Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA KULIAH: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“PROSEDUR FISIOTERAPI DADA, TEKHNIK POSTURAL DRAINAGE,


PENGAMBILAN SPECIMENT SPUTUM DAN TERAPI NEBULASI”

Oleh:

Haffa Syafana Nursuhaida (205070200111027)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas indovidu mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah, dengan judul: “Prosedur Fisioterapi Dada,
Tekhnik Postural Drainage, Pengambilan Speciment Sputum Dan Terapi
Nebulasi”

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh
karena itu, saya mengharap segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Malang, 27 Agustus 2021

Haffa Syafana Nursuhaida


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisioterapi dada adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat yang
bertujuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekret di saluran pernafasan,
fisioterapi dada terdiri dari 3 tindakan, yaitu : postural drainase, perkusi, dan
vibrasi yang dikuti dengan nafas dalam dan batuk efektif (Soemantri, 2007).
Fisioterapi Dada merupakan salah satu dari fisioterapi yang sangat berguna bagi
penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis.

Postural Drainage merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru
dengan menggunakan gaya berat dan sekret itu sendiri. Suatu bentuk pengaturan
posisi pasien untuk membantu pengaliran mucus sehingga segmen besar dengan
bantuan gravitasi dan akan memudahkan mucus diekspectorasikan dengan
bantuan batuk. Hal itu dilakukan selama waktu tertentu sehingga pengaruh
gravitasi akan membantu aliran sekret. Pada teknik ini lobus atau segmen yang
akan disalir posisikan demikian rupa sehingga terletak di atas bronkus utama,
sekret akan mengalir ke bronkus dan trakea untuk kemudian dibatukkan keluar.
Postural drainage dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam
saluran nafas penderita dengan produksi sputum yang banyak, postural drainage
lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada.

Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan trachea
melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan expectoratorian. Orang dewasa
normal bisa memproduksi mukus (sekret kelenjar) sejumlah 100 ml dalam saluran
napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan
silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi
mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi
pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara
adekuat normal seperti tadi, sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini
terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus akan dikeluarkan dengan
tekanan intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi. Dibatukkan, udara keluar
dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun tadi.
Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum. Sputum, dahak, atau riak adalah
sekret yang dibatukkan dan berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut.
Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahaknya akan diperiksa.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri.

Terapi Nebulizer adalah terapi pemberian obat dengan cara menghirup larutan
obat yang sudah diubah menjadi gas yang berbentuk seperti kabut dengan bantuan
alat yang disebut Nebulizer. Pada saat terapi ini diberikan, klien dapat
bernafas seperi biasa. Umumnya prosedur ini tidak lama, hanya berkisar sekitar
5-10 menit. Tujuan pemberian nebulizer adalah Melebarkan saluran pernafasan
(karena efek obat bronkodilator), menekan proses peradangan, mengencerkan dan
memudahkan pengeluaran sekret (karena efek obat mukolitik dan ekspektoran).

Penting bagi perawat untuk mengetahui prosedur fisioterapi dada, tekhnik


postural drainage, pengambilan speciment sputum dan terapi nebulasi, karena
perawat yang melakukan praktik dengan prosedur keperawatan yang benar dapat
mempermudah perawat dalam memecahkan masalah kesehatan pasien.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui prosedur fisioterapi dada dan postural drainage


2. Mengetahui prosedur tekhnik pengambilan speciment sputum

3. Mengetahui prosedur praktik terapi nebulasi


1.3 Manfaat

Bagi pembaca, makalah ini dapat digunakan sebagai referensi mengenai


prosedur fisioterapi dada, tekhnik postural drainage, pengambilan speciment
sputum dan terapi nebulasi

Bagi penulis lain, makalah ini bisa menjadi referensi sumber dalam
belajar, dan bisa menjadi referensi untuk pengembangan pengetahuan
BAB II
ISI
Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri
atas perkusi, vibrasi, dan drainase postural. Fisioterapi dada merupakan suatu
rangkaian suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi, vibrasi,
dan postural drainage. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas. Tujuan dilakukannya
postural drainage adalah mengeluarkan sekresi di jalan napas, mengalirkan dan
mengeluarkan sekret yang berlebihan, menurunkan akumulasi sekret pada klien
yang tidak sadar atau lemah, memperbaiki ventilasi, meningkatkan efisiensi otot-
otot pernapasan. Kemudian, untuk indikasi postural drainage diantaranya pasien
toleran terhadap posisi head down untuk drainase, malfungsi mekanisme
pembersihan bronchial normal yang mengakibatkan retensi sputum, penyakit yang
terindikasi meliputi : Sistik fibrosis, COPD, ateletaksis akut, abses paru,
pneumonia, penyakit yang membutuhkan perawatan ventilasi, Pasien mampu
memadukan perintah untuk batuk dan tehnik vibrasi, Pasien dalam kondisi
perdarahan, metastasis paru, empyema, merupakan kontraindikasi relative
dilakukan vibrasi dan perkusi dada, modifikasi tehnik pada beberapa pasien dan
kondisi diperlukan untuk keamanan dan keefektifan terapi, Kontraindikasi
postural drainage diantaranya yakni perubahan posisi pada pasien kritis dapat
menyebabkan stress kardiovaskuler, Posisi tredelenburg dapat meningkatkan
TIK, tidak disarankan pada pasien bedah syaraf, penyakit intracranial,
hipertensi, pasien dalam kondisi perdarahan, metastasis paru, empyema,
merupakan kontraindikasi relative dilakukan vibrasi dan perkusi dada, dan
pastikan pasien tidak makan setidaknya satu jam terakhir. Untuk mengatasi
masalah keperawatan tersebut, salah satu intervensi yang dapat dikolaborasikan
dengan tim medis adalah pemberian terapi oksigen. Tindakan keperawatan yang
di berikan terdiri atas perkusi, vibrasi, dan postural drainage.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Prosedur Fisioterapi Dada
a. Perkusi
Perkusi (clapping/cupping) adalah pergerakan yang ditimbulkan melalui
ketukan pada dinding dada dalam irama yang teratur dengan menggunakan
telapak tangan yang dibentuk seperti mangkok dengan tujuan dapat
melepaskan secret yang melekat pada dinding bronkus
Prosedur:
1. Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian
untuk mengurangi ketidaknyamanan
2. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
3. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membetuk mangkuk
4. Secara bergantian, lakukan feksi dan ekstensi pergelangan tangan secara
cepat untuk menepuk dada
5. Perkusi pada setiap bagian segmen paru selama 1-2 menit
6. Perkusi dilakukan:
 Kosta paling bawah sampai ke bahu pada bagian belakang
 Kosta paling bawah sampai ke kosta atas pada bagian depan
7. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah
cedera seperti di atas sternum, tulang belakang, ginjal, hepar , limpa dan
mammae
b. Vibrasi
Vibrasi adalah tekhnik kompresi manual dan getaran pada dinding dada
selama fase ekspirasi dengan tujuan meningkat turbulensi udara ekspirasi
sehingga dapat melepaskan dan mengalirkan secret
Prosedur:
1. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang
akan didrainage, satu tanzan di atas tangan yang lain dengan jari-jari
menempel bersama dan ekstensi.
2. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat lewat hidung
atau pursed lip breathing
3. Selama masa ekspirasi. tegangkan seiuruh otot tangan dan lengan dan
gunakan hamper semua tumit tangan, getarkan (kejutkan) tangan, gerakkan
ke arah bawah. Hentikan getaran jika klien inspirasi
4. Vibrasi selama 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang
5. setelah setiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan secret
kedalam tempat sputum
c. Postural Drainage
Postural drainage adalah pembersihan secret jalan nafas segmen bronkus
dengan pengaruh gravitasi menggunakan posisi tubuh tertentu. Pembersihan
dengan cara ini dengan melakukan salah satu atau lebih dari posisi tubuh
tertentu yang beda. Setiap posisi mengalirkan bagian khusus dari pohon
trakeobronkial-bidang paru atas, tengah, atau bawah ke dalam trakea. Batuk
penghisapan kemudian dapat membuang secret dari trakea.
Hal-hal yang diperlukan untuk memfasilitasi drainage yang optimal:
1. Adequate (oral/IV)
2. Medikasi (mucolytics)
3. Perkusi dan vibrasi
4. Stimulasi batuk efektif
5. Latihan Nafas
Indikasi:
 Gangguan pulmonal: Bronchitis, cystic fibrosis, pneumonia,
asthma,lung abcess, obstructive lung disease.
 Postoperative prophylaxis: thoracotomy, statis pneumonia
Prosedur:
1. Cuci tangan. Mencegah transmisi mikroorganisme
2. Pilih area yang akan dilakukan drainase berdasarkan pengkajian seluruh
bidang paru, data klinis, dan hasil rontgen dada. Agar efektif, tindakan
harus dilakukan secara individu untuk mengatasi area tertentu pada paru
yang mengalami penumpukan sekresi
3. Bantu klien memperoleh posisi yang tepat untuk drainase area yang
mengalami penumpukan sekresi. Area pertama yang dipilih dapat bervariasi
dari satu klien ke klien lain. Bantu klien memilih posisi sesuai kebutuhan
dan ajarkan klien cara memosisikan tubuh, lengan, dan kaki secara
tepat. Letakkan bantal untuk menyangga dan memberi kenyamanan.
Posisi khusus dipilih untuk drainase area yang mengalami penyumbatan
4. Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-45 menit.
Pada klien dewasa, drainase setiap memerlukan waktu lebih lama. Pada
anak-anak, prosedur ini membutuhkan waktu sekitar 3-5 menit
5. Selama klien berada dalam posisi drainase postural, lakukan verkusi dan
vibrasi dada di atas area yang mengalami penumpukan sekresi. Memberi
dorongan mekanik yang bertujuan memobilisasi sekresi pada jalan napas
6. Setelah drainase pada posisi pertama selesai dilakukan, minta klien
untuk duduk dan batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam
wadah sputum. Jika klien tidak dapat batuk, lakukan pengisapan. Setiap
sekresi yang dimobilisasi ke jalan napas harus dikeluarkan melalui batuk
atau pengisapan sebelum klien dibaringkan untuk prosedur drainase
postural selanjutnya. Batuk akan sangat efektif jika klien duduk dan
bersandar ke depan
7. Minta klien untuk istirahat sebentar jika perlu. Periode istirahat di
antara drainase postural dapat mencegah kelelahan dan membantu klien
menoleransi terapi dengan baik.
8. Minta klien untuk minum. Menjaga mulut tetap basah sehingga
memudahkan pengenceran sekresi.
9. Ulangi langkah 3-8 hingga semua area yang mengalami
penumpukan sekresi telah dilakukan drainase. Setiap prosedur drainase
postural tidak boleh dilakukan lebih dari 30-60 menit. Drainase postural
dilakukan hanya untuk drainase area yang mengalami penumpukan
sekresi berdasarkan pengkajian individual
3.2 Prosedur Pengambilan Spesimen Sputum
Persiapan Alat:
A) bag and mask
B) mesin suction
C) catheter suction ( ukuran disesuaikan )
D) mucus ekstraktor
E) sarung tangan
F) gunting steril
G) pinset anatomi
H) nacl 0,9 %
I) lilin & korek api
J) label
K) bengkok
L) masker
Prosedur:
Persiapan pasien
menjelaskan kepada pasien tujuan dantindakan yang dilakukan (baiksadar/tidak
sadar )
mengatur sesuai kondisi pasien
Pelaksanaan
1. Semua petugas yang akan melaksanakan tindakan wajib mencuci tangan
danmemakai sarung tangan
2. Oksigenasi 100% ( petugas 1 )
3. Petugas 2 : dibantu dengan petugas 1 ( sebelum oksigenasi ) membuka
pembungkus mukus ekstraktor dan memotong ujung selangkecil membuka
pembungkus kateter suction ( anak )– untuk dewasa ditambah kemudian
dipotong pangkalnya,– catatan : ujung lebih panjang. Petugas 1–
menghubungkan ujung kateter suction dengan ujung selangmucus ekstraktor–
untuk pasien dewasa ujung kateter dimasukkan lagi kedalam ujung kateter
suction. Mucus ekstraktor dihubungkan dengan selang suction yang tekanannya
sudah diatur sesuai dengan usia pasien
Pelaksanaan:
Petugas 1 : memberikan oksigenasi 100% ke pasien. Petugas 2 : memasukkan
ujung kateter suction pada ett sampai kekarina dan kemudian ditarik 1 cm dan
dihisap sampai sekret masukkedalam mucus ekstraktor. Bila sekret kental dan
tidak bisa terhisap sampai mucus ekstraktor maka di washing dengan nacl 0,9
% ± 1 cc8. Petugas 2 :– memotong selang mucus ekstraktor pada kedua
ujungnya,– kemudian jepit kedua ujung selang yang sudah dipotong
denganpinset steril– kedua ujungnya dibakar dengan lilin dan ditekan sampai
tertutup. Memberi label- nama– umur– no. Register medik– asal ruangan–
tanggal dan jam pengambilan– jenis pemeriksaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
-tehnik aseptic
-bahan segera dikirim
-bila hasil sudah ada segerainformasikan dan dokumentasikan
3.3 Prosedur Tekhnik Terapi Nebulizer
Terapi Nebulizer adalah terapi pemberian obat dengan cara menghirup larutan
obat yang sudah diubah menjadi gas yang berbentuk seperti kabut dengan
bantuan alat yang disebut Nebulizer. Pada saat terapi ini diberikan, klien
dapat bernafas seperi biasa. Umumnya prosedur ini tidak lama, hannya
berkisar sekitar 5-10 menit
Prosedur:
Tahap pra interaksi
1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
Tahap orientasi
1. Beri salam, panggil klien dengan namanya
2. Tanyakan apa yang dirasakan pasien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Tahap kerja
1. Cuci tangan
2. Gunakan handscone
3. Atur posisi klien
4. Hubungkan kabel power Nebulizer ke terminal listrik, pastikan bahwa mesin
Nebulizer menyala
5. Masukkan obat sesuai dosis yang dibutuhkan kedalam face mask Nebulizer
lalu tutup kembali dengan cara diputar
6. Monitor uap atau obat (dengan cara hidupkan mesin Nebulizer lihat apakah
sudah ada uap yang keluar dari face mask Nebulizer)
7. Mengenakan face mask Nebulizer dengan benar kepada klien
8. Menanyakan kepada klien apakah sesaknya mulai berkurang
9. Bila sudah selesar, alat dirapihkan
Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien (Menanyakan kepada klien bagaimana pak/bu setelah
dipasang alat Nebulizer apakah sesak berkurang)
2. Rencana tindak lanjut (Diusahakan bapak/ibu jangan banyak beraktivitas
dulu ya, agar sesak nya bisa cepat sembuh atau tidak kambuh kembali)
3. Kontrak yang akan datang ; topic, waktu, tempat (kalo begitu saya
tinggal dulu ya pak/bu. Nanti pukul 12.00 kita bertemu lagi, untuk terapi
pemberian obat secara oral, tempatnya disini saja)
4. Pendokumentasian : waktu pemberian, respon klien
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri


atas perkusi, vibrasi, dan drainase postural. Fisioterapi dada merupakan suatu
rangkaian suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi,
vibrasi, dan postural drainage. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Prosedurnya sesuai dengan apa yang sudah saya jelaskan di pembahasan.
Postural Drainage adalah teknik pengaturan posisi tertentu untuk mengalirkan
sekresi pulmonar pada area tertentu dari lobus paru dengan pengaruh gravitasi.

Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru paru dan trakea
melalui mulit. Sputum yang dikeluarkan oleh seseorang hendaknya dapat
dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistensinya karena kondisi sputum
biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada
pembentukan sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum penting dilakukan
untuk mendiagnosisi etiologi berbagai penyakit pernafasan. Pemeriksaan
mikroskopis dapat menjelaskan organisme penyebab pada berbagai
pneumonia bacterial, tuberculosis, serta berbagai jenis infeksi jamur. Waktu
terbaik untuk pengumpulan sputum adalah setelah bangun tidur, karena
sekresi abnormal bronkus cenderung untuk berkumpul pada waktu tidur.

4.2 Saran

Saran untuk pembaca, harapannya dapat mengambil manfaat dari makalah


ini yang berjudul Prosedur Fisioterapi Dada, Tekhnik Postural Drainage,
Pengambilan Speciment Sputum Dan Terapi Nebulasi. Selain itu diharapkan
membaca literatur maupun artikel baru mengenai pembahasan makalah ini agar
dapat meng-update pengetahuan. Saran untuk penulis selanjutnya, harapannya
dapat menambah pembahasan makalah ini dengan update pengetahuan terbaru
berdasarkan literatur maupun jurnal terbaru.
Demikianlah pokok bahasan contoh makalah ini yang dapat saya paparkan,
Besar harapan saya makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak.
Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi
dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, D.B., 2017. Efektifitas Fisioterapi Dada Terhadap
Penurunan Gejala Faringitis Pada Penambang Belerang di Kawah Ijen
Banyuwangi. Research Report.
Aritonang, Y.A., Mertajaya, I., Lumbanbatu, A.M. and Leniwita,
H., 2019. PETUNJUK PRAKTIKUM KEPERAWATAN DASAR.
Novalindo, B., 2019. Perbedaan Derajat Kepositifan Basil Tahan
Asam (Bta) Pada Sputum Yang Diambil Dengan Teknik Standar Dan
Tidak Standar (Doctoral dissertation, Universitas Katolik Musi Charitas).
Armita, A.R., Nurmansyah, D. and Arsyad, M., 2018. Hubungan
Komunikai Petugas Laboratorium Kepada Pasien Tb Paru Terhadap
Mutu Sampel Sputum Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasayangan
Martapura 2 (Doctoral dissertation, AAK Borneo Lestari).
Setiyoningsih, N.E. and Adi, M.S., 2020. Gambaran Tata Cara
Pengeluaran Sputum Dan Kualitas Sputum Pasien Curiga Tuberculosis Di
Puskesmas Gajah Ii Kabupaten Demak. VisikeS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 19(01).
Hanafi, P.C.M.M. and Arniyanti, A., 2020. Penerapan Fisioterapi
Dada untuk Mengeluarkan Dahak pada Anak Yang Mengalami Jalan
Napas Tidak Efektif. Jurnal Keperawatan Profesional, 1(1), pp.44-50.
DINA, P.A., 2018. Efektifitas Nebulizer-Postural Drainage Dan
Nebulizer-Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum Pada Pasien Asma
Di Rsud Caruban (Doctoral dissertation, STIKES Bhakti Husada Mulia).
Siregar, T. and Aryayuni, C., 2019. Pengaruh Fisioterapi Dada
Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Anak Dengan Penyakit Gangguan
Pernafasaan Di Poli Anak RSUD Kota Depok. Jurnal Keperawatan Widya
Gantari Indonesia, 2(2).
Munikah, S., 2019. Aplikasi Fisioterapi Dada Untuk Mengatasi
Masalah Bersihan Jalan Napas Pada Anak (Doctoral dissertation, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Magelang).

Anda mungkin juga menyukai