SEMESTER 5A
DISUSUN OLEH:
MONICA MARCELA
NADAA SHOFIYYAH
NIKEN LARASATI
B. Tujuan
Tujuan penangan luka bakar yaitu:
1. Untuk mengatasi nyeri
2. Mengangkat jaringan mati
3. Mencegah infeksi
4. Meminimalkan terjadinya jaringan parut
5. Mengembalikan fungsi tubuh
6. Serta meninjau kebutuhan emosional penderita yang mengalami luka
bakar.
Bergantung pada derajar keparahan, penangan luka bakar dapat dilakukan
secara rawat inap atau rawat jalan.
C. Jenis Nyeri
1. Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas,
memiliki hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau
penyakit.
2. Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama.
Nyeri kronik yang terus menerus ada meskipun telah terjadi proses
penyembuhan dan sering sekali tidak diketahui penyebabnya yang pasti
D. Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu kondisi kerusakan jaringan yang dapat
diakibatkan oleh trauma panas, kimia, listrik, cahaya matahari,
ataupun radiasi nuklir.
Klasifikasi:
Luka bakar diklasifikasikan dalam tiga derajat kerusakan, yaitu:
KLASIFIK JARINGAN KLINIS TES WAKTU HASIL
ASI YANG JARUM SEMBUH
RUSAK “pin
prick”
I Epidermis - Sakit nyeri 7 hari normal
- Merah
- Kering
II Sebagian - Sakit Nyeri 7-14 hari Normal, pucat
Dangkal dermis, - Merah/kun atau dan berbintik
folikel ing normal
rambut, dan - Kelenjar
keringat utuh basah
II dalam Hanya - kelenjar Tidak 14-31 hari - Pucat
keringat yang sakit begitu - Defigment
utuh - merah/kun nyeri asi
ing - Rata
- basah - Mengkilat
- Rambut (-
)
- Sikatriks
- Hipertropi
III Dermis - Tidak Tidak 21 hari - Sikatriks
seluruhnya sakit nyeri - hipertropi
- Coklat
- Hitam
- kering
Luas luka bakar dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk
menghitung secara cepat dipakai Rule
of Nines dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa,
karena anak-anak mempunyai
proporsi tubuh yang berbeda.2,3 Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu
dengan menggunakan luas telapak
tangan penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan = 1% luas permukaan tubuh.
Area luka bakar Presentase ( dalam persen)
Seluruh kepala (muka dan belakang) 9
Dada 9
Perut 9
Ekstremitas atas (kiri dan kanan) 2x9
Pungggung dan bokong 2x9
Pha dan betis (kiri dan kanan) 4x9
Perineum dan genitelia 1
total 100
E. Tatalaksana
Evaluasi ini meliputi jalan napas, pertukaran udara dan stabilitas sirkulasi.
Selain itu juga harus diketahui mekanisme terjadinya luka bakar, ada tidaknya
gangguan inhalasi, luka bakar pada kornea dan intoksikasi karbon monoksida.
Beratnya luka bakar ditentukan dengan menilai derajat serta luas luka bakar.
Langkah-langkah pertolongan pertama:
1. Tidak panic
2. Mengurangi berat luka bakar
Dengan cara memadamkan api atau benda panas(pakaian penderita
dilepaskan) dan pindahkan penderita ke tempat yang aman. Jika luka
bakar disebabkan oleh listrik, padamkan kontak listrik. Jika
dikarenakan trauma bahan kimia, irigasi area yang terkena.1 Selimuti
tubuh penderita dengan selimut atau kain bersih jika luka bakar cukup
luas.
3. Lakukan primary survey
1) A – (Airway) : Sumbatan jalan nafas dapat terjadi akibat cedera
inhalasi. Tanda yang mungkin ada yaitu kesulitan bernafas atau
suara nafas yang berbunyi (stridor hoarness), edema mukosa
mulut dan jalan nafas, ditemukan sisa-sisa pembakaran di hidung
atau mulut dan luka bakar mengenai muka atau leher. Cedera ini
harus segera ditangani karena angka kematiannya sangat tinggi.
2) B – (Breathing) : Ekspansi rongga dada dapat terhambat karena
nyeri atau eskar yang melingkar di dada.
3) C – (Circulation) : Keluarnya cairan dari pembuluh darah terjadi
karena hiperpermeabilitas pembuluh darah. Hal ini juga menjadi
penyebab terjadinyaacute lung injury akibat edema paru.1 Bila
disertai syok (suplai darah ke jaringan kurang), tindakannya adalah
atasi syok lalu lanjutkan resusitasi cairan.
4) D – (Disability) : Status neurologis penderita.
4. Resusitasi cairan
Pemasangan infus dilakukan untuk mencegah syok. Pada penderita
dewasa, resusitasi cairan dapat diberikan pada luka bakar derajat 2 atau
3 yang mengenai > 20% luas permukaan tubuh. Sedangkan untuk
anak-anak, resusitasi cairan dapat diberikan jika > 15%, dan pada bayi
> 10%.
Rumus Parkland dapat digunakan sebagai panduan resusitasi cairan
pada 24 jam pertama,
yaitu 4 mL/kgBB/persen luka bakar solusio Ringer Laktat. Setengah
dari jumlah tersebut diberikan pada 8 jam pertama, dan sisanya
diberikan untuk 16 jam berikutnya.
5. Evaluasi urine output
Keluaran urin harus tetap dinilai sebagai evaluasi perfusi ginjal dan
keseimbangan cairan. Keluaran urin pada dewasa harus dipertahankan
antara 0,5-1 mL/kgBB/jam.
6. Pemasangan NGT(nasogastric tube)
Pemasangan NGT dapat diberikan pada penderita dengan luas luka
bakar > 20% untuk mencegah terjadinya distensi lambung
dan muntah.
7. Mencegah infeksi
Luka bakar sebaiknya jangan diberi bahan-bahan yang kotor dan sukar
larut dalam air seperti mentega, kecap, telur atau bahan yang lengket
misalnya kapas. Luka ditutup dengan kain bersih. Jika ada bula, jangan
dipecahkan karena merupakan pelindung sementara sebelum dilakukan
perawatan luka di rumah sakit.
8. Pengiriman penderita ke rumah sakit sesegera mungkin.
F. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Semua terapi pengobatan diberikan secara intravena selama masa
resusitasi
2. Kadar natrium harus tetap dimonitor untuk menghindari terjadinya
hiponatremia
3. Transfusi sel darah merah diindikasikan jika kadar hematokrit <>
4. Insulin dapat diberikan jika glukosa serum > 200 mg/Dl
5. H2 blocker dan antasida dapat diberikan agar pH lambung tetap pada
kisaran 7
G. Terapi
Penanganan nyeri dapat dicapai melalui pemberian obat narcotic intravena,
seperti morphine. Pemberian melalui intramuskuler atau subcutan tidak
dianjurkan karena absorbs dari jaringan lunak tidak cukup baik selama
periode ini bila hipovelemia dan perpindahan cairan yang banyak masih
terjadi. Demikian juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi secara oral
tidak dianjurkan karena adanya disfungsi gastrointestinal.
3. Non-
Farmakologi
Borley R. Neil danGrase A. Pierce. 2007. At a glance IlmuBedah. Edisi 3. Jakarta Erlangga
Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B. & Glenora Erb. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan
Klinis edisi 5. Jakarta: EGC.
Avidan M. Pain Managemnet. In: Perioperative Care, Anesthesia, Pain Management and Int
ensive Care.London; 2003
Jagminas L. Burn Management. Available from:
http://www.springerlink.com/content/j8n43741k7777320/fulltext.pdf
Lund C, Browder N. The Estimation of Areas of Burns. Surg Gynecol Obstet 1944;79:352-8.
Baxter CR. Management of Burn Wound. Dermatol Clin 1993;11:709-14.
Hospital and prehospital resources for optimal care of patients with burn injury: guidelines
for development and operation of burn centers. American Burn Association. J
Burn Care Rehabil 1990;11:98-104.
Dr. I Nyoman Putu Riasa, SpBP. Memahami Luka Bakar, Penanggung Jawab Medis Unit
Luka Bakar RS Sanglah, Denpasar, Bali.