Disusun Oleh :
(Ns. Hidayatul Rahmi, S. Kep, M. Kep) (Ns. Willady Rasyid, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. MB)
Preceptor Klinik
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallah wa Ta’ala atas berkat
Keperawatan Medikal Bedah dalam rangka memenuhi tugas Profesi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Alifah Padang degan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan
Post Hemicolectom + Reseksi 4/1 Ca Recti Di Ruang Bedah Pria RSUP Dr M Djamil
pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga Laporan
Pendahuluan ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :
1. Ibu Ns. Hidayatul Rahmi, S. Kep, M. Kep selaku Preceptor Akademik dan dosen
2. Bapak Ns.Willady Rasyid, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. MB selaku Preceptor Akademik
3. Ibu Ns. Elli Firdanillah, S. Kep selaku Preceptor Klinik RSUP Dr M Jamil Padang
Kelompok menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
Kelompok
i
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5
D. Manfaat....................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Ca Recti............................................................................................7
B. Askep Teoritis........................................................................................................30
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian..............................................................................................................45
B. Diagnosa.................................................................................................................58
C. Intervensi................................................................................................................59
D. Implementasi..........................................................................................................62
E. Evaluasi..................................................................................................................62
BAB IV PEMEBAHASAN
A. Pembahasan............................................................................................................80
B. Pengkajian..............................................................................................................81
C. Diagnosa Keperawatan...........................................................................................83
D. Intervensi Keperawatan..........................................................................................85
E. Implementasi Keperawatan....................................................................................87
F. Evaluasi..................................................................................................................89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................92
B. Saran.......................................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seperti kebiasaan konsumsi fast food, paparan zat kimia dan kurangnya aktivitas fisik
yang menyebabkan penyakit, salah satunya kanker. Kanker adalah istilah umum untuk
satu kelompok besar penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di luar
batas normal yang kemudian dapat menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau
menyebar ke organ lain (WHO, 2019) dalam (Gentry, 2019). Karakteristik dan pola
hidup masyarakat yang tidak sehat menjadi tantangan dalam pengendalian kanker dan
berdampak pada peningkatan prevalensi kanker yang tidak terkendali. Salah satu jenis
kanker dengan faktor risiko terkait perilaku yang tidak sehat adalah kanker kolorektal
(Dirseciu, 2017).
Kanker kolorektal adalah kanker yang terdapat pada kolon dan rektum. Kanker
ini disebut kanker kolon atau kanker rektum bergantung dari mana kanker tersebut
berawal. Kanker kolon dan kanker rektum sering digabungkan bersama karena
memiliki banyak kesamaan (American Cancer Society, 2017) dalam (Harahap, 2019).
Kanker rektum merupakan salah satu dari keganasan pada rektum yang terjadi akibat
(Nugroho, 2011). Rektum merupakan bagian 15 cm terakhir dari usus besar dan
terletak di dalam rongga panggul di tengah tulang pinggul. Rektum adalah bagian dari
usus besar pada sistem pencernaan yang disebut dengan traktus gastrointestinal
(Oliver, 2016) .
Kanker rektum adalah kanker ketiga yang banyak terjadi didunia dengan
presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah seluruh penderita kanker diseluruh
dunia, dan kanker kedua dengan jumlah kematian 9.2% atau 880.792 di tahun 2018 .
Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi 1.021.005 kasus di Asia dengan 43.324 kasus baru
setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker rektum adalah kanker yang sering terjadi baik
pada pria dan wanita , prevalensi tahun 2013 sampai 2018 terjadi 32.069 kasus dengan
14.112 kasus baru di tahun 2018 (The Global Cancer Observatory, 2019).
Faktor risiko secara gris besar terbagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang
dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah usia, ras, jenis kelamin, dan riwayat keluarga (Rahdi DR, 2015).
Lebih dari 30% kasus kanker rektum di Indonesia ditemukan pada pasien yang berusia
40 tahun atau lebih muda (American Cancer Society, 2015 dalam Dirseciu, 2017).
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti aktivitas fisik, diet, merokok, konsumsi
alkohol, dan diabetes. Aktivitas fisik reguler dan diet sehat membantu menurunkan
risiko kanker rektal. Merokok, konsumsi alkohol, dan diabetes memiliki hubungan
2019).
Kanker rektum stadium dini tidak ada gejala yang jelas, namun setelah
penyakit berkembang ketingkat lanjut akan timbul gejala klinis. Tanda iritasi usus
seperti sering buang air besar, diare atau konstipasi dan nyeri pada abdomen. Tumor
yang sudah mengalami ulserasi akan terjadi pendarahan dan akan terlihat dari warna
feses yang bercampur dengan darah seperti selai hitam. Masa di abdomen akan terus
tumbuh hingga batas tertentu didaerah abdomen sehingga pada pemeriksaan palpasi
tersebut penatalaksanaan pada kanker rektum terdiri dari penatalaksanaan bedah dan
kolostomi. (Suratun & Lusianah, 2010). Komplikasi untuk pasien dengan kolostomi
sedikit lebih tinggi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi
(akibat ketidak patenan irigasi stoma), retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit.
dengan segala manfaatnya tentu terapi ini juga mempunyai beberapa efek samping, di
antaranya yaitu: rasa lemas dan lemah, mual muntah, rambut rontok, mudah terserang
infeksi, seperti influenza, anemia atau kadar hemoglobin darah rendah, terkadang
mudah terjadi perdarahan, contohnya pada gusi sehabis sikat gigi, sariawan, nafsu
tindakan kemoterapi yaitu, nyeri, defisit nutrisi, resiko infeksi, gangguan citra tubuh,
defisit pengetahuan, dan ansietas (Nurarif & Kusuma, 2016). Adapun pada saat
integritas kulit (Usolin et al., 2018). Sedangkan masalah keperawatan setelah tindakan
kemoterapi yaitu efek samping rasa lemas dan lemah, mual muntah, rambut rontok,
mudah terserang infeksi, seperti influenza, anemia atau kadar hemoglobin darah
rendah, terkadang mudah terjadi perdarahan, contohnya pada gusi sehabis sikat gigi,
sariawan, nafsu makan menurun, sembelit atau malah diare (Fadhil, 2018).
didapatkan bahwa 26,3% takut gagal, 39,5% takut efek samping, 7,9% biaya yang
mahal, 10,5% karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dan 15,8% tidak
pemahaman pasien kanker rektal terhadap tindakan kemoterapi masih cukup rendah
dimana 68,4% sampel tidak tahu dan tidak mengerti tentang tindakan kemoterapi.
itu sangat diperlukan adanya suatu edukasi yang baik bagi setiap pasien tentang
penyakit dan modalitas terapi yang akan diberikan (Usolin et al., 2018).
kemoterapi dengan penderita penyakit ini, yaitu sebelum tindakan kemoterapi (pre
kemoterapi (post kemoterapi). Adapun peran perawat pada pre kemoterapi yaitu
memberikan dukungan serta motivasi pada pasien untuk menjalani kemoterapi, dan
meminta informed consent. Peran perawat pada intra kemoterapi yaitu mengobservasi
mengobservasi keadaan pasien. Sedangkan peran perawat pada post kemoterapi yaitu
asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi dengan ca rectum yang di rawat di rumah
kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Post Hemicolectom
+ Reseksi 4/1 Tumor Caecum Di Ruang Bedah Pria RSUP Dr M Djamil Padang
Tahun 2022”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pada Tn. S Dengan Post Hemicolectom + Reseksi 4/1 Ca Recti Di Ruang Bedah Pria
2. Tujuan Khusus
c. Mampu membuat intervensi sesuai dengan diagnosa pada pasien dengan Ca Recti
C. Manfaat
1. Bagi Penulisan
keperawatan medical bedah tentang asuhan pada pasien Colitis Ulseratif dan
Recti.
dengan Ca Recti
3. Bagi STIKes Alifah Padang
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi
Kanker rektum adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas didalam permukaan
usus besar atau rektum (Dyayadi MT, 2019). Kanker rektum merupakan salah satu dari
keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian rektum yang terjadi
akibat timbulnya di mukosa/epitel dimana lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus
(Nugroho, 2071). Kanker rektum adalah pertumbuhan sel abnormal atau maligna pada
Fungsi utama dari rektum dan kanali anal ialah untuk mengeluarkan masa
feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal tersebut dengan
cara yang terkontrol. Rektum dan kanalis anal tidak begitu beperan dalam proses
pencernaan, selain hanya menyerap sedikit cairan. Selain itu sel-sel goblet mukosa
mengeluarkan mucus yang berfungsi sebagai pelicin untuk keluarnya masa feses. Pada
saat rektum tidak berisi feses hal ini sebagian diakibatkan adanya otot sfingter yang
tidak begitu kuat terdapat pada rectosigmoid junction kirakira 29 cm dari anus.
Terdapatnya lekukan tajam dari tempat ini juga member tambahan penghalang
masuknya feses ke rektum. Akan tetapi, bila suatu gerakan mendorong feses ke arah
rektum, secara normal hasrat defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh reflek
kontraksi dari rektum dan relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara terus-
menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter
3. Etiologi
berkaitan dengan kebiasaan makan. Hal ini karena Kanker rektum terjadi
serkitar sepuluh kali lebih banyak pada penduduk wilayah barat yang
dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet
karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa
b. Lemak
rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian
besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma)
lebih besar.
kanker kolorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak
dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih
h. Usia di atas 50
Kanker rektum biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua.
Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah
4. Patofisologi
epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian
struktur dan fungsi sel menjadi bersifat maligna. Maligna merupakan peroses
perubahan dalam bahan genetika yang memicu sel menjadi ganas, promosi
yaitu perubahan sel menjadi ganas dan progresi yaitu tahap akhir terbentuknya
sel kanker (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010).
WOC
5. Manifestasi Klinis
bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi
atau perdarahan rektum. Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit,
dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah
d. Anoreksia
f. Keletihan
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya konstipasi), serta
feses berdarah. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf,
pembuluh limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada tungkai atau perineum,
hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih
dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Semua karsinoma
invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional, terkadang bisa terjadi
b. Stadium I Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau ketiga
(submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum tetapi belum
c. Stadium II Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari
dinding usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar pada
d. Stadium III Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi
7. Pemeriksaan Penunjang
c. Endoskopi
total.
d. Biopsi
e. Ultrasonogrsfi(USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada rektum, tetapi USG digunakan untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker kekelenjar getah bening di abdomen dan
hati.
f. Laboratorium
8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindak bedah. Tujuan utama ialah
memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun nonkuratif. Tindak bedah
terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limf regional. Bila sudah
terjadi metastasis jauh, tumor primer akan di reseksi juga dengan maksud mencegah
Jong, 2011).
b. Kolostomi
Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar
melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak bisa berfungsi,
dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena gangguan fungsi anus
c. Radiasi
berenergi tinggi untuk membunuh sel karsinoma. Terdapat 2 cara pemberian terapi
radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi internal. Radiasi eksternal
tinggi secara tepat diarahkan pada sel karsinoma. Terapi radiasi tidak menyakitkan
dan pemberian radiasi hanya berlangsung menit (American Cancer Society, 2013).
d. Kemoterapi
stadium II dan stadium III yang memiliki risiko tinggi (Komite Penanggulangan
9. Komplikasi
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon dan
pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok (Smeltzer dan
1. Pengkajian Keperawatan
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan lingkungan (Dermawan, 2012).
a. Pengumpulan Data
tempat tinggal
2) Riwayat penyakit sekarang: Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya
anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun saat
1) Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa saja
makanannya.
2) Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah keluar darah
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau tidak,
menyikat gigi.
7) Hubungan peran
yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh terhadap
dirasakan
berapah?
T: Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan? tiba-
d. Pemeriksaan fisik
penekanan
tiroid
- Pemeriksaan dada
- Kardiovaskuler
- System pencernaan/abdomen
massa.
urinaria, tumor)
kali permenit.
Reflek patella
- Pemeriksaan pelvis/genitalia
2. Diagnosa Keperawatan
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko
meningkat Kolaborasi :
3 Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (I. 05178)
keperawatan selama ........ jam,
Observasi
maka status nutrisimembaik
dengan kriteria hasil 1. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
1. Toleransi Aktivitas
2. Monitor lokasi dan
Meningkat
ketidaknyamanan selama
2. Kemampuan aktivitas
melakukan aktivitas
meningkat
3. Mendapat bantuan
berkurang
Terapeutik
4. Ketergantungan berkurang 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
B. Terapi Aktivitas (I.05186)
Observasi
Terapeutik
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
lainnya.
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif
(data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori), dan
perencanaan.
Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan
yaitu :
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Nama : Ny. Y
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Hubungan : Istri
1. Keluhan Utama
Klien merupakan pasien rujukan dari RSUD Padang Pariaman, klien masuk
melalui IGD Dr M Jamil Padang pada tanggal 28 Januari 2022 dengan diantar oleh
ambulan beserta keluarga pada pukul 10:00 wib dengan keluahan nyeri di bagian
perut lalu menetap di perut kanan bawah, diagnosa rujukan klien adalah Kanker Usus
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29 Januari 2022 pukul 11:00 wib,
klien mengatakan telah menjalani operasi pada tanggal 16 Januari 2022, klien
mengeluhkan nyeri pada perut terutama pada bgian bekas operasi, klien mengatakan
nyeri ilang timbul lebih 2-3 menit, nyeri bertambah saat melakukan aktivitas, klien
mengatakan saat bergerak sangat sakit seperti tertusuk-tusuk. Klien mengatakan nafsu
makan berkurang, klien mengatakan juga sering muntah, terkadang muntah nasi
taupun cairan dan diiringi dengan sakit perut. Klien mengatakan tadi pagi muntah 1
kali, klien mengatakan mengalami penurunan berat badan, mual setiap akan makan,
perut kembung dan sulit berjalan, klien di bantu untuk ke WC dan dalam memenuhi
kebutuhannya oleh keluarga. Saat dilakukan pemeriksaan fisik terdapat luka post op di
sebelah perut kanan bawah sepanjang lebih kurang 8 cm, keadaan luka masih baru dan
di tutup perban. didapatkan data TD: 128/80 mmhg, N: 90x/i RR: 20x/i, T : 36,6 C.
BB sebelum sakit : 58 Kg, BB Saat sakit: 55 kg. TB : 150, IMT 24,4. Klien tampak
lemah, makanan habis ¼ porsi, klien tampak muntah air tadi pagi, klien tampak
meringis kesakitan. P: Luka Post Op, Q: Menusuk-nusuk. R: Perut Kanan Bawah, S:5
T: 2-3 menit. Konjungtiva anemis, bibir kering, turgor kulit buruk, lidah kotor,
Ibu klien mengatakan klien terkahir masuk rumah sakit pada awal Desember
2021 karena sakit perut, yaitu di RSUD Padang Pariaman, namun hanya didiagnosa
magh.
4. Kesehatan Keluarga :
penyakit ataupun gejala yang sama dengan klien.Tidak ada riwayat penyakit
Genogram :
Keterangan :
I. Tanda-tanda Vital :
TD : 128/80 mmHg
N : 90 x/i
S : 36,6o C
RR : 20x/i
TB : 150 cm
3. Pemeriksaan mata
4. Telinga
7. Leher
8. Thorak
10. Kardiovaskuler
11. Abdomen
12. Neurologi
13. Ekstremitas
Kekuatan otot
5555 5555
5555 5555
14. Genetalia
15. Kulit
Warna kulit : Warna kulit sawo matang
Ada tidaknya : Tidak ada jaringan parut/lesi
jaringan parut/lesi
Turgor kulit : Turgor kulit buruk, tidak terdapat piting oedem
pada ekstrmitas, akral hangat, tidak terdapat lesi
V. Pola Nutrisi :
X. Aspek psikososial
3. Hubungan /Komunikasi
4. Kebiasaan seksual
- Hb : 13,6 mg/dL
- Leukosit : 8,11 mm3
- Hematokrit : 39
- Eritrosit : 4,10 mm3
Symptom Problem Etiologi
S: Nyeri Akut
Peradangan pada
- klien mengeluhkan Kolorektal
nyeri pada bagian luka
operasi
- klien mengatakan nyeri Proses Pembedahan
ilang timbul lebih 2-3
menit
- Klien mengatakan Terputusnya Kontiniutas
nyeri bertambah saat jaringan
melakukan aktivitas,
- klien mengatakan saat
bergerak sangat sakit Merangsang Nosiseptor
seperti tertusuk-tusuk
DO:
- Klien meringis Mengantar impuls nyeri
ke medulla spinalis
kesakitan
- Klien tampak
memegangi perutnya
- Terdapat luka post op
sepajang 8 cm Nyeri Akut
- Klien tampak lemah
- P : Luka Post Op
Q : Tertusuk-tusuk
R : Perut Bagian
Bawah
S:5
T : 2-3 Menit
- TD: 128/80 mmhg
- N: 90x/i
- RR: 20x/i,
- T : 36,6 C
DS :
Defisit Nutrsi Infeksi Epigastrium
- Klien mengatakan
nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan juga
Inflamasi dan Perforasi
sering muntah, pada usus
terkadang muntah nasi
taupun cairan dan
diiringi dengan sakit Anoreksi Mual mutah
Diagnosa Keperawatan Prioritas
3 Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (I. 05178)
keperawatan selama ........ jam,
Observasi
maka status nutrisimembaik
dengan kriteria hasil 3. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
1. Toleransi Aktivitas
4. Monitor lokasi dan
Meningkat
ketidaknyamanan selama
2. Kemampuan aktivitas
melakukan aktivitas
meningkat
3. Mendapat bantuan
berkurang
4. Ketergantungan berkurang Terapeutik
Kolaborasi
Terapeutik
P : Luka Post Op
Q : Tertusuk-tusuk
R : Perut kanan bawah
S:5
T : 2-3 menit
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
29/01/22 Ketidakseimbangan - Mengkaji adanya alergi S:
nutrisi kurang dari makanan Klien mengatakan masi
- Memonitor adanya tidak ada nafsu makan
kebutuhan tubuh penurunan BB dan gula Klien mengeluh masi
berhubungan darah mual
- Memonitor mual dan muntah
dengan anoreksia
- Menganjurkan makan sedikit O: Klien tampak tidak
tapi sering menghabiskan
- Mengtur posisi semi fowler makanan dan tmpak
atau fowler tinggi selama mual
makan TD: 128/80 mmhg,
N: 90x/i
RR: 20x/i,
T : 36,6 C
BB sehat : 58 Kg
BB sakit : 55 Kg
IMT : 24,4
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
29/01/22 Intoleransi - Mengindentifikasi S:
Aktivitas kemampuan klien Klien mengataan nyer
- Melakukan pengkajian saat beraktivitas
terkait penyebab Nyeri bertambah saat
kelemahan bergerak
- Menganjurkan keluarga
membantu ADLs klien O:
- Memenuhi kebutuhan Klien tampak dibantu
nutrisi
oleh keluarga dalam
- Memenuhi kebuthan
beraktivitas
cairan
Klien tampak meringis
- Mengajarkan ROM
kesakitan
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
O : Klien tampak
meringis kesakitan,
klien tampak lemah,
klien tampak
memegang perut kanan
bawah, klien masih di
bantu keluarga, klien
tampak melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
P : Luka Post Op
Q : Tertusuk-tusuk
R : Perut kanan bawah
S:4
T : 2 menit
TD : 130/80 mmHg
N : 76x/i
RR : 20x/i
T : 36,3C
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
30/01/22 Ketidakseimbangan - Memonitor adanya S:
nutrisi kurang dari penurunan BB dan gula Klien mengatakan masi
darah tidak ada nafsu makan
kebutuhan tubuh - Memonitor mual dan Klien mengeluh masi
berhubungan muntah mual
- Menganjurkan makan
dengan anoreksia
sedikit tapi sering O: Klien tampak tidak
- Mengtur posisi semi fowler menghabiskan
atau fowler tinggi selama
makanan dan tmpak
makan
mual, klien mencoba
makan sedikit tapi
sering
TD : 130/80 mmHg
N : 76x/i
RR : 20x/i
T : 36,3C
BB sehat : 58 Kg
BB sakit : 55 Kg
IMT : 24,4
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
30/01/22 Intoleransi - Mengindentifikasi S:
Aktivitas kemampuan klien Klien mengataan nyer
- Melakukan pengkajian saat beraktivitas
terkait penyebab berkurang
kelemahan Nyeri bertambah saat
- Menganjurkan keluarga bergerak
membantu ADLs klien
- Memenuhi kebutuhan O:
nutrisi
Klien tampak dibantu
- Memenuhi kebuthan
oleh keluarga dalam
cairan
Mengajarkan ROM beraktivitas
Klien tampak meringis
kesakitan
TD : 130/80 mmHg
N : 76x/i
RR : 20x/i
T : 36,3C
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi & tanda
keperawatan tangan
31/01/22 Nyeri Akut - Mengatur posisi nyaman S:
klien Klien mengatakan
- Mengajarkan teknik nyeri pada perut kanan
relaksasi nafas nafas bawah berkurang jika
- Melakukan kolaborasi dilakukan teknik
terkait pemerian analgetik relaksasi nafas dalam
P : Proses penyakit
Q : Tertusuk-tusuk
R : Pinggang hingga ke
perut bawah
S:3
T : 4 menit
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/i
RR : 20x/i
T : 36,5C
A: Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/i
RR : 20x/i
T : 36,5C
BB sehat : 58 Kg
BB sakit : 55 Kg
IMT : 24,4
A: Masalah teratasi
P: Intervensi
dihentikan
31/01/22 Intoleransi - Mengindentifikasi S:
Aktivitas kemampuan klien Klien mengatakan
- Melakukan pengkajian aktivitas sudah bisa
terkait penyebab mndiri tetapi dengan
kelemahan pelan-pelan
- Menganjurkan keluarga
membantu ADLs klien O: Klien tampak sudah
- Memenuhi kebutuhan mampu melakukan
nutrisi
aktivitas mandiri
- Memenuhi kebuthan
cairan
TD : 120/80 mmHg
- Mengajarkan ROM
N : 80x/i
RR : 20x/i
T : 36,5C
A: Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pada Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29 Januari 2022 pukul 11:00
wib, klien mengatakan telah menjalani operasi pada tanggal 16 Januari 2022, klien
mengeluhkan nyeri pada perut terutama pada bgian bekas operasi, klien
mengatakan nyeri ilang timbul lebih 2-3 menit, nyeri bertambah saat melakukan
aktivitas, klien mengatakan saat bergerak sangat sakit seperti tertusuk-tusuk. Klien
terkadang muntah nasi taupun cairan dan diiringi dengan sakit perut. Klien
berat badan, mual setiap akan makan, perut kembung dan sulit berjalan, klien di
dilakukan pemeriksaan fisik terdapat luka post op di sebelah perut kanan bawah
sepanjang lebih kurang 8 cm, keadaan luka masih baru dan di tutup perban.
didapatkan data TD: 128/80 mmhg, N: 90x/i RR: 20x/i, T : 36,6 C. BB sebelum
sakit : 58 Kg, BB Saat sakit: 55 kg. TB : 150, IMT 24,4. Klien tampak lemah,
makanan habis ¼ porsi, klien tampak muntah air tadi pagi, klien tampak meringis
3 menit. Konjungtiva anemis, bibir kering, turgor kulit buruk, lidah kotor,
Menurut teori, Kanker rektum adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas
didalam permukaan usus besar atau rektum (Dyayadi MT, 2019). Kanker rektum
merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus
lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus (Nugroho, 2071). Kanker rektum adalah
pertumbuhan sel abnormal atau maligna pada daerah rektum ( (Radjmono, 2016)
dengan kebiasaan makan. Hal ini karena Kanker rektum terjadi serkitar sepuluh
kali lebih banyak pada penduduk wilayah barat yang mengkonsumsi lebih banyak
S, 2016)..
defekasi atau perdarahan rektum. Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker,
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah evakuasi feses yang
mengenai radiks saraf, pembuluh limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada
defekasi, atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat
obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar
(Fauziyyah, 2015).
pencernaan yang ganas, pada proses penatalaksaannya klien akan mengalami nyeri
pada luka bekas post op, sesuai dengan kasus Tn. S, klien setelah melakukan
operasi mengalami nyeri pada area luka, hal ini juga diikuti dengan perasaal mual
dan muntah, dengan beberapa gejala yang dirasakan klien membuat klien
2. Diagnosa
menemukan tiga masalah keperawatan pada Tn.S yaitu nyeri akut, defisit nutrisi
dan Gangguan Pola tidur. Masalah tersebut berdasarkan pada data langsung dari
nyeri, putus asa, sikap melindungi area nyeri, dan sikaap tubuh melindung.
Menurut analisa penulis pada kasus Tn.S ditemukan beberapa batasan
nyeri akut.
Menurut SDKI (2018) deficit nutrisi yaitu Asupan nutrisi tidak cukup
menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan,
kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif dan diare
Menurut analisa penulis, hal ini sesuai dengan data yang didapatkan
pada Tn.S yaitu Klien mengatakan nafsu makan berkurang, klien mengatakan
juga sering muntah, terkadang muntah nasi taupun cairan dan diiringi dengan
sakit perut. Klien mengatakan tadi pagi muntah 1 kali, klien mengatakan
sakit: 58 Kg, BB Saat sakit: 55 kg. TB : 150, IMT 24,4. Klien tampak lemah,
gangguan pada kualitas tidur yang disebabkan oleh gangguan eksternal. Seperi
Menurut analisa penulis, data yang didapatkan dari Tn.S sesuai dengan
batasan karakteristik yaitu klien merasa tidak nyaman dengan keadaann nyeri
sakit
3. Intervensi
perlu ditegakan diagnosa dengan tujuan yang akan dicapai serta kriteria hasil.
Umumnya perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis dapat diaplikasikan dan
diterapkan dalam tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada atau
memonitor TTV (TD, N, RR, S) dan melakukan tarik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien dan tarik
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu monitor intake klien,
nutrisi oral ataupun IV, serta makan dengan posisi duduk. Memonitor kenaikan
klien dengan posisi semi fowler, melakukan kolaborasi terkait dengan pemberian
4. Implementasi
terhadap klien sesuai dengan intervensi yang sudah dirancang sebelumnya dan
pada pasien. Sebelum dilakukan tarik nafas dalam dahulu diukur intensitas
nyeri yang dirasakan oleh klien, setelah itu dilakukan tarik nafas dalam selama
10 menit lalu diukur kembali intensitas skala nyeri setelah dilakukan tarik
nafaas dalam.
5. Evaluasi
hari implementasi yaitu saat intervensi hari pertama klien memberikan respon
baik terhadap teknik relaksasi dan posisi semi fowler yang diberikan perawat,
namun pada saat hari kedua klien mengelukan nyeri bertambah, intervensi
kebutuhan klie, sehingga nyeri yang dirakan oleh klien dapat berkurang.
Evaluasi pada diagnosa kedua yaitu setelah klien dianjurkan untuk makan
sedikit tapi sering serta makan dalam posisi duduk pada hari pertama
diberikan sesuai dengan kebutuhan klien, mual dan muntah yang berkurang
membuat nafsu makan klien meningkat dan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi
dengan seharusnya
dan gangguan tidur yang dialami berkurang, Klien pada hari kedua intervensi
mengatakan terjadi perubahan pola tidr yang kearah lebih baik, pada hari ke
tidurnya meninggat serta kualitas tidur yang dirakan lebih baik dari
memberikan efek rileks pada klien, dan mambantu untuk memberikan tidur
yang berkualitas
.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan proses keperawatan pada Tn.S dengan Ca recti dari tanggal
1. Pada pengkajian didapatkan tanda dan gejala utama yang muncul pada Tn.S
dengan Post op laparotomy atas indikasi Ca recti yaitu nyeri pada bagian luka post
op.
2. Diagnosa keperawatan pada Tn.S, deficit nutrisi dan gangguan pola tidur. Masalah
tersebut berdasarkan pada data langsung dari klien dan data observasi perawat serta
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada nyeri yaitu dengan pemberian terknik
relaksasi nafas dalam, deficit nutrisi dengan pemenuhan intake yang adekuat, pola
nafas tidak efektif dengan memberikan posisi semi fowler dan terapi oksigenasi
diimplementasikan oleh penulis dan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
5. Evaluasi keperawatan terhadapat klien selama tiga hari intervensi memberikan
berubahaan yang lebih pada klien, nyeri klien berkurang, kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi dengan baik dan berkurangnya mual dan muntah pada klien, serta pola
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan hasil karya seminar kasus ini dapat menambah wawasan mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan pendidikan serta masukan dan
dengan ca recti
Diharapkan hasil seminar kasus ini akan memberikan manfaat bagi pelayanan
memuaskan pada klien serta melihatkan perkembangan klien yang lebih baik.
penanganan bagi klien dan keluarga baik dirumah sakit maupun dirumah
DAFTAR PUSTAKA
Liu, T., & Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing
Group.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. 2011. Diagnosis Keperawatan Edisi 9. ECG: Jakarta.