Di Susun Oleh:
Mahasiswa Kelompok 4
Tingkat II B/Semester IV
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan diagnosa
medis Kanker Paru-Paru dan Kebutuhan Dasar Manusia tentang Oksigenasi di
Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan
ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina., S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Erika Sihombing, S.Kep., Ners selaku Kepala Ruang Gardenia RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dan Pembimbing Klinik yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di ruang Gardenia.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit Kanker Paru...................................................................5
2.1.1 Definisi Kanker Paru......................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi..........................................................................5
2.1.3 Etiologi.........................................................................................13
2.1.4 Klasifikasi....................................................................................15
2.1.5 Patofisiologi (Pathways)..............................................................19
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)........................................21
2.1.7 Komplikasi...................................................................................22
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...............................................................24
2.1.9 Penatalaksanaan Medis................................................................26
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi).....................................27
2.2.1 Konsep Oksigenasi.......................................................................27
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan............................................................33
2.3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................33
2.3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................37
2.3.3 Intervensi Keperawatan................................................................37
2.3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................44
2.3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................45
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................46
3.1 Pengkajian................................................................................................46
3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................62
3.3 Intervensi..................................................................................................63
3.4 Implementasi............................................................................................67
3.5 Evaluasi....................................................................................................67
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................74
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................81
5.1 Kesimpulan..............................................................................................81
5.2 Saran........................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................83
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Indonesia mencapai 195.300 orang, dengan kontribusi kanker paru sebesar 21,8%
dari jumlah kematian. Di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, pada tahun 2019
pasien dengan kunjungan ke poliklinis paru antara 20-30 orang perhari. Jumlah rata-rata
pasien baru sekitar 75-100 orang pertahun dari seluruh Kalteng. Selama satu minggu
kemoterapi pasien kanker berkisar 15-20 orang.
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang
dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang. Penyakit kanker
paru-paru lebih banyak disebabkan oleh merokok (87%), sedangkan sisanya
disebabkan oleh zat asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas
mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun
biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Selain itu, ada pula
penderita kanker paru-paru yang sebelumnya menderita penyakit paru-paru
lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis. Penyebab kematian penderita kanker
paru-paru biasanya bukan kesulitan bernafas, tetapi karena posisi paru-paru dalam
sistem peredaran darah menyebabkan kanker mudah menyebar ke organ vital
lainnya. Penyebaran ini akan menyebabkan terganggunya fungsi organ vital
tersebut dan menyebabkan kematian. Hampir 90% kanker paru-paru
mengakibatkan kematian dan 30% orang yang meninggal akibat kanker adalah
penderita kanker paru-paru.
Dari besarnya insiden kanker paru di negara–negara berkembang seperti di
Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik kanker paru dalam upaya
perawatan kuratif, paliatif, dan suportif yang bersifat menyembuhkan,
memperlambat perkembangan tumor dan terapi lain yang sifatnya sebagai
pendukung. Upaya preventif yang dapat dilakukan diantaranya dengan menjauhi
asap rokok, baik perokok aktif atau perokok pasif, karena asap rokok mengandung
karsinoma yang paling aktif, hidup di lingkungan yang sehat dan terbebas dari
polusi udara, dan membiasakan diri mengkonsumsi makanan bergizi serta
berserat, sehingga ketepatan penegakan diagnosis hingga pemberian terapi yang
adekuat.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Faring
3. Laring (tenggorok)
a) Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal
ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri
dari tulang-tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan
menutup laring.
b) Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula
tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian
atas esopagus.
c) Cartilago / tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai berikut:
a. Cartilago thyroidea 1 buah di depan jakun ( Adam’s apple) dan sangat
jelas terlihat pada pria. Berbentuk V, dengan V menonjol kedepan
leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu
superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan
dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan
bagian luar cartilago cricoidea.
b. Cartilago epiglottis 1 buah. Cartilago yang berbentuk daun dan
menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada
bagian belakang V cartilago thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan
kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago
arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
c. Cartilago cricoidea 1 buah yang berbentuk cincin. Cartilago berbentuk
cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah
cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh
membrane cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea
berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana
cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin
trachea I.
d. Cartilago arytenoidea 2 buah yang berbentuk beker. Dua cartilago
kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea.
9
Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid
yang menonjol kedepan.
d) Laring dilapisi oleh selaput lender , kecuali pita suara dan bagian epiglottis
yang dilapisi olehsel epithelium berlapis.
2. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan
ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih
pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih
tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat
di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan
kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi
bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan
ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai
akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang
10
3. Paru-Paru
a) Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri
dari 3 lobus (lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media,
lobus pulmo dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus
(lobus sinistra superior dan lobus sinistra inferior).
b) Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama segmen.
Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior
dan lima lobus inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10 segmen, yaitu 5
buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan
3 segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan yang bernama lobulus.
c) Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke tengah rongga
dada/ kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru
atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.
d) Paru-paru dibungkus oleh selapus tipis yang pernama pleura . Pleura dibagi
menjadi dua yaitu pleura visceral ( selaput dada pembungkus) yaitu selaput
paru yang langsung membungkus paru-paru dan pleura parietal yaitu selaput
yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua lapisan ini terdapat
rongga kavum yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum
pleura ini vakum/ hampa udara.
e) Suplai Darah
Setiap arteria pulmonalis, membawa darah deoksigenasi dari ventrikel
kanan jantung, memecah bersama dengan setiap bronkus menjadi cabang-
cabang untuk lobus, segmen dan lobules. Cabang-cabang terminal berakhir
dalam sebuah jaringan kapiler pada permukaan setiap alveolus. Jaringan
kapiler ini mengalir ke dalam vena yang secara progresif makin besar, yang
akhirnya membentuk vena pulmonalis, dua pada setiap sisi, yang dilalui
oleh darah yang teroksigenasi ke dalam atrium kiri jantung. Artheria
bronchiale yang lebih kecil dari aorta menyuplai jaringan paru dengan darah
yang teoksigenasi.
f) Pleura
Paru-paru dibungkus oleh lapisan pleura yang dibagi menjadi 2 jenis yaitu
pleura viseral dan pleura parietal. Pleura viseral adalah pleura yang
12
menempel erat pada dinding paru sedangkan pleura parietal adalah pleura
yang tidak menempel langsung pada paru. Pleura parietal lebih tebal
dibanding pleura viseral. Di antara pleura visceral dan pleura parietal
terdapat rongga yang disebut kavum pleura (Moore, Dalley dan Agur,
2010).
4. Alveolus
2.1.3 Etiologi
Menurut (Amin,2006) seperti pada umumnya kanker yang lain,
penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau
inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan
faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan
tubuh, genetik, dan lain-lain. Berikut beberapa faktor penyebab pasien
dengan kanker paru yaitu :
2.1.3.1 Merokok
14
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Paru menurut (Sudoyono,2007) Kanker paru
dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan
kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi
ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan
kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe
sel besar, atau campuran dari ketiganya. Berikut klasifikasi kanker paru :
16
Tabel 1.1 TNM Klasifikasi Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil
18
Deskumasi
Ulserasi bronkus
KANKER PARU
Massa tumor dalam bronkus Metastase s el kanker ke Metastase s el Iritasi massa Oksigen dlm Invasi sel kanker Persebaran hematogen
jantung kanker ke otak tumor dalam tubuh ↓ ke kerongkongan sel kanker ke tulang
bronkus
v
Hipersekresi Perubahan Bronkospasme
Penumpukan cairan dlm Lesi diotak Penekanan Nyeri pada tulang
kelenjar mukus membrane Anoksi jaringan
alveolous rongga perikard kanker pada
Merangsang kerongkongan
Ekspansi paru ↓ Penurunanan
Peningkatan saraf intra
Pengisian fungsi serebral Penimbunan asam
produksi sputum Dispnea thorax
ventrikel ↓ laktat Mati rasa
Peningkatan Gangguan
kebutuhan O2 Disorientasi Hipotalamus menelan
Obstruksi MK:
jalan nafas Tidak dapat Kelemahan
Gangguan CO2 ↓
Takipnea Kesadaran dikeluarkan oleh ginjal
Pertukaran Penekanan
menurun pada syaraf Nafsu makan
gas Ketidakcukupan MK : Intoleransi
Sesak nyeri MK : Gangguaan menurun
Sesak nafas pengisian sistem arteri Aktivitas
Hemiplegia Keseimbangan
MK : Bersihan Perasaan asam basa BB menurun
Aliran darah sistemik ↓
Jalan Nafas tidak MK: Pola nafas tidak nyaman
efektif tidak efektif MK :
MK : Gangguan Perfusi Defisit MK :
MK : Nyeri Defisit Nutrisi
Serebral tidak efektif Pemenuhan ADL
22
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi pasien dengan kanker paru di antaranya:
2.1.7.1 Efusi pleura
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di sekitar paru-paru yang
menyebabkan nyeri dan sesak napas. Komplikasi kanker paru ini terjadi pada
sekitar 30% penderita kanker paru stadium 4. Adanya sel-sel kanker di dalam
cairan pleura sering kali mengarah pada efusi pleura ganas. Akan tetapi, tidak
24
semua kasus efusi pleura terjadi pada penderita kanker paru. Dokter akan
melakukan rontgen dada, CT scan dada, atau MRI untuk memastikan
penyebabnya. Berbagai tanda dan gejala efusi pleura meliputi:
1) Sering batuk
2) Nyeri di bahu, dada, dan punggung
3) Sesak napas
4) Muncul suara nyaring setiap bernapas
5) Bronkitis
6) Pneumonia
7) Batuk berdahak, batuk darah
8) Perubahan suara
2.1.7.2 Neuropati
Neuropati adalah sensasi mati rasa atau kesemutan di tangan dan kaki
akibat kerusakan jaringan saraf. Kondisi ini bisa menjadi salah satu komplikasi
kanker paru yang perlu diwaspadai. Sel kanker yang tumbuh di dekat saraf lengan
atau bahu umumnya membuat penderita merasakan sakit dan kelemahan pada
tangan maupun kaki. Sedangkan bila tumor muncul di dada, tumor tersebut dapat
memengaruhi saraf yang terhubung ke kotak suara dan menyebabkan suara
serak hingga perubahan suara.
2.1.8.3 Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
2.1.8.4 Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI
2.1.9.2 Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan utama untuk kanker paru karsinoma sel kecil
(KPKSK) dan beberapa tahun sebelumnya diberikan sebagai terapi paliatif untuk
kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) stage lanjut. Tujuan pemberian
kemoterapi paliatif adalah mengurangi atau menghilangkan gejala yang
diakibatkan oleh perkembangan sel kanker tersebut sehingga diharapkan akan
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Tetapi akhir-akhir ini berbagai
penelitian telah memperlihatkan manfaat kemoterapi untuk KPKBSK sebagai
upaya memperbaiki prognosis, baik sebagai modaliti tunggal maupun bersama
modiliti lain, yaitu radioterapi dan atau pembedahan.
28
2) Pernapasan Internal
Pernapasan internal (pernpasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme
intara sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigendan
menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi melekul nutrient. Pada proses
ini darah banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh sehingga
mencapai kapiler sistemetik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara
kapiler sistemetik dan sel jaringan.
2.2.3 Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menbabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi meenurut NANDA (2013), yaitu hiperventelasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri ,cemas, penurunan energy/kelelahan,
kerusakan neurumoscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif/
persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis keselahan otot pernafasan
dan adanya perubahan mambrane kapiler-alveoli.
2.2.3.1 Faktor fisiologi
1. Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia
2. Menurunnya kosentrasi O2 yang diispiransi seperti pada obstruksi
saluran pernapasan bagian atas.
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen.
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka dan
lain lain.
32
2.2.4 Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
2.2.4.1 Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
2.2.4.2 Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
dan paru CO2, dikapiler dengan alveoli.
2.2.4.3 Tranportasi Gas
Tranportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O 2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.
2.2.5 Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersulur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari aveoli ke jaringan) yang ventilasi, difusi, maka
33
2.2.7 Komplikasi
2.2.7.1 Penurunan kesadaran.
2.2.7.2 Hipoksia.
2.2.7.3 Cemas dan gelisah.
2.2.8.5 Bronkoskopi.
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel suputum/benda
asing yang menghambat jalan napas.
2.2.8.6 Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
2.2.8.7 Fluoroskopi
Untuk mengetahui metabolisme radiopulmonal, misal : kerja jantung dan
kontraksi paru.
2.2.8.8 CT-Scan
Untuk meninfikasi adanya massa abnormal
2) Keluhan Utama
Pada keluhan utama biasanya pasien dengan kanker paru (karsinoma
bronkhogenik) biasanya bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif, batuk
darah, sesak napas, akan merasakan keluhan nyeri dada. Nyeri dapat disebabkan
kerena tekanan tumor paru. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus
diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t).
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien dengan kanker paru biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau
purulen, batuk berdahak, malaise, demam, anoreksia, berat badan
menurun, suara serak, sesak napas pada penyakit yang lanjut dengan
kerusakan paru yang makin luas, serta mengalami nyeri dada yang
dapat bersifat lokal atau pleuritik.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien kanker paru
biasanya memiliki kebiasaan yang sangat berkaitan denga Ca paru
adalah kebiasaan merokok, menghirup asap rokok, zat karsinogen, dan
polusi udara, industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisida), besi
dan oksida besi, serta mengkonsumsi bahan pengawet. Merokok
merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh
kasus. Jika terjadi pada laki-laki maka yang harus dikaji adalah usia
mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok. Jika terjadi pada
wanita maka yang harus dikaji adalah seberapa sering menghirup asap
rokok atau terpapar zat lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga klien ada/tidak gambaran keadaan kesehatan keluarga
dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi :
jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan
penyakit turunan.
36
d. Riwayat Psikososial
Perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya. Pada klien dengan kanker paru sering muncul
masalah ansietas yang disebabkan karena proses penyakit. Hal ini
menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
3. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor.
4. Auskultasi
Sering didapatkan kemungkinan adanya bunyi wheezing sesuai tingkat
beratnya obstruktif pada bronkiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan
bunyi stidor lokal, wheezing unilateral didapatkan apabila karsinoma
melibatkan penyempitan bronkus yang merupakan tanda khas pada
tumor bronkhus. Penyebaran lokal tumor ke struktur mediastinum dapat
menimbulkan suara serak akibat terangsangnya saraf rekuren, terjadi
disfagia akibat keterlibatan esofagus, dan paralisis hemidiafragma
akibat keterlibatan saraf frenikus. (Alsagaff, 1996 dalam Muttaqin,A,
2008).
4) Kardiovaskuler (B2:Blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Frekuensi jantung
takikardi, berkeringat, tekanan darah biasanya meningkat atau menurun. Batas
jantung tidak mengalami pergeseran. bunyi gerakan perikardial (pericardial
effusion).
5) Persyarafan (B3: Brain)
Nyeri ringan sampai dengan berat pada saat mengalami kanker paru
(karsinoma bronkhogenik) dikarenakan respon sensitivitas nyeri mengenai ujung-
ujung saraf dan respon tersebut ditransmisikan ke otak. Manifestasi sistem saraf
pusat dapat terjadi berkisar dari sakit kepala, sampai koma, hingga kematian.
6) Perkemihan (B4: Bladder)
Peningkatan frekuensi/jumlah urine menyebabkan ketidakseimbangan
hormonal dan tumor epidermoid. Kanker paru menyebabkan pula oksigen dalam
tubuh menurun sehingga penimbunan asam laktat yang menumpuk didalam tuhuh
mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa.
7) Pencernaan (B5: Bowel)
Pasien biasanya mual dan muntah dikarenakan terdapat invasi dan
penekanan sel kanker ke kerongkongan sehingga menyebabkan pasien tidak nafsu
makan, kesulitan menelan, kadang disertai penurunan berat badan.
38
2. Kriteria hasil :
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal).
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan.
3. Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
1. Identifikasi kemampuan batuk 1. Melatih untuk batuk secara
efektif, untuk memberishkan
laring, trakea dan bronkiolus dari
secret atau benda asing di jalan
napas.
2. Monitor adanya retensi sputum 2. Mempertahankan jalan napas agar
mengetahui perkembangan status
kesehatan pasien dan mencegah
komplikasi lanjutan.
3. Atur posisi semi-fowler atau 3. Posisi semi-fowler atau fowler
fowler. dapat mengurangi sesak nafas dan
ekspansi paru.
4. Buang sekret pada tempat sputum 4. mengurangi penumpukan secret
5. Amati adanya dahak untuk jumlah, 5. Indikasi adanya perubahan pola
warna, konsistensi. pernapasan.
6. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk 6. Melatih otot-otot pernafasan agar
efektif. dapat melakukan fungsi dengan
baik.
7. Anjurkan tarik nafas dalam melalui 7. Mengeluarkan semua udara dari
hidung selama 4 detik, ditahan dalam paru-paru dan saluran
selama 2 detik, kemudian nafas, sehingga menurunkan
keluarkan dari mulut dengan bibir frekuensi sesak nafas.
mencucu (dibulatkan) selama 8
detik.
8. Anjurkan batuk dengan kuat 8. Menghemat energi sehingga tidak
langsung setelah tarik nafas dalam mudah lelah saat batuk
yang ke-3. mengeluarkan dahak dan dapat
secara maksimal.
9. Kolaborasi pemberian mukolitik 9. Teknik batuk efektif dapat
atau ekspektoran. mengurangi sesak napas karena di
keluarkannya sputum dari saluran
napas.
40
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
46
48
sudah lama dan sering dirasakan durasi nyeri sekitar 1 jam. Terkadang
untuk meredakan nyeri dan untuk mengatur pola nafas Tn.P mengambil
posisi semi-fowler, nyeri dan sesak pun berkurang dan lama akhirnya
menghilang. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan tidak mampu
menelan makanan.
Pada tanggal 25 Juni 2020 pukul 08:00 WIB, dikarenakan sesak nafas,
dahak susah dikeluarkan dan nyeri yang tidak kunjung sembuh, keluarga
memutuskan untuk membawa ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Pada saat di IGD Tn. P merasa badannya lemas, klien terbaring di
tempat tidur aktivitas klien di bantu oleh keluarga, di berikan terapi Injeksi
Katerolac 2x8mg (IV) pada pukul 08:30 WIB, Ranitidine 2x50 mg (IV)
pada pukul 08:33 WIB, Gemcitabine 1x1000 mg (IV) pada pukul 08:40
WIB, tampak terpasang terapi oksigen nasal kanul 5 lpm pada pukul 08:35
WIB, infus Ringer Lactat 500ml 15 tpm pada pukul 08:40 WIB. Dokter
memutuskan Tn.P harus dirawat inap di ruang gardenia no.7, setibanya di
ruangan Tn.P diberikan posisi berbaring semi-fowler.
Genogram Keluarga
Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
klien tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri
positif, klien merasakan nyeri dada sebelah kanan, tidak vertigo, tampak
gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, tidak bingung,
tidak dysarthria dan tidak mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olfaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan
seperti : minyak kayu putih atau alcohol.
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Klien dapat mendengar perkataaan
dokter, perawat dan keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa
pahit dan manis.
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki,
kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik
skala 1, trisep kanan dan kiri klien baik skala 1, brakioradialis kanan dan
kiri klien baik skala 1, patella kanan kiri klien baik skala 1, dan akhiles
52
kanan dan kiri klien baik skala 1, serta reflek babinski kanan dan kiri klien
baik skala 1.
Keluhan lainnya : Klien mengatakan “nyeri dada sebelah kanan, nyeri
terkadang menjalar sampai ke leher serta belakang telinga, nyeri yang
dirasakan karena beraktifitas, nyeri seperti terasa berdenyut dan tertusuk-
tusuk, skala nyeri 6 (sedang), nyeri berlangsung sudah lama dan sering
dirasakan selama 4 bulan, durasi nyeri lama sekitar 1 jam”
Masalah keperawatatan : Nyeri Kronis
tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot
klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas kanan dan kiri skala
5/4. Uji kekuatan ektermitas bawah kanan dan kiri skala 5/4. Tidak terdapat
peradangan dan perlukaan.
Keluhan lainnya : Klien mengatakan badannya terasa lemas, skala aktivitas
2 memerlukan bantuan atau pengawas orang lain.
Masalah keperawatan : Intoleransi Aktivitas
lauk lauk
Jenis Minuman Air putih, air susu Air putih, air susu
Jumlah minuman/cc/24 jam 1500 cc 2000 cc
Kebiasaan makan Pagi, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Keluhan lainnya : Pasien mengatakan tidak nafsu makan.
Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola istirahat dan tidur.
Sebelum sakit tidur malam klien sekitar 7-8 jam dan tidur siang sekitar 1-2
jam, sesudah sakit tidur malam klien sekitar 8-9 jam dan tidur siang 1-2
jam.
3.1.4.4 Kognitif
Klien mengatakan “Ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya dan
ingin dapat bisa melaksanakan aktifitas seperti sebelumnya."
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya, klien adalah seorang laki-laki,
klien orang yang ramah, klien bekerja sebagai seorang Petani.
Masalah keperawatan : Tidak ada.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas namun sesudah sakit
klien tidak dapat beraktivitas secara bebas dan didampingi oleh keluarga
dan istrinya.
Masalah keperawatan : Intoleransi Aktivitas
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah ia selalu bercerita dan meminta
bantuan kepada keluarga, dan keluarga selalu menolongnya.
K
Kesan : Tampak ada perselubungan sel kanker paru dekstra peribronkial
ipsilateral sekitar 6 cm, Stadium IIIA.
2) Pemeriksaan Laboratorium
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Hematologi
Hemaglobin 9,8 g/dL 14-18 (Laki-Laki)
Hematokrit 34,1 % 35 – 47
Eritrosit 4,08/uL 4,4 – 5,9
Leukosit 31.570/mm3 5000-10.000
Trombosit 393 uL 150 – 400
Neutrofil stab 1% (2-5)
Neutrofil segmen 90% (50-70)
Limfosit 20% 20-40
GDS 73 mg/dL 80-160
2 Elektrolit
Natrium (Na) 136 135-148 mmol/L
Kalium (K) 3,7 3,5-5,3 mmo/L
Chlorida - 98-106 mmol/L
Calcium 1,11 0,98-1,2 mmol/L
3.1.7 Penatalaksanaan Medis
Tanggal 29 Juni-1 Juli 2020
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi
1 Infus Ringer 500 cc IV Menambah elektrolit Alergi terhadap
Laklat 15 tpm tubuh untuk sodium laktat, tidak
mengembalikan boleh diberikan
keseimbangan tubuh. bersamaan dengan
(Sumber : ceftriaxone pada BBL
https://honestdocs.id/ ) (<28 hari)
(Sumber :
58
https://honestdocs.id)
2 Gemcitabine 1x IV Kanker paru non small Kehamilan,
1000 cell; kanker pankreas; hipersensitif
mg kanker kandung kemih. (Sumber :
Obat ini berkerja dalam http://pionas.pom.go.i
memperlambat d)
perkembangan sel
kanker yang bertumbuh
dan beresiko menyebar
ke organ tubuh lain.
(Sumber :
https://www.honestdocs
.id/gemcitabine)
3 Injeksi 2x 8 IV Penanganan jangka Anak usia di bawah
Katerolac mg pendek untuk nyeri 16 tahun; gangguan
pasca bedah yang fungsi ginjal sedang
sedang (tablet); sampai berat
penanganan jangka (kreatinin serum <
pendek untuk nyeri akut 160µmol/L)
pasca bedah yang (Sumber:http://pionas.
sedang hingga berat pom.go.id)
(injeksi)
(Sumber :
http://pionas.pom.go.id)
4 Paracetamol 2x 200 IV Parasetamol merupakan Hipersensitif dan
mg obat yang memiliki gangguan hati berat.
efek untuk mengurangi (Sumber:
rasa sakit (analgesik) https://kalbemed.com)
dan menurunkan
demam (antipiretik)
(Sumber :
https://kalbemed.com/)
5 Ranitidine 2x 50 IV Tukak lambung dan Penderita yang
mg tukak duodenum, diketahui hipersensitif
refluks esofagitis, terhadap ranitidine
dispepsia episodik (Sumber:
kronis, tukak akibat http://pionas.pom.go.i
AINS, tukak duodenum d)
karena H.pylori,
sindrom Zollinger-
Ellison, kondisi lain
dimana pengurangan
asam lambung akan
bermanfaat. (Sumber :
http://pionas.pom.go.id)
6 Injeksi 2x4 IV Sebagai terapi Hipersensitif, pasien
Bromhexine mg/2ml sekretolitik meredakan menderita ulku
HCL (1 batuk berdahak pada lambung.
59
Kelompok 4
60
ANALISIS DATA
Nilai
Pemeriksaan Hasil
Normal
Hemaglobin 9,8 g/dL 14-18 (L)
Hematokrit 34,1% 35-47
Eritrosit 4,08/ uL 4,4-5,9
5000-
Leukosit 31.579 mm3
10.000
Trombosit 393 uL 150-400
Neutrofil stab 1% (2-5)
Neutrofil
90% (50-70)
segmen
Limfosit 20% 20-40
GDS 73 mg/dL 80-160
62
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi tumor dan
peningkatan sekresi trakeobronkial ditandai dengan tampak batuk tidak
efektif, sputum berlebih, sekret putih kental, suara nafas tambahan adanya
ronchi, tonsil ada peradangan, tampak lemas, gelisah pucat, irama pernafasan
cepat dan dangkal (dypsnea), ekspresi wajah meringis, posisi berbaring semi-
fowler, dyspneu, terpasang O2 Nasal Kanul 5 lpm, terpasang infus Ringer
Lactate 500 ml 15 tpm ditangan sebelah kiri klien dan hasil pemeriksaan
TTV = TD : 120/80 mmHg, N : 110 x/menit, S : 37,0 0C, RR : 26 x/menit
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor ditandai dengan nyeri dada
sebelah kanan, ekspresi wajah klien tampak meringis, gelisah, bersikap posisi
menghindar nyeri, tampak memegang dada sebelah kanan, skala nyeri 6
(sedang), lemas, pucat, posisi berbaring semi-fowler, irama pernafasan tidak
teratur, terpasang O2 Nasal Kanul 5 lpm, terpasang infus Ringer Lactate 500
ml 15 tpm ditangan sebelah kiri klien dan hasil pemeriksaan TTV = TD :
120/80 mmHg, N : 110 x/menit, S : 37,0 0C, RR : 26 x/menit.
3. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (halaman 176,
ketidakseimbangan keperawatan 1x7 jam masalah I.05178) 1. Mengetahui perkembangan status
suplai oksigen ditandai intoleransi aktivitas klien dapat 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh kesehatan klien menghindari adanya
dengan mengeluh teratasi dengan kriteria hasil : yang mengakibatkan kelelahan keluhan lain.
badan terasa lemas, 1. Klien tidak mengeluh sesak 2. Monitor kelelahan fisik dan 2. Meminimalkan atrofi otot,
sesak saat beraktivitas, nafas di saat beraktivitas emosional. meningkatkan sirkulasi, membantu
gerakan terbatas, 2. Klien mampu melakukan mencegah kontraktur.
tampak gelisah, ekpresi aktivitas secara perlahan 3. Lakukan latihan rentang gerak 3. Memperbaiki mekanika tubuh dan
wajah klien tampak 3. Klien tampak pergerakan bebas pasif dan/aktif. melatih otot-otot ketahanan tubuh.
meringis. (halaman 4. Tidak terjadi kekakuan pada 4. Anjurkan tirah baring. 4. Istirahat menurunkan mobilitas dan
128, D.0056). otot klien. juga mempercepat proses
penyembuhan.
4. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (halaman 200,
ketidakmampuan keperawatan selama 1x7 jam I.03119)
menelan makanan diharapkan nutrisi klien terpenuhi 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengidentifikasi derajat kurang nutrisi
ditandai dengan BB sebagian dengan kriteria hasil : dan menentukan pilihan intervensi.
Klien menurun 10% 1. Meningkatkan intake makanan 2. Identifikasi makanan yang disukai 2. Makanan kesukaan biasanya
dibawah rentang ideal 2. IMT normal : 18-24 meningkatkan selera makan.
(dari 65 kg ke 54 kg), 3. Menunjukkan perubahan pola 3. Monitor asupan makanan, 3. Kandungan nutrisi yang tepat untuk
Bising usus klien makan kandungan nutrisi dan kalori berat meningkatkan energi klien beraktivitas.
hiperaktif 25x/menit, 4. Meningkatkan nafsu makan badan, dan frekuensi muntah.
sebelum sakit 3 porsi
makan, sesudah sakit 1 4. Monitor berat badan 4. Untuk mengawasi keefektifan rencana
porsi makan, tampak diet.
gelisah, pucat, dan 5. Berikan makanan tinggi kalori dan 5. Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada
lemas (halaman 56, tinggi protein. kebanyakan pasien yang pemasukannya
D.0019) dibatasi, karbohidrat memberikan energi
siap pakai. Protein diperlukan pada
perbaikan kadar protein serum untuk
67
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. P
Ruang Rawat : Gardenia No.7
Tanda tangan dan
No Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
1 Selasa, 30 Juni 2020 1. Memonitor kecepatan, irama, bunyi S = Klien mengatakan masih batuk dan mampu
Pukul : 08:00 WIB nafas, kedalaman dan kesulitan mengeluarkan dahak.
Pukul : 09:30 WIB bernafas. O=
2. Mengidentifikasi kemampuan - Klien masih tampak batuk
Diagnosa Keperawatan I batuk - Klien mampu mengeluarkan dahak
3. Memonitor adanya retensi sputum - Klien tampak tidak sesak nafas
4. Mengatur posisi semi-fowler atau - Suara nafas tambahan ronchi
fowler. - Sudah diberi posisi semifowler
5. Membuang sekret pada tempat - Sputum berwarna putih, konsistensi kental Kelompok 4
sputum - Klien dan keluarga dapat mempraktekkan
6. Mengamati adanya dahak untuk teknik batuk efektif
jumlah, warna, konsistensi. - Sudah diberi injeksi Bromhexine 4mg/2ml
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur melalui (IV)
batuk efektif - TTV
8. Menganjurkan tarik nafas dalam TD : 120/ 80 mmHg
melalui hidung selama 4 detik, N : 95 x/menit
ditahan selama 2 detik, kemudian S : 370C
keluarkan dari mulut dengan bibir RR : 20 x/menit
mencucu (dibulatkan) selama 8 A = Masalah teratasi
detik. P = Intervensi dihentikan dan tetap anjurkan
9. Menganjurkan batuk dengan kuat untuk kontrol secara rutin.
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3.
10. Berkolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran.
72
2. Selasa, 30 Juni 2020 2. Mengidentifikasi, lokasi, S = Klien mengatakan tidak terasa nyeri lagi dan
Pukul : 11:00 WIB karakteristik, durasi, frekuensi, nyaman dari sebelumnya, dari skala nyeri 6
kualitas, intensitas nyeri. (sedang) menjadi skala nyeri 3 (ringan)
Diagnosa Keperawatan II 3. Mengidentifikasi faktor yang O=
memperberat dan memperingan - Ekspresi wajah tampak rileks dan bugar
nyeri. Suhu ruangan 25 °C (Klien dapat tersenyum.
mengatakan sedikit nyaman dari - Tampak bersikap tidak menghindar nyeri
sebelumnya). - Klien dan keluarga klien dapat Kelompok 4
4. Mengontrol lingkungan yang mempraktekkan terapi musik dan pemberian
memperberat rasa nyeri. posisi semi-fowler secara mandiri disaat
5. Memberikan teknik nyeri datang.
nonfarmakologis. Terapi musik dan - Irama pernafasan teratur
bermain (klien masih tampak - Sudah di beri Injeksi Katerolac 8 mg (IV)
meringis) dan Paracetamol 200 mg (IV).
6. Mengajarkan teknik - TTV
nonfarmakologis untuk TD : 120/ 80 mmHg
mengurangi rasa nyeri. Dapat N : 95 x/menit
melakukan secara mandiri terapi S : 370C
musik dan bermain (tampak disaat RR : 20 x/menit
klien merasa nyeri, klien dan A = Masalah teratasi
keluarga dapat melakukan terapi P = Intervensi dihentikan dan tetap anjurkan
music dan bermain secara untuk tetap kontrol secara rutin perasaan
mandiri). nyeri jika kambuh.
7. Berkaloborasi dengan dokter
pemberian analgetik (Katerolac 8
mg pemberian injeksi diberikan
melalui IV, 3-4 kali/hari, klien
mengatakan nyeri berkurrang
menjadi skala 3 (1-10) dan
Paracetamol 200 mg untuk
menurunkan demam.
73
3 Selasa, 30 Juni 2020 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi S = Klien mengatakan badannya rileks dan dapat Kelompok 4
Pukul : 12:00 WIB tubuh yang mengakibatkan sedikit-sedikit melakukan aktivitasnya
kelelahan. O=
2. Memonitor kelelahan fisik dan - Ekspresi tampak masih rileks dan bugar
Diagnosa Keperawatan III emosional. - Klien dapat mengerakkan kaki dan
3. Melakukan latihan rentang gerak tangannya
pasif dan/aktif. - Klien tampak mampu melakukan aktivitas
4. Menganjurkan tirah baring. diri sendiri secara penuh tanpa bantuan
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi orang lain. (skala aktivitas 0)
tentang cara meningkatkan asupan - Klien tampak pergerakan bebas
makanan. - Tidak terjadi kekakuan pada otot klien.
- Klien dan keluarga dapat mempraktekan
latihan gerak pasif/aktif ROM secara
mandiri.
- Klien tampak mengikuti anjuran tirah
baring.
- Sudah di beri asupan makanan/ nutrisi.
- TTV
TD : 120/ 80 mmHg
N : 95 x/menit
S : 370C
RR : 20 x/menit
A = Masalah teratasi
P = Intervensi dihentikan
4 Selasa, 30 Juni 2020 1. Mengidentifikasi status nutrisi S = Klien mengatakan sudah bisa makan sedikit-
Pukul : 14:00 WIB 2. Mengidentifikasi makanan yang sedikit tapi tidak nafsu makan karena susah Kelompok 4
disukai menelan.
3. Memonitor asupan makanan, O =
kandungan nutrisi dan kalori berat - Berat badan 54 kg
Diagnosa Keperawatan IV badan, dan frekuensi muntah. - Terdengar adanya bising usus 25x/menit
4. Memonitor berat badan. - Klien tampak masih lemas, pucat dan
5. Memberikan makanan tinggi kalori gelisah
dan tinggi protein. - Makanan yang diberikan
6. Membeerikan makanan/ minuman dihabiskan,walaupun sedikit-sedikit tapi
74
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian menurut teori (Nursalam, 2010:17) adalah tahap awal dari
proses keprawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk menegvaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan.
Menurut (Sudoyo, 2007) manifestasi klinis pada klien dengan kanker paru
pada fase awal kebanyakan tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah
menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat
muncul seperti batuk baru, batuk kronis (batuk berdahak/darah), sputum bersemu
darah, hemoptisis, mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas,
abses paru, atelectasis, nyeri dasa, dispnea karena efusi pleura, suara serak,
kelelahan, sakit kepalla, kehilangan selera makan, berat badan menurun,
pembengkakan pada muka dan leher, dan perubahan pada ujung jari menjadi
cembung.
Dalam pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.P yang dilakukan dari
tanggal 29 Juni sampai dengan 4 Juli 2020, dengan Kanker Paru data didapat
secara langsung melalui wawancara pasien dan keluarga, pengkajian, pemeriksaan
fisik serata didokumentasikan pada pasien dan keluarga, ditemukan data-data
pasien mengatakan batuk berdahak susah dikeluarkan, susah mengeluarkan
74
76
sputum, terasa nyeri dada sebelah kanan, nyeri yang dirasakan sudah 4 bulan
ketidakmampuan menelan makanan dan berat badan menurun, skala aktivitas 2
memerlukan bantuan atau pengawas orang lain. Klien memiliki riwayat
sebelumnya sudah pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama
selama 4 bulan, dan memiliki kebiasaan merokok, sudah merokok sejak SMA.
Konsumsi rokok pasien dalam sehari sekitar 2 bungkus. Klien baru berhenti
merokok 8 bulan terakhir Oktober 2019. Hasil pemeriksaan fisik yaitu tanda-tanda
vital S = 37,0 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 110 x/menit dan
pernapasan/ RR = 26 x/menit, tekanan darah TD = 120/80 mmhg dan terdapat
suara nafas tambahan ronchi. Hasil pemeriksaan radiologi thorax didapatkan
tampak ada perselubungan sel kanker paru dekstra sekitar 6 cm, stadium IIIA.
Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis dan membandingkannya
dengan temuan masalah yang di alami Tn. P maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa ada persamaan antara data temuan pada klien dengan teoritis yang
diuraikan para ahli. Persamaan tanda dan gejala yang ditemukan sesuai dengan
teori pengkajian.
Diagnosa yang kedua Nyeri kronis b.d cedera (karsinoma), penekanan saraf oleh
tumor paru yaitu , Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,
kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, berikan edukasi teknik
nonfarmakologis, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri,
dan kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik, jika perlu. Diagnosa yang
ketiga Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen yaitu ,
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, monitor
kelelahan fisik dan emosional, lakukan latihan rentang gerak pasif dan/aktif,
anjurkan tirah baring, dan kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan. Diagnosa yang ke empat adalah Defisit nutrisi b.d
ketidakmampuan menelan makanan yaitu, Identifikasi status nutrisi, identifikasi
makanan yang disukai, monitor asupan makanan, kandungan nutrisi dan kalori
berat badan, dan frekuensi muntah, monitor berat badan, berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein, berikan makanan/ minuman sedikit tapi sering, ajarkan
diet yang diprogramkan, dan kolaborasi dengan ahli gizi (jika perlu) jumlah kalori
dan jenis zat gizi yang dibutuhkan.
Menurut teori (Surhayanto, 2009:193) intervensi keperawatan adalah
perilaku sfesifik yang diharapkan dari pasien atau tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat, Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan (Intervensi) keperawatan, tujuan perencanaan adalah untuk
mengurangi, menghilangkan, mencegah yang dirasakan oleh pasien.
4.4 Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan selama 1 hari pada tanggal 29 Juni
2020 dinas di Ruang Gardenia, yaitu diagnosa pertama dengan implementasi
yaitu bersihan jalan nafas tidak efektik, memonitor kecepatan, irama, bunyi nafas,
kedalaman dan kesulitan bernafas, mengidentifikasi kemampuan batuk,
memonitor adanya retensi sputum, mengatur posisi semi-fowler atau fowler,
membuang sekret pada tempat sputum, mengamati adanya dahak untuk jumlah,
warna, konsistensi, menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif, menganjurkan
tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
79
makanan yang disukai, memonitor asupan makanan, kandungan nutrisi dan kalori
berat badan, dan frekuensi muntah, memonitor berat badan, memberikan makanan
tinggi kalori dan tinggi protein, memberikan makanan/ minuman sedikit tapi
sering, ajarkan diet yang diprogramkan, kolaborasi dengan ahli gizi (jika perlu)
jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan.
Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa,
penatalaksanaan sesuai dengan intervensi keperawatan yang direncanakan.
Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul,
menentukan dan Implementasi adalah tahap awal tindakan keperawatan menurut
perawat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan.
Persiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan : Review tindakan keperawatan
yang diidentifikasi pada tahap perencanaan, menganalisa pengetahuan dan
keterampilan keperawatan yang diperlukan mempersiapkan peralatan yang
diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang akan
dilaksanankan mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari
potensial tindakan.
4.5 Evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari Senin 29
juni 2020 pukul 14:00-18:00 WIB diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya terhadap Tn.P didapatkan hasil evaluasi pada diagnosa pertama
yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif, masalah keperawatan belum teratasi
karena saat diberikan tindakan teknik batuk efektif, klien tampak masih batuk
namun mampu mengeluarkan dahak, dan klien tampak tidak sesak nafas. Evaluasi
untuk diagnosa kedua Nyeri kronis masalah teratasi sebagian klien dapat
melakukan terapi relaksasi dan distraksi, tampak tidak menghindari nyeri lagi dan
tidak memengang dada sebelah kanan, intervensi dilanjutkan dengan
berkolaborasi pemberian analgetik dan guna mengetahui masalah benar-benar
teratasi atau belum. Evaluasi untuk diagnosa ketiga intoleransi aktivitas masalah
teratasi intervensi dilanjutkan masalah teratasi karena klien dapat mengerakkan
kaki dan tangannya, dapat melakukan aktivitas secara mandiri, mengikuti anjuran
tirah baring guna mempercepat proses penyembuhan, intervensi terselesaikan.
Evaluasi untuk diagnosa keempat defisit nutrisi masalah belum teratasi karena
81
klien mengatakan tidak nafsu makan karena susah untuk menelan namun sudah
bisa makan sedikit-sedikit, intervensi dilanjutkan guna mengetahui masalah
benar-benar teratasi atau belum.
Berdasarkan hasil catatan perkembangan evaluasi keperawatan yang
dilakukan di Ruang Gardenia pada tanggal 30 Juni 2020 yaitu pada diagnosa
pertama yaitu data subyektif : Klien mengatakan masih batuk namun mampu
mengeluarkan dahaknya, data obyektif : klien mampu mengeluarkan dahak,
tampak tidak sesak nafas, Hasil TTV pasien, TD:120/80mmHg, N: 95 x/menit, S:
37.0 0C, RR: 20x/menit, pada assesment: Masalah teratasi, dan planning:
Intervensi dihentikan dan tetap anjurkan untuk kontrol secara rutin. Diagnosa
kedua hasil catatan perkembangan evaluasi keperawatan yaitu data subyektif :
Klien mengatakan tidak terasa nyeri lagi dan nyaman dari sebelumnya, dari skala
nyeri 6 (sedang) menjadi skala nyeri 3 (ringan), data obyektif : Ekspresi wajah
tampak rileks dan bugar dapat tersenyum, Tampak bersikap tidak menghindar
nyeri, pada assesment: Masalah teratasi, dan planning : Intervensi dihentikan dan
tetap anjurkan untuk tetap kontrol secara rutin perasaan nyeri jika kambuh.
Diagnosa ketiga hasil catatan perkembangan evaluasi keperawatan yaitu data
subyektif : Klien mengatakan badannya rileks dan dapat sedikit-sedikit melakukan
aktivitasnya, data obyektif : Klien tampak mampu melakukan aktivitas diri sendiri
secara penuh tanpa bantuan orang lain. (skala aktivitas 0), klien tampak
pergerakan bebas dan tidak terjadi kekakuan pada otot klien, pada assesment :
Masalah teratasi, dan planning : Intervensi dihentikan. Diagnosa keempat hasil
catatan perkembangan evaluasi keperawatan yaitu data subyektif : Klien
mengatakan sudah bisa makan sedikit-sedikit tapi tidak nafsu makan karena susah
menelan. Data obyektif hanya berbeda Hasil TTV pasien, TD:120/80mmHg, N:
95 x/menit, S : 37.0 0C, RR : 20x/menit, Pada assesment: Masalah belum teratasi,
dan planning : Lanjutkan Intervensi 1-8.
Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan terhadap pasien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dan
kriteria hasil yang ditetapkan dalam perencanaan keperawatan sebelumnya.
82
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalam jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok. (Suryo 2010). Faktor penyebab utama kanker
paru adalah kebiasaan merokok, dan perokok pasif dan zat karsinogen. Asuhan
keperawatan merupakan bagian dari pemeliharaan kesehatan. Asuhan
keperawatan pada Tn. P dengan Ganguan Oksigenasi dalam pemberian asuhan
keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam pelaksanaan
intervensi dan implementasi ditetapkan bersama pasien. Dimana masalah yang di
temukan pada kasus Tn. P dengan diagnosa Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
obstruksi tumor dan peningkatan sekresi trakeobronkial, Nyeri kronis b.d cedera
(karsinoma), penekanan saraf oleh tumor paru, Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan suplai oksigen dan Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan
menelan makanan. Dimana dalam setiap masalah yang diangkat berbanding lurus
dengan teori baik dalam tahap pengkajian, masalah diagnosa keperawatan yang
muncul, dan intervensi keperawatan. Evaluasi keperawatan dilakukan setelah
semua kegiatan intervensi diimplementasikan dengan hasil masalah, sehingga
pasien masih harus mendapatkan perawatan baik dirumah sakit maupun selama
dirumah dan dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri dan menjaga kesehatan.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah :
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Paru serta sebagai
acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus selanjutnya.
5.2.2 Bagi Rumah sakit RSUD dr. Doris Sylvanus
Diharapkan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya khususnya ruang
Gardenia, penulisan laporan seminar studi kasus ini di dapat sebagai referensi bagi
81
83
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Paru,
serta sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik,
khususnya pada pasien dengan Kanker Paru.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap
Palangka Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa
yang akan datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam
penguasaan terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
pendokumentasiaan.
84
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, Black & Jane Hokanse. 2014. Medical Surgical Nursing Vol.2. Jakarta.
Salemba Medika.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.
NANDA. 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 201 2-2014. Jakarta : EGC.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental , Buku 1 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Setiya, Andri & Abd Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G. 2008. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi
8. Jakarta : EGC.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: B First.