Disusun Oleh :
Rafika Afiyanti
Nim : 2114901031
Preceptor Klinik
()
manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang
a) Trakhea
menjadi bronkhi kanan dan kiri. Dinding trakhea disangga oleh cincin-
cincin kartilago, otot polos dan serat elastik dan dilapisi oleh membran
Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan dan kiri
memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan alveoli. Sangat penting
artinya untuk menjada agar jalan udara ini tetap terbuka dan bersih.
Unit fungsi paru atau alveoli berjumlah sekitarr 300 sampai 500 juta
dikelilingi oleh dinding yang tipis yang terdiri atas satu lapis epitel
c) Paru-paru
tempat terjadinya pertukaran gas antara udara atmosfir dan udara dalam
aliran darah. Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil,
pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas tiga lobus dan lebih besar
dari kiri yang hanya terdiri atas dua lobus. Lapisan yang membatasi antara
yang lebih kecil dan dikenal dengan segmen. Setiap segmen terdiri atas
banyak lobulus, yang masing-masing mempunyai bronkhiale, arteriole,
sebagai pleura. Lapisan luar disebut pleura parietal yang melapisi dinding
Rongga pleural ini mengandung cairan yang dihasilkan oleh sel-sel serosa
d) Thoraks
Rongga thoraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian
Thorak menjadi lebih besar ketika dada dibusungkan dan menjadi lebih
penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah
sebagai berikut:
diafragma ke atas.
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan
yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti
inspirasi, volume thoraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga
mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus
elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus
relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam
Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga
udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi
melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 µm).
Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara
darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut
besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai
dialveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar
103 mmHg. Tekana penurunan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara
inspirasi tercampur dengan dalam udara ruangan sepi anatomik saluran udara dan
dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus
dikapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total
waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru
normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal;
fibrosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium
mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total
berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak
a. Definisi
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang bisa
di cegah dan diatasi yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang
menetap, biasanya bersifat progresif dan terkait dengan adanya proses inflamasi
kronis saluran nafas dan paru-paru terhadap gas atau partikel berbahaya (Ikawati,
2016). PPOK adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan di tandai oleh peningkatan retensi
2016).
merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
b. Klasifikasi
Dengan atau tanpa gejala klinis (batuk produksi sputum). Keterbatasan aliran
udara ringan (VEP1/KVP < 70%; VEP1 > 80% Prediksi). Pada derajat ini,
Semakin memburuknya hambatan aliran udara (VEP1/KVP < 70%; 50% <
VEP1 < 80%), disertai adanya pemendekan dalam bernafas. Dalam tingkat ini
biasanya pasien mulai mencari pengobatan oleh karena sesak nafas yang
dialaminya.
memburuk (VEP1/KVP < 70%; 30%; VEP1 < 50% prediksi). Terjadi sesak
Keterbatasan / hambatan aliran udara yang berat (VEP1/KVP < 70%; VEP1 <
30% prediksi) atau VEP1 < 50% prediksi bertambah dengan adanya gagal
c. Etiologi
Adapun beberapa faktor resiko utama berkembangnya penyakit ini, yang
dibedakan menjadi faktor paparan lingkungan dan faktor host (Ikawati, 2016).
perokok pasif juga memberi kontribusi terjadinya gejala respirasi dan PPOK.
Resiko PPOK pada perokok tergantung dari dosis rokok yang dihisap, usia
2) Polusi udara. Terdapat tiga bentuk polusi udara yaitu polusi didalam ruangan
(asap rokok, asap kompor), polusi diluar ruangan (debu jalanan, gas buang
kendaraan bermotor) dan polusi ditempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas
beracun).
3) Pekerjaan. Para pekerja tambang emas atau batubara, industri gelas dan
keramik yang terpapar debu silika, atau pekerja yang terpapar debu gandum.
Asbes mempunyai resiko yang lebih besar dari pada yang lainnya.
5) Infeksi saluran nafas berulang. Infeksi virus dan bakteri berperan dalam
6) Status sosial ekonomi rendah. Malnutrisi dan penurunan berat badan dapat
d. Patofisiologi
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas dan
mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang
mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun,
dan lebih banyak lendir yang dihasilkan serta terjadi batuk, batuk dapat menetap
metaplasia sel goblet dan berkurangnya elastisitas paru. Alveoli yang berdekatan
hebat. Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi tersebut menyebabkan alveoli yang
ada disebelah distal menjadi kolaps. Pada waktu pasien mengalami insufisiensi
peningkatan rasio volume rsidual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi
perfusi.
darah. Kesimbangan normal antara ventilasi alveolar dan perfuusi aliran darah
kapiler pulmo menjadi terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan
ventilasi tetap sama. Saluran pernafasan yang terhalang mukus kental atau
Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
permukaan yang tersedia untuk pernafasan. Akibat dari perubahan patologis ini
ventrikel kanan.
e. Pathway PPOK
Pencetus
(Asthma, Bronkhitis kronis, Emfisema) Rokok dan polusi
PPOK Inflamasi
Suplay oksigen tidak adekuat keseluruh tubuh Kompensasi tubuh untuk memenuhi Leukosit meningkat
Kebutuhan oksigen dengan meningkatkan
frekuensi pernapasan imun menurun
Hipoksia
Kontraksi otot pernapasan Kuman patogen & endogen
Sesak Penggunaaan energi untuk difagosit makrofag
Pernapasan meningkat
Anoreksia
MK: Tidak efektif MK:Intoleranasi aktiitas
pola napas MK: Gg.Nutrisi
f. Manifestasi Klinis
a. “Smoker Cough” biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin kemudia
b. Sputum, biasanya banyak dan lengket berwarna kuning, hijau atau kekuningan
g. Penurunan toleransi terhadap gerakan fisik ,cepat lelah dan terengah – engah.
yaitu saluran nafas, parenkim paru (alveoli, interstitial), pembuluh darah paru
4) Chest X-ray
5) EKG
Bila sudah terdapat Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P-
pulmonal pada hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di VI rasio R/S
lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB
inkomplet.
h. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal nafas kronik, gagal nafas
akut, infeksi berulang, dan kor pulmonal. Gagal nafas kronis ditunjukkan oleh
hasil analisis gas darah berupa PaO2<60 mmHg dan PaCO2>50 mmHg, serta Ph
dapat normal. Gagal nafas akut pada gagal. Menurut Irwan (2016), komplikasi PPOK
adalah:
Acute Respiratory Failure (ARF) terjadi ketika ventilasi dan oksigenasi tidak
cukup memenuhi kebutuhan tubuh saat istirahat. Analisa gas darah pada
2) Cor Pulmonal
sekunder bagi paru-paru yang rusak pada penderita panykit paru obstruksi
kronis.
3) Pneumothoraks
4) Giant Bullae
fungsi pernafasan dengan cara 2 hal yaitu dengan menekan jaringan paru-
i. Penatalaksanaan
a. Berhenti Merokok
adrenalin)
f. Mengatur posisi dan pola pernafasan untuk mengurangi jumlah udara yang
terperangkap
menyimpan energy
h. Tindakan rehabilitasi
bronkus
mensikrinkan kerja otot abdomen dan thorak) dan pursed lips breathing
(memperbaiki ventilasi).
Penatalaksanaan Keperawatan :
takikardia
a. Pengertian
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural
kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis
asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan
10-20 ml/kg).
Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat
meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-
2. Asthma
3. Oedem Pulmo
5. Fibrosis interstitial
6. Pneumonia
7. Pneumothorax
8. Emboli Paru
1. Faktor fisiologis
2. Faktor perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan
jalan nafas yang pendek, bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-
oval.Pada lajut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola nafas.
oksigenasi jaringan:
a) Bayi premature
3. Faktor lingkungan
Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehinggan makin sedikit O2 yang
daerah ketinggian memiliki laju pernafasan dan jantung yang meningkat, juga
panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung
4. Gaya hidup
5. Status kesehatan
jaringan
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti
saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian
atas meliputi: hidung, pharing, laring, atau trakea, dapat terjadi karena adanya
napas. Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau
e. Manifestasi klinis
b) Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela
buatan
whizzing.
3) Gejala umum: Lelah, berkeringat, sulit tidur dan makan, didapatkan juga
Swidarmoko,2010:264).
6) Gejala klinis dari gagal napas adalah nonspesifik dan mungkin
Tanda utama dari gagal napas adalah penggunaan otot bantu napas takipnea,
(gasping) dan gerakan abdomen yang paradoksal (terkait dengan flail chest).
f. Komplikasi
g. Pemeriksaan penunjang
bronkoskopi.
3) Pemeriksaan rontgen dada
Untuk melihat keadaan patologik dan proses penyakit yang tidak diketahui
5) Hemodinamika
6) EKG
Disritmia.
h. Penatalaksanaan
c) Ventilasi mekanik
b) Penatalaksanaan kuasatif/spesifik
berikutnya.
a. Pengkajian
Identitas Klien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, No. MR, sumber
informasi dan diagnosa medis.
b. Pengkajian ABCDE
1) Airway
1) Terdapat secret dijalan nafas (sumbatan jalan nafas)
2) Bunyi nafas krekels, rochi, dan wheezing
2) Breathing
a) Distress pernapasan cuping hidung, takhipnea/ bradipne
b) Mengunakan otot pernapasan
c) Kesulitan bernapas: sianosis
d) Pernapasan memakai alat bantu nafas
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung, gelisah, letargi, takikardi
b) Gangguan tingkat kesadaran: gelisah, mengantuk, gangguan metal (ansietas)
4) Disability
5) Exposure
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi
a) Keluhan utama
b) Keluhan pada saat pengkajian
Pada saat pengkajian klien dengan gagal nafas terdengar suara tambahan,
adanaya retraksi dada, penurunan kesadaran,sianosis, takikardi, gelisah dll.
Genogram merupakan silsilah keluarga yang dikaji keluarga klien dengan memulai
ari 3 generasi sebelumnya. Pada genogram biasanya terlihat riwayat penyakit yang
sama.
f. Pemeriksaan fisik
Perlu dikaji :
1) Keadaan umum : lemah dan pucat
2) Kesadaran : composmentis/ kesadaran menurun
3) Tanda tanda vital :
a) Tekanan darah : normal/ menurun (kurang dari 90-100)
b) Denyut nadi : normal. Meningkat (100x-120x/menit)
c) Suhu : norma/ meningkat
d) Pernapasan :28-34x/ menit
4) Kepala
Dikaji :
Inspeksi :Keadaan rambut dan hygiene kepala
a) Warna rambut : biasanya tidak ditemukan kelainan
b) Penyebaran : biasanya tidak ditemukan kelainan
c) Mudah rontok : biasanya tidak ditemukan kelainan
d) Kebersihan rambut : biasanya tidak ditemukan masalah
Palpasi
a) Benjolan : biasanya tidak ditemukan.
b) Nyeri tekan : biasanya tidak ada
c) Tekstur rambut : biasanya tidak ada masalah.
5) Muka
Inspeksi
a) Simetris/ tidak : biasanya simetris
b) Bentuk wajah : biasanay tidak ditemukan masalah
c) Gerakan abnormal : biasanya tidak ada
Palpasi
a) Nyeri tekan : biasanya tidak ada
b) Data lain : yang perlu dikaji
6) Mata
Inspeksi
a) Pelpebra : biasanya edema ditemukan, tidak ada peradangan
b) Sklera : pada stadium lanjut bisa terjadi ikterik
c) Conjunctiva : bisa anemis dan bisa tidak
d) Pupil : padaa keadaan sadar bisa isokor
Reflek pupil terhadap cahaya : +/+
e) Posisi mata : simetris kiri dan kanan
f) Gerakan bola mata : biasanay simetris
g) Keadaan bulu mata : biasanya baik
h) Keadaan visus mata : biasanya baik
i) Penglihatan : biasanya baik
7) Hidung dan sinus
Inspeksi
a) Posisi hidung : biasanya lurus
b) Bentuk hidung : biasanya simetris
c) Keadaan septum : biasanya baik
d) Sekret/ cairan : biasanya tidak ada
8) Telinga
Inspeksi
a) Posisi telinga : biasanya simetris kiri dan kanan
b) Ukuran / bentuk telinga : simetris
c) Aurikel :
d) Lubang telinga : bersih
e) Pemakaian alat bantu : tidak ada
Palpasi
a) Nyeri tekan : bisanya tidak ada
b) Pemeriksaan uji pendengaran
Rinne : biasanya baik
Weber : biasanya baik
Swabach : biasanya baik
Pemeriksaan vestibuler : biasanya baik
9) Mulut
Inspeksi
a) Gigi
Keadaan gigi : biasanya baik
Karang gigi : biasanya tidak ada
Pemakaian gigi palsu : biasanya tidak ada
b) Gusi
Merah/ radang/ tidak : biasanya tidak ada
Lidah : biasanya tidak ada masalah
Bibir
c) Cianosis : biasanya pucat
d) Basah/ kering/ pecah : biasanya kering
e) Mulut berbau/ tidak : biasanya sedikit berbau
f) Kemampuan berbicara : tergantung tumbuh kembang
10) Tenggorokan
a) Warna mukosa : biasanya kemerahan
b) Nyeri tekan : tidak ada
c) Nyeri menelan : tidak ada
11) Leher
a) Inspeksi
Kelenjar tiroid : biasanya tidak ada pembesaran
b) Palpasi
c) Kalenjar tiroid : biasanya tidak teraba
d) Kaku kuduk : biasanya tidak ada
Kalenjar limfe : tidak ada pembesaran
12) Thorax dan pernafasan
a) Inspeksi
Bentuk dada : biasanya simetris kiri dan kanan
Irama pernafasan : biasanya sinus
Tipe pernafasan : biasanya vesikuler
b) Palpasi
Vokal fremitus : biasanya sama kiri dan kanan
Massa/ nyeri : tidak ada teraba massa
c) Auskultasi
Suara nafas : bisa vesikuler
Suara tambahan : ada
d) Perkusi :Tympani
13) Jantung
1) Palpasi
Ictus cordis : tidak terlihat
Perkusi : RIC II LMCS VI
Pembesaran jantung : tidak ada
2) Auskultasi
BJ I : Bisa ditemukan masalah
BJ II : Bisa ditemukan masalah
BJ III : Bisa ditemukan masalah
Bunyi jantung tambahan :Bisa ditemukan masalah
14) Abdomen
1) Inspeksi
Membuncit : biasanya tampak membuncit Ada luka
: biasanya tidak ada
Palpasi : biasanya ada nyeri tekan
Hepar : pada klien GGK bisa teraba
Lien : pada klien GGK bisa teraba
Nyeri tekan : biasanya ada
2) Auskultasi
Peristaltik : biasanya tidak dalam batas normal > 20
x/i
3) Perkusi : Tympani dan bisa redup
15) Genetalia dan anus : Biasanya tidak ada kelainan dan klien
kebanyakan terpasang kateter
16) Ekstremitas :
1) Ekstremitas atas
Motorik
Perrgerakan kanan dan kiri : Biasanya ada
Pergerakan abnormal : biasanya tidak ada
Kekuatan otot kanan dan kiri : biasanya ditemukan kelainan
Tonus otot kanan / kiri : biasanya terjadi hambatan
Koordinasi gerak : biasanya terjadi hambatan
Reflek
Biceps kanan / kiri :biasanya terjadi hambatan
Triceps kanan / kiri : biasanya terjadi hambatan
Sensori
Nyeri : biasanya tidak ada
Rangsang suhu : bisa deman
Rasa raba :Ekstremitas bawah
motorik
Gaya berjalan : klien mampu berjalan
Kekuatan otot kanan / kiri : tidak ada masalah
Tonus otot kanan/ kiri :tidak ada masalaah
Refleks
KPR kanan / kiri : tidak ada masalah
APR kanan / kiri :tidak ada masalah
Babinsky kanan / kiri :tidak ada masalah
Sensori
Nyeri :tidak ada masalah
Rangsang suhu : tidak ada masalah
Rasa raba : tidak ada
g. Laboratorium
1) Hb : dibawah 12gr %
2) Analisa gas darah:
Ph dibawah 7,35 atau di atas 7,45
paO2 di bawah 80 atau di atas 100 mmHg
pCO2 dibawah 35 atau di atas 45 mmHg
BE dibawah -2 atau diatas +2
Saturasi oksigen kurang dari 90%
h. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di
jalan nafas
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau
imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan
kebutuhan.
a. Rencana Asuhan Keperawatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
B. Impelemntasi
C. Evaluasi Keperawatan
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini