DI SUSUN OLEH :
NAMA : DANTINI
NIM : 2018.C.10a.0963
TINGKAT : IV B
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan IGD
Pada Tn.T Dengan Diagnosa Medis CA PARU Di Poli Paru RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas
(PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Yelstria Ulina T. ,S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Margaretha, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan yang telah
memberikan dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran
membimbing penyusunan dalam menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan ini.
5. Tn.T sebagai klien yang diberikan asuhan keperawatan yang telah bersedia
menjadi responden.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kanker paru ditandai dengan nyeri dada, batuk, mengi atau napas berbunyi
ngik-ngik, dahak bercampur darah, peradangan atau sumbatan pada paru-paru.
Pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah bening dalam dada di daerah paru-
paru (Anies, 2019). Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk memperlambat
pertumbuhan sel kanker adalah kemoterapi. Hal ini menyebabkan adanya efek
samping yaitu efek fisiologis dan psikologis. Efek fisiologis kemoterapi antara
lain:rambut rontok, mudah lelah, mengalami pendarahan, mual, muntah dan nyeri
perut. Efek psikologis kemoterapi antara lain: stress, rasa takut akan kematian, takut
menjadi beban, takut
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tn.T Dengan Diagnosa Medis CA Paru Di Ruang Poli
Paru RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya dengan menggunakan proses
keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan.
2.1.1 Definisi
2.1
Healthy Lung
& Lung
Cancer
Nyeri dapat berkurang dengan pemeberian terapi secara farmakologi dan non-
farmakologi (Weis, et al 2019). Musik klasik dapat dijadikan terapi non farmakologi,
dimana alunan musik bermanfaat untuk membuat seseorang lebih rileks dan dapat
melepaskan rasa sakit secara fisik, psikososial, emosional dan spiritual (Widiyastuti
& Setiyawan, 2016).
kanker di Indonesia mencapai 1,79 per 1000 penduduk, naik dari tahun 2013
sebanyak 1,4 per 1000 penduduk. Berdasarkan data dari Globocan tahun
2018, angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru, yaitu
19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk
(Riskesdas 2019).
2.1.2.1 Anatomi
1) Hidung (Nasal)
Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat sejumlah kelenjar
sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-partikel debu yang kasar
dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung,
sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus yang
disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa. Gerakan silia mendorong lapisan
mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior di dalam sistem
pernafasan di bagian bawah menuju ke faring. Dari sini lapisan mukus akan
tertekan atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan oleh lapisan
mukus, sedangkan panas yang disuplai ke udara inspirasi berasal dari jaringan
di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah
disesuaikan sedemikian rupa sehingga bila udara mencapai faring hampir
bekas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai
100%.
2) Faring
Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan rongga
mulut, dan di depan ruas tulang leher. Merupakan pipa yang menghubungkan
rongga mulut dengan esofagus. Faring terbagi atas 3 bagian : nasofaring di
belakang hidung, orofaring di belakang mulut, dan faring laringeal di
belakang laring. Rongga ini dilapisi oleh selaput lendir yang bersilia. Di bawa
selaput lendir terdapat jaringan kulit dan beberapa folikel getah bening.
Kumpulan folikel getah bening ini disebut adenoid. Adenoid akan membesar
bila terjadi infeksi pada faring.
3) Laring
Terletak di depan bagian terendah faring. Laring merupakan rangkaian cincin
tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan di sana terdapat pita suara. Di
antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam
trakea dan dinamakan glotis. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas,
penutupan glotis, dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis
yang berbentuk daun, berperanan untuk mengarahkan makanan dan cairan
masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing masih mampu untuk
melampaui glotis, maka laring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu
menghalau benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan.
4) Trakea dan cabang-cabangnya
Panjangnya kurang lebih 9 cm. Trakea berawal dari laring sampai kira-kira
ketinggian vertebra torakalis kelima, trakea bercabang menjadi dua bronkus.
Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap
berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa.
Letaknya tepat di depan esofagus. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang
terdiri atas epitelium bersilia. Tempat percabangan bronkus disebut karina.
Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan spasme dan batuk yang
kuat jika dirangsang. Struktur bronkus sama dengan trakea. Bronkus-bronkus
tersebut tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan
merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal, sebaliknya
bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari
trakea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri
bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis.
Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil
sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil
yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah
kurang lebih 1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulang rawan
sehingga bentuknya dapat berubah. Setelah bronkiolus terminalis terdapat
asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, yaitu tempat pertukaran
gas. Asinus terdiri dari :
a) bronkiolus respiratorius
b) duktus alveolaris
c) sakus alveolaris terminalis
Merupakan struktur akhir paru-paru. terdapat sekitar 23 kali percabangan
mulai dari trakea sampai sakus alveolaris terminalis. Alveoli terdiri dari satu
lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hampir langsung
bersentuhan dengan udara. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta
alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis.
5) Paru-paru
Merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru merupakan organ yang elastis,
berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga dada. Karena paru-paru
saling terpisah oleh mediastinum sentral yang di dalamnya terdapat jantung
dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru memiliki apeks (puncak
paru-paru) dan basis. Paru-paru ada dua. Paru-paru kanan lebih besar dari
pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura
interlobaris, paru-paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Setiap lobus tersusun
atas lobula. Paru-paru dilapisi suatu lapisan tipis membran serosa rangkap dua
yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang disebut pleura. Yang
melapisi rongga dada dan disebut pleura parietalis dan yang menyelubungi
tiap paru-paru disebut pleura viseralis. Di antara pleura parietalis dan pleura
viseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang memudahkan kedua
permukaan tersebut bergerak dan mencegah gesekan antara paru-paru dan
dinding dada yang pada saat bernapas bergerak (cairan surfaktan). Dalam
keadaan sehat, kedua lapisan tersebut satu dengan yang lain erat bersentuhan.
Tetapi dalam keadaan tidak normal, udara atau cairan memisahkan kedua
pleura tersebut dan ruang diantaranya menjadi jelas. Tekanan dalam rongga
pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, mencegah kolaps paru-paru.Secara
umum saluran udara pernapasan adalah sebagai berikut : dari nares anterior
menuju ke cavitas nasalis, choanae, nasopharynx, larynx, trachea, bronchus
primarius, bronchus secundus, bronchus tertius, bronchiolus, bronchiolus
terminalis, bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, atrium alveolaris,
sacculus alveolaris, kemudian berakhir pada alveolus tempat terjadinya
pertukaran udara (Budiyanto, dkk, 2008).
Tractus respiratorius dibagi menjadi 2 bagian :
a) zona konduksi, dari nasal sampai bronciolus terminalis, zona konduksi
berfungsi sebagai penghangat, pelembab, dan penyaring udara
pernapasan.
b) zona respiratorik, mulai dari bronciolus respiratorius sampai alveolus.
zona respiratorik untuk pertukaran gas (Guyton & Hall, 2007).
2.1.2.2 Fisiologi
Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi 3
stadium.
2.1.3 Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko
penyebab terjadinya kanker paru adalah (Stopler, 2010):
1. Merokok
Rokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh
kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhenti merokok.
2. Perokok pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker
paru meningkat dua kali.
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok.Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan.
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium,radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker
paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira
sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum.
5. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru.
7. Metastase dari organ lain
Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas.
Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita
penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat
imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-
paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker,
yang sebelumnya dapat menyebar di area payudara, ovarium, usus, dan lain-
lain.
2.1.4 Klasifikasi
Small cell carcinoma bisa mensintesis bahan bioaktif dan hormon yang
berperan sebagai adrenocorticotropin (ACTH), hormon antidiuretik (ADH), dan
sebuah parathormon seperti hormon dan gastrin releasing peptide. Angka Non small-
cell carcinoma mencapai 75% dari angka kanker paru. Tiap tipe sel berbeda dari segi
insiden, penampakan dan cara penyebaran. Kanker bronkogenik,tanpa
memperhatikan tipe sel, cenderung menjadi agresif, lokal invasif, dam memiliki
penyebaran/metastasis lesi yang luas/jauh. Tumor dimulai sebagai lesi mukosa yang
tumbuh menjadi bentuk massa yang melewati bronki atau menyerang jaringan sekitar
paru. Semua tipe sering menyebar melalui sistem kelenjar getah bening yang
membengkak dan organ lain. (LeMone,Priscilla & Karen M. Burke, 2000).
Kanker paru cenderung bermetastasis ke kelenjar limpa, otak, tulang, hati dan
organ lainnya. Kebingungan (konfusi), gangguan berjalan dan keseimbangan, sakit
kepala, perubahan perilaku bisa saja merupakan manifestasi dari metastasis pada
otak. Tumor yang menyebar ke tulang akan menyebabkan nyeri pada tulang tersebut,
fraktur, dan bisa saja menekan spinal cord, seperti halnya trombositopenia dan
anemia jika sumsum tulang di invasi oleh tumor. Ketika hati di serang, gejala dari
kelainan fungsi hati dan obstruksi biliari meliputi jaundice (penyakit kuning),
anoreksia, nyeri pada kuadran kanan atas (Sylvia & Wilson, 2006).
Sindrom vena cava superior, obstruksi sebagian atau seluruh vena cava superior
berpotensi menyebabkan komplikasi pada kanker paru, terutama pada saat tumor
menginvasi ke mediastinum superior atau kelenjar limpa mediastinal. Baik akut
maupun subakut gejalanya dapat dicatat. Terlihat edema pada leher dan wajah klien,
sakit kepala, pening, gangguan penglihatan, dan sinkop. Vena bagian atas dada dan
vena di leher akan mengalami dilatasi ; terjadinya sianosis. Edema pada cerebral akan
mengubah tingkat kesadaran; edema pada laring dapat merusak sistem pernafasan.
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar
paru (metastasis tumor paru) maupun yang berasal dari paru
sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan
perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas, yang dapat
mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat dikendalikan.
Kanker paru primer yaitu tumor ganas yang berasal dari epitel
bronkus atau karsinoma bronkus (Purba, 2015). Gejala:
WOC CA PARU
- Batuk darah (Hemoptisis)
- Sesak nafasSesak nafa
ETIOLOGI
Penatalaksana: - Nyeri dada
- Batuk produktif
- Pembedahan - Lemah
- Radiologi
- Computed
Tomography (CT)
- X-ray
- Kemoterapi
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Mk :
1) Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi
bronkus
2) Gejala umum
a) Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang
sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder
b) Infeksi saluran nafas bawah berulang
c) Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi
d) Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan
e) Kelelahan
f) Suara serak
g) Nyeri atau disfungsi pada organ yang jauh menandakan metastasis
2.3.1.1 Anamnesa
1) Biodata Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB,
alamat
2) Identitas penanggung jawab
Nama, umur, hubungan keluarga, pekerjaan
3) Keluhan utama
Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu klien juga
akan kesulitan beraktivitas. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri klien digunakan menurut Padila (2012) :
a) Provoking incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
presipitasi nyeri
b) Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
c) Region : Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (scale) of pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit memepengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari
4) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Umumnya keluhan yang dialami meliputi batuk produktif, dahak
bersifat mukoid atau purulen, batuk berdahak, malaise, demam,
anoreksia, berat badan menurun, suara serak, sesak napas pada
penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang makin luas, serta
mengalami nyeri dada yang dapat bersifat lokal atau pleuritik.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya memiliki riwayat terpapar asap rokok, industri asbes,
uranium, kromat, arsen (insektisida), besi dan oksida besi, serta
mengkonsumsi bahan pengawet.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan adanya riwayat keluarga yang pernah menderita
penyakit Kanker.
5) Kebutuhan dasar
a. Makanan dan cairan
Biasanya mengalami kehilangan nafsu makan, mual/muntah, kesulitan
menelan mengakibatkan kurangnya nafsu makanan, kurus karena
terjadi penurunan berat badan dan mengalami rasa haus.
b. Eliminasi
Biasanya ditemukan adanya diare, serta mengalami peningkatan
frekuensi dan jumlah urine.
c. Hygiene/ pemeliharaan kesehatan
Biasanya memiliki kebiasaan merokok atau sering terpaparoleh asap
rokok, mengkonsumsi bahan pengawet, terjadi penurunan toleransi
dalam melakukan aktivitas personal hygiene.
d. Aktivitas/ istirahat
Biasanya ditemukan adanya kesulitan beraktivitas, mudah lelah, susah
untuk beristirahat, mengalami nyeri, sesak, kelesuan serta insomnia.
2.3.1.2 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Klien yang mengalami immobilisasi perlu dilihat dalam hal
penampilan, postur tubuh, kesadaran apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien., gaya berjalan,
kelemahan, kebersihan dirinya dan berat badannya.
2. B1 (Breathing)
Bentuk hidung, ada atau tidaknya sekret, PCH (Pernafasan Cuping
Hidung), kesimetrisan dada dan pernafasan, suara nafas dan frekwensi
nafas. Pengaturan pergerakan pernafasan akan mengakibatkan adanya
retraksi dada akibat kehilangan koordinasi otot. Ekspansi dada menjadi
terbatas karena posisi berbaring akibatnya ventilas paru menurun
sehingga dapat menimbulkan atelektasis. Akumulasi sekret pada
saluran pernafasan mengakibatkan terjadinya penurunan efisiensi
siliaris yang dapat menyebabkan pembersihan jalan nafas yang tidak
efektif. Kelemahan pada otot pernafasan akan menimbulkan
mekanisme batuk tidak efektif.
3. B2 (Blood)
Warna konjungtiva pada fraktur, terutama fraktur terbuka akan terlihat
pucat dikarenakan banyaknya perdarahan yang keluar dari luka, terjadi
peningkatan denyut nadi karena pengaruh metabolik, endokrin dan
mekanisme keadaaan yang menghasilkan adrenergik sereta selain itu
peningkatan denyut jantung dapat diakibatkan pada klien
immobilisasi. Orthostatik hipotensi biasa terjadi pada klien
immobilisasi karena kemampuan sistem syaraf otonom untuk
mengatur jumlah darah kurang. Rasa pusing saat bangun bahkan dapat
terjadi pingsan, terdapat kelemahan otot. Ada tidaknya peningkatan
JVP (Jugular Vena Pressure), bunyi jantung serta pengukuran tekanan
darah. Pada daerah perifer ada tidaknya oedema dan warna pucat atau
sianosis.
4. B3 (Brain)
Mengkaji fungsi serebral, fungsi syaraf cranial, fungsi sensorik dan
motorik sertsa fungsi refleks.
5. B4 (Bladder)
Ada tidaknya pembengkakan dan nyeri daerah pinggang, palpasi
vesika urinaria untuk mengetahui penuh atau tidaknya, kaji alat
genitourinaria bagian luar ada tidaknya benjolan, lancar tidaknya pada
saat klien miksi serta warna urine. Pada klien fraktur dan dislokasi
biasanya untuk sementara waktu jangan dulu turun dari tempat tidur,
dimana hal ini dapat mengakibatkan klien harus BAK ditempat tidur
memaskai pispot sehingga hal ini menambah terjadinya susah BAK
karena klien tidak terbiasa dengan hal tersebut.
6. B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi :
turgor baik, tidak ada defans muscular dan hepar tidak teraba. Perkusi :
suara timpani, ada panyulan gelombang cairan. Auskultasi : peristaltik
usus normal ±20 kali/menit. Inguinal-genitalis-anus : tidak ada hernia,
tidak ada pembesaran limfe dan tidak ada kesulitan BAB.
7. B6 (Bone)
Derajat Range Of Motion pergerakan sendi dari kepala sampai
anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri ketika bergerak,
toleransi klien waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot
akibat fraktur terbuka, tonus otot dan kekuatan otot. Pada klien fraktur
dan dislokasi dikaji ada tidaknya penurunan kekuatan, masa otot dan
atropi pada otot. Selain itu dapat juga ditemukan kontraktur dan
kekakuan pada persendian. Keadaan kulit, rambut dan kuku.
Pemeriksaan kulit meliputi tekstur, kelembaban, turgor, warna dan
fungsi perabaan. Pada klien fraktur dan dislokasi yang immobilisasi
dapat terjadi iskemik dan nekrosis pada jaringan yang tertekan, hal ini
dikarenakan aliran darah terhambat sehingga penyediaan nutrisi dan
oksigen menurun.
2.3.1.3 Pengkajian Primer
a. Airway
Kaji kepatenan jalan nafas, apakah terdapat sekret dijalan nafas (sumbatan
jalan nafas) atau ada bunyi nafas tambahan.
b. Breathing
Kaji distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, menggunakan otot-otot
asesoris pernafasan, pernafasan cuping hidung, kesulitan bernafas : lapar
udara, diaphoresis, dan sianosis, pernafasan cepat dan dangkal.
c. Circulation
Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill, akral, suhu
tubuh, warna kulit, kelembaban kulit, perdarahan eksternal jika ada.
d. Dissability
Berisi pengkajian kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS), ukuran dan
reaksi pupil, pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis metabolic
sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.
e. Exposure
Berisi pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau kelainan lain,
kondisi lingkungan yang ada disekitar pasien
2.3.1.4 Pengkajian Sekunder
K : Keluhan
O : Obat yang dikonsumsi terakhir
M : Makanan yang terakhir dimakan
P : Penyakit penyerta
A : Alergi
K : Kejadian
Lakukan pemeriksaan fisik dengan BTLS (Bentuk, Tumor, Luka, Sakit)
2.3.1 Diagnose Keperawatan
2.3.1.2 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
SDKI.D.0001.Hal.18
2.3.1.3 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus,deformitas
dinding dada,keletihan otot pernapasan. SDKI.D.0005.Hal.26
2.3.1.4 Nyeri akut berhubungan dengan cidera (karsinoma), penekanan saraf oleh
tumor paru. SDKI.D.0077.Hal.172
2.3.1.5 Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan makanan,anoreksia,kelelahan dan dyspnea.
SDKI.D.0019.Hal.54
2.3.1.6 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (anemis). SDKI.D.0056.Hal.128
2.3.1.7 Ansietas berhubungan dengan proses perkembangan penyakit.
SDKI.D.0080.Hal.180
2.3.1.8 Defisit pengetahuan berhubungan keterbatasan informasi proses dan
pengetahuan penyakit. SDKI.D.0111.Hal.246
2.3.2 Intervensi Keperawatan
2.3.4 Evaluasi
A.Data Umum
Nama : Tn. T
DOKUMEN ASUHAN KEPERAWATAN Tgl.Lahir : 19-11-1979
GAWAT DARURAT TERINTEGRASI No. RM : 37.37.04
A. Penderita/ Rujukan
( √) Datang sendiri, diantar oleh : keluarga
(√ ) Dikirim dari puskesmas/ RB/RS…………………………………………… Dengan pengantar dari paramedis / bidan/ perawat/ dokter
( ) Dikirim oleh polisi :………………………………………………………… Dengan/ tidak disertai permintaan visum Et Repertum
A. Kesehatan Umum :
Keluhan saat MRS / mekanisme kejadian :
Pasien mengatakan “nyeri dada terasa panas” nyeri yang dirasakan P : Nyeri muncul pada saat beraktivitas, Q : Terasa panas, R : di dada,
S : Skala nyeri 5, T : Muncul sekitar 3-5 menit.
B. Riwayat Penyakit / Pengobatan :
Pasien mengatakan pada tanggal 25 September 2021 pasien dibawa keluarga ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya untuk
melakukan kemoterapi. Pada tanggal 14 Oktober 2021 pasien dibawa lagi oleh keluarga ke Poli Paru RSUD dr. Doris Sylvanus dengan
keluhan mual muntah liur, nyeri dada terasa panas, keringat dingin dan badan lemah. Pasien disaran kan untuk rawat inap.
4. Data Khusus
Prioritas Triage: Biru (Prioritas 1) Merah(Prioritas 2) Kuning(Prioritas 3)
Hijau(Prioritas 4) Putih(Prioritas 5) Hitam(Prioritas 0)
D. PRIMARY
-Kepala :
-Leher :
-Thorax :
- Cor :
-Abdomen : Datar, supel,
-Extremitas :
Akral hangat
-Lainnnya :
WBS
Resep Obat/ :
tindakan medis :
- O2 2-4/pm
-
-
-
- Omeprazole 2x4 mg
Po :
Mst 2x15 mg
PCo :
- Cek AGD, elektrolit, kultur darah, sputum gram,
kott, BTA 2x diruangan
PENILAIAN RESIKO JATUH
Skor Resiko □ (Skala Humpty Dumpty) : _______________________________________
□ (Skala morse) □ (Skala Sydney) : _______________________________________
Jatuh
KONDISI PSIKOLOGI
Masalah □ tidak Cerai / istri baru / simpanan / lain-lain :
: □ ada :
perkawinan ada baik........................................................................
Mengalami □ tidak
: □ ada Mencederai diri / orang lain :
kekerasan fisik ada
□ tidak
Gangguan tidur : □ ada
ada
Pendidikan
□ SD □ SMP □ SMA □ Akademi
terakhir
Pembiayaan
□ Biaya sendiri □ Asuransi □ Perusahaan
kesehatan
Tinggal
□ Suami / Istri □ Anak □ Orang tua □ Sendiri
bersama
Perlu
□ Ya □ Tidak, Jelaskan
Rohaniwan
BB Biasanya : ______ kg □ Ya
Tinggi Badan (TB) : ______ cm
1. Apakah Berat Badan (BB) Anda
Total Skor
akhir-akhir ini tanpa direncanakan?
menurun
□ Tidak 0 Nilai MST :
□ Ya, bila ya berapa penurunan berat
□ 1 – 5 kg 1
□ 6 – 10 kg 2 Catatan :
12. Hipertermia b.d. dehidrasi, peningkatan kecepatan □ Lakukan perawatan luka dengan teknik septik aseptik.
metabolisme,
trauma, proses perjalanan penyakit. □ Berikan kompres hangat.
13. Kerusakan mobilitas fisik b.d. kerusakan □ Berikan posisi semiflower bila tidak ada kontraindikasi.
neuromuskular, kehilangan integritas struktur
muskuloskletal dan □ Delegatif pemberian antipiretik.
tulang, penurunan
kekuatan dan ketahanan tubuh. □ Monitor intake dan output cairan.
14. Pk Anemia. □ Pasang spalk, lakukan imobilisasi.
15. Konstipasi b.d. diet, asupan cairan, tingkat □ Kaji tanda-tanda kompartemen pada daerah distal dari fraktur.
aktivitas, kebiasaan defekasi.
16. Resiko jatuh b.d. penyakit, gangguan □ Pastikan pengaman terpasang dan rem tempat tidur terkunci dengan baik.
keseimbangan, penurunan
mental, penggunaan status
obat, penggunaan alkohol. □ Pasang gelang kuning pada pasien sebagai penanda pasien perlu
17. Resiko mencederai diri dan orang lain pengawasan.
18. berhubungan
Gaduh gelisahdengan agresif.
b.d. penyakitnya. □ Lakukan pengikatan pasien, kolaborasi obat penenang.
ANALISA DATA
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan ini dapat berguna untuk menjadi referensi dan tambahan
supaya mengelola pasien dengan kebutuhan dasar yang menjadi dasar pemenu
han dan hak pasien untuk mendapatkan perawatan yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Purba & Wibisono. (2015). Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr. Kariadi Semarang
Periode Juli 2014.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Indikator Diagnostik (Edisi 1). 2016. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus
Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat.