Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah


terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,
tuberkulosis asma dan bronkitis masih menduduki peringkat tertinggi. Infeksi
merupakan penyebab yang tersering. Kemajuan dalam bidang diagnostik dan
pengobatan menyebabkan turunnya insidens penyakit saluran napas akibat
infeksi. Di lain pihak kemajuan dalam bidang industri dan transportasi
menimbulkan masalah baru dalam bidang kesehatan yaitu polusi udara.
Bertambahnya umur rata-rata penduduk, banyaknya jumlah penduduk yang
merokok serta adanya polusi udara meningkatkan jumlah penderita bronkitis.
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan
bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronchiolis)
mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir
(dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya
mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit bernafas karena
sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir. Bronkhitis
dibedakan menjadi 2 jenis: akut dan kronis.
Penatalaksanaan umum pada bronkitis terdiri dari 2 macam yaitu
mengunaka terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi nonfarmakologi
yaitu dengan cara fisioterapi dada salah satu dari pada fisioterapi yang sangat
berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun
kronis. Fisioterapi dada sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan
memperbaiki ventilasi. Keperawatan klinik menghendaki perawat untuk
menggabungkan ilmu pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik.
Pada pasien bronkhitis dengan kondisi jalan nafasnya tersumbat lendir
Salah satu upaya yang dapat dilakukan perawat dalam mengintervensi
gangguan tersebut adalah dengan memeberikan fisiterapi dada.bertujuan
untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien.
B. Tujuan

Tujuan dilakukannya fisioterapi dada adalah untuk:


1. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan
2. Membersihkan sekret dari bronkus
3. Mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran
sekret.
4. Pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun,
penyakit pernafasan restriktif seperti asma dan bronkhitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk
mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam.
Dalam fisioterapi tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air,
panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan
dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan.
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat
berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun
kronis. Fisioterapi dada sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan
memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu.

B. Tujuan
Tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan
dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan
sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki
pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk
pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit
pernafasan restriktif seperti asma dan bronkhitis termasuk kelainan
neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru
seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada
ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi.

C. Indikasi
1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada:
a. Pasien yang memakai ventilasi
b. Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
c. Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik
atau bronkiektasis
d. Pasien dengan batuk yang tidak efektif .
2. Mobilisasi sekret yang tertahan :
a. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
b. Pasien dengan abses paru
c. Pasien dengan pneumonia
d. Pasien pre dan post operatif
e. Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan
atau batuk

D. Kontra Indikasi
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark
miokard akutrd infark dan aritmia.
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas
6. Gagalan jantung
7. Status asmatikus
8. Renjatan dan perdarahan masif
9. Patah tulang rusuk
10. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
11. Skin graf yang baru
12. Luka bakar, infeksi kulit
13. Emboli paru

E. Prosedur
1. Alat dan bahan :
a. Bantal 2-3
b. Tisu wajah
c. Segelas air hangat
d. Masker
e. Sputum pot

2. Prosedur kerja :
a. Jelaskan prosedur
b. Kaji area paru, data klinis, foto x-ray
c. Cuci tangan
d. Pakai masker
e. Dekatkan sputum pot
f. Berikan minum air hangat
g. Atur posisi tubuh pasien disebut juga dengan postural drainage, untuk
mengetahui letak lendir berkumpul
Adapun langkah postural drainage adalah sebagai berikut:
1). Simpan tangan di bagian dada atau punggung.
2). Minta pasien menarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan melalui
mulut secara perlahan.
3). Dekatkan telinga kita ke tubuh pasien dan dengarkan asal bunyi
lendir. Biasanya lendir yang mengumpul akan menimbulkan
suara. Atau, rasakan getarannya.
Setelah letak lendir berhasil ditemukan, atur posisi:
 Bila lendir berada di paru-paru bawah maka letak kepala
harus lebih rendah dari dada agar lendir mengalir ke arah
bronkhus utama. Posisi anak dalam keadaan tengkurap.
 Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala
harus lebih tinggi agar lendir mengalir ke cabang utama.
Posisi anak dalam keadaan telentang.
 Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka
posisikan anak dengan miring ke samping, tangan lurus ke
atas kepala dan kaki seperti memeluk guling.
h. Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
i. Dilakukan clapping dan vibrating:
Claping adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau
punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan
melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus. Perkusi
dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada
saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua
tangan deperti mangkok. Adapun langkah-langkah perkusi adalah
sebagai berikut:
1). Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk
mengurangi ketidaknyamanan
2). Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips
breathing
3). Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua
tangan membentuk mangkok
Vibrating secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping.
Sesama postural drainase terapis biasanya secara umum memilih cara
perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan
kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar
sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi
dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien
disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan
pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi
dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada
dada kemudian dengan dorongan bergetar. Kontra indikasinya adalah
patah tulang dan hemoptisis. Adapun langkah-langkah vibrating
sebagai berikut:
1). Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru
yang akan dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada
di luar
2). Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing
3). Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada
pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien
inspirasi
4). Istirahatkan pasien
5). Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk
j. Berikan tisu untuk membersihkan sputum
k. Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif
l. Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume, suara
pernafasan)
m. Cuci tangan
n. Dokumentasi (jam, hari, tanggal, respon pasien)
o. Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat diulangi
kembali dengan memperhatikan kondisi pasien.

F. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif b. d obstruksi jalan nafas

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. EGC, Jakarta.
Price S.A, Lorraine MW. Patophysiology, konsep klinis proses-proses penyakit.
EGC, Jakarta.
Potter & perry, 2006, Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4, EGC, Jakarta.

Triyanto, E. 2006. Range of motion. Modul skill lab keperawatan edisi 3 univ.
Jenderal Soedirman NANDA, 2005, Nursing diagnoses; Definitions &
Classification, Nanda Internasional, Philadelphia.
Johnson, M, Maas, M, & Moorhead S 2000, Nursing Outcomes Classification
(NOC), Mosby, New York.

McSloskey, JC, Bulechek, GM, 2000, Nursing Intervention Classification (NIC),


Mosby, New York.

Anda mungkin juga menyukai