Anda di halaman 1dari 10

EVIDANCE BASED PRACTICE

“GAGAL JANTUNG KONGESTIF”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing :

Yuyun Solihatin, M.Kep., Ns.

Disusun Oleh :

Nadya Paramitha
NIM : J2014901054

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
EVIDANCE BASED PRACTICE

1. PENDAHULUAN

Masalah kesehatan terutama penyakit kardiovaskuler menjadi masalah kesehatan yang


utama dalam masyarakat pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti
Indonesia. Gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang
terus meningkat insiden dan prevalensinya. Setengah dari pasien yang terdiagnosa gagal
jantung masih mempunyai harapan untuk hidup selama 5 tahun.
Congestive Heart Failure (Gagal jantung kongestif) yaitu ketidakmampuan jantung
memompa darah ke seluruh tubuh sehingga jantung hanya memompa darah dalam waktu yang
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan adekuat. Bila
terjadi kegagalan jantung hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ
tubuh seperti: tangan, kaki, paru atau organ lainnya sehingga menimbulkan bengkak yang
dapat menghambat aktivitas dari pasien gagal jantung (Udjianti, Wajan Juni, 2013).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal jantung di Indonesia sebesar
0,3%. Data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan 2 hasil wawancara pada responden
umur ≥ 15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah didiagnosis dokter atau kasus
yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung (Riskesdas, 2013).
Sekitar 250,000 pasien meninggal oleh sebab gagal jantung baik langsung maupun tidak
langsung setiap tahunnya, dan angka tersebut telah meningkat 6 kali dalam 40 tahun terakhir.
Resiko kematian dari penyakit gagal jantung setiap tahunnya sebesar 5 – 10%, pada pasien
dengan gejala ringan akan meningkat hingga 30 – 40% hingga berlanjutnya penyakit.
Edema ektremitas bawah adalah salah satu manifestasi dari gagal jantung kanan. Pada
kondisi vena yang terbendung (congesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra
vaskuler (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskuler oleh kerja pompa
jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma
ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan maka terjadi edema.
Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan pada
ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadinya retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg dari
berat badan normal selama mengalami edema.
Edema adalah kondisi vena yang terbendung terjadi peningkatan tekanan hidrostatik
intra vaskuler (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskuler oleh kerja pompa
jantung). Sehingga menimbulkan pembesaran cairan plasma ke ruang interstitium (Grossman
& Brown, 2009 dalam Purwardi, I ketut Agus Hida, 2015). Dalam keadaan ini klien yang
mengalami edema pada daerah ekstremitas akan berdampak pada kemandirian pasien atau pun
aktivitas sehari-hari sehingga kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas menjadi terhenti.
Hal ini dapat menimbulkan komplikasi.

2. ANALISIS JURNAL

NO 1 2 3
Judul Pengaruh Terapi Contrast Pengaruh Pemberian Pengaruh Pemberian
Bath (Rendam Air Hangat Contrast Bath Dengan Terapi Rendam Air Hangat
Dan Air Dingin) Terhadap Elevasi Kaki 30 Derajat Campur Garam Epsom
Edema Kaki Terhadap Penurunan Terhadap Edema Kaki
Pada Pasien Penyakit Derajat Edema Pada Pada Pasien Gagal Jantung
Gagal Jantung Kongestif Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUD
Kongestif Syarifah Ambami Rato
Ebhu
P Populasi pada penelitian Populasi adalah pasien Populasi dalam penelitian
ini adalah 18 pasien gagal dengan gagal jantung ini adalah pasien dengan
jantung kongestif yang kongestif, sampel CHF yang mengalami
mengalami edema kaki di digunakan sampling edema di RSUD Syarifah
RSUD berturut-turut. 34 Ambami Rato Ebhu dan
Ungaran, RSUD responden membagi dua diambil sampel 30
Ambarawa, RSUD Kota kelompok, 17 kelompok responden.
Salatiga Dan RSUD intervensi responden dan
Tugurejo Provinsi Jawa 17 kelompok kontrol
Tengah. responden.
I Pemberian terapi contrast Intervensi yang dilakukan Pemberian terapi rendam
bath atau berendam kaki
dalam penelitian ini adalah air hangat campur garam
sebatas betis secara
bergantian dengan contrast bath. Contrast epsom
menggunakan air hangat
bath merupakan perawatan
dan dilanjutkan dengan air
dingin, dimana suhu dari dengan rendam kaki
air hangat antara 36,6-
sebatas betis secara
43,3°C dan suhu air dingin
antara 10 – 20 °C dengan bergantian dengan
selisih waktu 3 menit di
menggunakan air hangat
dalam air hangat dan 1
menit di air dingin. dan dilanjutkan dengan air
dingin. Dimana suhu dari
air hangat antara 36,6-
43,3°C dan suhu air dingin
antara 10-20 °C dengan
elevasi 30° menggunakan
gravitasi untuk
meningkatkan aliran vena
dan limpatik dari kaki.
C Pembanding dalam Pembanding dalam Pembanding dalam
penelitian ini adalah antara penelitian ini adalah pada penelitian ini adalah pada
kelompok perlakuan dan kelompok perlakuan dan kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol kelompok kontrol sebelum kelompok kontrol sebelum
pre test dan post test. dan sesudah diberikan dan sesudah diberikan
intervensi. intervensi.
O Hasil penelitian Hasil nilai Mann-Whitney Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata- P = 0,027 (P < 0.05) itu menunjukkan ada
pengaruh pemberian terapi
rata edema kaki pada pasien mewakili signifikan
rendam air hangat campur
pretest dan posttest pada pengurangan edema garam epsom terhadap
kelompok perlakuan yaitu kontras Bath dengan 30° edema kaki pada kelompok
6,11 dan 3,44 sedangkan kaki perlakuan dan kontrol
elevasi dalam
p=0,000<0,05.
pada kelompok kontrol intervensi kelompok dan
yaitu 5,78 dan 5,00, ada
pasien kelompok kontrol
perbedaan edema kaki dengan gagal jantung
pretest dan postest kongestif.
kelompok perlakuan (p-
value 0,000), ada perbedaan
edema kaki pretest dan
postest kelompok kontrol
(p-value 0,001) serta p-
value (0,034) <α (0,05).
T 2015 Januari-Juni 2018 2019

3. PEMBAHASAN
Pada sebagian besar penderita congestive heart failure, tingginya derajat edema
disebabkan oleh tiga mekanisme utama yang menyebabkan terjadinya edema yaitu:
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler. Penurunan tekanan onkotik plasma dan peningkatan
permeabilitas kapiler (Kozier, 2011 dalam Mayusef, Sukmana, 2016).
Edema pada kaki terjadi karena kegagalan jantung kanan dalam mengosongkan darah
dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomudasi semua darah yang secara normal
kembali dari sirkululasi vena. Edema ini di mulai pada kaki dan tumit (edema dependent)
dan secar bertahap bertambah keatas tungkai dan paha dan akhirnya ke genetalia eksterna
dan tubuh bagian bawah. Edema sakral jarang terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena
daerah sakral menjadi daerah yang dependen. Itu masalah serius melibatkan jantung,
pembuluh darah, pernapasan, ginjal, hati,atau sistem hematologi. Sebaliknya, edema kaki bisa
menjadi ketidak nyamanan dengan etiologi yang tidak diketahui. Edema kaki adalah
presentasi seringkeluhan yang menuntut strategi diagnostik dan rujukan yang tepat (Seller
&Symons, 2011).
Untuk mengurangi edema biasanya pasien mendapatkan terapi diuretik seperti
(Furosemide, lasik dan farsik) dan dipengaruhi oleh intake cairan pasien. Diuretik adalah
obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.Istilah diuresis mempunyai dua
pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan
yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat -zat terlarut dalam air. Fungsi utama
diuretik adalah untuk memobilisasi cairan oedem, yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal Jenis
diuretik yang diberikan pada pasien dengan gagal jantung yaitu Loop diuretik seperti
furosemid, obat ini bekerja pada daerah Ansa Henle di mana 20% sampai 25% natrium
diserap kembali di Ansa Henle. Diuretik loop menghambat reabsorpsi NaCl dalam Ansa
Henle dengan menghambat kotranspor Na/K/2Cl. Pemberian bersamaan dengan NSAIDs
dapat mengurangi kemanjuran diuretic. Pemberian diuretik loop secara oral diindikasikan
untuk mengurangi edema perifer dan edema paru pada gagal jantung sedang sampai berat
(kronis). Pemberian intravena dapat dilakukan pada pasien dengan edema paru akibat gagal
jantung akut.
Selain dengan terapi farmakologi, ada penerapan pemberian terapi non farmakologi
untuk mengurangi resiko atau efek samping obat yaitu dengan terapi merendam kaki yang
edema dengan terapi ini akan mengurangi tekanan hidrostatik intra vena (tekanan yang
mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) yang menimbulkan
pembesaran cairan plasma ke dalam ruang interstisium dan cairan yang berada di intertisium
akan kembali ke vena sehingga edema dapat berkurang.
Dari ke 3 penelitian diatas ada berbagai macam terapi perendaman kaki diantaranya
perendaman kaki menggunakan air hangat campur garam Epsom, Terapi Contrast Bath
(Rendam Air Hangat Dan Air Dingin) dan Terapi rendam contrass bath dengan elevasi kaki
30 derajat.
Perendaman kaki menggunakan air hangat dengan campuran garam Epsom terbukti
dapat mengurangi edema karena memiliki kandungan magnesium sulfat yang memiliki sifat
anti-inflamasi yang dapat mengurangi pembengkakan dan rasa sakit yang terkait
dengan edema. Tambahkan 1 cangkir garam Epsom ke air hangat lalu rendam kaki selama 15
hingga 20 menit. Lakukan setiap hari sampai pembengkakan berkurang.
Terapi contrast bath adalah Perawatan dengan berendam kaki sebatas betis secara
bergantian dengan menggunakan air hangatdan dilanjutkan dengan air dingin, dimana suhu
dari air hangat antara 36,6-43,3°C dan suhu air dingin antara 10-20 °C dengan selisih waktu
3 menit di dalam air hangat dan 1 menit di air dalam dingin. Dilakukan kompres dengan kain
handuk untuk bagian-bagian tubuh yang tidak dapat direndam air dengan mudah, yang
membuat pembuluh - pembuluh darah mengembang atau menyempit bersamaan dengan
panas dan dingin yang meningkatkan sirkulasi darah ke bagian tubuh yang dirawat.
Pemberian contrast bath dengan elevasi kaki 30° dapat menurunkan derajat edema pada
pasien Congestive Heart Failure yang mengalami edema. Dengan merendam kaki dengan air
hangat dan air dingin menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada otot dan pembuluh darah,
sehingga tekanan darah menurun dan keja otot menurun serta pengaruh dari terapi elevasi
akan meningkatkan aliran balik vena dan mengurangi edema (peningkatan gravitasi) akan
membantu mengembalikan pada sirkulasi sistemik. Perendaman air panas lama dalam siklus
kedua contrast bath bisa menciptakan fluktuasi yang cukup dalam kecepatan darah arteri.
waktu perendaman dari ekstremitas dalam air panas harus ditingkatkan secara bertahap
selama fase pengobatan selanjutnya.
Berikut adalah Standar Operasional Prosedur (SOP)Terapi perendaman Kaki :
A. Pengertian Rendam Kaki Air Hangat
Secara ilmiah, air hangat berdampak fisiologis bagi tubuh yaitu berdampak pada
pembuluh darah, panasnya membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Selain itu faktor
pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-otot dan ligamen yang mempengaruhi
sendi-sendi tubuh. Panas pada fisioterapi dipergunakan untuk meningkatkan aliran
darah kulit dengan jalan melebarkan pembuluh darah yang dapat meningkatkan suplai
oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga meningkatkan suplai nutrisi pada jaringan.
Panas juga meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot.
B. Syarat Penggunaan Sifat Fisik Air
1. Suhu air
Suhu air disesuaikan dengan tujuan terapi yang ingin diberikan. Adapun pilihan
suhu air ada terapi hidro adalah sebaga berikut.
Tabel suhu air menurut Menteri Kesehatan No.8 (2014) yaitu:
Suhu Keterangan Penggunaan
Terlalu panas, tidak aman untuk penggunaan rumah kecuali
>43,30C untuk rendam sebagian tubuh: lengan, tangan, kaki, balutan
atau kompres lokal.
Sangat panas, hanya untuk waktu pendek : 5 – 15 menit.
40,5 – < 43,30C Perhatikan untuk hipertermia. Tidak direkomendasikan
untuk mereka dengan kondisi kardiovaskular.
Panas, umumnya dapat ditoleransi untuk kebanyakan terapi
37,7 – 40,50C
rendam. Lama rendam: 15 – 25 menit.
Hangat, sedikit diatas suhu tubuh. Ideal untuk absorpsi
36,6 – 37,70C
rendam herbal. Lama rendam: 15 – 30 menit.
Netral, rendam nyaman yang menghasilkan refleks
32,2 – 36,60C pemanasan. Rentang normal suhu permukaan kulit. Lama
rendam: 5 – 10 menit.
Rendam sedikit dingin (cool), pendinginan yang dapat
26,6 – 32,20C ditoleransi. Dipergunakan untuk rendam hangka pendek
kurang dari 5 menit : untuk refleks pemanasan.
Rendam dingin, rendaman atau celupan sangat singkat
untuk mendapatkan refleks pemanasan tubuh yang dramatik
18,3 – 26,60C
; tidak direkomendasikan lebih lama dari 30 detik,
perhatikan akan hipotermia.
Sangat dingin, tidak direkomendasikan untuk pengunaan
<18,30C rumah kecuali rendam sebagian atau aplikasi lokal kompres
dingin. Kompres es dan lain-lain.

C. Manfaat Rendam Kaki Air Hangat


Suhu air yang digunakan untuk rendam kaki tersebut dapat mengurangi edema,
meningkatkan kelenturan jaringan otot ikat, kelenturan pada struktur otot, mengurangi
rasa nyeri, dan memberikan pengaruh pada sistem pembuluh darah yaitu fungsi
jantung dan pernapasan atau paru-paru.
D. Persiapan Alat dan Bahan
1. Termometer air
2. Handuk
3. Air hangat
4. Garam Epsom (jika perlu)
5. Stopwatch
6. Baskom
E. Persiapan Klien
1. Melakukan kontrak topik, waktu, tempat, dan tujuan dilakukan terapi rendam kaki
air hangat.
F. Prosedur Tindakan
1. Membawa peralatan mendekati responden.
2. Posisikan klien dalam posisi duduk di bed.
3. Masukan air hangat ke dalam baskom sebanyak 2100cc dengan suhu 400C.
4. Jika kaki tampak kotor cuci terlebih dahulu lalu keringkan.
5. Celupkan dan rendam kaki sampai betis biarkan selama 15 menit.
6. Tutup baskom dengan handuk untuk menjaga suhu.
7. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun tambahkan air hangat
sampai suhu sesuai kembali.
8. Setelah selesai (15 menit), angkat kaki lalu keringkan dengan handuk.
9. Rapikan peralatan.

4. SIMPULAN DAN SARAN


Terdapat pengaruh yang bermakna dari perendaman kaki yaitu pembengkakan
berkurang pada ekstremitas dan ada perubahan derajat edema sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi berupa terapi perendaman kaki pada pasien Congestive Heart Failure.
Bagi para responden dengan gagal jantung yang mengalami edema kaki yang diderita
diharapkan dapat menggunakan terapi perendaman kaki di rumah maupun secara mandiri
untuk menurunkan derajat edema.
Bagi pelayanan keperawatan dapat menerapkan latihan tersebut tidak hanya ketika
pasien dirawat di Rumah Sakit saja, dan mengajarkan kepada keluarga untuk bisa
diaplikasikan di rumah, sehingga terapi tersebut akan lebih dirasakan manfaatnya.

5. DAFTAR PUSTAKA
Agus Hida Purwadi, I Ketut. Galih W, Gipta. Puspita, Dewi. 2015. Pengaruh Terapi Contrast
Bath (Rendam Air Hangat Dan Air Dingin) Terhadap Edema Kaki Pada Pasien Penyakit
Gagal Jantung Kongestif. Jawa Tengah. Jurnal Gizi dan Kesehatan JGK-vol.7, no.15
Alisa, Vera Nur (2019) Pengaruh Pemberian Terapi Rendam Air Hangat Campur Garam
Epsom Terhadap Edema Kaki Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif (Studi di RSUD
Syarifah Ambami Rato Ebhu). Undergraduate thesis, STIKes Ngudia Husada
Madura.
Budiono. Slamet Ristanti, Rini. 2019. Pengaruh Pemberian Contrast Bath Dengan Elevasi
Kaki 30 Derajat Terhadap Penurunan Derajat Edema Pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif. Malang. Volume 11, Nomor 2, Desember 2019.

Anda mungkin juga menyukai