Disusun Oleh :
Rosa Amelia Irianto. 151911913076
Prosedur Perkusi :
Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi
ketidaknyamanan
Anjurkan pasien untuk rileks, tarik napas dalam dan lambat
Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan membentuk
mangkok
Prosedur Vibrasi :
Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di
drainase. Satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama
dan ekstensi.
Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas secara
lambat lewat mulut
Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan, dan gunakan hampir semua
tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan, gerakkan ke arah bawah. Hentikan getaran
jika klien melakukan inspirasi
Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam tempat
sputum
SUCTION
1. Pengertian
3. Standar alat
a. Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap pakai.
b. Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa.
c. Pinset steril atau sarung tangan steril.
d. Cuff inflator atau spuit 10 cc.
e. Arteri klem.
f. Alas dada atau handuk.
g. Kom berisi cairan desinfektan untuk merendam pinset.
h. Kom berisi cairan desinfektan untuk membilas kateter.
i. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam kateter yang sudah
dipakai
j. Ambubag / air viva dan selang o2.
k. Pelicin / jelly
l. Nacl 0,9 %
m. Spuit 5 cc.
D. Standar pasien.
a. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakuakan.
b. Posisi pasien diatur sesuai dengan kebutuhan.
E. Prosedur.
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
b. Sebelum dilakukan penghisapan sekresi :
- Memutar tombol oksigen menjadi 100 %
- Menggunakan air viva dengan memompa 4–5 kali dengan kosentrasi oksigen
15 liter
c. Melepaskan hubungan ventilator dengan ETT.
- Menghidupkan mesin penghisap sekresi.
d. Menyambung selang suction dengan kateter steril kemudian perlahan- lahan dimasukakan ke
dalam selang pernafasan melalui ETT.
e. Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat kateter dimasukkan ke ETT.
f. Menarik kateter penghisap kira–kira 2 cm pada saat ada rangsangan batuk untuk mencegah
trauma pada carina
g. Menutup lubang melipat pangkal, kateter penghisap kemudian suction kateter ditarik dengan
gerakan memutar.
h. Mengobservasi hemodinamik pasien.
i. Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan cara baging.
j. Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk bernafas 3-7 kali.
k. Masukkan Nacl 0,9 % sebanyak 3-5 cc untuk mengencerkan sekresi.
l. Melakukan baging.
m. Mengempiskan cuff pada penghisapan sekresi terahir saat kateter berada dalam ETT,
sehingga sekresi yang lengket disekitar cufft dapat terhisap.
n. Mengisi kembali cuff dengan udara menggunakan cuff infaltor setelah ventilator dipasang
kembali.
o. Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian rendam dengan cairan desinfektan dalam
tempat yang sudah disediakan.
p. Mengobservasi dan mencatat
- Tensi, nadi, dan pernafasan.
- Hipoksia.
- Tanda perdarahan, warna, bau, konsentrasi.
- Disritmia.
G. Evaluasi dari hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakan penghisapan sekret
endotrakeal adalah (Setianto, 2007 ):
a. Meningkatnya suara napas
b. Menurunnya Peak Inspiratory Pressure, menurunnya ketegangan saluran pernapasan,
meningkatnya dinamik campliance paru, meningkatnya tidal volume.
c. Adanya peningkatan dari nilai arterial blood gas, atau saturasi oksigen yang bisa dipantau
dengan pulse oxymeter
d. Hilangnya sekresi pulmonal
Referensi :
Asmadi (2008). Tehnik Procedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta:Salemba Jakarta.
Arief dan Khotijah.(2014).Praktek Labaratorium Ketrampilan Dasar Dalam
Keperawatan 2.Jogjakarta:Publizer.
Carles,G.Jr,(2010). Traceostomy: Why, when, how. Journal Respirator Care.
Vol.55 No.8, Agustus 2010.
Nurmiyati, Darwin, Jumaini (2013). Hubungan antara Pengetahuan Perawat
Tentang Perawatan Pasien dengan Ventilator dan Sikap Perawat
Terhadap Tindakan Suction. Pekanbaru (Skripsi tidak dipublikasikan).
ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
A. DEFINISI
Elektrokardiografi (EKG) adalah pencatatan potensial bioelektrik yang dipancarkan
jantung melalui elektroda-elektroda yang diletakan pada posisi di permukaan tubuh (Mansjoer,
2007).
Electrocardiogram (ECG atau EKG) merupakan alat diagnose yang digunakan untuk
mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung yang sangat detail. Mervin J Goldman
mendefinisikan elektrokardiogram (ECG) adalah grafik yang merekam potensial listrik yang
dihasilkan denyutan jantung. EKG diperoleh dengan menempatkan elektrode pada posisi
tertentu (sesuai standar) pada dada dan ekstremitas.
1.SA Node (Sino-Atriale Node): Terletak di batas atrium kanan (RA) dan vena cava
superior (VCS). Sel-sel dalam SA node ini secara otomatis dan teratur mengeluarkan
impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60-100 kali permenit. Kemudian menjalar
ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang. Iramanya adalah sinus
(sinus rhythm)
2. Jalur internodus (traktus internodus) : jalur listrik antara nodus sinoatrial dan nodus
arterioventrikuler.
4.Berkas HIS (HIS Bundle): Terletak di dalam interventrikular dan bercabang 2 yaitu:
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih
kecil yaitu serabut purkinje.
5 Serat / Serabut Purkinje: Serabut purkinje ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel
ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel
akan terangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pacemaker yang secar otomatis mengeluarkan
impuls dengan frekuensi 20-40 kali permenit. Iramanya idioventricular rhytm. Oleh karena
frekuensinya lebih rendah dari AV Node, maka dalam keadaan normal sel-sel ventrikel tidak
mengeluarkan impuls.
D. ELEKTROKARDIOGRAM
Mesin EKG merekam aktivitas jantung dari beberapa “sudut pandang” yang disebut dengan
“lead”. Untuk mendukung interpretasi EKG, diperlukan pencatatan data umur pasien, jenis
kelamin, tekanan darah (TD), BB, TB, gejala dan obat-obatan (khususnya digitalis dan
antiaritmia).
Dalam mesin EKG yang banyak digunakan di Indonesia, terdapat 12 lead: I, II, III, aVR,
aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6. Artinya jantung dilihat dari 12 sudut pandang.
Lead I, II, III adalah lead bipolar. Maksudnya, ia terdiri dari dua elektroda yang memiliki
potensi muatan yang berbeda (positif dan negatif).
Lead aVR, aVL, aVF adalah lead unipolar, yang terdiri dari satu elektroda positif dan
satu titik referensi (yang bermuatan nol) yang terletak di pusat medan jantung
Lead V1-V6 adalah lead unipolar, terdiri dari sebuah elektroda positif dan sebuah titik
referensi yang terletak di pusat listrik jantung
E. Pengenalan Gelombang
4. Gelombang kompleks QRS ialah suatu kompleks gelombang yang merupakan hasil
dari depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Bagian-bagian gelombang QRS antara lain: 1)
Gelombang Q yaitu defleksi negatif pertama; 2) Gelombang R yaitu defleksi positif
pertama. Defeleksi berikutnya disebut gelombang R’, R”; dst; 3) Gelombang S yaitu
defleksi negatif pertama setelah R. Gelombang S berikutnya disebut S’, S”, dst. Komplek
QRS mempunyai durasi 0,06-0,10 detik (<0,12).
6. Gelombang T merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Pada orang
dewasa, gelombang T tegak di semua sadapan kecuali di aVR dan V1. Durasi normalnya
0,12 – 0,18 detik, dan amplitudonya kurang dari 10 mV di chest lead dan kurang dari 5
mV di limb lead.
2.Irama jantung yang normal ialah irama yang ditentukan oleh SA node atau disebut irama
sinus (= reguler sinus rhytm = normal sinus rhytm), dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Teratur
Penyimpangan ciri-ciri di atas disebut aritmia (arrhythmia). Secara garis besar, aritmia dapat
disebabkan oleh:
- Gangguan penghantaran impuls, yang meliputi : Blok, yaitu: SA blok, AV blok, dan Intra
ventrikular blok/ BBB, accelerated conduction, misalnya sindroma WPW (Wolf Parkinson
White)
3. Posisi
Untuk menentukan posisi, silakan sudara lihat pada lead aVL dan aVF, kemudian
cocokkan dengan tabel di bawah ini.
+ + Intermediate
0 + Semi vertical
+ 0 Semi horizontal
+ - Horisontal
- + Vertikal
5. Zona Transisi zona transisi normalnya ada di V3-V4, yaitu pergeseran gambaran
gelombang/kompleks QRS dari negatif ke positif.
6. Interval PR dan QT dapat dilihat pada kertas grafik EKG dan dicocokkan dengan nilai
normalnya.
EKG terutama sangat berguna untuk mengevaluasi kondisi berbeda dibanding fungsi normal :
- Gangguan hantaran
- Infrak miokard
- Ketidakseimbangan elektrolit.
F. PROSEDUR
Pemeriksaan EKG
- Sumber listrik
c. Tempat tidur pasien. Perhatikan bahwa tempat tidur tidak dersentuhan dengan
dinding yang mengandung kabel aliran listrik.
2. Persiapan pasien
b. Kulit di kedua pergelangan tangan dan kaki dibersihkan dengan kapas alkohol.
c. Pasien dalam kondisi relaks dan kedua tungkai bawah tidak saling menempel.
3. Persiapan ruangan
4. Oleskan keempat elektroda pergelangan anggota gerak dan elektroda prekordial dengan jeli
yang mengandung elektrolit secara merata dan pasanglah elektroda sesuai ketentuan yang
berlaku.
a. Kabel warna merah (RA, right arm) dihubungkan dengan elektroda pergelangan
tangan kanan.
b. Kabel warna kuning (LA, left arm) dihubungkan dengan elektroda pergelangan
tangan kiri
c. Kabel warna hijau (LL, left leg) dihubungkan dengan elektroda pergelangan kaki
kiri
d. Kabel warna hitam (RL, right leg) dihubungkan dengan elektroda pergelangan kaki
kanan
7. Setelah selesai merekam, bersihkan lead dan tubuh pasien yang terkena pasta.
Sadapan bipolar Sadapan ini akan ditandai dengan angka romawi I,II, dan III dimana:
- Lead I: Elektrode yang positif dihubungkan dengan lengan kiri dan electrode
negatif dengan lengan kanan.
- Lead II: Elektrode yang positif dihubungkan dengan kaki kiri dan yang negatif
dengan lengan kanan.
- Lead III: Elektrode yang positif dihubungkan dengan kaki kiri dan yang negatif
dengan lengan kiri.
Sadapan unipolar ekstrimitas sadapan ini ditandai dengan aVR, aVL dan aVF
- Sadapan aVF mempunyai elektrode positif di kaki kiri. Elektrode negatif adalah
gabungan elektrode lengan kanan dan elektrode lengan kiri
H. Referensi
Brunner & suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah, volume 2. EGC: Jakarta
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Thaler. 2000. Satu-Satunya Buku EKG Yang Anda Perlukan, edisi 2. Jakarta: Hipokrate