SEMINAR KASUS
1. Dinda Ayunda,
Disusun S.Kep
Oleh
2. Faradilla Niken Andarike, S.Kep
3. Eghie Devhi Melinda, S.Kep
4. Sri Wahyuni Zulkarnaini, S.Kep
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan jiwa
memiliki rentang respon adaptif yang merupakan sehat jiwa, masalah psikososial,
dan respon maladaptif yaitu gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun 2014).
Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam berpikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Menurut
Malim (2002) Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab. Umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental,
karakteristik dari pikiran dan persepsi, adanya afek yang tidak wajar atau tumpul
(Yusuf, dkk, 2015). Berdasarkan hasil survey World Healt Organization (WHO
2013) menyatakan hampir 400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan
jiwa. Satu dari empat anggota keluarga mengalami gangguan jiwa dan seringkali
tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak memperoleh perawatan dan
pengobatan dengan tepat. Data Riset Kesehatan Dasar (2013) prevalensi gangguan
jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di
DI Yogyakarta (2,7 per mil), Aceh (2,7 per mil), Sulawesi Selatan (2,6 per mil),
Bali (2,3 per mil), Jawa Tengah (2,3 per mil), Bangka Belitung (2,2 per mil), Nusa
Tenggara Barat (2,1 per mil), Bengkulu (1,9 per mil) dan Sumatera Barat urutan ke
sembilan dengan jumlah (1,9 per mil) (Riskesdas, 2013).
Seseorang mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan
pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi,
kemauan, keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga mengganggu dalam
proses hidup di masyarakat dan timbulah perasaan tertekan. Hal ini ditandai dengan
menurunnya kondisi fisik akibat gagalnya pencapaian sebuah keinginan yang akan
menurunnya semua fungsi kejiwaan. Perasaan tertekan atau depresi akibat gagalnya
seseorang dalam memenuhi sebuah tuntutan akan mengawali terjadinya
penyimpangan kepribadian yang merupakan awal dari terjadinya gangguan jiwa
(Nasir, 2011).
Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah tanpa
sebab, bicara atau tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, maka
perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi pelaksanaan yang
tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan
holistik pada asuhan klien. Peran perawat dalam menangani halusinasi antara lain
melakukan penerapan standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan
melatih keluarga untuk merawat klien dengan halusinasi. Menurut Keliat (2007)
Strategi pelaksanaan pada klien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi,
mengajarkan klien menghardik halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-
cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal
untuk mencegah halusinasi (Afnuhazi, 2015).
Hasil penelitian Sari (2014) tentang Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang
Perawatan Pasien Halusinasi dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Halusinasi di
Rumah menyatakan kesadaran dan pengetahuan keluarga yang tinggi tentang
kesehatan, belum menjamin praktek tentang kesehatan atau perilaku hidup keluarga
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Perlu dilakukan upaya peningkatan
lingkungan baik fisik maupun nonfisik sebagai penunjang pengetahuan yang ada yang
dapat membawa perubahan perilaku keluarga dalam merawat pasien halusinasi.
Keluarga belum tentu berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga
tidak ada perbedaan yang signifikan pada frekuensi kekambuhan pada keluarga
dengan tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah. Keluarga yang aktif menerima
informasi, berdiskusi dan adanya komunikasi dua arah antara keluarga dan perawat
yang berjalan dengan baik akan meningkatkan perilaku keluarga yang dapat
menunjang kesembuhan dan meminimalkan resiko terjadinya kekambuhan pasien
halusinasi (Sari, 2014).
Proses keperawatan merupakan sarana kerja sama dengan klien, yang
umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada
proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari peran perawat sehingga
kemandirian klien dapat dicapai. Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu
pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi dan diselesaikan (Keliat, 2011).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien berfungsi utuh sebagai
manusia (Dalami, 2010). Sehingga klien dapat mencapai kesembuhan yang optimal
dari penyakit yang dideritanya agar dapat menyatu kembali dalam lingkup kehidupan
yang sesuai. Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan asuhan
keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari seminar kasus ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami serta menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada
klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana tindakan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan pada
klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
C. Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka makalah seminar
kasus ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan terutama bagi
mahasiswa yang dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang
bagaimana merawat klien dengan kasus gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP TEORITIS
1. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghidu ( Direja, 2011). Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori
tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan ( Dalami, dkk,
2014). Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata
(Kusumawati, 2012).
2. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Cendrawasih
A
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya factor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang berulang,
kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
1) Biologis
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai
berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja yang
sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak
tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab
suara.
b. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda
mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah :
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu dan
monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
5. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiology termasuk (Dalami, dkk, 2014):
6. Penatalaksanaan Halusinasi
Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien
dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan
sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Struat, Laraia (2005) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang mengalami
halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain (Muhith,
2015).
1) Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah
obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
Kelas kimia Kelas kimia Kelas kimia
Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol ) 1-100 mg
Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil) 300-900
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Penerapan Strategi Pelaksanaan
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
a) Melatih klien mengontrol halusinasi :
(1) Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
(2) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
(3) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
(4) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
f. Psikososial
1) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien biasanya mampu
menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit, saat
dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien
memilki harga diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
kehidupan sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif
klien
h. Kebutuhan persiapan klien pulang
1) Makan
Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak
memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki
minat dan kepedulian.
2) BAB atau BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta kemampuan klien
untuk membersihkan diri.
3) Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali.
4) Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
5) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya istirahat
klien terganggu bila halusinasinya datang.
6) Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan sistem
pendukung sangat menentukan.
7) Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam rumah seperti menyapu.
i. Aspek medis
1) Diagnosa medis : Skizofrenia
2) Terapi yang diberikan
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya diberikan
antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin
(TFZ), dan anti parkinson trihenskiphenidol (THP), triplofrazine arkine.
j. Pohon Masalah
Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai berikut
(Prabowo, 2014).
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
Resiko perilaku kekerasan (efek)
3. Intervensi keperawatan
a. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
SP 2 : Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan
obat. SP 3 : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap.
SP 4 : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas.
b. Rencana Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon terhadap halusinasi.
2) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
3) Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik,
meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, dan
menguatkan perilaku pasien.
4) Menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak digunakan
sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapat obat/
berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar jenis,
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
5) Bercakap –cakap dengan orang lain.
TINJAUAN
KASUS
b. Pengobatan Sebelumnya
Klien dan keluarga mengatakan sepulang dari Rumah sakit, Klien tidak meminum
obat dengan teratur. Klien merasa obat yang dikonsumsi memilki efek samping pada
dirinya yang menyebabkan susah jalan, sering ngantuk dan mulut terasa kering.
Biasanya klien tidak teratur minum obat karena klien sendiri tidak mau minum obat
dan sering membuang obatnya, klien sulit untuk dikontrol oleh keluarga dan penyakit
klien kambuh lagi, akhirnya keluarga membawa klien ke RSJ. Prof. HB. Sa’anin
Padang.
Masalah Keperawatan :-
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
e. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan
Keluarga mengatakan dirinya dulu pernah di ikat kakinya dan dikurung dalam rumah.
Keluarga mengatakan di pasung karna sering ngamuk dan sering berjalan jauh. Klien
mengatakan 3 tahun yang lalu klien dikecewakan oleh pacar dan temannya, semenjak
itu klien menjadi lebih mudah marah,bicara kasar, dan menangis sendiri. Klien
mengatakan perasaannya saat ini masih sedih karena klien kadang masih ingat dengan
pacarnya. Ekspresi wajah klien tampak sedih saat bercerita, klien tampak sering
bermenung, kadang-kadang interaksi dengan teman sekitar tidak ada dan kadang suka
membentak teman
Masalah Keperawatan : Respon pasca trauma
V. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
Keterangan :
: laki-laki
:
perempuan
: meninggal
: Klien
: anggota keluarga lain yang mengalami gangguan jiwa
---- : tinggal serumah
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
Keterangan: Berdasarkan genogram di atas orangtua Ibu klien sudah meninggal dunia.
Saudara Klien yang masih hidup saat ini tinggal berjauahan karna telah memilki keluarga
sendiri. Klien tidak pernah menikah. Saat ini Klien tinggal bersama adik kandungnya,
satu orang anak adiknya, orangtua laki-laki dan seminggu sekali keponakannya datang
untuk memotong rambut klien. Saat tinggal bersama kedua orang tua klien yang
mengambil keputusan adalah ayah klien, komunikasi 2 arah, dan saat bersama adik klien
keputusan di ambil oleh suami adik klien.
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan koping keluarga
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
b. Konsep Diri
Citra Tubuh
Klien tampak tersenyum saat ditanyai bagian tubuh yang paling disukai, Klien
mengatakan menyukai wajahnya dan tangannya dan menerima bentuk tubuh apa
adanya.
Identitas Diri
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang anak kelima dari 7 saudaranya, Klien
mengatakan bersekolah hanya sampai SD.
Peran Diri
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang kakak laki-laki bagi saudaranya
nya, klien tidak bekerja.
Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh
Harga Diri
Klien merasa seringkali di ejek dan di ganggu oleh orang-orang yang ada di
sekitar lingkungannya
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
c. Hubungan Sosial
Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya yaitu ayahnya, adiknya
serta keluarga besarnya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien tidak terlalu berperan dalam kegiatan masyarakat karena dianggap tidak
berguna dan mengganggu kegiatan masyarakat..
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan
klien Klien mengatakan terkadang merasa malu saat memulai percakapan tapi
kadang Klien berani menyapa terlebih dahulu seperti menanyakan nama dan asal
tempat tinggal lawan bicaranya.
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
d. Spiritual
Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan dirinya adalah seorang beragama islam dan seorang muslim.
Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan jarang melakukan sholat 5 waktu
b. Pembicaraan
Saat berinteraksi Klien menjawab dengan cepat terkadang berbelik-belik dan pada
akhirnya Klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat yang dapat dimengerti.
Klien berbicara cepat dengan nada yang tinggi, bicara ngaur dan tidak jelas yang
dikatakannya. Dalam pembicaraan klien sering melompat dari satu topik ke topik
lain.
Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi Verbal
c. Aktivitas Motorik
Klien tampak tenang, mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri seperti
mandi, keramas,memotong kuku, berdandan, makan dan BAB
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
d. Alam Perasaan
Klien mengatakan sedih dan ingin cepat pulang namun klien bingung dan takut
merepotkan keluarganya, klien khawatir dan merasa takut keluarga tidak
membutuhkan klien karena keadaan klien seperti sekarang. Klien mengatakan sedih
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
dan tidak berguna karena keluarganya jarang datang ke RSJ. Berdasarkan hasil
observasi saat perawat berinteraksi dengan klien, klien tampak sedih, wajah klien
tampak lesu
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
e. Afek
Saat berinteraksi dengan klien afek klien tampak tumpul klien hanya bereaksi apabila
ada stimulus emosi yang kuat. Misalnya klien akan bereaksi apabila di panggil namanya
oleh perawat dengan nada suara yang tinggi.
Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi Verbal
Pada saat interaksi klien kooperatif dan Selama wawancara klien mau menjawab
pertanyaan yang diajukan perawat dengan berbelit-belit, kontak mata ada, kadang klien
tidak mau mengaku bahwa klien pernah dirawat.
g. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara-suara seperti suara seseorang yang mengajak
berbicara. Suara tersebut menyuruh klien untuk memukul orang lain.. Klien mengatakan
suara itu muncul lebih dari 5x sehari selama ±15 menit, Biasanya muncul disaat klien
sendiri dan setiap mau tidur pada malam pada malam hari. Klien mengatakan dirinya
merasa senang dengan suara-suara itu karena klien bisa berkomunikasi dan bercerita.
Klien terkadang tampak mondar-mandir, mulut tampak komat-kamit tertawa sendiri,
bicara sendiri.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
h. Proses Pikir
i. Isi Pikir
Pada saat interaksi klien tidak ada dtemukan hambatan isi piker seperti waham dan
depersonalisasi pikiran. Klien tidak mengucapkan suatu keyakinan berlebihan
yang disebutkan secara berulang, klien tidak memiliki obsesi terhadap suatu hal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
Praktek Profesi Keperawatan Jiwa
STIKes Alifah Padang Tahun 2021
_
j. Tingkat Kesadaran
Klien sadar dan cukup kooperatif, klien mengetahui dimana Klien berada, mengetahui
nama dan usianya. Klien terorientasi yang baik terhadap waktu dan tempat. Klien
mengetahui hari, tanggal, tahun, dan hari dengan tepat. Klien mengetahui bahwa ia
harus rutin untuk pengobatan dari Puskesmas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
k. Memori
Klien mengatakan tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dengan dirinya. Klien
hanya mengingat ketika dia dibawa ke RSJ oleh keluarganya. Klien tidak mampu
mengingat kejadian yang sudah lama seperti 1tahun yang lalu dan kejadian 1bulan
yang lalu..
Masalah Keperawatan : Tidak ada
m. Kemampuan Penilaian
Klien mengalami gangguan ringan klien dapat mengambil keputusan yang sederhana
dengan bantuan orang lain. Misalnya klien disuruh memilih mandi atau makan terlebih
dahulu, klien menjawab tidak tahu, setelah dibantu atau diarahkan baru klien bisa
mengambil keputusan. Mandi terlebih dahulu setelah bersih dan segar baru makan.
Masalah Keperawatan : gangguan proses fikir
b. BAB / BAK
Klien BAB dan BAK secara mandiri menggunakan toilet dan mampu mmebersihkan
sendiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Mandi
Klien mengatakan mandi 1 kali sehari dan klien jarang cuci rambut, klien tau cara mandi
yang benar namun klien jarang sekali mandi jika tidak diarahkan. Klien juga jarang sikat
gigi, gigiklien tampak kotor. Namun klien bisa memotong kuku jika sudah panjang
namun harus diarahkan terlebih dahulu. Tubuh klien terlihat kurang bersih dan badan
klien agak berbau.
Masalah Keperawatan : Depisit perawatan diri
d. Berpakaian / Berhias
Klien mengatakan mampu memilih pakaian yang sesuai namun tidak peduli walau
pakaian itu sobek, dia jarang untuk berdandan. Klien hanya mengganti pakaian 1 kali
sehari.
Masalah Keperawatan : gangguan pemeliharaan kesehatan
g. Pemeliharaan Kesehatan
Keluarga mengatakan jika sakit klien mengontrol kesehatan ke puskesmas atau
rumah sakit yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Koping Maladaptif
Klien mengatakan kalau ada masalah yang dihadapinya, ia cenderung berdiam diri di
kamar atau duduk di teras rumah dan malas untuk melakukan sesuatu. Jika klien
kesal, dirinya marah-marah dan melempar benda yamg ada disekitarnya.
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Koping Individual
X. PENGETAHUAN
Klien mengatakan tidak tahu tentang penakitnya, klien kurang tahu masalah obat-obatan
dan kegunaan dari obat tersebut. Klien juga kurang memahami bagaimana cara mengatasi
halusinasi yang dialaminya.
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan
Cendrawasih
A
_ _
BAB IV
PEMABAHASAN
A. Analisis masalah
Pada saat pengakajian pada Rabu/ 01 September 2021 klien mengatakan Klien
sebelumnya pernah diantar keluarga dibawa ke RS Jiwa Prof. H.B. Saanin Padang pada 5
tahun yang lalu. Keponakan klien mengatakan klien mengamuk, suka tertawa sendiri,
berbicara sendiri, jalan-jalan keluar rumah tanpa tujuan, melempar barang-barang
dirumah, melempar jemuran baju tetangga dan memecahkan kaca mobil tetangga setelah
di ejek oleh warga sekitar rumahnya. Pasien juga pernah mengalami kejadian masalalu
mengalami gangguan jiwa sejak kelas 5 SD yaitu 40 tahun yang lalu pada saat Klien
berusia 13 tahun. Keluarga Klien mengatakan penyebab awal Klien mengalami gangguan
jiwa karena tekanan dari ayahnya yang mengasuh anak-anaknya seorang diri dengan pola
asuh yang keras, faktor keluarga dimana adiknya juga mengalami gangguan jiwa. Klien
sudah 4 kali dirawat, terakhir dirawat di RSJ HB Saanin Padang pada 5 tahun yang lalu
selama 3 bulan.Klien masuk kembali pada bulan april 2021
Faktor ini sesuai dengan pendapat Stuart (2007), bahwa faktor predisposisi atau
stressor pencetus pada ummnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stress.
Hal ini lha yang menyebabkan klien kambuh dan mengalami halusinasi
kembali.Sedangkan pengkajian terhadap status mental, penyusun mendapatkan data pasien
mengalami halusinasi pendengaran yang dibuktikan dengan pasien mengatakan
mendengar suara-suara bisikan yang menyuruhnya memukul lantai dan pergi kesuatu
tempat, klien mengatakan mendengar suara hanya beberapa detik saja dalam satu hari
suara itu muncul 2-3 kalisehari dan biasanya muncul pada malam hari saat mau tidur dan
saat sendiri. Pasien mengatakan kadang takut dan risih dengan suara-suara tersebut. Yang
klien lakukan saat mendengar suara tersebut adalah menjawabnya sambil tertawa.
Berdasarkan hasil observasi diruangan terkadang klien tampak berbicara sendiri, tertawa
dan senyum-senyum sendiri.
Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan, TD : 120/80 mmHg, N : 35x/I, S : 36,8 C,
P :20 x/I, : TB : 170 cm, BB : 58 kg. Hasil pengkajian keluhan fisiknya klien mengatakan
_ _
tidak mempunyai keluhan apaapa. Beberapa tanda gejala halusinasi pendengaran terdapat
pada klien yaitu tertawa sendiri, senyum sendiri, berbicara sendiri, mondar-mandir,
menyendiri. Landasan untuk pemberian asuhan keperawatan asuhan keperawatan
kesehatan jiwa adalah pengenalan dan pegindentifikasian pola respon terhadap masalah
kesehatan jiwa atau penyakit psikiatri yang aktual atau potensial (Damaiyanti & Iskandar,
2014). Menentukan prioritas masalah keperawatan adalah kegiatan menentukan masalah
yang menjadi skala prioritas untuk diselesaikan dahulu atau diatasi dahulu dari beberapa
banyak diagnosa keperawatan yang ada di teoritis, diagnosa keperawatan yang didapat
pada pasien dari hasil pengkajian yang telah penyusun kumpulkan mulai dari pengkajian
awal, pengelompokan data, mengidentifikasi masalah klien, hingga perumusan diagnosa
penulis menemukan tiga diagnosa pada Tn.K adalah sebagai berikut: 1. Gangguan persepsi
sensori : Halusinasi Pendengaran (Core problem) Dari data pengkajian didapatkan klien
tertawa dan senyum sendiri, berbicara sendiri, dan tampak bingung. 2. Isolasi sosial :
menarik diri (causa) Didapatkan data klien mengatakan tidak suka berkumpul dengan
temantemannya maupun perawat yang ada diruangan. 3. Resiko perilaku kekerasan
(effect) Didapatkan data klien jengkel dan ingin marah jika permintaanya tidak dituruti,
klien tampak gelisah, dan mondar-mandir tanpa tujuan
Berdasarkan diagnosa yang dirumuskan, diagnosa keperawatan menurut tinjauan
teoritis sama dengan dengan diagnosa keperawatan pada kasus. Pada proses penegakan
diagnosa keperawatan penyusun tidak menemukan faktor penghambat. Kerja sama yang
baik antara perawat dan pasien merupakan faktor pendukung bagi penulis untuk
mengangkat diagnosa tersebut.
diengar adalah suara palsu. Akibat dari halusinasi yang dialami pasien, pasien merasa
diasingkan dan bisa mengalami harga diri rendah. Halusinasi berkembang melalui 4
fase dimana setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda. Pada tahap ketiga
pengalaman sensori persepsi pasien menjadi berkuasa. Pasien mulaimenyerah untuk
melawan halusinasi menguasai dirinya. Pasien cenderung mengikuti petunjuk yang
diberikan halusinasinya. Jika halini dibiarkan halusinasi pasien akan berlanjut pada
fase keempat dimana pasien mengalami panik yang berlebihan karena pengalaman
sensori pasien sudah mulai merasa terancam dengan datangnya suara-suara, saat ini
terjadi pasien akan panik, cemas, takut dan kehilangan kontrol.
Penerapan terapi kognitif ini sesuai dengan Hasil penelitian Nyumirah,S (2013)
tentang Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Klien Halusinasi di
Ruang Sadewa di Rs Dr.H Marzoeki Mahdi Bogor, menyatakan bahwa klien dengan
pemberian terapi perilaku kognitif. Klien mengalami peningkatan kemampuan dalam
mengatasi halusinasi yang muncul dengan melakukan merubah pikiran dan perilaku
yang negatif menjadi positif.
berpengaruh dalam membantu pasien karena dalam mengetahui jenis obat dan
kegunaan dapat membantu pasien mau dan rajin minum obat dan tidak ada rasa malas
lagi. Hasil penelitian Rahmayani, A (2017) tentang “Mengontrol Pikiran Negatif Klien
Skizofrenia dengan Terapi Kognitif‟‟. Didapatkan bahwa Terapi kognitif mampu
meningkatkan kemampuan mengontrol pikiran negatif, hal ini seakan dapat menjadi
antidepresan bagi orang-orang yang sedang mengalami mental. Pemikiran negatif yang
muncul juga akan digantikan dengan pemikiran positif.
klien. Pemikiran positif akan rasa aman, didengarkan akan mengurangi kecemasan yang
akan timbul akibat perasaan tidak mampu dan tidak berguna dari klien. Pemikiran positif
pun akan membuat klien lebih terbuka terhadap implementasi program keperawatan yang
ditujukan baginya.Hal ini bertujuan agar penyelenggaraan pelayanan
keperawatanmemenuhi standar pelayanan. Salah satu jenis SOP yang di gunakan dalah
SOP tentang strategi pelaksaan (SP) tindakan keperawatan pada pasien. SP tindakan
keperawatan merupakan standar model pendekatan asuhan keperawatan untuk klien
dengan gangguan jiwa yang salah satunyaadalah pasien yang mengalami masalah utama
halusinasi Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal
halusinasi, mengajarkan pasien menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain
saat halusinasi muncul, melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi, serta
minum obat dengan teratur . Tindakan terapi kognitif (cognitive therapy) terbukti efektif
dalam perubahan pemikiran positif, membantu seseorang dalam mengurangi penderitaan
yang dialami dengan meningkatkan kesadaran dan kemampuan seseorang tersebut
terhadap apa yang diinginkannya. Dalam Pemikiran positif mampu berpikir rasional yang
diperoleh oleh klien membuat klien lebih optimis dalam menghadapi masalah-masalah
kehidupan yang akan datang.
_ _
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran maka dapat
disimpulkan :
A. Kesimpulan
1. Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian penulis menemukan keluhan klien berupa mendengar suara-suara
bisikan seperti suara bapak-bapak yang menyuruhnya untuk belajar, mengambil
jemuran tetangga dan berjalan-jalan kesesuatu tempat. Faktor predisposisi partisipan
dengan halusinasi adanya faktor biologis dari keluarga, faktor psikologis dan sosial
budaya seperti kegagalan dalam hubungan sosial. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan
keluhan dan kelainan pada klien. Terapi medis yang diberikan adalah Haloperidol dan
Resperidone.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengar, resiko perilaku kekerasan dan isolasi sosial. Dalam mengumpulkan data
dan menegakkan diagnosa penulis tidak menemukan hambatan karena partisipan
cukup kooperatif dan keluarga partisipan terbuka dengan penulis.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan untuk masalah keperawatan sesuai dengan teori. Diagnosa
pertama yaitu membuat intervensi mengacu pada prinsip strategi pelaksanaan
halusinasi mulai dari identifikasi halusinasi, isi, frekuensi, situasi dan latihan
mengontrol halusinasi dengan menghardik, minum obat secara teratur, bercakap-cakap
dan melakukan aktivitas sehari-hari dan diharapkan dapat mengatasi masalah
partisipan.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
sebelumnya. Implementasi meliputi strategi pelaksanaan halusinasi. Dengan harapan
hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.
_ _
5. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah dapat teratasi. Dibuktikan dengan
klien mampu mengetahui dan melakukan latihan strategi pelaksanaan untuk
mengontrol halusinasi telah diajarkan dengan dilakukan secara mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian.
B. Saran
1. Bagi Penulis agar dalam penerapan asuhan keperawatan pada partisipan dengan
halusinasi tidak hanya tertuju kepada klien, tetapi juga kepada keluarga dan orang
terdekat partisipan sebagai wujud asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Bagi Institusi Pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan halusinasi di klinik
maupun di komunitas masyarakat.
3. Bagi Pemegang Progam Keperawatan Jiwa Puskesmas dapat mengembangkan program
kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi penanganan masalah gangguan kesehatan jiwa
yang dialami klien dan keluarga dengan halusinasi.
4. Penulis Selanjutnya Dapat mengembangkan penulisan lebih lanjut mengenai asuhan
keperawatan pada klien halusinasi. Selain itu penulis selanjutnya dapat menggali lebih
dalam lagi proses asuhan keperawatan yang berbasis klien dan keluarga pada masalah
kesehatan gangguan jiwa.
_ _
DAFTAR PUSTAKA
Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta : EGC
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.