Anda di halaman 1dari 71

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN POST HEMICOLECTOM


+ RESEKSI 4/1 CA RECTI DI RUANG BEDAH PRIA
RSUP DR M DJAMIL PADANG
TAHUN 2022

Disusun Oleh :

1. Adinda Oktavia, S. Kep


2. Vivi Andriani, S. Kep
3. Tari Syafitri, S. Kep
4. Winda Rahmat Armanda, S. Kep
5. Mira Rahmayuni, S. Kep
6. Riza Andriani, S. Kep

Preceptor Akademik Preceptor Akedemik

(Ns. Hidayatul Rahmi, S. Kep, M. Kep) (Ns. Willady Rasyid, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. MB)

Preceptor Klinik

(Ns. Elli Firdanillah, S. Kep)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallah wa Ta’ala atas berkat

dan rahmat-Nyalah sehingga kelompok dapat menyelesaikan Seminar Kasus

Keperawatan Medikal Bedah dalam rangka memenuhi tugas Profesi Ners Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Alifah Padang degan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan

Post Hemicolectom + Reseksi 4/1 Ca Recti Di Ruang Bedah Pria RSUP Dr M Djamil

Padang Tahun 2022”.

Pada kesempatan ini, kelompok hendak menyampaikan terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga Laporan

Pendahuluan ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Ibu Ns. Hidayatul Rahmi, S. Kep, M. Kep selaku Preceptor Akademik dan dosen

keperawatan medikal bedah STIKes Alifah Padang

2. Bapak Ns.Willady Rasyid, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. MB selaku Preceptor Akademik

dan dosen keperawatan medikal bedah STIKes Alifah Padang

3. Ibu Ns. Elli Firdanillah, S. Kep selaku Preceptor Klinik RSUP Dr M Jamil Padang

4. Teman-teman satu bimbingan yang telah berjuang bersama-sama dalam

menyelesaikan laporan ini

Kelompok menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan ini.

Padang, 01 Januari 2022

Kelompok

i
DAFTAR ISI
Halaman

COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5
D. Manfaat....................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Ca Recti............................................................................................7
B. Askep Teoritis........................................................................................................30
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian..............................................................................................................45
B. Diagnosa.................................................................................................................58
C. Intervensi................................................................................................................59
D. Implementasi..........................................................................................................62
E. Evaluasi..................................................................................................................62
BAB IV PEMEBAHASAN
A. Pembahasan............................................................................................................80
B. Pengkajian..............................................................................................................81
C. Diagnosa Keperawatan...........................................................................................83
D. Intervensi Keperawatan..........................................................................................85
E. Implementasi Keperawatan....................................................................................87
F. Evaluasi..................................................................................................................89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................92
B. Saran.......................................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan zaman menyebabkan perubahan pada pola hidup masyarakat

seperti kebiasaan konsumsi fast food, paparan zat kimia dan kurangnya aktivitas fisik

yang menyebabkan penyakit, salah satunya kanker. Kanker adalah istilah umum untuk

satu kelompok besar penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di luar

batas normal yang kemudian dapat menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau

menyebar ke organ lain (WHO, 2019) dalam (Gentry, 2019). Karakteristik dan pola

hidup masyarakat yang tidak sehat menjadi tantangan dalam pengendalian kanker dan

berdampak pada peningkatan prevalensi kanker yang tidak terkendali. Salah satu jenis

kanker dengan faktor risiko terkait perilaku yang tidak sehat adalah kanker kolorektal

(Dirseciu, 2017).

Kanker kolorektal adalah kanker yang terdapat pada kolon dan rektum. Kanker

ini disebut kanker kolon atau kanker rektum bergantung dari mana kanker tersebut

berawal. Kanker kolon dan kanker rektum sering digabungkan bersama karena

memiliki banyak kesamaan (American Cancer Society, 2017) dalam (Harahap, 2019).

Kanker rektum merupakan salah satu dari keganasan pada rektum yang terjadi akibat

timbulnya di mukosa/epitel dimana lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus

(Nugroho, 2011). Rektum merupakan bagian 15 cm terakhir dari usus besar dan

terletak di dalam rongga panggul di tengah tulang pinggul. Rektum adalah bagian dari

usus besar pada sistem pencernaan yang disebut dengan traktus gastrointestinal

(Oliver, 2016) .

Kanker rektum adalah kanker ketiga yang banyak terjadi didunia dengan

presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah seluruh penderita kanker diseluruh

dunia, dan kanker kedua dengan jumlah kematian 9.2% atau 880.792 di tahun 2018 .
Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi 1.021.005 kasus di Asia dengan 43.324 kasus baru

setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker rektum adalah kanker yang sering terjadi baik

pada pria dan wanita , prevalensi tahun 2013 sampai 2018 terjadi 32.069 kasus dengan

14.112 kasus baru di tahun 2018 (The Global Cancer Observatory, 2019).

Faktor risiko secara gris besar terbagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang

dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi adalah usia, ras, jenis kelamin, dan riwayat keluarga (Rahdi DR, 2015).

Lebih dari 30% kasus kanker rektum di Indonesia ditemukan pada pasien yang berusia

40 tahun atau lebih muda (American Cancer Society, 2015 dalam Dirseciu, 2017).

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti aktivitas fisik, diet, merokok, konsumsi

alkohol, dan diabetes. Aktivitas fisik reguler dan diet sehat membantu menurunkan

risiko kanker rektal. Merokok, konsumsi alkohol, dan diabetes memiliki hubungan

terhadap peningkatan kejadian kanker rektal. (Khosama, 2015) dalam (Harahap,

2019).

Kanker rektum stadium dini tidak ada gejala yang jelas, namun setelah

penyakit berkembang ketingkat lanjut akan timbul gejala klinis. Tanda iritasi usus

seperti sering buang air besar, diare atau konstipasi dan nyeri pada abdomen. Tumor

yang sudah mengalami ulserasi akan terjadi pendarahan dan akan terlihat dari warna

feses yang bercampur dengan darah seperti selai hitam. Masa di abdomen akan terus

tumbuh hingga batas tertentu didaerah abdomen sehingga pada pemeriksaan palpasi

akan mudah teraba (Desen, 2016).

Maka dibutuhkan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi masalah

tersebut penatalaksanaan pada kanker rektum terdiri dari penatalaksanaan bedah dan

penatalaksanaan medis. Pembedah yang dilakukan pada ca rektum yaitu dengan

kolostomi. (Suratun & Lusianah, 2010). Komplikasi untuk pasien dengan kolostomi
sedikit lebih tinggi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi

(akibat ketidak patenan irigasi stoma), retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit.

Kemudian setelah dilakukannya pembedahan dengan kolostomi dan penentuan

stadium dilanjutkan dengan cara kemoterapi (Brunner, 2013).

Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang sering digunakan,

dengan segala manfaatnya tentu terapi ini juga mempunyai beberapa efek samping, di

antaranya yaitu: rasa lemas dan lemah, mual muntah, rambut rontok, mudah terserang

infeksi, seperti influenza, anemia atau kadar hemoglobin darah rendah, terkadang

mudah terjadi perdarahan, contohnya pada gusi sehabis sikat gigi, sariawan, nafsu

makan menurun, sembelit atau malah diare (Fadhil, 2018).

Masalah keperawatan yang timbul pada penderita kanker rektum sebelum

tindakan kemoterapi yaitu, nyeri, defisit nutrisi, resiko infeksi, gangguan citra tubuh,

defisit pengetahuan, dan ansietas (Nurarif & Kusuma, 2016). Adapun pada saat

tindakan kemoterapi berlangsung yaitu risiko infeksi ekstravasasi dan gangguan

integritas kulit (Usolin et al., 2018). Sedangkan masalah keperawatan setelah tindakan

kemoterapi yaitu efek samping rasa lemas dan lemah, mual muntah, rambut rontok,

mudah terserang infeksi, seperti influenza, anemia atau kadar hemoglobin darah

rendah, terkadang mudah terjadi perdarahan, contohnya pada gusi sehabis sikat gigi,

sariawan, nafsu makan menurun, sembelit atau malah diare (Fadhil, 2018).

Dalam kenyataannya pada pasien kanker, khususnya kanker rektum banyak

yang menghindari tindakan kemoterapi. Dari 38 orang pasien kanker rektal,

didapatkan bahwa 26,3% takut gagal, 39,5% takut efek samping, 7,9% biaya yang

mahal, 10,5% karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dan 15,8% tidak

takut terhadap kemoterapi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat

pemahaman pasien kanker rektal terhadap tindakan kemoterapi masih cukup rendah
dimana 68,4% sampel tidak tahu dan tidak mengerti tentang tindakan kemoterapi.

Pemahaman yang kurang tentang tindakan kemoterapi ini nantinya dapat

mengakibatkan timbulnya persepsi negatif terhadap tindakan kemoterapi. Maka dari

itu sangat diperlukan adanya suatu edukasi yang baik bagi setiap pasien tentang

penyakit dan modalitas terapi yang akan diberikan (Usolin et al., 2018).

Peran perawat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien

kemoterapi dengan penderita penyakit ini, yaitu sebelum tindakan kemoterapi (pre

kemoterapi), saat kemoterapi berlangsung (intra kemoterapi), dan setelah tindakan

kemoterapi (post kemoterapi). Adapun peran perawat pada pre kemoterapi yaitu

memberikan dukungan serta motivasi pada pasien untuk menjalani kemoterapi, dan

meminta informed consent. Peran perawat pada intra kemoterapi yaitu mengobservasi

tanda-tanda vital, pemasangan infus, memberikan obat premedikasi, pemberian obat

kemoterapi, memantau tanda-tanda ekstravasasi, memberikan obat post medikasi dan

mengobservasi keadaan pasien. Sedangkan peran perawat pada post kemoterapi yaitu

memantau keadaan umum pasien, mengobservasi tanda-tanda vital, memantau efek

samping kemoterapi dan memberikan penguatan psikologis (Usolin et al., 2018).

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan tindakan

asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi dengan ca rectum yang di rawat di rumah

sakit.Berdasarkan penjelasan diatas kelompok tertarik untuk membuat sebuah seminar

kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Post Hemicolectom

+ Reseksi 4/1 Tumor Caecum Di Ruang Bedah Pria RSUP Dr M Djamil Padang

Tahun 2022”
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran, pengalaman dan

menganalisa secara langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan

Pada Tn. S Dengan Post Hemicolectom + Reseksi 4/1 Ca Recti Di Ruang Bedah Pria

RSUP Dr M Djamil Padang Tahun 2022

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehesif pada pasien dengan Ca Recti

b. Mampu merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang

diperoleh pada pasien dengan Ca Recti

c. Mampu membuat intervensi sesuai dengan diagnosa pada pasien dengan Ca Recti

d. Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan Ca Recti

e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien Ca Recti

f. Menjelaskan dan melakukan analisis pada klien dengan Ca Recti

C. Manfaat

1. Bagi Penulisan

Untuk menambah wawasan mahasiswa agar dapat mengaplikasikan asuhan

keperawatan medical bedah tentang asuhan pada pasien Colitis Ulseratif dan

meningkatkan analisa kasus sebagai profesi keperawatan dalam memberikan

Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Post Hemicolectom + Reseksi 4/1 Ca

Recti.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Seminar kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau

masukan untuk melakukan Asuhan Keperawatan Medikal bedah pada pasien

dengan Ca Recti
3. Bagi STIKes Alifah Padang

Seminar Kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

terhadap pembelajaran di dalam pendidikan keperawatan di STIKes Alifah,

terutama pada mata ajar keperawatan medikal bedah khususnya asuhan

keperawatan pada pasien Ca Recti

4. Bagi Lahan Praktek

Seminar Kasus ini dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan

untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu

menjaga mutu pelayanan


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis

1. Definisi

Kanker rektum adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas didalam permukaan

usus besar atau rektum (Dyayadi MT, 2019). Kanker rektum merupakan salah satu dari

keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian rektum yang terjadi

akibat timbulnya di mukosa/epitel dimana lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus

(Nugroho, 2071). Kanker rektum adalah pertumbuhan sel abnormal atau maligna pada

daerah rektum ( (Radjmono, 2016)

2. Konsep Antomi dan Fisiologi Rektum

Fungsi utama dari rektum dan kanali anal ialah untuk mengeluarkan masa

feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal tersebut dengan

cara yang terkontrol. Rektum dan kanalis anal tidak begitu beperan dalam proses

pencernaan, selain hanya menyerap sedikit cairan. Selain itu sel-sel goblet mukosa

mengeluarkan mucus yang berfungsi sebagai pelicin untuk keluarnya masa feses. Pada

saat rektum tidak berisi feses hal ini sebagian diakibatkan adanya otot sfingter yang

tidak begitu kuat terdapat pada rectosigmoid junction kirakira 29 cm dari anus.

Terdapatnya lekukan tajam dari tempat ini juga member tambahan penghalang

masuknya feses ke rektum. Akan tetapi, bila suatu gerakan mendorong feses ke arah

rektum, secara normal hasrat defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh reflek

kontraksi dari rektum dan relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara terus-

menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter

ani interna dan externa (sobiston, 2009) dalam (Paulista, 2017).


Gambar 2.1 Anatomi Rektum (Sumber : Fauziyyah, 2015)

3. Etiologi

Penyebab Kanker rektum masih belum diketahui pasti,namun telah

dikenali beberapa faktor predisposisi. Faktor predisposisi lain mungkin

berkaitan dengan kebiasaan makan. Hal ini karena Kanker rektum terjadi

serkitar sepuluh kali lebih banyak pada penduduk wilayah barat yang

mengkonsumsi lebih banyak makanan mengandung karbohidrat murni dan

rendah serat,dibandingkan produk primitif (Misalnya,di Afrika) yang

mengkonsumsi makanan tinggi serat (Arderson S, 2016). Beberapa faktor

risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum menurut (Smeltzer, Burke,

Hinkle & Cheever, 2010) sebagai berikut:

a. Diet rendah serat

Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, (Price


Sylvia A, 2012) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya

karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan

perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein

dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet

rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi

karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa

transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik

dengan mukosa usus bertambah lama.

b. Lemak

Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah

steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.

c. Polip (colorectal polyps)

Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau

rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian

besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma)

dapat menjadi kanker.

d. Inflamatory Bowel Disease

Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada rectum

(misalnya colitis ulcerativa) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang

lebih besar.

e. Riwayat kanker pribadi

Orang yang sudah pernah terkena kanker kolorectal dapat terkena

kanker kolorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat

kanker di indung telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai

tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker rektum.


f. Riwayat kanker rektal pada keluarga

Jika mempunyai riwayat kanker rekti pada keluarga, maka

kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena

kanker pada usia muda.

g. Faktor gaya hidup

Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak

dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih

besar terkena kanker kolorectal serta kebiasaan sering menahan

tinja/defekasi yang sering.

h. Usia di atas 50

Kanker rektum biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua.

Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah

usia 50 tahun ke atas.2).

4. Patofisologi

Kanker Rektum terutama (95%) adenokarisinoma (muncul dari lapisan

epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan

menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur

sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian

tubuh yang lain (paling sering ke hati) (Oliver, 2018).

Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan pada

struktur dan fungsi sel menjadi bersifat maligna. Maligna merupakan peroses

perubahan sel normal menjadi sel kanker. Transformasi maligna diduga

mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses seluler yaitu inisiasi merupakan

perubahan dalam bahan genetika yang memicu sel menjadi ganas, promosi

yaitu perubahan sel menjadi ganas dan progresi yaitu tahap akhir terbentuknya
sel kanker (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010).

WOC
5. Manifestasi Klinis

Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari

bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi

atau perdarahan rektum. Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit,

dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah

(Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010):

a. Perubahan kebiasaan defekasi

b. Terdapat darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua

c. Gejala anemia tanpa diketahui penyebabnya

d. Anoreksia

e. Penurunan berat badan tanpa alasan

f. Keletihan

g. Mual dan muntah-muntah

h. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya setelah BAB

i. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)

j. Perut sering terasa kembung atau keram perut

Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak

lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya konstipasi), serta

feses berdarah. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf,

pembuluh limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada tungkai atau perineum,

hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih

dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Semua karsinoma

kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila membesar atau

invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional, terkadang bisa terjadi

perforasi dan menimbulkan abses peritoneum (Fauziyyah, 2015).


6. Klasifikasi Dan Pemeriksaan Diagnostik

Klasifikasi menurut (Black, J.C & Hawks, 2014):

a. Stadium 0 (carcinoma in situ) Kanker belum menembus membran basal dari

mukosa kolon atau rektum.

b. Stadium I Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau ketiga

(submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum tetapi belum

menyebar keluar dari dinding kolon/rectum.

c. Stadium II Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari

dinding usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar pada

kelenjar getah bening.

d. Stadium III Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi

belum pada organ tubuh lainnya.

e. Stadium IV Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Fecal occulat blood test

b. Pemeriksaan darah samar pada feses di bawah mikrosko

c. Endoskopi

Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat dilakukan dengan

sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi

total.

d. Biopsi

Tindakan pembedahan untuk pengambilan sel atau jaringan abnormal .

e. Ultrasonogrsfi(USG)

Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada rektum, tetapi USG digunakan untuk

melihat ada tidaknya metastasis kanker kekelenjar getah bening di abdomen dan
hati.

f. Laboratorium

Pemeriksaankimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat

meninggi , indikasi telah mengenai hepar (Hudack& Gallo, 2017).

8. Penatalaksanaan

a. Pembedahan

Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindak bedah. Tujuan utama ialah

memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun nonkuratif. Tindak bedah

terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limf regional. Bila sudah

terjadi metastasis jauh, tumor primer akan di reseksi juga dengan maksud mencegah

obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri (Sjamsuhidayat & de

Jong, 2011).

b. Kolostomi

Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar

melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak bisa berfungsi,

dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena gangguan fungsi anus

(Suratun & Lusianah, 2010)

c. Radiasi

Terapi radiasi merupakan penanganan karsinoma dengan menggunakan x-ray

berenergi tinggi untuk membunuh sel karsinoma. Terdapat 2 cara pemberian terapi

radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi internal. Radiasi eksternal

(external beam radiation therapy) merupakan penanganan dimana radiasi tingkat

tinggi secara tepat diarahkan pada sel karsinoma. Terapi radiasi tidak menyakitkan

dan pemberian radiasi hanya berlangsung menit (American Cancer Society, 2013).
d. Kemoterapi

Kemoterapi pada kanker kolorektal dapat dilakukan sebagai terapi ajuvan,

neoaduvan atau paliatif. Terapi ajuvan direkomendasikan untuk kanker rektum

stadium II dan stadium III yang memiliki risiko tinggi (Komite Penanggulangan

Kanker Nasional, 2015).

9. Komplikasi

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.

Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon dan

rektum yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan

pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok (Smeltzer dan

Bare, 2002) (Nursalam, 2016).

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan lingkungan (Dermawan, 2012).

a. Pengumpulan Data

1) Identitas pasien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat,

tempat tinggal

2) Riwayat penyakit sekarang: Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya

keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran

3) Riwayat penyakit dahulu: Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita

pasien dengan timbulnya kanker rektum.


4) Riwayat penyakit keluarga: Adakah anggota keluarga yang mengalami

penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang

mengalami penyakit kronis lainnya

5) Riwayat psikososial dan spiritual: Bagaimana hubungan pasien dengan

anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun saat

sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit, karena penyakit

yang dideritanya, dan bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme

untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

b. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual

1) Pola Nutrisi

Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa saja

yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekwensi

makanannya.

2) Pola Eliminasi

Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah keluar darah

atau tidak, keras, lembek, cair ?

3) Pola personal hygiene

Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau tidak,

menyikat gigi.

4) Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan istirahat tidur berapa jam?

Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan?

5) Pola aktivitas dan latihan

Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar

kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan


sekitarnya.

6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,

ketergantungan dengan obat-obatan ( narkoba ).

7) Hubungan peran

Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-teman

sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat?

8) Pola persepsi dan konsep diri

Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga,

kebersamaan dengan keluarga.

9) Pola nilai kepercayaan

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap agama

yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh terhadap

perintah dan larangan-Nya.

10) Pola reproduksi dan seksual

Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan keluarga

besarnya dan lingkungan sekitar.

c. Riwayat pengkajian nyeri

P: Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bias

memperberat? apa yang bias mengurangi

Q: QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala

dirasakan

R: Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?

S: Skala – severity: Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala

berapah?
T: Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan? tiba-

tiba atau bertahap? seberapa lama gejala dirasakan?

d. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, suhu 37,5 C,

nadi 602) 100X/ menit, RR 16-20x / menit tensi 120/ 80 mmHg.

2) Pemeriksaan head totoe

- Kepala dan leher: Dengan tehnik inspeksi dan palpasi:

- Rambut dan kulit kepala: Pendarahan, pengelupasan, perlukaan,

penekanan

- Telinga: Perlukaan, darah, cairan, bauh ?

- Mata: Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak

mata, adanya benda asing, skelera putih ?

- Hidung: Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan

anatomi akibat trauma?

- Mulut: Benda asing, gigi, sianosis, kering? Bibir: Perlukaan,

pendarahan, sianosis, kering? Rahang: Perlukaan, stabilitas ?

- Leher: Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar

tiroid

- Pemeriksaan dada

Inspeksi: Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi

pernapasan, irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara

napas tambahan bentu dada?

Palpasi: Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama

antara kanan kiri dinding dada.

Perkusi: Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup


pada batas paru dan hipar.

Auskultasi: Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan

paru, suara ronchi dan wheezing

- Kardiovaskuler

Inspeksi: Bentuk dada simetris

Palpasi: Frekuensi nadi,

Parkusi: Suara pekak

Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur,

- System pencernaan/abdomen

Inspeksi: Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen

membuncit atau datar , tapi perut menonjol atau tidak,

lembilikus menonjol atau tidak, apakah ada benjolanbenjolan /

massa.

Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa ( tumor,

teses) turgor kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi

pasien, apakah tupar teraba, apakah lien teraba?

Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau

cair akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika

urinaria, tumor)

Auskultasi: Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5- 35

kali permenit.

- Pemeriksaan extremitas atas dan bawah meliputi:

Warna dan suhu kulit

Perabaan nadi distal

Depornitas extremitas alus


Gerakan extremitas secara aktif dan pasif

Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi

Derajat nyeri bagian yang cidera

Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh

Reflek patella

- Pemeriksaan pelvis/genitalia

Kebersihan, pertumbuhan rambut

Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter,

terdapat lesi atau tidak

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau

respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko

masalah kesehatan atau pada proses kehidupan . Diagnosa keperawatan merupakan

bagian vital dalam menentukanasuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu

pasien mencapai kesehatan yang optimal (PPNI, 2016):

a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury fisik

b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan anoreksia

c. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan perubahan pola tidur


3. Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI

1 Nyeri Akut    Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri


keperawatan selama 3 x 24
Observasi
jam diharapkan nyeri pada
pasien berkurang dengan a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Tingkat Nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
1. Nyeri berkurang dengan skala 2
c. Identifikasi respon nyeri nonverbal
2. Pasien tidak mengeluh nyeri
Terapeutik
3. Pasien tampak tenang
4. Pasien dapat tidur dengan a. Berikan teknik non farmakologis
tenang untuk meredakan nyeri (aromaterapi,
5. Frekuensi nadi dalam batas terapi pijat, hypnosis, biofeedback,
normal (60-100 x/menit) teknik imajinasi terbimbimbing,
6. Tekanan darah dalam batas teknik tarik napas dalam dan kompres
normal (90/60 mmHg – 120/80 hangat/ dingin)
mmHg) b. Kontrol lingkungan yang
7. RR dalam batas normal (16-20 memperberat nyeri ( missal: suhu
x/menit) ruangan, pencahayaan dan kebisingan)
Kontrol Nyeri Perawatan kenyamanan
1. Melaporkan bahwa nyeri
Observasi
berkurang dengan
a. Identifikasi gejala yang tidak
menggunakan manajemen nyeri
menyenangkan (mis. Mual, nyeri, gatal,
2. Mampu mengenali nyeri
sesak)
(skala, intensitas, frekuensi dan
Terapeutik
tanda nyeri)
a. Berikan posisi yang nyaman
Status Kenyamanan b. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Edukasi
1. Menyatakan rasa nyaman
a. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan
setelah nyeri berkurang
terapi/pengobatan
b. Ajarkan terapi relaksasi nafas dalam
Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian analgesik,


antipruritus, antihistamin, jika perlu
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Gangguan Makan
keperawatan selama ........ jam, Observasi :
a. Monitor asupan dan keluarnya makanan
maka status nutrisimembaik
dan cairan serta kebutuhan kalori
dengan kriteria hasil :
Terapiutik :
1. Kekuatan otot pengunyah
a. Berikan penguatan positif terhadap
meningkat
2. Kekuatan otot menelan keberhasilan target dan perubahan
meningkat perilaku
3. Serum albumin meningkat b. Rencanakan program pengobatan
4. Ungkapan keinginan untuk untuk perawatan dirumah
meningkat nutrisi meningkat Edukasi :
5. Pengetahuan tentang pilihan a. Anjurkan membuat catatan harian
makanan/minuman yang sehat tentang perasaan dan situasi pemicu

meningkat pengeluaran makanan (misal,

6. Pengetahuan tentang standar pengeluaran yang disengaja, muntah,

asupan nutrisi yang tepat aktivitas berlebih)

meningkat Kolaborasi :

7. Penyiapan dan penyimpanan 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang


makanan/ minuman yang aman target berat badan, kebutuhan kalori
meningkat dan pilihan makanan
8. Sikap terhadap
makanan/minuman sesuai
dengan tujuan kesehatan
meningkat
9. Perasaan cepat kenyang
menurun
10. Sariawan menurun
11. Rambut rontok menurun
12. Diare menurun
13. Berat badan membaik
14. Nafsu makan membaik
15. Bising usus membaik
16. Index massa tubuh membaik
17. Tebal lipatan kulit triceps
membaik
18. Membran mukosa
19. Frekuensi makan membaik

3 Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (I. 05178)
keperawatan selama ........ jam,
Observasi
maka status nutrisimembaik
dengan kriteria hasil 1. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
1. Toleransi Aktivitas
2. Monitor lokasi dan
Meningkat
ketidaknyamanan selama
2. Kemampuan aktivitas
melakukan aktivitas
meningkat
3. Mendapat bantuan
berkurang
Terapeutik
4. Ketergantungan berkurang 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
B. Terapi Aktivitas (I.05186)
Observasi

1. Identifikasi deficit tingkat aktivitas


2. Identifikasi makna aktivitas rutin
(mis. Bekerja) dan waktu luang
3. Monitor respon emosional, fisik,
social, dan spiritual terhadap
aktivitas

Terapeutik

1. Fasilitasi focus pada kemampuan,


bukan deficit yang dialami
2. Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan social
3. Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
4. Berikan penguatan positfi atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi

1. Jelaskan metode aktivitas fisik


sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan terapi okupasi


dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika
sesuai
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang

dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-

faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,

perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).

Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan

Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan

cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan

lainnya.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai

tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,

2012). Menurut (Asmadi, 2008)Terdapat 2 jenis evaluasi :

a) Evaluasi formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil

tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat

mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan


keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang

dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif

(data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori), dan

perencanaan.

b) Evaluasi sumatif (hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua

aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan

menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.

Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan

wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon pasien dan keluarga

terkai pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan keperawatan,

yaitu :

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian

3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

I. Identitas Diri Klien

Nama : Tn.S Tanggal masuk Rs : 28/01/2022

Tgl lahir : 27/01/1965 Sumber Informasi : Klien

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status Kawin : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Korong Bayur Pauh Kaba Nan Sabaris Padang Pariaman

II. Identitas Keluarga klien

Keluarga Terdekat yang dapat segera dihubungi (Orang tua, Suami,Istri)

Nama : Ny. Y

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Hubungan : Istri

Alamat : Korong Bayur Pauh Kaba Nan Sabaris Padang Pariaman


III. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Klien merupakan pasien rujukan dari RSUD Padang Pariaman, klien masuk

melalui IGD Dr M Jamil Padang pada tanggal 28 Januari 2022 dengan diantar oleh

ambulan beserta keluarga pada pukul 10:00 wib dengan keluahan nyeri di bagian

perut lalu menetap di perut kanan bawah, diagnosa rujukan klien adalah Kanker Usus

2. Riwayat kesehatan sekarang :

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29 Januari 2022 pukul 11:00 wib,

klien mengatakan telah menjalani operasi pada tanggal 16 Januari 2022, klien

mengeluhkan nyeri pada perut terutama pada bgian bekas operasi, klien mengatakan

nyeri ilang timbul lebih 2-3 menit, nyeri bertambah saat melakukan aktivitas, klien

mengatakan saat bergerak sangat sakit seperti tertusuk-tusuk. Klien mengatakan nafsu

makan berkurang, klien mengatakan juga sering muntah, terkadang muntah nasi

taupun cairan dan diiringi dengan sakit perut. Klien mengatakan tadi pagi muntah 1

kali, klien mengatakan mengalami penurunan berat badan, mual setiap akan makan,

perut kembung dan sulit berjalan, klien di bantu untuk ke WC dan dalam memenuhi

kebutuhannya oleh keluarga. Saat dilakukan pemeriksaan fisik terdapat luka post op di

sebelah perut kanan bawah sepanjang lebih kurang 8 cm, keadaan luka masih baru dan

di tutup perban. didapatkan data TD: 128/80 mmhg, N: 90x/i RR: 20x/i, T : 36,6 C.

BB sebelum sakit : 58 Kg, BB Saat sakit: 55 kg. TB : 150, IMT 24,4. Klien tampak

lemah, makanan habis ¼ porsi, klien tampak muntah air tadi pagi, klien tampak

meringis kesakitan. P: Luka Post Op, Q: Menusuk-nusuk. R: Perut Kanan Bawah, S:5

T: 2-3 menit. Konjungtiva anemis, bibir kering, turgor kulit buruk, lidah kotor,

terpasang IVFD Nacl 0,9%.


3. Riwayat kesehatan dahulu :

Ibu klien mengatakan klien terkahir masuk rumah sakit pada awal Desember

2021 karena sakit perut, yaitu di RSUD Padang Pariaman, namun hanya didiagnosa

magh.

4. Kesehatan Keluarga :

Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang pernah mengalami

penyakit ataupun gejala yang sama dengan klien.Tidak ada riwayat penyakit

keturunan seperti DM, Hipertensi, Jantung dll.

Genogram :

Keterangan :

: Pasien laki-laki : Tinggal satu rumah

: Perempuan : Laki-laki meninggal

: Laki - laki : Perempuan meninggal


IV. Pemeriksaan Fisik :

I. Tanda-tanda Vital :
TD : 128/80 mmHg

N : 90 x/i

S : 36,6o C

RR : 20x/i

BB : Sehat (58 Kg) Sakit (55 Kg)

TB : 150 cm

II. Pemeriksaan Kepala


Inspeksi : Bentuk bulat normal,kepala bersih, karakteristik
rambut penyebaran merata, terdapat uban, tidak ada
ketombe.
Palpasi : Tidak ada massa atau benjolan

3. Pemeriksaan mata

Inspeksi : Mata simetris, tidak ada pembengkakan palbebra


mata, tidak ada kelainan pada mata, konjungtiva
anemis (+), sklera ikterik (-), reflekd pupil (+/+)
Tes : Penglihatan klien masih baik
pendengaran

4. Telinga

Inspeksi : Daun telinga bersih simetris kiri dan kanan, liang


telinga tampak bersih, tidak ada cerumen berlebihan
dan tidak ada pendarahan
Tes : Pendengaran klien masi baik dikedua sisi telinga
pendengaran
5. Hidung

Simetris/Tidak : Tampak simetris kiri dan kanan


Membran mukosa : Membran mukosa
Penciuman/ : Tidak ada gangguan pada penciuman klien
Ketajaman
Membedakan Bau
Alergi terhadap : Klien tidak ada alergi
sesuatu

6. Mulut & Tenggorokan

Inspeksi : Mukosa mulut tampak kering, lidah tampak


kotor, gigi terdapat karang gigi
Tes rasa : Pengecapan klien tidak ada masalah
Kesulitan menelan : Klien tidak ada kesulitan menelan

7. Leher

Inspeksi : Warna kulit merata sawo matang, tidak ada


lesi
Palpasi : Tidak ada pembesaran Tyroid, tidak ada nyeri
tekan, arteri carotis teraba jelas
Adanya kaku : Tidak ada kaku kuduk
kuduk/tidak

8. Thorak

Inspeksi : Bentuk thorax normal, simetris kiri dan kanan


Palpasi : Vocal fremitus teraba sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler /Tidak ada suara nafas tambahan
9. Payudara

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, warna kulit merata


dan sama sawo matang,
Palpasi : Tidak ada benjolan atau masa, tidak ada nyeri
tekan, tidaka ada pembesaran kelenjar limfe

10. Kardiovaskuler

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari di RIC ke 5 LMCS,
tidak adanya nyeri tekan
Perkusi : Batas jantung kanan RIC ke 2, kiri 1 jari LMCS
RIC ke 5
Auskultasi : Bunyi jantung I&II normal (Lup Dup), tidak ada
suara tambahan

11. Abdomen

Inspeksi : Terdapat luka post op sepanjang 8 cm tertutup


perban, keadaan luka masih baru
Auskultasi : Bising usus 17x/i, kembung
Palpasi : Hepar,lien dan ginjal tidak teraba, terdapat nyeri
pada saat dilakukan palpasi di bagian abdomen
Perkusi : Tympani

12. Neurologi

Tingkat kesadaran : Compousmentis GCS 15


Pemeriksaan reflek : Bicep (+), Tricep (+), Patella (+), Archiles (+)
Pemeriksaan Syaraf Karnial :

Nervus I :Olfaktoris, Klien dapat membedakan bau


Nervus II :Optikus, fungsi penglihatan dan lapang pandang bagus
Nervus III :Okulomotoris, Klien mampu mengangkat kelopak mata
Nervus IV :Troelearis, Klien mampu mengangkat mata kebawah Nervus V
:Trigeminus, klien mampu mengunyah dengan baik
Nervus VI :Abdusen, klien mampu mengagkan kelopak mata
Nervus VII :Fasialis, klien mampu bersiul, mengngkat alis mata, menjulurkan
lidah, tertawa dan tersenyum
NervusVIII :Vestibulococleus, klien mampu mendengar dengan baik
Nervus IX :Glosoaringeus, klien mampu membedakan rasa asam dan manis
Nervus X :Vagus, klien mampu menelan dengan baik
Nervus XI :Asoserius, klien mampu mengangkat bahu, klien mampu menahan
tekanan pada bahu
Nervus XII :Hipoglasus, klien mampu menggerakan lidah saat bicara, artikulasi
suara dan menelan

13. Ekstremitas

Atas : Nyeri (-), kekakuan (-), edema (-)

Bawah Nyeri (-), kelemahan (-), edema (-)

Kekuatan otot

5555 5555

5555 5555

14. Genetalia

Inspeksi : Tidak ada pembekakan,


Anus : Tidak ada hemoroid

15. Kulit
Warna kulit : Warna kulit sawo matang
Ada tidaknya : Tidak ada jaringan parut/lesi
jaringan parut/lesi
Turgor kulit : Turgor kulit buruk, tidak terdapat piting oedem
pada ekstrmitas, akral hangat, tidak terdapat lesi

V. Pola Nutrisi :

Keterangan Sehat Sakit


Berat badan 58 kg 55 kg
Frekuensi makan 3x/hari 1x/hari
Jenis Makanan Nasi, lauk,pauk Nasi, lauk, pauk
Makanan yang disukai Gorengan Tidak ada
Nafsu makan Baik Menurun
Pola Makan Kurang teratur Tidak teratur

VI. Pola Eliminasi

a. Buang Air Besar

Keterangan Sehat Sakit


Frekuensi 1x/ hari 1x/3 hari
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Sedang Sedang
Penggunaan pencahar Tidak ada Tidak ada

b. Buang air kecil

Keterangan Sehat Sakit


Frekuensi 2-4x/hari 6-8x/hari
Warna Kuning Kuning
Bau Pesing Pesing
VII. Pola tidur dan istirahat

Keterangan Sehat Sakit


Waktu tidur : Siang & malam Siang & malam
Lama tidur : Siang 1 jam& malam Siang 5 jam& malam 3
6 jam jam
Kebiasaan saat tidur : Berdoa Berdoa
Kesulitan dalam hal : Tidak ada kesulitan Kesulitan tidur hanya saat
tidur tidur nyeri tiba-tiba muncul

Vlll. Pola aktivitas & latihan

Kegiatan dalam pekerjaan : Pekerja Pabrik


Olah raga : Klien jarang melakukan kegiatan
olahraga
Kegiatan di waktu luang : Menonton Tv

IX. Pola Bekerja

Jenis pekerjaan : Buruh


Lama bekerja : Pagi dari jam 08.00- 16.00 WIB
Jumlah jam kerja : 1-8 jam/hari

X. Aspek psikososial

1. Pola pikir & persepsi

Alat bantu yang digunakan : Klien tidak ada menggunakan alat


bantu baik kaca mata maupun alat
bantu dengar
2. Persepsi diri

Hal yang amat : Klien takut tidak bisa sembuh


dipikirkan saat ini
Harapan setelah : Sembuh total dan segera pulang ke rumah
menjalani
perawatan
Perubahan yang : Aktivitas sehari-hari dan ekonomi
dirasa setelah sakit

3. Hubungan /Komunikasi

Bahasa utama : Bahasa yang digunakan klien sehari-hari adalah


bahasa Indonesia
Bicara : Bicara klien jelas, mampu mengekspresikan apa
yang dirasakan
Kehidupan keluarga : - Adat istiadat yang dianut sesuai tempat
tinggal klien yaitu adat kerinci
- Pembuat keputusan dalam keluarga adalah
klien sebagai KK
- Pola komunikasi yang digunakan adalah
terbuka atau demokratis
- Keuangan diatur oleh klien
- Hubungan dengan sanak keluarga baik

4. Kebiasaan seksual

Gangguan : Tidak ada gangguan


hubungan seksual
5. Spiritual

Keyakinan agama : Islam


Kegiatan agama : Sholat, Berdo’a, Dzikir
Kegiatan yang dilakukan selama : Berdo’a dan berdzikir
RS

XII. Informasi penunjang


 Diagnosa medik : Ca Recti
 Therapy Pengobatan :
- Ivfd NacCL 8 kolf/J
- Inj Ceftriaxon 2x1 gr
- Inj Ranitidine 2x50 mg
- Inj Keterolac 3x30 mg
- KSR 2x600 mg
- Cek Ur/Cr per 3 hari
- Cek Elektrolit per 3 hari
 Pemeriksaan diagnostik
 Laboratorium
Hasil pemeriksaan : 28 Januari 2022

- Hb : 13,6 mg/dL
- Leukosit : 8,11 mm3
- Hematokrit : 39
- Eritrosit : 4,10 mm3
Symptom Problem Etiologi
S: Nyeri Akut
Peradangan pada
- klien mengeluhkan Kolorektal
nyeri pada bagian luka
operasi
- klien mengatakan nyeri Proses Pembedahan
ilang timbul lebih 2-3
menit
- Klien mengatakan Terputusnya Kontiniutas
nyeri bertambah saat jaringan

melakukan aktivitas,
- klien mengatakan saat
bergerak sangat sakit Merangsang Nosiseptor
seperti tertusuk-tusuk
DO:
- Klien meringis Mengantar impuls nyeri
ke medulla spinalis
kesakitan
- Klien tampak
memegangi perutnya
- Terdapat luka post op
sepajang 8 cm Nyeri Akut
- Klien tampak lemah
- P : Luka Post Op
Q : Tertusuk-tusuk
R : Perut Bagian
Bawah
S:5
T : 2-3 Menit
- TD: 128/80 mmhg
- N: 90x/i
- RR: 20x/i,
- T : 36,6 C
DS :
Defisit Nutrsi Infeksi Epigastrium
- Klien mengatakan
nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan juga
Inflamasi dan Perforasi
sering muntah, pada usus
terkadang muntah nasi
taupun cairan dan
diiringi dengan sakit Anoreksi Mual mutah
Diagnosa Keperawatan Prioritas

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury fisik


2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan anoreksia
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan perubahan pola tidur
1) Kelelahan b.d status penyakit d.d Klien tampak terbaring le
C. INTERVENSI

NO SDKI SLKI SIKI

1 Nyeri Akut    Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri


keperawatan selama 3 x 24 jam
Observasi
diharapkan nyeri pada pasien
berkurang dengan kriteria hasil : d. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Tingkat Nyeri
nyeri
8. Nyeri berkurang dengan skala 2
e. Identifikasi skala nyeri
9. Pasien tidak mengeluh nyeri
f. Identifikasi respon nyeri nonverbal
10. Pasien tampak tenang
Terapeutik
11. Pasien dapat tidur dengan
tenang c. Berikan teknik non farmakologis
12. Frekuensi nadi dalam batas untuk meredakan nyeri (aromaterapi,
normal (60-100 x/menit) terapi pijat, hypnosis, biofeedback,
13. Tekanan darah dalam batas teknik imajinasi terbimbimbing,
normal (90/60 mmHg – 120/80 teknik tarik napas dalam dan kompres
mmHg) hangat/ dingin)
14. RR dalam batas normal (16-20 d. Kontrol lingkungan yang
x/menit) memperberat nyeri ( missal: suhu
Kontrol Nyeri ruangan, pencahayaan dan kebisingan)
1. Melaporkan bahwa nyeri Perawatan kenyamanan
berkurang dengan
Observasi
menggunakan manajemen nyeri
b. Identifikasi gejala yang tidak
2. Mampu mengenali nyeri
menyenangkan (mis. Mual, nyeri, gatal,
(skala, intensitas, frekuensi dan
sesak)
tanda nyeri)
Terapeutik
Status Kenyamanan c. Berikan posisi yang nyaman
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman
1. Menyatakan rasa nyaman
Edukasi
setelah nyeri berkurang
c. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan
terapi/pengobatan
d. Ajarkan terapi relaksasi nafas dalam
Kolaborasi

b. Kolaborasi pemberian analgesik,


antipruritus, antihistamin, jika perlu
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Gangguan Makan
keperawatan selama ........ jam, Observasi :
b. Monitor asupan dan keluarnya makanan
maka status nutrisimembaik
dan cairan serta kebutuhan kalori
dengan kriteria hasil :
Terapiutik :
1. Kekuatan otot pengunyah
c. Berikan penguatan positif terhadap
meningkat
2. Kekuatan otot menelan keberhasilan target dan perubahan
meningkat perilaku
3. Serum albumin meningkat d. Rencanakan program pengobatan
4. Ungkapan keinginan untuk untuk perawatan dirumah
meningkat nutrisi Edukasi :
meningkat b. Anjurkan membuat catatan harian

5. Pengetahuan tentang tentang perasaan dan situasi pemicu

pilihan makanan/minuman pengeluaran makanan (misal,

yang sehat meningkat pengeluaran yang disengaja, muntah,

6. Pengetahuan tentang aktivitas berlebih)

standar asupan nutrisi yang Kolaborasi :

tepat meningkat 2. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang


7. Penyiapan dan target berat badan, kebutuhan kalori
penyimpanan makanan/ dan pilihan makanan
minuman yang aman
meningkat
8. Sikap terhadap
makanan/minuman sesuai
dengan tujuan kesehatan
meningkat
9. Perasaan cepat kenyang
menurun
10. Sariawan menurun
11. Rambut rontok menurun
12. Diare menurun
13. Berat badan membaik
14. Nafsu makan membaik
15. Bising usus membaik
16. Index massa tubuh
membaik
17. Tebal lipatan kulit triceps
membaik
18. Membran mukosa
19. Frekuensi makan membaik

3 Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (I. 05178)
keperawatan selama ........ jam,
Observasi
maka status nutrisimembaik
dengan kriteria hasil 3. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
1. Toleransi Aktivitas
4. Monitor lokasi dan
Meningkat
ketidaknyamanan selama
2. Kemampuan aktivitas
melakukan aktivitas
meningkat
3. Mendapat bantuan
berkurang
4. Ketergantungan berkurang Terapeutik

5. Sediakan lingkungan nyaman dan


rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
6. Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
7. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
8. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi

5. Anjurkan tirah baring


6. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
7. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
8. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi

2. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang


cara meningkatkan asupan
makanan
B. Terapi Aktivitas (I.05186)
Observasi

4. Identifikasi deficit tingkat aktivitas


5. Identifikasi makna aktivitas rutin
(mis. Bekerja) dan waktu luang
6. Monitor respon emosional, fisik,
social, dan spiritual terhadap
aktivitas

Terapeutik

5. Fasilitasi focus pada kemampuan,


bukan deficit yang dialami
6. Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan social
7. Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
8. Berikan penguatan positfi atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi

3. Jelaskan metode aktivitas fisik


sehari-hari, jika perlu
4. Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
Kolaborasi

2. Kolaborasi dengan terapi okupasi


dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika
sesuai
D. IMPLEMENTASI & EVALUASI

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi & tanda


keperawatan tangan
29/01/22 Nyeri Akut - Melakukan pengkajian nyeri S:
- Mengindetifikasi penyebab Klien mengatakan
yeri masih nyeri pada luk
- Mengatur posisi nyaman apost op
klien
- Mengajarkan teknik O : Klien tampak
relaksasi nafas nafas meringis kesakitan,
- Melakukan kolaborasi terkait klien tampak lemah,
pemerian analgetik klien tampak
memegang perut kaan
bawah
klien masih di bantu
keluarga
Terdapat luka post op
sepanjang 8 cm

P : Luka Post Op
Q : Tertusuk-tusuk
R : Perut kanan bawah
S:5
T : 2-3 menit

TD: 128/80 mmhg,


N: 90x/i
RR: 20x/i,
T : 36,6 C

A: Masalah belum
teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan
29/01/22 Ketidakseimbangan - Mengkaji adanya alergi S:
nutrisi kurang dari makanan Klien mengatakan masi
- Memonitor adanya tidak ada nafsu makan
kebutuhan tubuh penurunan BB dan gula Klien mengeluh masi
berhubungan darah mual
- Memonitor mual dan muntah
dengan anoreksia
- Menganjurkan makan sedikit O: Klien tampak tidak
tapi sering menghabiskan
- Mengtur posisi semi fowler makanan dan tmpak
atau fowler tinggi selama mual
makan TD: 128/80 mmhg,
N: 90x/i
RR: 20x/i,
T : 36,6 C

BB sehat : 58 Kg
BB sakit : 55 Kg
IMT : 24,4

A: Masalah belum
teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan
29/01/22 Intoleransi - Mengindentifikasi S:
Aktivitas kemampuan klien Klien mengataan nyer
- Melakukan pengkajian saat beraktivitas
terkait penyebab Nyeri bertambah saat
kelemahan bergerak
- Menganjurkan keluarga
membantu ADLs klien O:
- Memenuhi kebutuhan Klien tampak dibantu
nutrisi
oleh keluarga dalam
- Memenuhi kebuthan
beraktivitas
cairan
Klien tampak meringis
- Mengajarkan ROM
kesakitan

TD: 128/80 mmhg,


N: 90x/i
RR: 20x/i,
T : 36,6 C

A: Masalah belum
teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi & tanda


keperawatan tangan
30/01/22 Nyeri Akut - Mengatur posisi nyaman S:
klien Klien mengatakan
- Mengajarkan teknik nyeri perut kanan
relaksasi nafas nafas bawah sedikit
- Melakukan kolaborasi berkurang jika
terkait pemerian analgetik dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam

O : Klien tampak
meringis kesakitan,
klien tampak lemah,
klien tampak
memegang perut kanan
bawah, klien masih di
bantu keluarga, klien
tampak melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam

P : Luka Post Op
Q : Tertusuk-tusuk
R : Perut kanan bawah
S:4
T : 2 menit
TD : 130/80 mmHg
N : 76x/i
RR : 20x/i
T : 36,3C

A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
30/01/22 Ketidakseimbangan - Memonitor adanya S:
nutrisi kurang dari penurunan BB dan gula Klien mengatakan masi
darah tidak ada nafsu makan
kebutuhan tubuh - Memonitor mual dan Klien mengeluh masi
berhubungan muntah mual
- Menganjurkan makan
dengan anoreksia
sedikit tapi sering O: Klien tampak tidak
- Mengtur posisi semi fowler menghabiskan
atau fowler tinggi selama
makanan dan tmpak
makan
mual, klien mencoba
makan sedikit tapi
sering
TD : 130/80 mmHg
N : 76x/i
RR : 20x/i
T : 36,3C

BB sehat : 58 Kg
BB sakit : 55 Kg
IMT : 24,4

A: Masalah belum
teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan
30/01/22 Intoleransi - Mengindentifikasi S:
Aktivitas kemampuan klien Klien mengataan nyer
- Melakukan pengkajian saat beraktivitas
terkait penyebab berkurang
kelemahan Nyeri bertambah saat
- Menganjurkan keluarga bergerak
membantu ADLs klien
- Memenuhi kebutuhan O:
nutrisi
Klien tampak dibantu
- Memenuhi kebuthan
oleh keluarga dalam
cairan
Mengajarkan ROM beraktivitas
Klien tampak meringis
kesakitan

TD : 130/80 mmHg
N : 76x/i
RR : 20x/i
T : 36,3C

A: Masalah belum
teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi & tanda
keperawatan tangan
31/01/22 Nyeri Akut - Mengatur posisi nyaman S:
klien Klien mengatakan
- Mengajarkan teknik nyeri pada perut kanan
relaksasi nafas nafas bawah berkurang jika
- Melakukan kolaborasi dilakukan teknik
terkait pemerian analgetik relaksasi nafas dalam

O : Klien tampak lebih


baik, nyaman
memegang perut dan
pinggangnya, klien
masih di bantu
keluarga, klienn
tampak melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam

P : Proses penyakit
Q : Tertusuk-tusuk
R : Pinggang hingga ke
perut bawah
S:3
T : 4 menit

TD : 120/80 mmHg
N : 80x/i
RR : 20x/i
T : 36,5C

A: Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan

30/01/22 Ketidakseimbangan - Memonitor adanya S:


nutrisi kurang dari penurunan BB dan gula Klien mengatakan
darah sudah mulai nafsu
kebutuhan tubuh - Memonitor mual dan makan
berhubungan muntah Mual muntah
- Menganjurkan makan berkurang
dengan anoreksia
sedikit tapi sering
- Mengtur posisi semi fowler O: Klien tampak tidak
atau fowler tinggi selama
menghabiskan
makan
makanan dan tmpak
mual, klien mencoba
makan sedikit tapi
sering, klien tampak
menghabiskan ½ porsi
makannannya

TD : 120/80 mmHg
N : 80x/i
RR : 20x/i
T : 36,5C
BB sehat : 58 Kg
BB sakit : 55 Kg
IMT : 24,4

A: Masalah teratasi

P: Intervensi
dihentikan
31/01/22 Intoleransi - Mengindentifikasi S:
Aktivitas kemampuan klien Klien mengatakan
- Melakukan pengkajian aktivitas sudah bisa
terkait penyebab mndiri tetapi dengan
kelemahan pelan-pelan
- Menganjurkan keluarga
membantu ADLs klien O: Klien tampak sudah
- Memenuhi kebutuhan mampu melakukan
nutrisi
aktivitas mandiri
- Memenuhi kebuthan
cairan
TD : 120/80 mmHg
- Mengajarkan ROM
N : 80x/i
RR : 20x/i
T : 36,5C
A: Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Kasus Kelolaan

1. Pengkajian

Pada Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29 Januari 2022 pukul 11:00

wib, klien mengatakan telah menjalani operasi pada tanggal 16 Januari 2022, klien

mengeluhkan nyeri pada perut terutama pada bgian bekas operasi, klien

mengatakan nyeri ilang timbul lebih 2-3 menit, nyeri bertambah saat melakukan

aktivitas, klien mengatakan saat bergerak sangat sakit seperti tertusuk-tusuk. Klien

mengatakan nafsu makan berkurang, klien mengatakan juga sering muntah,

terkadang muntah nasi taupun cairan dan diiringi dengan sakit perut. Klien

mengatakan tadi pagi muntah 1 kali, klien mengatakan mengalami penurunan

berat badan, mual setiap akan makan, perut kembung dan sulit berjalan, klien di

bantu untuk ke WC dan dalam memenuhi kebutuhannya oleh keluarga. Saat

dilakukan pemeriksaan fisik terdapat luka post op di sebelah perut kanan bawah

sepanjang lebih kurang 8 cm, keadaan luka masih baru dan di tutup perban.

didapatkan data TD: 128/80 mmhg, N: 90x/i RR: 20x/i, T : 36,6 C. BB sebelum

sakit : 58 Kg, BB Saat sakit: 55 kg. TB : 150, IMT 24,4. Klien tampak lemah,
makanan habis ¼ porsi, klien tampak muntah air tadi pagi, klien tampak meringis

kesakitan. P: Luka Post Op, Q: Menusuk-nusuk. R: Perut Kanan Bawah, S:5 T: 2-

3 menit. Konjungtiva anemis, bibir kering, turgor kulit buruk, lidah kotor,

terpasang IVFD Nacl 0,9%.

Menurut teori, Kanker rektum adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas

didalam permukaan usus besar atau rektum (Dyayadi MT, 2019). Kanker rektum

merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus

menyerang bagian rektum yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel dimana

lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus (Nugroho, 2071). Kanker rektum adalah

pertumbuhan sel abnormal atau maligna pada daerah rektum ( (Radjmono, 2016)

Penyebab Kanker rektum masih belum diketahui pasti,namun telah

dikenali beberapa faktor predisposisi. Faktor predisposisi lain mungkin berkaitan

dengan kebiasaan makan. Hal ini karena Kanker rektum terjadi serkitar sepuluh

kali lebih banyak pada penduduk wilayah barat yang mengkonsumsi lebih banyak

makanan mengandung karbohidrat murni dan rendah serat,dibandingkan produk

primitif (Misalnya,di Afrika) yang mengkonsumsi makanan tinggi serat (Arderson

S, 2016)..

Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari

bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan

defekasi atau perdarahan rektum. Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker,

tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi.

Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah evakuasi feses yang

tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya


konstipasi), serta feses berdarah. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat

mengenai radiks saraf, pembuluh limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada

tungkai atau perineum, hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan

defekasi, atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat

tersebut. Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan,

obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar

regional, terkadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses peritoneum

(Fauziyyah, 2015).

Berdasarkan analisa penulis bahwa ca recti merupakan salah satu penyakit

pencernaan yang ganas, pada proses penatalaksaannya klien akan mengalami nyeri

pada luka bekas post op, sesuai dengan kasus Tn. S, klien setelah melakukan

operasi mengalami nyeri pada area luka, hal ini juga diikuti dengan perasaal mual

dan muntah, dengan beberapa gejala yang dirasakan klien membuat klien

mengalami kesulitan tidur.

2. Diagnosa

Pada kasus kelolaan penulis, berdasarkan hasil pengkajian penulis

menemukan tiga masalah keperawatan pada Tn.S yaitu nyeri akut, defisit nutrisi

dan Gangguan Pola tidur. Masalah tersebut berdasarkan pada data langsung dari

klien dan data observasi perawat serta hasil pemeriksaan penunjang.

a) Nyeri akut b.d agen cidera biologis

Menurut SDKI (2018), batasan karakteristik untuk menegakkan nyeri

yaitu mengeluhkan nyeri, ekspresi wajah nyeri, dilatasi pupil, fokus

menyempit, fokus pada diri sendiri , laporan tentang perilaku nyeri/perubahan

aktifitas, mengekspresikan perilaku, perubahan posisi untuk menghindari

nyeri, putus asa, sikap melindungi area nyeri, dan sikaap tubuh melindung.
Menurut analisa penulis pada kasus Tn.S ditemukan beberapa batasan

karakteristik tersebut yaitu berupa mengeluhkan nyeri, ekspresi wajah, laporan

tentang perilaku nyeri/ perubahan aktifitas, mengekspresikan perilaku dan

perubahan posisi untuk menghindari nyeri sehingga dapat diangkat diagnosa

nyeri akut.

b) Defisit Nutrisi b.d intake tidak adekuat

Menurut SDKI (2018) deficit nutrisi yaitu Asupan nutrisi tidak cukup

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Dimana batasan karakteristiknya

untuk menegakkan diagnosa kerusakan integritas jaringan yaitu berat badan

menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan,

kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif dan diare

Menurut analisa penulis, hal ini sesuai dengan data yang didapatkan

pada Tn.S yaitu Klien mengatakan nafsu makan berkurang, klien mengatakan

juga sering muntah, terkadang muntah nasi taupun cairan dan diiringi dengan

sakit perut. Klien mengatakan tadi pagi muntah 1 kali, klien mengatakan

mengalami penurunan berat badan, mual setiap akan makan, BB sebelum

sakit: 58 Kg, BB Saat sakit: 55 kg. TB : 150, IMT 24,4. Klien tampak lemah,

makanan habis ¼ porsi, klien tampak muntah air

c) Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan perubahan pola tidur

Menurut SDKI (2018), Gangguan Pola Tidur merupakan keadan

gangguan pada kualitas tidur yang disebabkan oleh gangguan eksternal. Seperi

hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,

pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/ pemeriksaan/


tindakan) Kurang kontrol tidur, Kurang privasi, Restraint fisik, Ketiadaan

teman tidur dan nyeri

Menurut analisa penulis, data yang didapatkan dari Tn.S sesuai dengan

batasan karakteristik yaitu klien merasa tidak nyaman dengan keadaann nyeri

serta gangguan eksternal seperti penyesuaian dengan lingkungan fsik rumah

sakit

3. Intervensi

Intervensi merupakan suatu strategi untuk mengatasi masalah klien yang

perlu ditegakan diagnosa dengan tujuan yang akan dicapai serta kriteria hasil.

Umumnya perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis dapat diaplikasikan dan

diterapkan dalam tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada atau

sesuai dengan prioritas masalah.

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu melakukan

pengkajian nyeri secara komprehensif (P,Q,R,S,T) untuk mengetahui karakteristik

nyeri, mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri untuk memberikan

kenyamanan, posisikan klien semi fowler, kolaborasikan pemberian analgetik,

memonitor TTV (TD, N, RR, S) dan melakukan tarik nafas dalam untuk

mengurangi nyeri yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien dan tarik

nafas dalam juga berfungsi untuk melancarkan sirkulasi darah.

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu monitor intake klien,

menganjurkan pemenuhan nutrisi dengan makan sedikit tapi sering, pemenuhan

nutrisi oral ataupun IV, serta makan dengan posisi duduk. Memonitor kenaikan

atau penurunan BB pada klien.


Intervensi yang dilakukan pada diagnosa ketiga yaitu mengatur posisi

klien dengan posisi semi fowler, melakukan kolaborasi terkait dengan pemberian

oksigen dan terapi inhalasi pada klien

4. Implementasi

Berdasarkan dari perencanaan keperawatan pada Tn.B penulis melakukan

beberapa aktivitas pada masing-masing diagnosa, tindakan yang dilakukan

terhadap klien sesuai dengan intervensi yang sudah dirancang sebelumnya dan

disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan klien.

Asuhan keperawatan berupa tindakan telah dilakukan kepada klien dengan

diagnosa sebagai berikut :

a) Nyeri akut b.d agen cidera biologis

Pada diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan

pasca proses pembedahan. Dimana implementasi yang dilakukan oleh penulis

yaitu melakukan pengkajian nyeri secara komprehesif untuk mengetahui

karakteristik nyeri, mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

nyeri untuk memberikan kenyamanan, mengajarkan teknik nonfarmakologi

atau kompres dingin untuk mengurangi nyeri dan memberikan kenyamanan

pada pasien. Sebelum dilakukan tarik nafas dalam dahulu diukur intensitas

nyeri yang dirasakan oleh klien, setelah itu dilakukan tarik nafas dalam selama

10 menit lalu diukur kembali intensitas skala nyeri setelah dilakukan tarik

nafaas dalam.

b) Defisit nutrisi bd. Intake tidak adekuat

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu melakukan

identifikasi terkait intake output klien, menganjurkan klien untuk makan

sedikit tapi banyak, serta makan dalam posisi duduk.


c) Gangguan Pola Tidur b.d perubahan pola tidur

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa ketiga yaitu mengatur

lingkungan klien, menagnjurkan menggunakan aroma terapi sebelun tidur.

5. Evaluasi

Evaluasi yang diperoleh dari tanggal 29 Januari 2022 sampai dengan 31

Januari 2022 pada Tn.S dengan Ca recti sebagai berikut :

a) Nyeri akut b.d agen cidera biologis

Berdasarkan kasus pada Tn.S didapatkan evaluasi setelah dilakukan tiga

hari implementasi yaitu saat intervensi hari pertama klien memberikan respon

baik terhadap teknik relaksasi dan posisi semi fowler yang diberikan perawat,

namun pada saat hari kedua klien mengelukan nyeri bertambah, intervensi

tetap dilanjutkan pada hari ke 2, Hari ke 3 intervensi dilakukan hingga klien

mengalami penurunan nyeri

Menurut analisa peneliti, implementasi yang dilakukan sesuai dengan

kebutuhan klie, sehingga nyeri yang dirakan oleh klien dapat berkurang.

b) Defisit nutrisi b.d intake tidak adekuat

Evaluasi pada diagnosa kedua yaitu setelah klien dianjurkan untuk makan

sedikit tapi sering serta makan dalam posisi duduk pada hari pertama

intervensi klien mengatakan akan mencoba metode yang di ajarkan, klien

bahakan menghabiskan ½ porsi makanannya, Pada hari berikutnya nafsu

makan klien meningkat, kemauan untuk makan secara mandiri sehingga

pemenuhan nutrisi klien terpenuhi, dan berkurangnya mual muntah yang

dirasakan oleh klien

Menurut analisa peneliti, keadaan klie membaik karena intervensi yang

diberikan sesuai dengan kebutuhan klien, mual dan muntah yang berkurang
membuat nafsu makan klien meningkat dan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi

dengan seharusnya

c) Gangguan pola tidur b.d perubahan pola tidur

Evaluasi pada diagnosa ketiga yaitu setelah dilakukan dengan

meganjurkan klien untuk mendapatkan aromatherapy agar klien menjadi rileks

dan gangguan tidur yang dialami berkurang, Klien pada hari kedua intervensi

mengatakan terjadi perubahan pola tidr yang kearah lebih baik, pada hari ke

tiga implementasi klien mengatakan pola tidur nya membaik, kepuasaan

tidurnya meninggat serta kualitas tidur yang dirakan lebih baik dari

sebelumnya setelah difokuskan dengan menggunakan aromateraphy lavender.

Menurut analisa peneliti, klien mengalami peningkatan pada pola tidur

dan kualitas tidurya karena intervensi yang dilakukan sesuai dengan

kebutuhan klien, dengan memberikan aromatheraphy sebelum tidur akan

memberikan efek rileks pada klien, dan mambantu untuk memberikan tidur

yang berkualitas
.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan proses keperawatan pada Tn.S dengan Ca recti dari tanggal

19 – 31 Januari 2022 didapatkan kesimpulan:

1. Pada pengkajian didapatkan tanda dan gejala utama yang muncul pada Tn.S

dengan Post op laparotomy atas indikasi Ca recti yaitu nyeri pada bagian luka post

op.

2. Diagnosa keperawatan pada Tn.S, deficit nutrisi dan gangguan pola tidur. Masalah

tersebut berdasarkan pada data langsung dari klien dan data observasi perawat serta

hasil pemeriksaan penunjang.

3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada nyeri yaitu dengan pemberian terknik

relaksasi nafas dalam, deficit nutrisi dengan pemenuhan intake yang adekuat, pola

nafas tidak efektif dengan memberikan posisi semi fowler dan terapi oksigenasi

4. Implementasi keperawatan terhadap klien sesuaikan dengan intervensi yang telah

penulis rumuskan yang didaptkan dari teoritis. Semua intervensi

diimplementasikan oleh penulis dan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang

diinginkan.
5. Evaluasi keperawatan terhadapat klien selama tiga hari intervensi memberikan

berubahaan yang lebih pada klien, nyeri klien berkurang, kebutuhan nutrisi klien

terpenuhi dengan baik dan berkurangnya mual dan muntah pada klien, serta pola

tidur klien yang lebih berkualitas.

B. Saran

Dengan selesainya dilakuakn asuhan keperawatan pada klien dengan colitis

ulseratif, diharapkan dapat memberikan masukan terutama pada :

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan hasil karya seminar kasus ini dapat menambah wawasan mahasiswa

dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan

medikal bedah khususnya pada pasien ca recti

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan pendidikan serta masukan dan

perbandingan untuk penelitian lebih lanjut asuhan keperawatan pada pasien

dengan ca recti

3. Bagi Pelayanan Keperawatan

Diharapkan hasil seminar kasus ini akan memberikan manfaat bagi pelayanan

keperawatan dengan memberikan gambaran dan mengaplikasikan acuan dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien ca recti,.yang komprehensif serta

memberikan pelayanan yang lebih baik dan menghasilkan pelayanan yang

memuaskan pada klien serta melihatkan perkembangan klien yang lebih baik.

4. Bagi Pasien Dan Keluarga


Sebagai media informasi tentang penyakit yang diderita klien dan bagaimana

penanganan bagi klien dan keluarga baik dirumah sakit maupun dirumah

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem

Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Haryono, R. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem Pencernaan.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta:EGC

Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.

Liu, T., & Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing

Group.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementrian RI tahun 2018.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi

dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional

Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan

Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional


Indonesia.

Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. 2011. Diagnosis Keperawatan Edisi 9. ECG: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai