Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

N
DENGAN GANGGUAN HALUSINASI STASE KEPERAWATAN JIWA DI
RUANG YUDISTIRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI

Disusun Oleh :

Aulia Dini Fradilla

Dewi Sartika

Febriadi

Mahdalena

Pebri Arliansyah

Rossy Irdawati

Sabri Yunus

PEMBIMBING AKADEMIK :

Ns. Vevi Suryenti Putri, M.Kep

Ns. Daryanto, M.Kep

Ns. Rahmi Dwi Yanti, M.Kep

PEMBIMBING LAPANAGAN :

Ns. Adi Riyanto, S.Kep


PROGRAM STUDI
TINGGI ILMU ILMU KEPERAWATAN
KESEHATAN DAN
BAITURRAHIM PROFESI
JAMBI NERS
TAHUN SEKOLAH
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
utama dinegara-negara maju, modern, dan industri yaitu penyakit degeneratif,
kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Gangguan jiwa merupakan sindrom
atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan
distress atau penderitaan dan menimbulkan kendala pada satu atau lebih fungsi
kehidupan manusia. Salah satu yang termasuk gangguan jiwa adalah
skizofrenia. (Suryenti dkk, 2017).
Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan
penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi
dan waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu
berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari.
(Suryenti dkk, 2011).
Menurut (WHO, 2017) taksiran orang yang mengalami gangguan
kejiwaan mencapai 450 juta jiwa pada kasus pasien skizofrenia. Menurut
(Institute for Health Metrics and Evaluation, 2017) tercatat kondisi global, jika
dilihat dari YLDs (Years Lived with Disability) atau terjadi karena sakit dan
cacat, maka presentase kontributor terbesar masalah mental (14,4%) dari
gangguan lainnya. Kondisi untuk Asia Tenggara jika dilihat dari years lived
with disability kontributor terbesar pada gangguan mental (13,5%) dari
gangguan lainnya (IHME, 2017). Di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa
berat atau skizofrenia mencapai sekitar (6,7%). Dilihat dari tujuh urutan
peringkat pertama terbanyak diduduki oleh provinsi Bali, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Aceh,
dan Jawa Tengah dengan rata-rata (8,7%) hingga (11,1%) (Kemenkes RI,
2019).
Klien yang terdiagnosa skizofrenia mayoritas mengalami gejala
gangguan persepsi sensori halusinasi. Gangguan Persepsi Sensori merupakan
keadaan dalam diri seseorang mengalami sebuah perubahan bentuk dan
jumlah dari rangsangan yang datang dari luar maupun dari dalam dengan
respon yang menurun atau dilebih-lebihkan terhadap rangsangan ini yang
menimbulkan Halusinasi (Shalahuddin, dkk 2021).
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca-indra yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuaman, perabaan dan pengecapan terhadap
sumber yang tidak nyata. Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Budi
Anna Keliat, dkk. 2019)
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi
penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi. Berdasarkan hasil pengkajian di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi khususnya ruang yudistira pada tanggal 02
juni 2022 terdapat 9 dari 15 pasien mengalami halusinasi, 9 pasien mengalami
halusinasi dan resiko perilaku kekerasan dan 1 pasien mengalami halusinasi
dan waham. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien diruang yudistira 15
pasien jiwa diruang yudistira 9 orang pasien mengatakan masih mendengar
suara suara bisikan dan pasien masih belum bisa mengontrol halusinasinya.
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Tn. N penulis tertarik untuk
mengangkat kasus ini dikarenakan penulis ingin mengetahui bagaimana cara
pengobatan dan penanganan pada Tn.N tersebut. di dapatkan hasil bahwan
Tn.N Mengatakan bahwa dirinya sudah sering keluar masuk RSJ. Tn. N
mengatakan bahwa dirinya sering mendenger suara-suara yang mengajaknya
untuk berbicara, dan suara tersebut terkadang membuatnya menjadi sangat
marah dan kesal. Sihingga membuat Tn. N memukul atau melukai dirinya dan
orang lain.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan seminar kasus mengenai asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnose halusinasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang muncul
dalam makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan pada Tn. N dengan diagnosa
Halusinasi”
1.3 Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep dari halusinasi dan asuhan
keperawatan pasien dengan halusinasi.

B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep teoritis mengenai halusinasi
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien halusinasi
3. Untuk mengetahui strategi pelaksaaan pada pasien halusinasi

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dapat meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan diagnosa halusinasi.
2. Manfaat Bagi Pendidikan
Sebagai sumber informasi, bacaan dan referensi mahasiswa keperawatan
tentang cara meningkatkan asuhan keperawatan pada klien dengan
halusinasi
3. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat lebih mengoptimalkan asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnose halusinasi
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Halusinasi


Halusinasi merupakan persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata
tanpa stimulus atau rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca-indra yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuaman, perabaan dan pengecapan terhadap
sumber yang tidak nyata (Budi Anna Keliat, dkk. 2019)

2.2 Etiologi
Menurut Yosep (2014) faktor penyebab halusinasi dibagi menjadi dua yaitu :
1. Faktor presdisposisi
a. Faktor Perkembangan : Tugas perkembangan klien yang terganggu
misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien
tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan
lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural :Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan
sejak bayi sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya
c. Faktor Biokimia : Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
d. Faktor Psikologis : Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih suka
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh : Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat
yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia .
Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya
seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-
sosio spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu :
a. Dimensi Fisik : Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional : Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem
yang tidak dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Klien tida sanggup menentang sehingga klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual : Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami
penurunan fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan,namun menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang
akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial : Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase
awal dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan halusinasinya seolah-
olah itu tempat untuk bersosialisasi.
e. Dimensi Spiritual : Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas
beribadah. Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak
jelas tujuan hidupnya.
2.3 Tanda dan Gejala Halusinasi
Tanda dan gejala pasien halusinasi menurut Keliat (2019) yaitu sebagai
berikut :
Tanda Dan Gejala Mayor

Subjektif Objektif
1. Mendengar suara orang bicara tampa 1. Bicara sendiri
ada orangnya. 2. Tertawa sendiri
2. Melihat orang, benda atau sinar tampa 3. Melihat ke satu arah
ada objeknya
4. Mengarahkan telinga ke arah tertentu
3. Mengirup bau-bauan yang tidak 5. Tidak dapat memfokuskan pikiran
sedap, seperti bau badan padahal tidak
6. Diam sambil menikmati halusinasi
4. Merasakan pengecapan yang tidak
enak
5. Merasakan rabaan atau gerakan badan

Tanda Dan Gejala Minor


Subjektif Objektif
1. Sulit tidur 1. Kosentrasi buruk
2. Khawatir 2. Disorientasi waktu, tempat, orang
3. Takut atau situasi
3. Afek datar
4. Curiga
5. Menyendiri, melamun,
6. Mondar-mandir,
7. Kurang mampu merawat diri

2.4 Jenis- Jenis Halusinasi


Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa jenis
dengan karakteristik tertentu, diantaranya
3. Halusinasi pendengaran (audotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara
orang. Biasanya mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
4. Halusinasi pengelihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran
cahaya,gambaran geometric, gambar kartun, panorama yang luas dan
bayangan yang menakutkan.
5. Halusinasi penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau
busuk, amis, dan bau menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.
6. Halusinasi peraba (taktil)
Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa ada stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.
7. Halusinasi pengecap (gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan sesuatuyang busuk,
amis, dan menjijikan
8. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentuan
urine.

2.5 Rentang Respon Neurobiologik


Rentang respon individu terhadap halusinasi berfluktuasi antara respon
adaptif dan maladaptif seperti pada gambar :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Kelainan


Persepsi akurat Pikiran kadang pikiran/wah
Emosi konsisten Menyimpang ilusi Halusinasi
dengan Emosi berlebihan Ketidakmampuan
pengalaman atau kurang untuk mengalami
Perilaku sesuai Perilaku tidak lazim emosi Perilaku tak
Hubungan social Menarik diri
Harmonis terorganisir Isolasi
Sosial
2.6 Pohon Masalah
Core Problem Resiko Perilaku Kekerasan

Effect
Halusinasi

Causa
Koping Individu Tidak Efektif

2.7 Fase Halusinasi


Menurut stuart dan laraia dalam Prabowo, 2014 menunjukan tahapan
terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase mempunyai
karakteristik yang berbeda yaitu:
a. Fase I : Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian,
dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pkiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas disini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, gerakan mata cepat,dan asyik sendiri.
b. Fase II : Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai
lepas kendali dan mencoba jaga jarak dengan sumber yang dipersepsikan
sehingga timbul peningkatan tanda-tanda vital.
c. Fase III : Pasien menghentikan perlawanan halusinasi dan menyerah pada
halusinasi. Disini pasien sukar berhubungan dengan orang lain, tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain, dan kondisi sangat
menegangkan terutama berhubungan dengan orang lain.
d. Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti
perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri
dan tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari 1 orang.

2.8 Penatalaksanaan Halusinasi


Menurut Yosep (2013) penatalaksanaan halusinasi dibagi menjadi 2 yaitu :
2. Farmakologi (Psikofarmako)
a. Chlorpromazine
1) Indikasi : Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat
dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat
norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi
mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan
sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan
kegiatan rutin.
2) Mekanisme kerja : Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di
otak, khususnya system ekstra pyramidal.
3) Efek samping : Sedasi ; dimana pasien mengatakan merasa melayang-
layang antara sadar atau tidak sadar. Gangguan otonomi (hipotensi)
antikolinergik atau parasimpatik ; seperti mulut kering, kesulitan dalam
miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ektrapiramidal seperti ;
distonia akut, akathsia syndrome parkinsontren, atau bradikinesia
regiditas.
4) Kontra indikasi : Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit
darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris
(panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat),
gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.
5) Penggunaan obat : Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di
berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi
menjadi 1x100mg pada malam hari saja
b. Haloperidol (HLP)
1) Indikasi : Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang
berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi
mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
i. Mekanisme kerja : Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine
pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya system
limbic dan system pyramidal.
2) Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, Gangguan miksi
dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
3) Kontra indikasi : penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang,
perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.
4) Penggunaan obat : Penggunaan obat pada klien dengan kondisi
akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan
3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5
mg.

c. Trihexyphenidil (THP)
1) Indikasi : Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit
parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh
virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom
Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
2) Mekanisme kerja : Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat
kiniden; obat depreson, dan antikolinergik lainnya.
3) Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan),
konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
4) Kontra indikasi : Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap
trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis,
hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.
5) Penggunaan obat : Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan
dosis
3x2 mg sebagai anti parkinson.

3. Non farmakologi
a. Psikoterapi yang dapat membantu klien adalah terapi suportif individu atau
kelompok serta bimbingan praktis. Halusinasi seharusnya ditantang/
dibantah secara langsung. Perawat berusaha agar secara langsung atau
secara bertahap klien kembali ke realita.
b. Terapi Okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan suatu aktivitas atau tugas yang sengaja
dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat & meningkatkan
kemampuan seseorang dan untuk mempermudah belajar fungsi sehari-hari
dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan
lingkungan.
c. Terapi Aktivitas Kelompok merupakan untuk terapi yang dilakukan atas
kelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lainnya,
yang dipimpin/ diarahkan oleh seorang terapis yang membangkitkan
motivasi bagi kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
d. Penerapan strategi pelaksanaan (SP)
SP SP Pasien SP keluarga
1 1. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, 1. Diskusikan masalah yg dirasakan
waktu terjadi, situasi pencetus, dalam merawat pasien
perasaan, respon 2. Jelaskan pengertian, tanda dan
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: gejala, dan proses terjadinya
hardik, obat, bercakap-cakap, halusinasi (gunakan booklet)
melakukan kegiatan 3. Jelaskan cara merawat halusinasi
3. Latih cara mengontrol halusinasi 4. Latih cara merawat halusinasi:
dengan cara menghardik hardik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
5. Anjurkan membantu pasien sesuai
latihan menghardik
jadwal dan memberi pujian
2 1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian. merawat/melatih pasien
2. Latih cara Mengontrol halusinasi menghardik. Beri pujian
dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas obat
minum obat). 3. Latih cara memberikan/
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk membimbing minum obat
latihan menghardik dan minum obat. 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian
3 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan obat. Beri pujian merawat/ melatih pasien
2. Latih cara mengontrol halusinasi menghardik dan memberikan obat.
dengan bercakap-cakap saa terjadi Beri pujian
halusinasi 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk melakukan kegiatan untuk
latihan menghardik, minum obat dan mengontrol halusinasi
bercakap-cakap 3. Latih dan sediakan waktu
bercakap-cakap dengan pasien
terutama saat halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
4 1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik,obat dan bercakap-cakap. merawat/melatih pasien
Beri pujian menghardik, memberikan obat dan
2. Latih caramengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap. Beri pujian
melakukan kegiatan harian (mulai 2 2. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
kegiatan) tanda kambuh, rujukan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 3. Anjurkan membantu pasien
latihan menghardik, minum obat, sesuai jadual dan memberikan
bercakap- cakap dan kegiatan harian pujian

2.9 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian data fokus yang harus dikaji yaitu sebagai berikut :
1. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medic
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor
biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
3. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress
pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengarah
b. Isolasi social
c. Resiko perilaku kekerasan
d. Harga diri rendah

Pohon masalah halusinasi pendengaran menurut Budi Anna keliat 2016

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan Asuhan Keperawatan
Kognitif, klien mampu:
1. Menyebutkan penyebab halusianasi
2. Menyebutkan kan karakteristik halusinasi yang dirasakan: jenis, frekunsi,
durasi, waktu, situasi yang menyebabkan dan respons.
3. Menyebutkan akibat yang timbul dari halusinasi.
4. Menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasi
5. Menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat.
Psikomotor, klien mampu:
1. Melawan halusinasi dengan menghardik.
2. Mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek.
3. Mengalihkan halusinasi dengan distraksi yaitu bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas
4. Minum obat dengan 8 benar, yaitu benar nama, benar obat, benar manfaat,
benar dosis, benar frekuensi, benar cara, benar tanggal kedaluwarsa, dan
benar dokumentasi.
Afektif :
1. Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi.
2. Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan.

Tindakan Keperawatan
Tindakan pada klien
1. Tindakan keperawatan ners

2. Pengkajian: kaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab dan kemampuan


klien mengatasinya. Jika ada halusinasi katakan Anda percaya, tetapi Anda
sendiri tidak mendengar/melihat/menghidu/merasakan.

3. Diagnosis: jelaskan proses terjadinya Halusinasi

Tindakan keperawatan
1. Latih klien melawan Halusinasi dengan menghardik
2. Latih klien mengabaikan Halusinasi dengan bersikap cuek
3. Latih klien mengalihkan Halusinasi dengan bercakap cakap dan melakukan
kegiatan secara teratur
4. Latih klien minum obat dengan prinsip delapan benar yaitu benar nama klien,
benar nama obat, benar manfaat obat, Benar Dosis obat, benar frekuensi, benar
cara, benar tanggal kedaluwarsa dan benar dokumentasi.
5. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan Halusinasi.
6. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan
Halusinasi.
Tindakan pada keluarga
a. Tindakan keperawatan ners
1. kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses terjadinya Halusinasi
yang dialami klien.
3. Diskusikan cara merawat Halusinasi dan memutuskan cara merawat yang
sesuai dengan kondisi klien.
4. Melati keluarga cara merawat Halusinasi:
5. Menghindari situasi yang menyebabkan halusinasi.
6. Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan Halusinasi
sesuai dengan yang dilatih Perawat kepada klien.
7. Memberi pujian atas keberhasilan klien.
8. Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk bercakap cakap secara
bergantian, memotivasi klien melakukan latihan dan memberi pujian atas
keberhasilan nya.
9. Menjelaskan tanda dan gejala Halusinasi yang memerlukan rujukan segera
yaitu isi Halusinasi yang memerintahkan kekerasan, serta melakukan
Follow up Ke pelayanan kesehatan secara teratur.

Tindakan pada kelompok klien


a. Tindakan keperawatan ners: TAK stimulasi persepsi untuk Halusinasi
1. Sesi 1: mengenal Halusinasi (jenis, isi, frekuensi, waktu, situasi, respons).
2. Sesi 2: melawan Halusinasi dengan menghardik.
3. Sesi 3: melawan Halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal.
4. Sesi 4: Melawan Halusinasi dengan bercakap cakap dan de-Ekskalasi.
5. Sesi 5: patuh 8 benar minum obat (benar nama klien, benar nama obat,
benar Dosis, benar waktu pemberian, benar cara, benar manfaat, benar
kedaluwarsa dan dokumentasi).

Tindakan kolaborasi
1. Satu. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR & TBaK.

2. Memberikan program terapi dokter (obat). Edukasi delapan benar pemberian


obat dengan menggunakan konsep safety pemberian obat.
3. Mengobservasi manfaat dan efek saming obat. Discharge planning
1. Menjelaskan rencana persiapan Pasca Rawat di rumah untuk mendirikan
kalian.
2. Jelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
3. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.
Evaluasi
1. Menurunkan tanda dan gejala Halusinasi
2. Meningkatkan kemampuan kalian mengendalikan Halusinasi.
3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
Rencana tindak lanjut
1. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri Perawat spesialis
keperawatan jiwa.
2. Rujuh klien dan keluarga ke Case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di Pukesmas, pelayanan kesehatan Sekunder dan Tersier di rumah
sakit.
3. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swa bantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.
BAB 3
LAPORAN KASUS

Klien datang ke IGD diantar oleh keluarnya dengan keluhan gelisah. Klien
merasa gelisah, ngoceh-ngoceh sendiri, ngamuk, marah-marah ± 1 minggu SMRS.
Klien keluyuran dan meresahkan warga sekitar. Klien dilaporkan oleh warga
karena mengganggu lingkungan dan merusak fasilitas umum. Keluarga
mengatakan klien sulit diarahkan, sulit tidur, mudah emosi, marah-marah tanpa
sebab dan suka mengancam. Warga sekitar merasa ketakuta karena terdapat
perilaku kekerasan pada pasien sehingga meresahkan warga. Klien merupakan
pasien rawat ulang, terakhir dirawat februari 2022. Klien mengatakan sudah 4 kali
dirawat di RSJ Berdasarkan hasil pengkajian klien mengatakan ia sudah menikah,
dengan laki-laki cina dan memiliki anak. Klien suaminya selingkuh dan dirinya
juga selingkuh dan sekarang meraka sudah bercerai. Klien mengatakan jika
dirinya dipaksa untuk terus berhubungan dengan suaminya. Klien mengatakan
tinggal bersama anaknya dirumah namun anaknya sering mengunci dia dirumah
sandirian saat anaknya berkerja. Pada saat pengkajian klien mengatakan sedih jika
mengingat hal tersebut kembali dan ekspresi klien tampak sedih.
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. N
Umur : 33 Tahun
No. CM 085309
Tanggal MRS : 18 februari 2022
Tanggal Masuk
Ruang : yudistira

B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI


Klien dating ke IGD diantar oleh orang dinsos dari merangin dengan
keluhan gelisah. Klien merasa gelisah, menangis dan berteriak, mengamuk,
memukul temannya dan memukul diri sendiri. Klien keluyuran dan
meresahkan warga sekitar. Klien dilaporkan oleh warga karena
mengganggu lingkungan dan merusak fasilitas umum. Keluarga
mengatakan klien sulit diarahkan, sulit tidur, mudah emosi, marah- marah
tanpa sebab dan suka mengancam. Warga sekitar merasa ketakuta karena
terdapat perilaku kekerasan pada pasien sehingga meresahkan warga. Klien
merupakan pasien rawat ulang.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
YA
TIDAK
2. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil Tidak berhasil
Kurang berhasil
3. Anggota keluarga yang gangguan jiwa
YA
TIDAK
Jika ada
Hubungan keluarga : -
Gejala :-
Riwayat pengobatan : -
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan sudah sering keluar masuk RSJ. Klien mengatakan
bahwa dirinya ingin sekali kuliah, berdasasrkan cerita yang disampaikan
oleh klien, klien mengatakan bahwa dulu dirinya pernah berkuliah di
salah satu universitas. Namun dikarenakan terkendala oleh biaya maka
klien harus berhenti untk kuliah.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
HR : 76 x/i
S : 36.7 oC
RR : 20 x/i
2. Ukur
BB : Kg
TB : cm
3. Keluhan fisik
Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Klien

Jelaskan :
Klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, sebelumnya klien tingggal
bersama orang tuanya.
Konsep Diri:
a. Citra Tubuh :
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya karena masih
berfungsi dengan normal semua.
b. Identitas :
Klien mengatakan namanya adalah Nopri dan klien merupakan
seorang anak.
c. Peran :
klien mengatakan bahwa ia merupakan anak laki-laki dan saat ini
belum menikah.
d. Ideal Diri :
Klien mengatakan tidak puas dengan kehidupannya. Karena klien
ingin kuliah seperti dulu.
e. Harga Diri :
Klien mengatakan merasa sedih dan malu dengan kondisinya.

2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam kehidupannya
adalah kedua orang tua.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
klien mengatakan semenjak sakit dirinya tidak pernah lagi
mengikutu kegiatan yang ada di masyarakat ataupun lingkungan
sekitar.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan bahwa hubungan dengan orang lain kurang.
Karena klien dulu pernah di rawat di RSJ sehingga membuat warga
menjadi sedikit takut.

3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien merupakan seorang yang beragama islam, klien juga
meyakini adanya tuhan
b. Kegiatan ibadah
Saat dalam masa perawatan di RSJ klien mengatakan selalu shalat
dan berdoa.

F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, toileting,
dan pemakaian sarana / prasarana atau instrumentasi dalam mendukung
penampilan, apakah klien:
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Pada saat pengkajian penampilan klien dalam berpakaian rapi, bersih, toileting,
mandi dan penggunaan sarana/prasarana pendukung tampak sesuai.
2. Pembicaraan

Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
Klien kalau di ajak berkomunikasi bisa menjawap dengan baik dan tidak lambat,
klien juga bisa diajak berinteraksi dalam waktu yg cukup lama dan tetap fokus.
3. Aktivitas motorik
Lesu Tik
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Jelaskan :
Klien mengatakan bisa melakukan kegiatan sehari-hari. Dan berdasarkan dari
observasi klien merupakan salah satu pasien yang sangat aktiffv dalam
bergerak.
4. Alam perasaan
Sedih Khawatir
Ketakutan Gembira berlebihan
Putus asa
Jelaskan :
Pada saat pengkajian ekspresi klien tampak sedih dan ketika sudah
bernyanyi klien tampak gembira berlebihan
5. Afek
Labil Datar
Tumpul Tidak sesuai

6. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Kontak mata
kurang
Tidak kooperatif Curiga
Mudah tersinggung
Jelaskan:
Pada saat berinteraksi kontak mata klien kurang, klien lebih
banyak menunduk pada saat bercerita,

7. Persepsi - Sensorik
Halusinasi / Ilusi ?
Ada / Tidak ?
Pendengaran Pengecapan
Penglihatan Penghidu
Perabaan
Jelaskan
Data Subjektif
Isi Halusinasi : Klien mengatakan mendengar suara-suara
mengajak dia berbicara (mengobrol)
Frekuensi : Klien mengatakan saat dirumah sakit suara-
suara tersebut sesekali terdengar.
Waktu : Ketika klien sendirian terkadang suara-suara
tersebut muncul
Respon : Saat halusinasi datang pasien hanya
menggelengkan kepalanya untuk mengusir suara-suara tersebut.
Data Objektif : . Pada saat diluar ruangan klien tampak tenang
mau mengikuti kegiatan. pada saat didalam ruangan klien tampak
gelisah sering bernyanyi dan tampak mondar mandir Pada saat
berbincang- bingcang klien tampak koperatif

Masalah Keperawatan:
Gangguan Persepsi-sensori: pendengaran
8. Isi pikir
Obsesi Depersonalisasi
Phobia Ide yang terkait
Hipokondria Pikiran magis
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar pikir
Curiga Kontrol pikir
Jelaskan :
Masalah Keperawatan: Tidak ada

9. Proses pikir
Circumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulangan
pembicaraan/ perseverasi

Jelaskan :
Pada saat pengkajian klien mampu menjawab sesuai apa yang ditanyakan
oleh perawat, dan mampu mencapai tujuan saat berinteraksi, pertanyaan
yang diulang-ulang, terkadang pembicaraan klien meloncat dari satu
topik ke topik yang lain. Dan sesekali klien terdiam saat ingin
menceritakan tentang masa lalunya.

10. Tingkat Kesadaran


Bingung Disorientasi waktu
Sedasi Disorientasi orang
Stupor Disorientasi tempat
Jelaskan :
Kesadaran klien composmentis. Klien dapat mengorientasikan orang dan tempat, klien
mengetahui saat ini sedang berada di rumah sakit jiwa, klien juga mengetahui sedang berbicara
dengan perawat. Pada saat pengkajian klien meminta untuk bernyanyi bersama.

11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat saat
jangka panjang ini
Gangguan daya ingat Konfabulasi
jangka pendek
Jelaskan :
Klien mampu untuk menjelaskan hal-hal yang terjadi di masa lalu dan
sekarang.

12. Daya Tilik Diri


Menginkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : klien tidak menginkari penyakit yang sedang di derita.

13. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung


Mudah beralih
Tidak mampu berhitung
Tidak mampu berhitung sederhanan
Jelaskan :
Klien mampu berkonsentarasi dalam berhitung.

14. Kemampuan Penilaian


Gangguan Ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
Klien dapat membedakan hal yang baik dan buruk.

G. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

Makanan Transportasi
Keamanan Tempat Tinggal
Perawatan Kesehatan Uang
Jelaskan :
Klien mampu untuk makan dengan sendiri, klien juga dapat untuk mengambil
minumnya dengan sendiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

2. Kegiatan hidup sehari-hari


a. Perawatan diri
Mandi BAK / BAB
Kebersihan Ganti pakaian
Makan
Jelaskan :
Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri mulai dari
mandi, berpakaian, menggosok gigi, menggunting kuku, makan dan
minum serta BAB dan BAK. Klien juga tampak rapi. Klien selalu
mengganti pakaian setelah mandi.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda?
Ya
Tidak
Frekuensi makan sehari : .3 kali
Frekuensi kedapan sehari : 3 kali

Nafsu makan :
Meningkat Berlebihan
Menurun Sedikt-Sedikit
Berat
bada
n:
Men
ingk
at
Men
urun
BB terendah : .......... Kg BB tertinggi
............. Kg
Jela
ska
n:
Pada saat dilakukan pengjakian tidak ada penurunan maupun
kenaikan berat badan.

b. Tidur
Apakah ada masalah tidur ? YA
Apakah merasa segar setelah bangun tidur ? YA
Apakah ada kebiasaan tidur siang? YA
Lama tidur siang : 1 JAM
Apa yang menolong tidur ? -
Tidur malam jam : 22.00 WIB , berapa jam :
8 Jam
Apakah ada gangguan
tidur ?
Sulit untuk tidur Terbangun
saat tidur Bangun terlalu pagi
Gelisah saat tidur Somnambulisme
Berbicara saat tidur
Jela
ska
n:
Klien mengatakan memiliki masalah pada saat tidur, saat setelah bangun
tidur klien merasa segar dan klien memiliki kebiasaan tidur siang, biasanya
klien tidur siang ± 1 jam. Klien biasa tidur malam dari pukul 22.00 wib-
pukul 06.00 WIB,
± 7 jam.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
masalah

c. Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
Klien mengonsumsi obat dengan bantuan minimal yaitu
dibantu oleh perawat.
3. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung
Jelaskan:
Saat ini klien membutuhkan perawatan lanjutan di rumah sakit jiwa (ruang
yudistira).
4. Aktifitas Didalam Rumah
YA TIDAK
Mempersiapjan makanan
Menjaga kerapian rumah
Mencuci piring

5. Aktifitas Diluar Rumah


YA TIDAK
Belanja
Trasfortasi
Lain-lain

H. MEKANISME KOPING
Adaptif: Maladaptif:
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Berkerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Menciderai diri
Beribadah
Lainnya:........................

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok/keluarga, uraikan

Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan


Saat ini di RSJ klien tidak ada masalah dengan lingkungan, perawat,
dan teman sesama pasien
Masalah berhubungan dengan pendidikan, uraikan
Klien mengatakan dahulu pernah kuliah.
Masalah berhubungan dengan pekerjaan, uraikan
Klien mengataka dahulu berkerja dikebun
Masalah berhubungan dengan perumahan, uraikan
Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan, uraikan
Masalah berhubungan dengan lainnya, uraikan

K. ASPEK MEDIS
Diagnosis medis : Skizofernia
Terapi medis : -Olanzapine 5ml 2x1
-Lorazepam 2ml 1x1

L. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

ANALISA DATA

No Masalah

1 Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

2 Resiko perilaku kekerasaan


DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nama Pasien : Tn. N


Ruang/Kamar : Yudistira
2. Umur : 33 Tahun No Rekam Medik :

Tanggal Paraf No Diagnosa keperawatan Tanggal Paraf


ditetapka perawat teratasi perawat
n
02-juni- 1 Gangguan persepsi sensori :
2022 halusinasi pendengaran

2 Resiko Perilaku Kekerasan

FORMAT CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN

Hari/tanggal/jam Diagnosa Evaluasi keperawatan Paraf


keperawatan
Kamis, 02-juni-22 Gangguan persepsi S : - klien mengatakan ada yang
Pengkajian Pada sensori : halusinasi mengajaknya mengobrol
Tn. N pendengaran
O : - klien tampak bicara sendiri
- Klien tampak tertawa
sendidri
- Klien mondar-mandir
- Afek datar
- Klien tampak melamun

A : gangguan persepsi sensori :


‘’halusinasi pendengaran’’
-Klien mengatakan bahwa ia
mendengar suara
P :-Kaji tanda dan gejala
halusinasi penyebab,dan
kemampuan klien
mengatasinya,jika ada
halusinasi katakan pada
pasien bahwa itu tidak
nyata.
-tidak mendukung dan
membantah halusinasi klien

N Hari/Tanggal Jam Implementasi Hasil Paraf


o
Kamis,02 juni 14.00-15.00 Bina hubungan saling percaya
2022 WIB

Hari/tanggal/jam Diagnosa Evaluasi keperawatan Paraf


keperawatan
Jumat, 03-juni- Gangguan persepsi S : - klien mengatakan ada yang
2022 sensori : halusinasi mengajaknya mengobrol
pendengaran tentang bola

O:- Klien masih berbicara


sendiri
- Klien masih mondar-
mandir
- Afek datar
- Klien tampak tertawa
sendiri

A : gangguan persepsi sensori :


‘’halusinasi pendengaran’’
-Klien mengatakan bahwa ia
mendengar suara

P : Halusinasi dapat diatasi


dengan latih klien
menghardik

Hari/tanggal/jam Diagnosa Evaluasi keperawatan Paraf


keperawatan
Sabtu, 04-juni- Gangguan persepsi S : - klien mengatakan merasa
2022 sensori : halusinasi lebih tenang
pendengaran
O:- Klien relative tenang
- Klien berbicara sendiri
- masih mondar-mandir

A : gangguan persepsi sensori :


‘’halusinasi pendengaran’’

P : Anjurkan klien untuk


bercakap-cakap dengan
orang lain.
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS
JIWA

N DIAGNOSA TUJUAN RENCANA ASUHAN RASIONAL PARAF


O KEPERAWATA KEPERAWATAN TINDAKAN
N
1 Gangguan Setelah dilakukan a. kaji tanda dan gejala a. mengkaji tanda dan
persepsi sensori : pengkajian keperawatan halusinasi, penyebab, gejela
halusinasi di harapkan klien dan kemampuan klien halusinasi,penyebab,
pendengaran mampu: mengatasinya. dan kemampuan klien
- menyebutkan b. jelaskan proses mengtasinnya.
penyebab halusinasi terjadinya halusinasi b. menjelaskan proses
- menyebutkan c. tidak mendukung dan terjadinya halusinasi
karakteristik halusinasi membantah halusinasi c. tidak mendukung
yang dirasakan: klien dan membantah
jenis,isi,waktu,dan d. latih klien melawan halusinasi klien
situasi yang halusinasi dengan cara d. melatih klien
menyebabkan menghardik melawan halusinasi
halusinasi e. latih klien dengan cara
- menyebutkan akibat mengabaikan halusinasi menghardik
yang ditimbulkan dari dengan bersikap cuek e. melatih klien
halusinasi f. latih klien mengabaikan
- menyebutkan cara mengalihkan halusinasi halusinasi dengan
yang selama ini dengan bercakap-cakap bersikap cuek
digunakan untuk dan melakukan kegiatan f. melatih klien
mengendalikan secara teratur mengalihkan halusinasi
halusinasi g. latih klien minum dengan bercakap-cakap
-klien mampu melawan obat dengan prinsip 8 dan melakukan
halusinasi dengan cara benar. kegiatan secara teratur.
menghardik h. diskusikan manfaat g. melatih klien minum
-mengabaikan yang didapatkan setelah obat dengan prinsip 8
halusinasi dengan cuek mempraktikkan cara benar.
mengendalikan h. mendiskusikan
halusinasi manfaat yang
i. beri pujian pada klien didapatkan setelah
saat mampu mempraktikkan
mempraktikkan latihan halusinasi.
halusinasi i. memberi pujian pada
klien saat mampu
memparaktikkan litihan
halusinasi.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format


pengkajian perawatan jiwa yang telah di tetapkan. Data yang dikumpulkan
berdasarkan wawancara langsung dengan klien, dari data catatan keperawatan dan
medis ditemukan kesenjangan antara data-data teoritis dengan apa yang didapat
dengan kasus dilapangan. Pengumpulan data yang dilakukan hanya melalui
wawancara dengan klien, observasi dan dari pendokumentasian keperawatan
diruangan.
Setelah melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi di Ruang Yudistira RSJD Jambi mulai dari tanggal 02
Juni 2022 ditemukan beberapa kesenjangan antara konsep teoritis dengan studi
dilapangan yang dilakukan oleh penulis maka dari itu penulis akan membahas
kesenjangan tersebut. Tanda dan gejala menurut teori antara lain berbicara,
senyum, dan ketawa sendiri, pergerakan mata cepat, respon verbal lambat,
menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain,
tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata,
terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, perhatian
dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi
dengan pengalaman sensorinya, curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang
lain dan lingkungannya) dan takut, sulit berhubungan dengan orang lain, ekspresi
muka tegang, mudah tersinggung, jengkel, marah, dan tidak mampu mengikuti
perintah. Sedangkan pada klien data yang ditemukan yaitu klien tampak sering
melamun, berbicara atau ngoceh- ngoceh sendiri, kadang tampak sedih dan
mengatakan melihat bayangan aneh tanpa wujudnya.
Faktor presitipasi Klien dating ke IGD diantar oleh orang dinsos dari
merangin dengan keluhan gelisah. Klien merasa gelisah, menangis dan berteriak,
mengamuk, memukul temannya dan memukul diri sendiri. Klien keluyuran dan
meresahkan warga sekitar. Klien dilaporkan oleh warga karena mengganggu
lingkungan dan merusak fasilitas umum. Keluarga mengatakan klien sulit
diarahkan, sulit tidur, mudah emosi, marah- marah tanpa sebab dan suka
mengancam. Warga sekitar merasa ketakuta karena terdapat perilaku kekerasan
pada pasien sehingga meresahkan warga. Klien merupakan pasien rawat ulang.

Klien mengatakan sudah sering keluar masuk RSJ. Klien mengatakan bahwa
dirinya ingin sekali kuliah, berdasasrkan cerita yang disampaikan oleh klien, klien
mengatakan bahwa dulu dirinya pernah berkuliah di salah satu universitas. Namun
dikarenakan terkendala oleh biaya maka klien harus berhenti untuk kuliah.
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dimana
perawat dengan pendidikan dan pengalamannya mampu dan mempunyai izin untuk
mengatasinya. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada kasus ini adalah
gangguan sensori persepsi : halusinasi penglihatan. Pada kasus dikatakan alasan k lien
merasa gelisah, menangis dan berteriak, mengamuk, memukul temannya dan
memukul diri sendiri.
Perencanaan keperawatan yang disusun mengacu pada tinjauan teori dan
disesuaikan dengan kondisi klien. Rencana keperawatan yang dapat disusun pada
Tn.N adalah dengan halusinasi penglihatan. Pada masalah halusinasi ini penulis
merencanakan intervensi keperawatan yaitu membina hubungan saling percaya,
membantu klien mengenali halusinasi melatih klien mengontrol halusinasi dengan
menghardik halusinasi untuk halusinasi penglihatan. Setelah dilakukan intervensi ini
klien mengatakan dirinya merasa lega setelah bercerita dan latihan menghardik
halusinasi. Selanjutnya penulis melakukan evaluasi dari kegiatan menghardik, klien
kelihatan tampak bisa melakukan kegiatan menghardik sendiri secara mandiri, serta
melatih klien untuk mengontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur.
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Klien dilatih untuk mengatakan
tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya.
tindakan menghardik terbukti mampu mengontrol halusinasi dimana terjadi
penurunan tanda dan gejala halusinasi dan terjadi peningkatan pasien dalam
mengontrol halusinasi. Fenomena masalah yang terjadi pada penderita gangguan
jiwa halusinasi tidak bisa dianggap enteng dan sebelah mata, hal tersebut harus
adanya perhatian dan kerjasama untuk menanggulangi halusinasi (Pratiwi 2018).
Menurut hasil riset Karina (2013) saat melakukan terapi menghardik
responden menjadi lebih fokus dan berkonsentrasi pada halusinasinya. Sehingga
memungkinkan beberapa zat kimia di otak seperti dopamine neurotransmitter
tidak berlebihan. Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul
atau tidak memperdulikan halusinasinya. Jika bisa dilakukan dengan baik dan
benar, maka klien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi
yang muncul.
Menurut Karina Anggraini, dkk dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh
Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar Pada Pasien
Skizofrenia di RSJD Dr. Aminogondohutomo Semarang” penelitian ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh menghardik terhadap penurunan tingkat
halusinasi dengar, dengan p-value 0,000. Seluruh responden 40 (100%)
mengalami penurunan halusinasi dengar ringan setelah dilakukan terapi
menghardik dengan menutup telinga.
Hal yang sama disampaikan oleh Is Susilaningsih tahun (2019) dalam
jurnalnya yang berjudul “Penerapan Strategi Pelaksanaan: Teknik Menghardik
Pada Ny.T Dengan Masalah Halusinasi Pendengaran” didapatkan hasil yang
maksimal ini didukung oleh beberapa faktor, seperti faktor internal yaitu
pendidikan, umur dan motivasi memudahkan Ny. T menyerap pengetahuan
mengenai cara mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.
Lidia Kumala Dewi dan Yuni Sandra Pratiwi tahun (2021) dalam jurnal yang
berjudul “Penerapan Terapi Menghardik Pada Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran” Kesimpulan studi kasus ini bahwa terapi menghardik
efektif dalam menurunkan tanda gejala halusinasi dan meningkatkan kemampuan
mengontrol halusinasi. Saran bagi perawat diharapkan dapat menerapkan terapi
menghardik sebagai upaya mengontrol halusinasi.
Murni Pratiwi dan Heri Setiawan tahun (2018) dalam jurnal yang berjudul
“Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Klien
Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa” Hasil penelitian menunjukan bahwa Hasil
evalaluasi terhadap masalah klien skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pada Sdr. Sa dan Sdr. So didapatkan bahwa efektifitas setelah dilakukan
latihan menghardik halusinasi terhadap kedua klien ditunjukan dengan adanya
penurunan tanda gejala yang terdapat pada klien Sdr. Sa yaitu 87% sedangkan
pada Sdr. So yaitu 67%.
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa hasil jurnal diatas bahwa cara menghardik
itu memiliki efektifitas untuk pasien halusinasi dalam menurunkan tanda dan gejala
maupun tingkatan dari halusinasi itu sendiri. Sehingga diharapkan perawat Rumah
Sakit dapat menerapkan cara menghardik sebagai salah satu intervensi jika ada pasien
yang mengalami halusinasi penglihatan.
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. N dengan
halusinasi di RSJD Jambi maka dari asuhan keperawatan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Skizofrenia adalah penyakit mental
kronis yang menyebabkan gangguan proses berpikir yang terjadi karena
penggunaan zat adiptif dalam jangka panjang gangguan konsep diri,
dengan ciri khas ketakutan atau menyendiri, marah-marah tanpa sebab,
menutup muka dan lain-lain. Keadaan ini di jumpai pada Tn. N. Untuk itu
diperlukan intervensi dan implementasi yang tepat untuk mengatasinya.
Pengkajian yang dilakukan pada klien menggunakan teknik wawancara
pada klien. Dilakukan pemeriksaan fisik, observasi dan status klien.
Berdasarkan wawancara serta kesehatan masa lalu maka dapat menegakkan
diagnosa actual tentang asuhan keperawatan yang perlu dilakukan sesuai
dengan kondisi klien sekarang. Pada tahap evaluasi disesuaikan dengan
kriteria yang ingin dicapai dan keluhan dari pasien sendiri (DS) serta dari
observasi penulis (DO), dimana evaluasi yang digunakan yaitu menggunakan
pendekatan SOAP.
2. Saran
a. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dengan adanya adanya laporan ini diharapkan dapat dijadikan
referensi untuk meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa halusinasi.
b. Manfaat Bagi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumber informasi, bacaan dan referensi mahasiswa
keperawatan tentang cara meningkatkan asuhan keperawatan pada
klien dengan halusinasi.
c. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan agar dapat lebih mengoptimalkan asuhan keperawatan
pada klien dengan diagnosa halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurkhman, R.N. Maulana M.A (2022). Psikoreligius Terhadap Perubahan


Persepsi Sensorik Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di RSUD
Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Jurnal Educatiom and Development
Institut Pendidikan Tapanuli Selatan.
Gasril, P. Suryani, & Sasmita, P. (2020). Pengaruh Terapi Psikoreligious: Dzikir
dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia yang
Muslim di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi.
Prof. Dr. Budi Anna Keliat, dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa : EGC
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Medical Book Numed.
Yosep, Iyus. 2013. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama
Yosep, Iyus. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai