the principles of the theory


Journal of Cognitive Psychotherapy specifically for CH, and describe an illustrative
Vol 17 case. Finally, we outline the design and
methodology of a new, randomized, controlled trial
currently being undertaken to test the efficacy of
the treatment. Further developments both in the
protocol and in its evaluation are discussed.

Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:


Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
signifikan pengaruh pemberian terapi generalis
pada klien dengan masalah gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.

Tabel 2.1
Tabel State Of art
BAB III

GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian

Pada BAB ini menjelaskan tentang rangkuman asuhan keperawatan yang

dilakukan terhadap Ny. M dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi yang

dilakukan penerapan terapi generalis. Pengkajian keperawatan pada pasien

dilaksanakan dari tanggal 04 – 07 April 2022. Klien Ny. M berumur 39 tahun,

tidak memiliki pekerjaan, status belum menikah, berasal dari Rumbai. Klien

dibawa oleh keluarga ke RSJ Tampan Provinsi Riau dengan keluhan klien gelisah

di rumah bicara sendiri, mengamuk dan mencoba membakar rumah, ingin

memukul orang lain, klien mengalami putus obat 4 bulan, klien sebelumnya

pernah dirawat pada tahun 2021 di RSJ Tampan Provinsi Riau.

Hasil pengkajian keperawatan melalui wawancara diperoleh data klien

mengatakan sering mendengar bisikan yang menghasutnya untuk mondar-mandir,

bisikan itu juga menghasut klien untuk membunuh orang, klien mengatakan

bisikan itu datang ketika siang atau malam hari disaat klien sendiri, klien

mengatakan mendengar bisikan 2x sehari, ketika bisikan itu datang klien kerap

merasa gelisah dan pikirannya menjadi kacau. Klien juga mengatakan sering

marah-marah tanpa sebab dan ketika marah klien melempar barang yang ada

disekitarnya. Klien mengatakan pernah diusir dari rumah pada usia 25 tahun dan

12
13

merasa malu karena selalu gagal dalam mencari pekerjaan dan belum menikah

hingga saat ini.

Hasil pengkajian keperawatan melalui observasi didapatkan data klien

tampak gelisah, bingung, tegang, mondar-mandir dan bicara sendiri. Klien

terkadang juga tampak murung, kontak mata klien kurang, klien sering menunduk

ketika dikaji.

Hasil pemerisaan fisik didapatkan dengan mengkaji tanda-tanda vital,

takanan darah klien 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36 ‘c, respirasi 22

x/menit, tinggi badan klien 158 cm dan berat badan klien 55 kg, bentuk kepala :

meshocepal, rambut : panjang, hitam dan sedikit kotor, mata : simetris antara

kanan dan kiri, hidung : simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen, leher :

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dada : dinding dada simetris kanan dan kiri,

ekstermitas : kaki kanan dan kiri lengkap, tangan kanan dan kiri lengkap, tidak ada

cacat,keluhan fisiknya yaitu klien tidak mempunyai riwayat sakit jantung,

hipertensi, DM.

Diagnosa medis klien skizofrenia, klien mendapatkan terapi medis berupa

Triheksipenidil 2mg/12 jam, yang berpengaruh pada sistem syaraf pusat digunakan

untuk mengontrol dan meringankan sementara gejala insomnia dan ansietas.

Chlorpromazine 1mg/24jam, dapat digunakan untuk mengontrol kelainan

fisiologis dan dapat mengobati masalah perilaku yang berhubungan dengan

perilaku yang mudah tersinggung dan Trifloperazine 5mg/12 jam, dapat digunakan

untuk mengurangi kebingungan dan halusinasi.


14

B. Analisa Data

NO DATA MASALAH

1. Ds: Gangguan persepsi sensori : halusinasi


- Klien mengatakan mendengarkan suara pendengaran
yang menghasutnya untuk mondar-mandir
dan juga mendengar bisikan suara untuk
membunuh orang
- Klien mengatakan suara-suara itu muncul
pada siang dan malam hari disaat sendirian
- Klien mengatakan frekuensi munculnya 2x
sehari
- Klien mengatakan bila mendengar suara
tersebut itu klien merasa gelisah dan
pikirannya kacau
Do:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak bingung
- Klien tampak mondar-mandir
- Klien tampak bicara sendiri
2. Ds: Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan sering marah-marah
tanpa sebab
- Klien mengatakan ketika marah ia
melempar barang
Do:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang

3. Ds: Gangguan Konsep Diri : Harga Diri


- Klien mengatakan merasa malu dan tidak Rendah
dihargai karena tidak mempunyai
pekerjaan dan belum menikah hingga saat
ini
- Klien mengatakan merasa sedih dan tidak
dianggap karena pernah diusir dari rumah
pada umur 25 tahun
Do:
- Kontak mata klien kurang
- Klien tampak murung
- Klien tampak bicara pelan dan sering
menunduk
15

C. Pohon Masalah

(Effect) Resiko Perilaku Kekerasan

(Core Problem) Gangguan Persepsi


Sensori : Halusinasi
Pendengaran

(Causa) Gangguan Konsep Diri :

Harga Diri Rendah

D. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data yang didapatkan maka diagnosa keperawatan yang

muncul yaitu :

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

2. Resiko perilaku kekerasan

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.


BAB IV

PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN

A. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan yang peneliti angkat untuk mengatasi masalah

keperawatan pada Ny. M yaitu:

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

Tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam masalah halusinasi teratasi dengan kriteria hasil:

a. Verbalisasi mendengar bisikan menurun

b. Perilaku halusinasi menurun

c. Menarik diri menurun

d. Melamun menurun

e. Mondar-mandir menurun

Rencana tindakan keperawatan yang akan disusun untuk Ny. M yaitu:

a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik

b. Bersama klien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan

halusinasi sifat, isi, waktu dan frekuensi,

c. Ajarkan klien cara mengontol halusinasi dengan cara menghardik

dan bercakap-cakap

d. Ajarkan klien melakukan kegiatan terjadwal

16
17

e. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasi

f. Bantu klien untuk memastikan klien telah minum obat secara teratur

untuk mengontrol halusinasinya.

B. Implementasi

1. Hari Pertama

Tindakan keperawatan pada klien Ny. M, pertama pada hari Selasa tanggal

05 April 2022 jam 10.30 WIB dengan diagnosa halusinasi pendengaran

dengan tindakan keperawatan yang dilakukan adalah : membina hubungan

saling percaya dengan Ny. M, memberi salam terapeutik, memperkenalkan

nama perawat, menjelaskan tujuan interaksi, menciptakan lingkungan yang

tenang, membuat kontrak yang jelas, dorong dan beri kesempatan klien untuk

mengungkapkan perasaannya, mengidentifikasi jenis halusinasi yang dialami

Ny. M, mengidentifikasi isi halusinasi Ny. M, mengidentifikasi frekuensi

halusinasi yang dialami Ny. M, mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi,

mengidentifikasi respon Ny. M, mengajarkan cara mengontrol halusinasi

dengan cara pertama yaitu menghardik.

Pukul 12.00 WIB mengevaluasi cara pertama dan mengajarkan dengan cara

kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain, dan pada pukul 12.40 WIB

mengevaluasi cara pertama dan kedua. Respon klien, klien mau membina

hubungan saling percaya dengan perawat, klien mampu melakukan SP

pertama yaitu menghardik, untuk SP ke dua yaitu bercakap-cakap klien

kurang mampu memulai pembicaraan.


18

2. Hari Kedua

Pada hari Rabu 06 April 2022, jam 08.00 WIB peneliti melakukan

tindakan : Memberi salam terapeutik. Peneliti menanyakan tentang perasaan

Ny. M, menanyakan tentang halusinasi yang dialami oleh Ny. M apakah

masih terjadi, klien mengatakan halusinasi yang dialaminya sudah tidak

datang lagi. Selanjutnya peneliti mengevaluasi kedua cara yang telah

diajarkan, yaitu menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain dan

memberikan reinforcement positif atas kegiatan yang telah dilakukan,

memasukkan kedalam jadwal harian.

Respon klien, klien mampu melakukan cara SP pertama menghardik

dengan mandiri, klien mampu melakukan cara SP kedua yaitu bercakap-

cakap dengan orang lain, klien juga sudah mampu melakukan SP ketiga yaitu

melakukan aktivitas kegiatan salah satunya kegiatan spiritual seperti

berwudhu dan sholat, klien sudah mulai bisa melakukan setiap gerakan wudhu

dengan urutan yang benar dan melaksanakan sholat dengan khusyuk. Klien

mengatakan sudah sedikit tenang dan nyaman setelah diberikan kegiatan

terjadwal sehari-hari karena klien merasa memiliki kesibukan.

3. Hari Ketiga

Pada hari Jumat 07 April 2022, jam 09.00 WIB peneliti melakukan

tindakan : memberi salam terapeutik. Peneliti kembali menanyakan tentang

perasaan Ny. M, menanyakan tentang halusinasi yang dialami oleh Ny. M

apakah masih terjadi, klien mengatakan halusinasi yang dialaminya sudah


19

tidak ada datang lagi, klien juga mengatakan sudah jarang marah-marah tanpa

sebab. Selanjutnya peneliti mengevaluasi ketiga cara yang telah diajarkan,

yaitu menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain dan melakukan kegiatan

terjadwal, diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasi,

memberikan reinforcement positif atas kegiatan yang telah dilakukan,

memasukkan kedalam jadwal harian.

Respon klien, klien mampu melakukan cara SP pertama menghardik

dengan mandiri, klien mampu melakukan cara SP kedua yaitu bercakap-

cakap dengan orang lain, klien sudah mampu melakukan SP ketiga yaitu

melakukan kegiatan terjadwal dalam beraktivitas sehari-hari. Klien

mengatakan merasa tenang dan nyaman setiap kali selesai melakukan terapi

wudhu. Klien juga sudah mampu melakuan SP keempat yaitu mengenal,

menyebutkan serta meminum obat dengan benar dan teratur tepat waktu.

C. Evaluasi

1. Hari Pertama

Didapatkan pada tanggal 05 April 2022 data subyektif klien mengatakan

perasaannya senang bisa berkenalan dengan perawat, Ny. M mengatakan

suara itu sering muncul, klien mengatakan suara tersebut masih sering muncul

bisa pagi, siang dan malam hari, sehari bisa 2 kali muncul dengan frekuensi

kurang lebih 5 menit, Ny. M mengatakan bersedia diajari cara yang pertama

yaitu menghardik, cara yang kedua bercakap-cakap dengan orang lain dan
20

cara yang ketiga melakukan kegiatan yang terjadwal dalam beraktivitas

sehari-hari.

Secara objektif klien cukup kooperatif saat diajak berinteraksi, Ny. M

mau berjabat tangan, menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan, kontak

mata Ny. M kurang saat interaksi, Ny. M bersedia menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh peneliti, Ny. M bersedia menceritakan masalahnya, Ny. M

memperhatikan cara menghardik, bercakap-cakap, dan melakukaan kegiatan

aktivitas terapi spiritual wudhu yang diajarkan, Ny. M bersedia diarahkan

dalam melakukan kegiatan terjadwal.

Berdasarkan analisa tersebut klien mampu mengungkapkan masalah yang

dihadapi dan mengenal halusinasi yang dialaminya yaitu halusinasi

pendengaran dan dapat mendemonstrasikan cara yang telah diajarkan oleh

perawat, Perencanaan selanjutnya adalah mengevaluasi cara yang telah

diajarkan.

2. Hari Kedua

Evaluasi pada tanggal 06 April 2022, didapatkan data subjektif klien

mengatakan perasaannya senang bisa bertemu dengan perawat lagi, klien

mengatakan masih ingat cara yang diajarkan oleh perawat yaitu menghardik,

bercakap-cakap dan melakukan kegiatan terjadwal, klien mengatakan suara

tersebut sudah tidak ada muncul lagi.

Data obyektif klien terlihat lebih tenang, kontak mata ada, mau

berinteraksi dengan temannya. Analisa didapatkan klien mampu


21

memperagakan cara yang sudah diajarkan oleh perawat, perencanaan perawat

adalah mengevaluasi cara yang telah diajarkan, memotivasi klien untuk selalu

melakukan terapi generalis dengan rutin. Perencanaan selanjutnya adalah

mengevaluasi cara yang telah diajarkan dan mendiskusian dengan klien

tentang obat mengontrol halusinasi.

3. Hari Ketiga

Evaluasi pada tanggal 07 April 2022, didapatkan data subjektif klien

mengatakan perasaannya senang bisa bertemu dengan perawat lagi, klien

mengatakan masih ingat cara yang diajarkan oleh perawat yaitu menghardik,

bercakap-cakap dan melakukan kegiatan terjadwal dalam beraktivitas, klien

mengatakan suara tersebut sudah tidak ada muncul lagi, klien mengatakan

perasaannya tenang setelah melakukan terapi generalis Sp 1-4. Klien

mengatakan telah mengenal obat-obat yang diminumnya, klien mampu

meminum obat teratur dengan tepat waktu.

Data obyektif klien terlihat lebih tenang, kontak mata ada, mau

berinteraksi dengan temannya. Analisa didapatkan klien mampu

memperagakan cara yang sudah diajarkan oleh perawat, perencanaan perawat

adalah mengevaluasi cara yang telah diajarkan. Klien mampu mengenal dan

meminum obat teratur dengan tepat waktu. Intervensi dihentikan, masalah

teratasi. Peneliti memotivasi klien untuk selalu mempraktekkan terapi yang

sudah diajarkan dengan rutin jika halusinasi yang dialaminya kembali muncul.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Ny. M dengan

gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran di RSJ Tampan Provinsi

Riau, maka penulis pada BAB ini akan membahas kesenjangan antara teoritis

dengan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan

yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi.

1. Pengkajian

Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber,

yaitu dari pasien, buku rawatan dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis

mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga pasien

jarang mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa. Maka penulis melakukan

pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka

membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan

observasi kepada pasien. Penulis melakukan pendekatan dan membina

hubungan saling percaya diri pada klien agar klien lebih terbuka dan lebih

percaya dengan menggunakan perasaan.

22
23

Menurut Muhiht (2016) halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa

dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori: merasakan sensori palsu

berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Menurut

penulis, klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek

atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengarkan suara- suara

tetapi pada kenyataannya tidak ada orang yang berbicara.

Halusinasi Pendengaran pada Ny. M adalah faktor psikologis dan

sosiokultural. Keduanya berkaitan dimana hubungan interpersonal yang tidak

harmonis antara klien dan keluarganya, klien pernah diusir dari rumah karena

tidak mendapat pekerjaan, klien mengatakan dirinya mendapat tekanan

didalam keluarganya ia harus menjadi orang sukses. Klien juga malu dengan

umurnya yang sudah 39 tahun masih belum menikah. Hal ini membuat klien

merasa tidak berguna dan lebih suka menyendiri sampai muncullah suara

suara ditelingannya yang mengganggu.

Dalam pengkajian ini, penulis menemukan kesenjangan karena

ditemukan. Pada kasus Ny. M klien mendengar bisikan-bisikan aneh, bicara

sendiri, mengarahkan telinga ke tempat tertentu, tampak mondar-mandir, dan

tampak gelisah. Tanda dan gejala yang muncul tersebut tidak semua

mencakup dengan yang ada diteori klinis dari halusinasi (Elvira, 2020). Akan

tetapi terdapat faktor predisposisi maupun presipitasi yang menyebabkan

kekambuhan penyakit yang dialami oleh Ny. M.


24

Tindakan keperawatan terapi generalis yang dilakukan pada Ny. M adalah

strategi pertemuan pertama sampai pertemuan empat. Strategi pertemuan

pertama meliputi mengidentifikasi isi, frekuensi, jenis, dan respon klien

terhadap halusinasi serta melatih cara menghardik halusinasi. Strategi

pertemuan kedua yang dilakukan pada Ny. M meliputi melatih cara

mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Strategi

pertemuan yang ketiga adalah menyusun jadwal kegiatan bersama-sama

dengan klien. Strategi pertemuan keempat adalah mengajarkan dan melatih

Ny. M cara minum obat yang teratur.

2. Diagnosa Keperawatan

Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada pasien

dengan halusinasi menurut Sianturi, 2021 yaitu :

1. Gangguan Presepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

2. Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

3. Gangguan Konsep Diri : Harga Riri Rendah

4. Isolasi sosial : Menarik Diri

Sedangkan pada kasus Ny. M ditemukan diagnosa keperawatan yang

muncul yang meliputi: Halusinasi Pendengaran, Gangguan Konsep Diri :

Harga Diri Rendah dan Resiko Perilaku Kekerasan. Dari hal tersebut di atas

dapat di lihat terjadi kesamaan antara teori dan kasus. Dimana 3 dari 4

diagnosa pada teori muncul pada kasus Ny. M.


25

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan pada masalah keperawatan gangguan sensori

persepsi: halusinasi pada penelitian ini menggunakan terapi generalis dengan

penerapan melalui strategi pelaksanaan (SP) dan ditambah dengan intervensi

inovasi terapi penerimaan dan komitment (acceptance and commitment

therapy).

Pada intervensi keperawatan yang diterapkan sesuai dengan evidence

based oleh Niatlase (2021) Penerapan Terapi Generalis (SP 1-4) Pada

Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi di Ruang Sibual-bual.

Hasil penelitian menunjukkan setelah diberikan penerapan selama 4 hari

Terjadi peningkatan kemampuan klien dalam mengendalikan halusinasi yang

dialami serta dampak pada penurunan gejala halusinasi pendengaran yang

dialami.

Tindakan generalis halusinasi adalah tindakan terapi alternative setelah

farmakoterapi. Tindakan generalis halusinasi membantu klien mengenal

halusinasi, melatih, menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,

melatih melakukan aktivitas yang terjadwal, serta minum obat secara teratur.

Tindakan generalis halusinasi bertujuan untuk membantu pasien mengenal

halusinasinya dan membantu pasien agar mampu memberdayakan sistem

pendukung untuk mengontrol halusinasinya (Keliat dalam Suheri, 2014).


26

4. Implementasi Keperawatan

Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan

yaitu: diagnosa keperawatan utama : halusinasi pendengaran. Pada diagnosa

keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi dilakukan strategi

pertemuan yaitu mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, perasaan,

respon halusinasi. Kemudian strategi pertemuan yang dilakukan yaitu latihan

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Strategi pertemuan yang

kedua yaitu anjurkan minum obat secara teratur, strategi pertemuan yang

ketiga yaitu latihan dengan cara bercakap-cakap pada saat aktivitas dan latihan

strategi pertemuan keempat yaitu melatih klien melakukan semua jadwal

kegiatan. Menurut penulis tidak menemukan hambatan secara keseluruhan

dalam melakukan tindakan yang dimulai dari SP-1 sampai SP-4 karena klien

kooperatif, mampu mengingat dan mempraktikkan dengan baik.

Implementasi diterapkan sesuai dengan evidence based oleh oleh Niatlase

(2021) Penerapan Terapi Generalis (SP 1-4) Pada Penderita Skizofrenia

Dengan Masalah Halusinasi di Ruang Sibual-bual. Terdapat peberdaan antara

apa yang diterapkan dengan evidence based yakni dalam segi waktu dalam

pemberian terapi generalis. Pada penelitian Niatlase (2021) penerapan terapi

generalis diberikan selama 4 hari, sedangkan pada penerapan kasus ini

penerapan terapi generalis dilakukan selama 3 hari dikarenakan karena klien

mampu kooperatif, mampu mengingat dan mempraktikkan dengan baik.


27

Penulis berasumsi bahwa kefektifan tindakan generalis halusinasi dalam

kasus ini juga didukung oleh karakteristik halusinasi yang dialami oleh klien.

Dalam kasus ini jenis halusinasi yang dialami klien skizofrenia berupa

halusinasi auditori (pendengaran). Jenis halusinasi auditori merupakan jenis

halusinasi yang paling mudah dikenali oleh pasien skizofrenia dibandingkan

jenis halusinasi gabungan atau halusinasi tunggal lain seperti halusinas bau

dan halusinasi visual (Stuart dalam Suheri, 2014).

Hasil penelitian lain yang juga mendukung penelitian ini adalah hasil

penelitian Suheri (2014) yang didapatkan bahwa terapai generalis halusinasi

terbukti mampu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien

skozofrenia dalam mengendalikan halusinasi sehingga menurunkan tanda-

tanda halusinasi.

5. Evaluasi

Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah: Pasien

mempercayai perawat sebagai terapis, pasien menyadari bahwa yang

dialaminya tidak ada objeknya, dapat mengidentifikasi halusinasi, dapat

mengontrol halusinasi melalui mengahardik, latihan bercakap-cakap,

melakukan aktivitas serta menggunakan obat secara teratur (Pardede, 2022).

Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah: Klien mampu

mengungkapkan perasaannya, membina hubungan saling percaya, terbuka

menjadi intensif, klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik, klien mampu melakukan latihan bercakap-cakap dengan orang


28

lain, klien mampu melaksanakan jadwal yang telah dibuat bersama, klien

mampu memahami penggunaan obat yang benar. Selain itu, dapat dilihat dari

setiap evalusi yang dilakukan pada asuhan keperawatan, dimana terjadi

penurunan gejala yang dialami oleh Ny. M dari hari kehari selama proses

interaksi.

B. Keterbatasan Penulisan

Penulis tidak menemukan hambatan secara keseluruhan dalam melakukan

tindakan yang dimulai dari SP-1 sampai SP-4 karena klien kooperatif, mampu

mengingat dan mempraktikkan dengan baik. Hanya saja penulis mendapat sedikit

kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang mengunjungi

pasien di rumah sakit jiwa.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan pada Ny. M tentang

pemberian terapi generalis pada klien dengan masalah gangguan persepsi sensori:

halusinasi pendengaran, maka dapat disimpulkan:

1. Pengkajian yang didapatkan yaitu klien mengatakan sering mendengar bisikan

yang menghasutnya untuk mondar-mandir, bisikan itu juga menghasut klien

untuk membunuh orang, klien mengatakan bisikan itu datang ketika siang

atau malam hari disaat klien sendiri, klien mengatakan mendengar bisikan 2x

sehari, ketika bisikan itu datang klien kerap merasa gelisah dan pikirannya

menjadi kacau.

2. Diagnosa utama yang muncul adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran.

3. Intervensi yang direncanakan yaitu melakukan terapi generalis pada klien

dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

4. Implementasi yang diberikan pada klien adalah sesuai dengan intervensi yaitu

memberikan terapi generalis sampai masalah teratasi dan terdapa perbedaan

dengan peneletian yang terdahulu dalam segi waktu pemberian terapi.

5. Evaluasi menunjukkan adanya penurunan gejala halusinasi yang dialami oleh

Ny. M dari hari kehari selama proses interaksi.

29
30

B. Saran

1. Bagi Perawat

Diharapkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dapat

mengikuti langkah-lahkah SOP terapi generalis dalam proses keperawatan

sesuai dengan pelaksanaan tindakannya yang dilakukan secara sistematis agar

tindakan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

2. Bagi Klien

Diharapkan klien mampu melakukan SP gangguan persepsi sensori:

halusinasi pendengaran yang telah diajarkan oleh penulis disetiap jadwal yang

telah dibuat bersama agar halusinasi tidak kambuh lagi.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil karya ilmiah akhir ini dapat menjadi refrensi lain serta

dapat menjadi acuan untuk dikembangkan kembali dalam asuhan keperawatan

pada pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA

Direja. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Elvira. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. H Dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruang Kampar Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau. Jurnal Poltekkes Kemenkes Riau.

Hartono, Y. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Kristina. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. Y dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Pendengaran di Ruang Kuantan Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau. Jurnal Keperawatan POLTEKKES Riau.

Muhiht. (2016). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori Dan Aplikasi. Jakarta : CV


Andi Offest.

Nurdiana. (2020). Penerapan Terapi Spritual Dzikir pada Tn. A terhadap Kemampuan
Mengontrol Halusinasi Pendengaran di Ruangan Nuri RSJ Prof HB Sa'anin
Padang. Jurnal Kesehatan STIKES Perintis Padang.

Pardede, S. &. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4 Dengan Masalah
Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia. Studi Kasus.

Purnamasari. (2018). Analisis Praktek Klinik Keperawatan Jiwa pada Tn. S dengan
Intervensi Inovasi Hydrotherapy Wudhu terhadap Risiko Perilaku Kekerasan
di Ruang Tiung RSJD Atma Husada Samarinda. Jurnal Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Rahmania. (2016). Pengaruh Terapi Wudhu Sebelum Tidur terhadap Skala Insomnia
pada Remaja di SMA Negeri 7 Prabumutih Sumatera Selatan. Jurnal STIKes
Muhammadiya Palembang.
Rekam Medik MPKP Indragiri. (2022). Data Tahunan Rekam Medik Ruangan MPKP
Indragiri RSJ Tampan Provinsi Riau. Pekanbaru.

Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian


Kesehatan RI.

Sianturi. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. H Dengan Masalah
Halusinasi. Jurnal Keperawatan Jiwa.

Stuart, S. a. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai