Anda di halaman 1dari 6

EVIDANCE BASED PRACTICE

“EFUSI PLEURA”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing :

Aida Sri Rahmawati, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Nadya Paramitha
NIM : J2014901054

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
EVIDANCE BASED PRACTICE

1. PENDAHULUAN
Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10-20 ml cairan yang berfungsi
sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernafas. Jumlah cairan melebihi
volume normal dan dapat menimbulkan gangguan, apabila cairan yang diproduksi oleh pleura
parietal atau visceral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfa. Produksi cairan melebihi
normal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa kelainan, antara lain bisa disebabkan oleh
kanker paru yang bermestatase ke rongga pleura. Efusi atau penimbunan cairan melebihi
normal di rongga pleura terjadi akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena
reaksi inflamasi yang ditimbulkan oleh infiltrasi sel kanker pada pleura parietal atau visceral
dan hal ini bisa disebut juga dengan efusi pleura. Efusi pleura adalah suatu keadaan
terdapatnya akumulasi cairan dengan jumlah berlebihan pada rongga pleura, yang normalnya
memiliki sejumlah cairan (5-15ml) yang berfungs sebagai pelumas pada permukaan pleura
agar bergerak tanpa adanya friksi (Puspita, et al., 2017).
Penyebab efusi pleura sendiri sangatlah beragam, dinegara bagian barat efusi pleura
dapat disebabkan karena gagal jantung kongesti, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia
bakteri, sedangkan dinegara berkembang seperti Indonesia banyak disebabkan karena infeksi
(Puspita et al., 2017). Penyakit ganas menyumbang 41% dan tuberculosis menyumbang 33%
dari kasus efusi pleura eksudatif, 2 pasien (2%) memiliki konsistensi tuberculosis dan
keganasan yang dianalisis dengan kelompok ganas. Parapneumoni efusi ditemukan hanya 6%
kasus, penyebab lain gagal jantung kongesti 3%, komplikasi dari operasi by pass coroner 2%,
rheumatoid atritis 2%, erythematous lupus sistemik 1%, kolesistitis aut 1%, etiologi tidak
diketahui 8% (Mattison et all, 2011).
Tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura adalah pemasangan WSD untuk
mengembalikan kondisi di dalam cavum pleura kembali normal. WSD adalah suatu sistem
drainage yang menggunakan water sealed untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum
pleura (rongga pleura) tujuannya adalah untuk mengalirkan udara atau cairan dari rongga
pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut, dalam keadaan normal rongga
pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubricant.
2. ANALISIS JURNAL

NO 1 2 3
Judul Pengaruh Chest Therapy Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Terhadap Derajat Sesak Fisioterapi Pada Efusi Fisioterapi Pada Efusi
Nafas Pada Penderita Efusi Pleura Dengan Modalitas Pleura di RSU PKU
Pleura Pasca Pemasangan Infra Red Dan Chest Muhammadiyah
Water Sealed Drainage Therapy Di RS Paru Dr. Yogyakarta Breathing
(WSD) Di RS Paru Ario Wirawan Salatiga exercise dan Chest
Provinsi Jawa Barat Therapy
P Populasi penelitian Populasi penelitian adalah Populasi penelitian adalah
berjumlah 10 orang pasien efusi pleura Di RS pasien efusi pleura Di RSU
Paru Dr. Ario Wirawan PKU Muhammadiyah
Salatiga dengan jumlah Yogyakarta dengan jumlah
sampel 1 orang sampel 1 orang
I Pemberian intervensi Intervensi sebanyak 6 kali Pemberian intervensi
Chest Therapy terapi di RS Paru Dr. Ario Breathing exercise dan
Wirawan Salatiga dengan Chest Therapy
durasi waktu latihan 30
sampai 40 menit setiap kali
terapi dengan modalitas
infra red dan chest therapy
C Pembanding dalam Pembanding dalam Pembanding dalam
penelitian ini adalah penelitian ini adalah penelitian ini adalah
intervensi chest therapy intervensi chest therapy intervensi Breathing
antara Pursed lip dan Modalitas Infra Red exercise dan chest therapy
breathing dan Mobilisasi
Sangkar torak
O Hasil menunjukkan nilai p Dari intervensi yang Terdapat keberhasilan
≤ 0,05 sehingga Ha diberikan dengan dalam membantu
diterima. Sehingga ada modalitas infra red dan penurunan spasme m.
Pengaruh Chest Therapy chest therapy terbukti pectoralis mayor sinistra,
Terhadap Derajat Sesak adanya perubahan pada m. pectoralis minor
Nafas pada penderita efusi sesak napas, adanya sinistra, dan m.
pleura pasca pemasangan peningkatan ekspansi sternocleidomastoideus
WSD Di RS Paru Provinsi thoraks, berkurangnya sinistra, mengurangi nyeri
Jawa Barat. sputum dalam paru, dan diam pada m. intercostals
adanya peningkatan space 5 sinistra.
aktifitas kemampuan
fungsional
T Februari-Maret 2015 2018 2012

3. PEMBAHASAN
Permasalahan efusi pleura pasca pemasangan WSD, antara lain nyeri akut berhubungan
dengan tindakan insisi pemasangan WSD, pola napas tidak efektif, gerakan iga disisi yang
luka menjadi berkurang, risiko infeksi berhubungan dengan tindakan insisi / invansif akibat
pemasangan selang WSD kesakitan ketika bernafas dan mendadak merasakan sesak. Sesak
nafas terjadi karena masih adanya timbunan cairan dalam ronga paru yang akan memberikan
kompresi patologi pada paru sehingga ekspensinya terganggu, dan berkurangnya kemampuan
meregang otot inspirasi akibat terjadi restriksi oleh cairan. Permasalahan ini perlu ditangani
salah satu penanganannya dengan pemberian chest terapy.
Chest therapy adalah suatu rangkaian tindakan fisioterapi yang terdiri dari perkusi,
vibrasi postural drainase, latihan nafas dalam, dan batuk efektif. Tujuannya untuk membuang
sekresi bronchial, memperbaiki ventilasi, meningkatkan efesiensi otot-otot. Setelah dilakukan
tindakan Water Seald Drainage (WSD) maka harus diberikan tindakan fisioterapi. Tujuan
utama diberikan chest therapy pada penderita efusi pleura adalah untuk mengurangi spasme
otot-otot bantu pernafasan, memperbaiki ventilasi, dan memelihara atau memperbaiki
mobilitas dada dan kedua bahu pada saat bernafas.
Pemberian chest teraphy dilakukan selama durasi waktu latihan 30 sampai 40 menit
setiap kali terapi terhadap adanya gangguan pola pernapasan, penurunan ekspansi thoraks,
mukus yang berlebih, dan batuk tidak efektif.
Dari ketiga penelitian diatas didapatkan hasil bahwa chest therapy mampu mengurangi
sesak nafas, dan pernapasan menjadi terkontrol, selain itu kemampuan pernapasan penderita
lebih optimal karena dapat memobilisasi sputum sehingga pernapasan lebih efektif kinerja
kardiorespirasi meningkat sehingga penderita lebih percaya diri, dengan chest therapy juga
mampu meningkatkan fungsi pernapasan serta mencegah collapse pada paru-paru.
Dalam salah satu penelitian diatas terdapat juga pemberian chest therapy dengan
breathing exercise dan pengaruhnya terhadap Penurunan Nyeri dengan menggunakan
modalitas breathing exercise dan static contraction dapat digunakan untuk general rileksasi,
mengurangi nyeri luka karena incisi pemasangan water seal drainage (WSD) karena dapat
memperlancar peredaran darah maka nyeri dapat berkurang. Bentuk latihan breathing exercise
meliputi : diafragmatic breathing exercise dan thoracic expansion exercise.
A. Tatacara Pelaksanaan
1) Pemberian Postural Drainage
a. Pilih area tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua bidang
paru, data klinis dan gambar photo dada
b. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat. Bantu klien
untuk memilih posisi sesuai kebutuhan dan ajarkan klien memposisikan postur
lengan dan posisi kaki yang tepat. Letakan bantal untuk menyangga dan
kenyamanan. Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit
c. Selama posisi lakukan perkusi dan vibrasi dada di area yang didrainage
d. Setiap tindakan tidak lebih dari 20-30 menit pada bidang paru lain yang terjadi
bendungan
2) Pemberian Breathing exercise
a. Breathing exercise dilakukan untuk pasien anak usia 5-17 tahun dan pasien dewasa.
Terapis memberikan instruksi kepada pasien untuk tarik nafas dalam secara
perlahan kemudian hembuskan nafas perlahan-lahan pula.
b. Saat tarik nafas lakukan melalui hidung dan hembuskan nafasmelalui
mulut.c. Selama latihan, terapis mendampingi pasien untuk memberikan instruksi.
3) Pemberian Huffing
a. Huffing dilakukan untuk pasien anak usia 5-17 tahun dan pasien dewasa. Terapis
memberikan instruksi tarik nafas dalam dari hidung lalu
dibatukkan. Huffing dilakukan minimal tiga kali.
b. Selama latihan, terapis mendampingi pasien untuk memberikan instruksi.
B. Hal Yang Harus Diperhatikan
1) Terapis harus bisa mengetahui tanda-tanda kelelahan pasien.
2) Setelah latihan selesai, pasien dianjurkan untuk beristirahat sebentar dan terapis
memeriksa kembali tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien.

4. SIMPULAN DAN SARAN


Chest Therapy dapat mengurangi spasme otot bantu pernapasan, mengurangi nyeri
karena luka pemasangan Water Seal Drainage (WSD) dan meningkatkan ekspansi thorak
pada efusi pleura.
Diharapkan kepada tenaga kesehatan dapat menegakkan diagnosa yang benar dan dapat
memberikan intervensi fisioterapi yang sesuai, serta disarankan untuk selalu mengutamakan
keselamatan kerja dengan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai bentuk preventif
dari keadaan pasien.

5. DAFTAR PUSTAKA
Adipratiwi Gina. 2015. Pengaruh Chest Therapy Terhadap Derajat Sesak Nafas Pada
Penderita Efusi Pleura Pasca Pemasangan Water Sealed Drainage (WSD) Di RS Paru
Provinsi Jawa Barat. Surakarta. UMS.
Iswandi. 2012. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Efusi Pleura di RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Breathing exercise dan Chest Therapy. Yogyakarta.
Romadhon Wijaya, Fari. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Efusi Pleura Dengan
Modalitas Infra Red Dan Chest Therapy Di RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai