suctioning, dan mobilisasi pasien. Tidak ada dari manuver-manuver ini yang telah
diteliti secara mendalam dalam semua bentuk uji klinis. Meski beberapa bentuk
terapi dada dan endotracheal suctioning penting pada semua pasien yang
terpasang ventilasi mekanis, bentuk terapi dada yang paling efektif masih belum
diketahui. Terlebih lagi, meski peran fisioterapi dada rutin pada pasien
postoperatif masih menjadi kontroversi, sejumlah penelitian telah membuktikan
bahwa terapi ini efektif dalam menurunkan kompikasi pulmoner postoperatif pada
pasien yang menjalani bedah thorakal dan abdominal.(1)
Definisi fisioterapi
Fisioterapi dada merupakan salah satu aspek dari higienitas bronkhial dan
bisa mencakup turning (membalikkan tubuh), drainase postural, perkusi dan
vibrasi dada, dan teknik batuk khusus yang dikenal sebagai directed cough (batuk
terarah).(4)
Bentuk fisioterapi
Perkusi bisa dilakukan secara manual dengan menepuk dinding dada pada
area paru yang terpengaruh. Vibrasi dapat diaplikasikan secara manual atau
menggunakan alat mekanis yang menghasilkan vibrasi, goyangan, atau kompresi
dinding dada selama fase ekspiratorik. Teknik-teknik ini dipercayai meningkatkan
clearance sekresi jalan napas dengan menyalurkan gelombang energi melintasi
dinding dada.(7)
Indikasi fisioterapi
Fisioterapi dada adalah salah satu intervensi yang paling sering dilakukan
di area perawatan intensif. Ada banyak alasan fisiologis kenapa pasien ICU
mungkin mendapatkan treatment fisioterapi. Beberapa alasan antara lain disfungsi
mukosiliaris, perubahan volume paru ketika pasien berada dalam ventilasi
mekanis, peningkatan pulmonary shunt, efek dari kelemahan neuromuskuler
terhadap aliran respiratorik, peningkatan risiko pneumonia nosokomial. Sejauh
ini, fisioterapi dada telah diketahui sebagai salah satu aspek penting untuk
mencapai keberhasilan weaning dari ventilator. Refleks batuk yang berkurang
atau menghilang pada pasien yang terpasang intubasi mungkin berhubungan
dengan retensi sekresi bronkhial dan risiko infeksi pulmoner. Beberapa teknik
fisioterapi telah digunakan untuk memfasilitasi drainase bronkhial yang adekuat
pada pasien ini, yang sangat tergantung pada compliance pasien dan ketrampilan
staf. Penggunaan alat (seperti PEP mask, flow and volume spirometer) untuk
meningkatkan clearance sekresi bronkhial biasanya tidak dipertimbangkan pada
fase awal treatment, karena teknik-teknik ini memerlukan kerja sama yang
substansial dari pasien.(7)
Pasien di ICU dirawat dalam posisi supine untuk jangka waktu yang relatif
lama. Dalam posisi supine, isi abdomen akan mendorong ke arah kepala,
menurunkan kapasitas residual fungsional dan menyebabkan penutupan alveolus
pada zona paru yang tergantung. Selain itu, immobilitas menyebabkan akumulasi
mukus pada zona paru yang tergantung. Pasien yang terpasang ventilasi, sedasi,
ventilasi mekanis tidak dapat menggerakkan sekresi respiratorik mereka. Karena
endotracheal tube tidak melewati mekanisme glottik, batuk menjadi tidak efektif
pada pasien yang terintubasi. Selain itu, endotracheal tube mengganggu transport
mukosiliaris normal. Dengan demikian, pasien ini berisiko tinggi untuk
mengalami atelektasis segmental atau lobar. Bedah thorakal atau abdominal
semakin meningkatkan risiko kemunculan atelektasis. Segmen yang paling sering
untuk mengalami atelektasis adalah lobus kiri bawah, kemungkinan karena
desakan oleh jantung dalam posisi supine dan drainase yang buruk. Atelektasis
mengganggu oksigenasi, meningkatkan risiko kemunculan pneumonia, dan
menyebabkan penundaan upaya weaning. Dengan demikian, terapi fisik
merupakan komponen yang sangat penting dalam manajemen semua pasien kritis
untuk mencegah retensi sekresi dan atelektasis.(1)
Peran fisioterapi dada pada pasien ICU yang tidak terintubasi dengan
gangguan respiratorik seperti pneumonia, COPD, dan asma masih belum jelas.
Fisioterapi dada diindikasikan jika pasien mengalami atelektasis, tetapi ketika
tidak ada atelektasis, data yang mendukung terapi ini masih sangat kurang.(1)
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
6. Khan NA, Rehman A, Khan I, Samo KA, Memon AS. Role of Incentive
Spirometry in Trauma Patients Managed with Tube Thoracostomy. J Dow
Univ Health Sci. 2015;9(3):117–20.
9. Ciesla ND. Chest physical therapy for patients in the intensive care unit.
Phys Ther. 1996 Jun;76(6):609–25.
13. Bourgeois Jr SL. Adjuncts for Care of the Surgical Patient, An Issue of Atlas
of the Oral & Maxillofacial Surgery Clinics 23-2, [Internet]. 2015 [cited
2016 Nov 22]. Available from:
https://nls.ldls.org.uk/welcome.html?ark:/81055/vdc_100035066402.0x0000
01
14. Hough A. Physiotherapy in respiratory care: a problem-solving approach to
respiratory and cardiac management. London: Chapman & Hall; 1996.