ANEMIA PERNICIOSA
OLEH :
KELOMPOK VI
A3A
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan kami, yang kami beri judul Asuhan Keperawatan
Anemia periciosa.
Askep ini kami tulis berdasarkan revisi dari buku,search di internet dan sumber-sumber yang
dapat kami percaya. Dengan dibuatnya pembahasan tentang penyakit anemia periciosa ini kami
harap mahasiswa dapat memiliki sumber pembelajaran tambahan mengenai penyakit ini.
kami menyadari bahwa pembahasan asuhan keperawatan ini jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar pembahasan tugas ini
menjadi lebih baik. Akhir kata semoga bermanfaat bagi semua yang membaca atau
mendengarkan materi makalah ini.
Om Santih, Santih, Santih Om
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
.. i
.. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
...................................................... 1
...................................................... 2
1.3 TUJUAN
...................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 DEFINISI
...................................................... 3
2.2 EPIDEMIOLOGI
...................................................... 3
2.3 ETIOLOGI
...................................................... 4
...................................................... 5
...................................................... 6
2.6 PATOFISIOLOGI
...................................................... 7
2.7 PEMERIKSAAN
...................................................... 13
2.8 PENATALAKSANAAN
...................................................... 14
2.9 PROGNOSIS
...................................................... 15
...................................................... 16
.......................................... 19
2.12 INTERVENSI
...................................................... 20
2.13 EVALUASI
...................................................... 24
...................................................... 25
3.2 SARAN
...................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 DEFINISI
a.
Anemia pernisiosa adalah salah satu penyakit kronis berupa berkurangnya produksi sel darah
merah akibat defisiensi vitamin B12 dan asam folat, Salah satu fungsi vitamin B12 adalah
untuk pembentukan sel darah merah di dalam sum-sum tulang menjadi aktif. (Brunner&Suddart,
2001)
b.
Anemia pernisiosa adalah penurunan sel darah merah yang terjadi ketika tubuh tidak dapat
dengan baik menyerap vitamin B12 dari saluran pencernaan. Vitamin B12 diperlukan untuk
pengembangan yang tepat dari sel darah merah. (Price &Sylvia, 1995).
c.
Anemia pernisiosa (atau anemia pernisiosa - juga dikenal sebagai anemia Biermer,'s anemia
Addison, atau-Biermer anemia Addison) adalah salah satu dari banyak jenis keluarga besar
anemia megaloblastik . Hal ini disebabkan oleh hilangnya sel parietal lambung, dan
ketidakmampuan berikutnya untuk menyerap vitamin B 12. (Nursing blogspot.com)
2.2 EPIDEMIOLOGI
Dalam kelompok ini, 10-20 kasus per 100.000 orang terjadi per tahun. Anemia pernisiosa
dilaporkan kurang umum pada orang-orang dari latar belakang ras lain, selain Inggris, Irlandia,
Skotlandia, dan Skandinavia. Meskipun penyakit ini pernah diyakini langka pada orang Amerika
asli dan jarang pada orang kulit hitam, pengamatan terakhir menunjukkan bahwa kejadian itu
diremehkan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi angka kejadian anemia pernisiosa, antara lain:
a.
Mortalitas / Morbiditas
Penyakit ini disebut anemia pernisiosa karena fatal sebelum penemuan bahwa itu adalah
gangguan gizi. Tampilan megaloblastik sel menyebabkan banyak berspekulasi bahwa itu adalah
penyakit neoplastik. Respon pasien terhadap terapi hati menyarankan bahwa kekurangan gizi
bertanggung jawab atas gangguan ini. Hal ini menjadi jelas dalam uji klinis sekali vitamin B-12
diisolasi. Saat ini, pasien pada perawatan yang tepat memiliki hidup normal.
b. Ras
Sedangkan penyakit awalnya diyakini terbatas terutama untuk kulit putih asal
Skandinavia dan Celtic, menunjukkan bukti terbaru bahwa itu terjadi di semua ras.
c. Seks
Sebuah Dominasi perempuan telah dilaporkan di Inggris, Skandinavia, dan di antara orang-orang
keturunan Afrika (1,5:1). Namun, data di Amerika Serikat menunjukkan distribusi jenis kelamin
yang sama.
d. Umur
Anemia pernisiosa biasanya terjadi pada orang berusia 40-70 tahun. Antara orang kulit putih,
usia onset rata-rata adalah 60 tahun, sementara itu terjadi pada usia yang lebih muda pada orang
hitam (rata-rata usia 50 tahun).
2.3 ETIOLOGI
a.
Pengikatan vitamin B
12
autoantibodies diarahkan terhadap sel parietalis, serta terhadap faktor intrinsik sendiri.
b.
12
Infeksi dengan cacing pita latum Diphyllobothrium , mungkin karena parasit kompetisi untuk
vitamin B 12.
d.
Gangguan serupa yang melibatkan gangguan penyerapan B12 juga bisa terjadi setelah
pengangkatan lambung ( gastrektomi ). Dalam prosedur ini, sel-sel mukosa tidak lagi tersedia,
begitu pula yang diperlukan faktor intrinsik . Hal ini mengakibatkan penyerapan GI memadai B
12,
dan dapat mengakibatkan sindrom dibedakan dari anemia pernisiosa. Pada gastrektomi pasien
harus mengkonsumsi B 12 seperti dalam pengobatan anemia pernisiosa: dosis tinggi baik oral atau
B 12 dengan injeksi.
e.
Malnutrisi (alkoholik, vegetarian), anemia pernisiosa (penyakit autoimun terhadap sel parietal.
f. Resiko meningkat disertai dengan insufisiensi endokrin poliglandular dan karsinoma lambung,
penyebab lainnya adalah faktor-faktor absorpsi (keadaan setelah gastrektomi.
2.4 FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi meliputi:
a.
4) Hipoparatiroidisme
5) Hypopituitarism
6) Myasthenia gravis
7) Amenore sekunder
8) Diabetes tipe 1
9) Disfungsi testis
10) Vitiligo
c.
a.
Temuan umum: Berat badan antara 10-15 pon terjadi pada sekitar 50% dari pasien dan mungkin
disebabkan anoreksia, yang diamati pada kebanyakan pasien. Low-grade fever occurs in one
third of newly diagnosed patients and promptly disappears with treatment. demam kelas rendah
terjadi pada sepertiga pasien yang baru didiagnosa dan segera menghilang dengan pengobatan.
b.
Anemia: Anemia sering ditoleransi pada anemia pernisiosa, dan banyak pasien yang berjalan
dengan tingkat hematokrit pada pertengahan remaja. Namun, output jantung biasanya meningkat
dengan hematocrits kurang dari 20%, dan mempercepat denyut jantung. Gagal jantung kongestif
dan insufisiensi koroner dapat terjadi, sebagian besar terutama pada pasien dengan penyakit
jantung yang telah ada sebelumnya.
c.
Temuan Gastrointestinal: Sekitar 50% dari pasien memiliki lidah yang halus dengan hilangnya
papila. Hal ini biasanya ditandai sepanjang tepi lidah. Lidah dapat menjadi merah menyakitkan
dan berdaging. Kadang-kadang, bercak merah yang diamati di tepi dorsum lidah. Pasien dapat
melaporkan terbakar atau rasa sakit, sebagian besar terutama pada salah satu anterior sepertiga
dari lidah. Gejala ini mungkin terkait dengan perubahan rasa dan kehilangan nafsu makan.
1) Pasien dapat melaporkan sembelit salah satu atau beberapa memiliki semipadat buang air besar
setiap hari. Ini telah dikaitkan dengan perubahan megaloblastik dari sel-sel mukosa usus.
2)
Gejala gastrointestinal nonspesifik tidak biasa dan termasuk anoreksia, mual, muntah, mulas,
pyrosis, perut kembung, dan rasa kepenuhan. Jarang, pasien datang dengan nyeri perut yang
parah terkait dengan kekakuan abdomen, hal ini telah dikaitkan dengan patologi sumsum tulang
belakang.
d.
Sistem saraf: gejala neurologis dapat diperoleh pada kebanyakan pasien dengan anemia
pernisiosa, dan gejala yang paling umum adalah parestesia, kelemahan, kecanggungan, dan
kiprah goyah. Gejala-gejala neurologis adalah karena myelin degenerasi dan hilangnya serabut
saraf dalam kolom dorsal dan lateral dari sumsum tulang belakang dan korteks serebral.
e.
Sistem Perkemihan: retensi urin dan gangguan berkemih dapat terjadi karena kerusakan sumsum
tulang belakang. Hal ini dapat mempengaruhi pasien untuk infeksi saluran kemih.
f.
Diet CBL diperoleh sebagian besar dari daging dan susu dan diserap dalam serangkaian
langkah, yang memerlukan pelepasan proteolitik dari makanan dan mengikat protein lambung.
Selanjutnya, pengakuan dari kompleks IF-CBL oleh reseptor ileum khusus harus terjadi karena
transportasi ke dalam sirkulasi portal untuk terikat oleh transcobalamin II (TC II), yang berfungsi
sebagai transporter plasma.
Transcobalamin (TC) adalah terdegradasi dalam sebuah lisozim, dan CBL dilepaskan ke
sitoplasma. Pengurangan enzim-dimediasi kobalt terjadi dengan baik untuk membentuk
methylcobalamin atau adenosylation mitokondria untuk membentuk adenosylcobalamin. Cacat
dari langkah-langkah menghasilkan manifestasi dari disfungsi CBL. Sebagian besar cacat
menjadi nyata pada masa bayi dan anak usia dini dan mengakibatkan gangguan perkembangan,
keterbelakangan mental, dan anemia makrositik.
Anemia pernisiosa mungkin adalah gangguan autoimun dengan kecenderungan genetik.
Anemia pernisiosa lebih umum daripada yang diharapkan dalam keluarga pasien dengan anemia
pernisiosa, dan penyakit yang berhubungan dengan antigen leukosit manusia (HLA) tipe A2, A3,
dan B7 dan tipe A golongan darah.
Antibodi sel Antiparietal terjadi pada 90% pasien dengan anemia pernisiosa, tetapi hanya 5%
dari orang dewasa yang sehat. Demikian pula, mengikat dan menghalangi antibody jika
ditemukan pada kebanyakan pasien dengan anemia pernisiosa. Sebuah asosiasi yang lebih besar
daripada yang diantisipasi ada antara anemia pernisiosa dan penyakit autoimun lainnya, yang
meliputi gangguan tiroid, diabetes mellitus tipe I, ulcerative colitis, penyakit Addison, infertilitas,
dan agammaglobulinemia diperoleh. Hubungan antara anemia pernisiosa dan Helicobacter
pylori infeksi telah didalilkan namun tidak jelas terbukti.
Kekurangan CBL bisa dihasilkan dari kekurangan makanan vitamin B-12; gangguan pada
perut, usus kecil, dan pankreas, infeksi tertentu, dan kelainan transportasi, metabolisme, dan
pemanfaatan. Kekurangan dapat diamati pada vegetarian ketat. Bayi ASI dari ibu vegetarian juga
terpengaruh. Terkena dampak parah bayi dari ibu vegetarian yang tidak memiliki kekurangan
terbuka CBL telah dilaporkan. Daging dan susu merupakan sumber utama CBL diet. Karena
tubuh menyimpan CBL yang biasanya melebihi 1000 mcg dan kebutuhan sehari-hari adalah
sekitar 1 mcg, kepatuhan yang ketat untuk diet vegetarian selama lebih dari 5 tahun biasanya
dibutuhkan untuk menghasilkan temuan kekurangan CBL. Cobalamin (CBL) dibebaskan dari
daging di lingkungan asam lambung di mana ia mengikat faktor R dalam persaingan dengan
faktor intrinsik (IF). CBL dibebaskan dari faktor R dalam duodenum oleh pencernaan proteolitik
faktor R oleh enzim pankreas. CBL kompleks transit IF-ke ileum mana ia terikat pada reseptor
ileum. Jika CBL memasuki sel serap ileum, dan CBL dilepaskan dan memasuki plasma. Dalam
plasma, CBL terikat untuk transcobalamin II (TC II), yang memberikan kompleks untuk sel
nonintestinal.
Pada orang dewasa, anemia pernisiosa dikaitkan dengan atrofi lambung parah dan
achlorhydria, yang ireversibel. Kekurangan zat besi yg hidup bersama adalah umum karena
achlorhydria mencegah solubilisasi besi makanan dari bahan pangan. Fenomena autoimmune
dan penyakit tiroid sering diamati. Pasien dengan anemia pernisiosa memiliki 2 - untuk insiden
meningkat 3 kali lipat dari karsinoma lambung.
Penyebab kekurangan CBL:
a.
b.
konsumsi
d.
e.
f.
Gangguan mukosa ileum (misalnya, reseksi, ileitis, sariawan, limfoma, amyloidosis, reseptor IFKabel absen, Imerslnd-Grasbeck sindrom, sindrom
Zollinger-Ellison)
kekurangan
bahan pengikat)
h.
pada
karena defisiensi absorbsi vitamin B12 di ileum sehingga menyebabkan gangguan penyimpanan
vitamin B12 di dalam hati dan sum-sum tulang. Defisiensi absorbsi vitamin B12 di ileum dapat
disebabkan oleh karena kekurangan faktor intrinsik akibat defisiensi faktor intrinsik
kongenital,gastrektomi total, gastrektomi parsial, lesi di usus halus dan reseksilleum. Faktor lain
yang mempengaruhi defisiensi absorbsi vitamin B12 adalah defisiensi diet vitamin B12.
defesiensi asam folat, adanya cacing pita diphytobatrium tatum) di usus halus dan pemakaian
obat-obat antagonis terhadap purin dan pirimidin. Gambaran klinis secara umum pasien pucat,
mudah lelah, kehilangan berat badan, gangguan sensasi gerak dan pati rasa dari alat gerak,
sedangkan gambaran klinis di rongga mulut berupa glositis yang ditandai lidah berwarna merah
terang dan permukaan lidah licin.
Jadi, defisiensi B12, dapat terjadi pada berbagai bentuk, gangguan ini jarang erjadi
apabila asupan tidak adekuat, namun badap terjadi pada vegetarian yang tidak makan sama
sekali. Gangguan traktus gastrointestinal lebih sering terjadi. Abnormalitas yang tterjadi pada
mukosa gaster; dinding lambung mengalami atrofi dan tidak mampu mensekresi faktr intrinsik.
Za tersebut biasanya mengikat vitamin B12 dari diet dan biasanya mengalir bersama ke ileum,
dimana vitamin tersebut diabsorpsi.
2.7 PEMERIKSAAN
a. Tes Serologi
1) Jumlah darah lengkap (JDL): Hemoglobin dan hematokrit menurun.
2)
Jumlah eritrosit: menurun (AP), menurun berat (aplastik): MCV (volume korpuskular rerata)
dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik
(DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
3) Jumlah retikulosit: bervariasi. Mis. Menurun (AP), meningkat (respon sumsum tulang terhadap
kehilangan darah/ hemolisis).
4) Pewarnaan SDM: mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus
anemia).
5) LED: peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, mis. Peningkatan kerusakan SDM atau
penyakit malignasi.
6)
Masa hidup SDM: berguna dalam membedakan diagnose anemia, mis. Pada tipe anemia
tertentu, ADM mempunyai waktu hidup lebih pendek.
(hemolitik) atau
menurun (aplastik).
9) Jumlah trombosit: menurun (aplastik); meningkat (DB): normal atau tinggi (hemolitik).
10) Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
11) Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
12) Folat serum dan vitamin B12: membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukkan/ absorpsi.
13) Besi serum: tak ada (BD).
14) Feritin serum: menurun (DB).
15) Masa perdarahan; memenjang (aplastik).
16) LDH serum: mungkin meningkat (AP).
b. Lain-Lain
1)
Analisa gaster: penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP).
2)
Aspirasi sumsum tulang/ pemeriksaan biopsy: sel mungkintampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk membedakan tipe anemia, mis. Peningkatan megaloblas (AP),
lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplatik).
Suntikan vitamin B12 bulanan diresepkan untuk memperbaiki kekurangan vitamin B12. Terapi
ini memperlakukan anemia dan dapat memperbaiki komplikasi neurologis jika diambil cukup
dini. Pada orang dengan kekurangan parah, suntikan diberikan lebih sering pada awalnya.
Beberapa dokter menyarankan bahwa pasien tua dengan atrofi lambung mengkonsumsi
suplemen vitamin B12 melalui mulut di samping suntikan bulanan. Ada juga sediaan vitamin
B12 yang dapat diberikan melalui hidung. Bagi sebagian orang, mengkonsumsi tablet vitamin
B12 melalui mulut dalam dosis sangat tinggi dapat menjadi pengobatan yang efektif.
2.9 PROGNOSIS
Kondisi sering fatal di masa lalu, sebelum perawatan vitamin B12 yang tersedia.Sekarang,
anemia pernisiosa biasanya mudah untuk diobati dengan pil atau suntikan vitamin B12. Dengan
perawatan berkelanjutan dan perawatan yang tepat, kebanyakan orang yang mengalami anemia
pernisiosa dapat pulih, merasa baik, dan hidup normal.
Tanpa pengobatan, anemia pernisiosa dapat menyebabkan masalah serius dengan hati,
saraf, dan bagian tubuh lainnya. Efek dari beberapa kondisi dapat permanen. Hasilnya adalah
biasanya sangat baik dengan pengobatan. Setiap kerusakan pada saraf mungkin permanen,
terutama jika pengobatan tidak dimulai dalam waktu 6 bulan dari saat gejala dimulai.
Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat ,
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai
keabu-abuan), pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara.
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)
kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus,
menipis,tumbuh uban secara premature.
3)
Integritas
ego
darah.
Tanda :depresi.
4)
Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda :distensi abdomen.
5)
Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran,
tepung
jagung,
dan
sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane
mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
6)
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik). Epitaksis : perdarahan dari lubang-
lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis.
7)
Nyeri/kenyamanan
riwayat
TB,
abses
paru.
Pernapasan
Napas
pendek
pada
istirahat
dan
aktivitas.
Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap
dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan
buruk,sering
luka
infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore. Hilang libido (pria dan
wanita). Impoten.
Tanda :serviks dan dinding vagina pucat.
Diagnosa keperawatan
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/ nutrien ke sel d.d kulit pucat, membran mucosa kering
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna atau
ketidakmampuan
Tgl terata
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
INTERVENSI
RASIONAL
Dx
1
diharapkan
pasien
b.
informasi
Memberikan
perfusi
c.
jaringan
dan
menentukan
kebutuhan intervensi
Iskemia
seluler
mempengaruhi
jaringan
oksigen ke jaringan
Observasi dan catat masukan
a. Mengawasi masukan kalori
penurunan
tanda
fisiologi
c.
intoleransi, mis. Nadi, pernapasan, dan TD
masih dalam rentang normal pasien.
Memaksimalkan transport
atau
kualitas
kekurangan
sering
dan/atau
b.
Makan
sedikit
menurunkankelemahan
dapat
dsn
pemasukan
pemasukan
oral.
pertumbuhan
meminimalkan
perawatan
mulut
khusus
dan
nyeri berat.
d.
diet
memenuhi
3
TD : normal
c.
akibat
Gunakan
teknik
mengganti balutan
kebutuhan
individual
Kaji adanya tanda dan gejala
a.
Stres fisiologis
untuk
Teknik
aseptif
dapat
pemasukkan
mikroorganisme ke daerah
yang terluka.
c.
Nutrisi
optimal
dan
integritas
jaringan.
Kaji kemampuan pasien untuk
a.
Mempengaruhi
pilihan
(...x...)jam diharapkan klien dapat melakukan melakukan kegiatan normal. intervensi/ bantuan
aktivitas seperti biasanya dengan kriteria hasil : Catat
laporan
keletihan,
menyelesaikan tugas
b.
dan
gaya
diharapkan
klien
menyatakan anemia
spesfik.
pasien/
resiko
jalan, cedera
kelemahan otot
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
a.
Berikan informasi tentang
a.
(...x...)jam
Menunjukkan perubahan
kelelahan b.,
Memberikan
Diskusikan pengetahuan
dasar
sehingga
dapat
mengidentifikasi
penyebab,melakukan
tindakan
tergantung
factor
b.
yang
c.
bahwa
pada
terapi pasien
tipe
dan pilihan
beratnya anemia
membuat
yang
tepat.
meningkatkan
untuk
memenuhi
b.
dapat
Anseitas/akut
tentang
ketidaktahuan
tingkat
stres,yang
selanjutnya
meningkatkan
jantung.
beban
Pengetahuan
tentang
apa
diperkirakan
yang
menurunkan
ansietas.
c.
sayuran
hijau,biji
berdaun
bersekam
dan
vitamin
Menurunkan ketersediaan
oksigen dan menyebabkan
vasokontriksi
4. EVALUASI
Dx 1
: Tanda vital dalam batas normal, membran mukosa warna merah muda, haluaran urin
adekuat
Dx 2
: TD normal, suara nafas bersih, leukosit dalam batas normal, tidak terjadi nyeri
: TTV dalam batas normal, klien dapat melakukan aktivitas sendiri, kelemahan
otot berkurang
Dx 5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Anemia pernisiosa adalah salah satu penyakit kronis berupa berkurangnya produksi sel darah
merah akibat defisiensi vitamin B12 dan asam folat, Salah satu fungsi vitamin B12 adalah
untuk pembentukan sel darah merah di dalam sum-sum tulang menjadi aktif. (Brunner&Suddart,
2001).
3.2 Saran
Sebagai seorang perawat, sudah menjadi kewajiban untuk memberikan tindakan
perawatan dalam asuhan keperawatan yang diarahkan kepada pembentukan tingkat kenyamanan
pasien, manajemen rasa sakit dan keamanan. Perawat harus mampu mamahami faktor psikologis
dan emosional yang berhubungan dengan diagnosa penyakit, dan perawat juga harus terus
mendukung pasien dan keluarga dalam menjalani proses penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah; editor
Suzanne C. Smeltzer,
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasiaan Perawatan Pasien. EGC: Jakarta
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. EGC: Jakarta
Price, Sylvia A. 2006. Patofisisologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1. EGC:
Jakarta
http://violet-zone.blogspot.co.id/2011/09/askep-anemia-perniciosa.html
dunia kesehatan
Jumat, 07 November 2014
anemia pernisiosa
MAKALAH
ASKEP ANEMIA PERNISIOSA
Dosen pengampu : Made Suandika S.Kep.,Ns.,M.Kep
Di susun oleh :
1. Liana Dian Paramita
131420130220070
2. Mokhamad Fatkhuroji
131420130310079
3. Murwani Agustin
131420130340082
4. Muslimah
131420130350083
5. Novi Ambarwati
131420130360084
6. Pipih Andriyani
131420130420090
7. Pradita Kukuh A
131420130430091
8. Rahajeng Dyah A
131420130460094
9. Reni Susanti
10.
131420130480096
Septi Cholidatul F
131420130590107
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat serta inayahNya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ANEMIA PERNISIOSA
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual. Dosen pengampu Mata Kuliah
Sistem Imun dan Hematologi sekaligus sebagai pembimbing makalah ini. Orang tua kami yang
selalu mendoakan kami.
Kami sadar bahwa kekurangan yang ada di dalam isi makalah ini, merupakan
keterbatasan kemampuan kami, sehingga dengan besar hati kami menerima kritik dan saran yang
membangun makalah ini kedepannya.
Purwokerto, 07 oktober 2014
Tim penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Tujuan ....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Definisi...................................................................................................2
Etiologi ..................................................................................................2
Manisfestasi klinis.....................................................................................................2
Patofisiologi..............................................................................................................3
Penatalaksanaan medis.............................................................................................3
Pathway...................................................................................................4
Diagnosis keperawatan (NANDA)...........................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anemia pernisiosa pertama kali dijelaskan oleh Thomas Addison pada tahun 1849.
Anemia dihubungkan dengan lambung oleh Austin Flint pada tahun 1860 dan segera diberi nama
pernicious anemia. Anemia pernisiosa umumnya disebabkan oleh defisiensi vitamin B 12,
merupakan kondisi yang berhubungan dengan atrofi lambung kronik. Penyakit ini tidak dapat
langsung dirasakan dalam jangka waktu yang pendek, tetapi lesi pada lambung sudah dapat
diprediksi beberapa tahun sebelum anemia berkembang (Epstein 1997). Anemia pernisiosa juga
dapat dihubungkan dengan diabetes tipe 1, gangguan tiroid, dan riwayat penyakit keluarga
(Anonim 2008).
B. Tujuan
1.
2.
3.
4.
anemiapernisiosa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Anemia pernisiosa adalah Anemia makrositik normokromik yang terjadi akibat defisiensi
vitamin B12. Vitamin B12 penting untuk sintesis DNA didalam sel darah merah dan untuk fungsi
saraf. Vitamin B12 terdapat dalam makanan dan di serap melalui lambung kedalam darah. Suatu
hormone lambung, factor intrinsic, penting untuk penyerapan vitamin B12. Sebagian besar
penyebab anemia pernisiosa adalah akibat defisiensi factor intrinsik, tetapi dapat juga terjadi
defisiensi vitamin B12 dalam makanan.
Defisiensi faktor intrinsic dapat timbul secara kongenital atau akibat atrofi atau rusaknya
mukosa lambung karena peradangan lambung kronik atau autoimun. Pengangkatan sebagian atau
seluruh lambung secara bedah juga akan menyebabkan defisiensi faktor intrinsik.
B. Etiologi
Sebagian besar penyebab anemia pernisiosa adalah akibat defisiensi factor intrinsik,
tetapi dapat juga terjadi defisiensi vitamin B12 dalam makanan. Defisiensi faktor intrinsic dapat
timbul secara kongenital atau akibat atrofi atau rusaknya mukosa lambung karena peradangan
lambung kronik atau autoimun. Pengangkatan sebagian atau seluruh lambung secara bedah juga
akan menyebabkan defisiensi faktor intrinsik.
tanpa adanya faktor intrinsik, maka vitamin B12 yang diberikan secara oral tidak dapat
diabsorbsi oleh tubuh. Bahkan apabila vitamin B12 dan faktor intrinsiknya cukup, masih dapat
terjadi defisisensi apabila ada penyakit yang mengenai ileum atau pankreas yang mengganggu
absorbsi. Gastrektomi juga menyebabkan defisiensi vitamin B12.
C. Manifestasi klinis
Setelah simpanan vitamin B12 tubuh dipecah, pasien mulai menunjukan tanda tanda
anemia. Mereka menjadi semakin lemah, tidak bertenaga dan pucat. Efek hematologis defisiensi
disertai oleh efek pada sistem organ lain terutama traktus gastrointestinalis dan sistem saraf.
Pasien dengan anemia pernisiosa juga mengalami kelainan lidah merah, halus, nyeri dan diare
ringan. Mereka dapat mengalami konfusi, namun yang lebih sering adalah parestesia pada
ekstremitas dan kesulitan menjaga keseimbangan karena kerusakan sumsum tulang belakang,
mereka juga kehilangan perasaan terhadap posisi. Gejala ini berkembang cepat, meskipun
sepanjang perjalanannya dapat ditandai dengan remisi parsial spontan dan eksaserbasi. Tanpa
penanganan, pasien akan meninggal setelah beberapa tahun, biasanya karena gagal jantung
kongestif akibat anemia.
Didapatkan adanya anoreksia, diare, dyspepsia, lidah yang licin, pucat dan agak ikterik.
Terjadi gangguan neurologis biasanya dimulai dengan parestesia, lalu gangguan keseimbangan,
dan pada kasus yang berat terjadi perubahan fungsi selebra, demensia, dan perubahan
neuropsikiatrik lainya.
D. Patofisologi
Anemia terjadi akibat gangguan maturasi inti sel akibat gangguan sintesis DNA sel-sel
eritroblas. Defisienasi asam folat akan mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan
maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas. Defesiensi vitamin B12 yang
berguna dalam reaksi metalasi homosistem menjadi metionin dan reaksi ini berperan dalam
mengubah metil THF menjadi DHF yang berperan dalam sintesis DNA dan akan mengganggu
maturasi inti sel dengan akibat terjadinya megaloblas. Dan hanya difisiensi vitamin B12 yang
merupakan akibat produksi lambung yang tidak memadai atau cacat fungsi factor instrinsik (IF)
yang perlu untuk absopsi vitamin B12, dapat menyebabkan anemi pernisiosa.
E. Penatalaksanaan medis
Defesisensi Vit B12 ditangani dengan pemberian vitamin B 12. Vegetarian dapat dicegah
atau ditangani dengan penambahan vitamin per oral atau melalui susu kedelai yang diperkaya.
Apabila, defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik, dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Pada awalnya, B12 diberikan tiap hari, namun kemudian kebanyakan pasien dapat
ditangani dengan pemberian vitamin B12 100 g IM tiap bulan. Cara ini dapat menimbulkan
penyembuhan dramatis pada pasien yang sakit berat. Hitung retikulosit meningkat dalam satu
minggu dan hitung darah menjadi normal dalam beberapa minggu. Lidah akan membaik dalam
beberapa hari. Manifestasi neurologis memerlukan waktu lebih lama untuk sembuh, apabila
terdapat neuropati berat, paralisis dan inkontinesia, pasien mungkin tidak dapat sembuh secara
penuh.
F. Pathway
G. Diagnosa Keperawatan
Salah satu cara menentukan penyebab defesiensi vitamin B12 adalah tes schilling.
Setelah berpuasa selam 12 jam, pasien diberikan minuman air yang mengandung vitamin B12
non radioakif IM dalam dosis besar. Apabila vitamin oral dapat diabsorbsi, maka vitamin
tersebut akan dieksresi dalam urin, dosis IM akan membantu membilasnya ke dalam urin.
Spesimen urin 24 jam dikumpulkan dan diukur radioaktivitasnya. Apabila hanya sebagian kecil
yang dieksresi, uji ini diulang lagi beberapa hari kemudian (stadium kedua) dengan
penambahan kapsul faktor intrinsik bersama dengan vitamin B12 oral.
Perubahan membrane mukosa oral yang berhubungan dengan lidah merah sakit sekunder
akibat atrofi papilar dan perubahan inflamasi. Diare atau konstipasi yang berhubungan dengan
atrofi mukosa gastrointestinal. Resiko terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan anoreksia sekunder akibat mulut yang sakit. Resiko terhadap
ketidakefektifan penatalaksanaan Program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tentang penyakit kronik, pengobatan vitamin B, kecenderungan keluarga
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia pernisiosa adalah Anemia makrositik normokromik yang terjadi akibat defisiensi
vitamin B12. Anemia terjadi akibat gangguan maturasi inti sel akibat gangguan sintesis DNA selsel eritroblas. Defisienasi asam folat akan mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan
maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas.
Defesisensi Vit B12 ditangani dengan pemberian vitamin B 12. Vegetarian dapat dicegah
atau ditangani dengan penambahan vitamin per oral atau melalui susu kedelai yang diperkaya.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku SakuPathofisiologi. Jakarta: EGC
Mansjoer, arif. Kuspuji Triyanti, dkk. 2001. KapitaselektaKedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius
Isselbacher, kurt J. Eugene Braunwald, dkk. 1999. Prinsip - Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: EGC
http://deddyrn.blogspot.com/2009/09/anemia-pernisiosa.html
http://faturroji.blogspot.co.id/2014/11/anemia-pernisiosa.html
Nurmaghfirawati
welcome to my blog
penyebab anemia
2.
Anemia pernisiosa biasanya berkembang di atas usia 50. Wanita lebih sering terkena daripada
3.
4.
5.
6.
7.
cepat membagi karena sintesis DNA berkurang. Dalam prekursor erythroid, macrocytosis dan
eritropoiesis efektif terjadi.
Diet CBL diperoleh sebagian besar dari daging dan susu dan diserap dalam serangkaian
langkah, yang memerlukan pelepasan proteolitik dari makanan dan mengikat protein lambung.
Selanjutnya, dari kompleks IF-CBL oleh reseptor ileum khusus harus terjadi karena transportasi
ke dalam sirkulasi portal untuk terikat oleh transcobalamin II (TC II), yang berfungsi sebagai
transporter plasma.
Transcobalamin (TC) adalah terdegradasi dalam sebuah lisozim, dan CBL dilepaskan ke
sitoplasma. Pengurangan enzim-dimediasi kobalt terjadi dengan baik untuk membentuk
methylcobalamin atau adenosylation mitokondria untuk membentuk adenosylcobalamin.
langkah-langkah y menghasilkan manifestasi dari disfungsi CBL. Sebagian besar cacat menjadi
nyata pada masa bayi dan anak usia dini dan mengakibatkan gangguan perkembangan,
keterbelakangan mental, dan anemia makrositik.
Anemia pernisiosa mungkin adalah gangguan autoimun dengan kecenderungan genetik.
Anemia pernisiosa lebih umum daripada yang diharapkan dalam keluarga pasien dengan anemia
pernisiosa, dan penyakit yang berhubungan dengan antigen leukosit manusia (HLA) tipe A2, A3,
dan B7 dan tipe A golongan darah.
Antibodi sel Antiparietal terjadi pada 90% pasien dengan anemia pernisiosa, tetapi hanya
5% dari orang dewasa yang sehat. Demikian pula, mengikat dan menghalangi antibody jika
ditemukan pada kebanyakan pasien dengan anemia pernisiosa. Sebuah asosiasi yang lebih besar
daripada yang diantisipasi ada antara anemia pernisiosa dan penyakit autoimun lainnya, yang
meliputi gangguan tiroid, diabetes mellitus tipe I, ulcerative colitis, penyakit Addison, infertilitas,
dan agammaglobulinemia diperoleh. Hubungan antara anemia pernisiosa dan Helicobacter
pylori infeksi telah didalilkan namun tidak jelas terbukti. (Edith Lahner dan Bruno annibale,2009
)
Kekurangan CBL bisa dihasilkan dari kekurangan makanan vitamin B-12; gangguan pada
perut, usus kecil, dan pankreas, infeksi tertentu, dan kelainan transportasi, metabolisme, dan
pemanfaatan. Kekurangan dapat diamati pada vegetarian ketat. Bayi ASI dari ibu vegetarian juga
terpengaruh. Terkena dampak parah bayi dari ibu vegetarian yang tidak memiliki kekurangan
terbuka CBL telah dilaporkan. Daging dan susu merupakan sumber utama CBL diet. Karena
tubuh menyimpan CBL yang biasanya melebihi 1000 mcg dan kebutuhan sehari-hari adalah
sekitar 1 mcg, kepatuhan yang ketat untuk diet vegetarian selama lebih dari 5 tahun biasanya
dibutuhkan untuk menghasilkan temuan kekurangan CBL. Cobalamin (CBL) dibebaskan dari
daging di lingkungan asam lambung di mana ia mengikat faktor R dalam persaingan dengan
faktor intrinsik (IF). CBL dibebaskan dari faktor R dalam duodenum oleh pencernaan proteolitik
faktor R oleh enzim pankreas. CBL kompleks transit IF-ke ileum mana ia terikat pada reseptor
ileum. Jika CBL memasuki sel serap ileum, dan CBL dilepaskan dan memasuki plasma. Dalam
plasma, CBL terikat untuk transcobalamin II (TC II), yang memberikan kompleks untuk sel
nonintestinal.
Pada orang dewasa, anemia pernisiosa dikaitkan dengan atrofi lambung parah dan
achlorhydria, yang ireversibel. Kekurangan zat besi yg hidup bersama adalah umum karena
achlorhydria mencegah solubilisasi besi makanan dari bahan pangan. Fenomena autoimmune
dan penyakit tiroid sering diamati. Pasien dengan anemia pernisiosa memiliki 2 - untuk insiden
1.
2.
meningkat 3 kali lipat dari karsinoma lambung. Penyebab kekurangan kobalamin (CBL):
Asupan makanan yang tidak memadai (yaitu, diet vegetarian)
Atrofi atau hilangnya mukosa lambung (misalnya, anemia pernisiosa, gastrektomi,
konsumsi
3.
4.
5.
6.
7.
8.
pengikat)
Disfungsional penyerapan dan penggunaan cobalamin oleh sel (misalnya, cacat
9.
pada
merah akibat defisiensi vitamin B12 dan asam folat, Salah satu fungsi vitamin B12 adalah untuk
pembentukan sel darah merah di dalam sum-sum tulang menjadi aktif. Akibat defisiensi vitamin
B12 dapat menyebabkan terganggunya sintesa DNA dan RNA. Terganggunya sintesa DNA akan
menyebabkan anemia di sum-sum tulang dalam bentuk anemia makrositik dan di dalam darah
dalam bentuk anemia megaloblastik. Sedangkan terganggunya sintesa RNA akan menyebabkan
gangguan sistem saraf. Defisiensi absorbsi vitamin B12 dalam tubuh terjadi oleh karena
defisiensi absorbsi vitamin B12 di ileum sehingga menyebabkan gangguan penyimpanan vitamin
B12 di dalam hati dan sum-sum tulang. Defisiensi absorbsi vitamin B12 di ileum dapat
disebabkan oleh karena kekurangan faktor intrinsik akibat defisiensi faktor intrinsik
kongenital,gastrektomi total, gastrektomi parsial, lesi di usus halus dan reseksilleum.
10. Faktor lain yang mempengaruhi defisiensi absorbsi vitamin B12 adalah defisiensi diet vitamin
B12. defesiensi asam folat, adanya cacing pita diphytobatrium tatum) di usus halus dan
pemakaian obat-obat antagonis terhadap purin dan pirimidin. Gambaran klinis secara umum
pasien pucat, mudah lelah, kehilangan berat badan, gangguan sensasi gerak dan pati rasa dari alat
gerak, sedangkan gambaran klinis di rongga mulut berupa glositis yang ditandai lidah berwarna
merah terang dan permukaan lidah licin.
Jadi, pernisiosa, dapat terjadi pada berbagai bentuk, gangguan ini jarang erjadi apabila
asupan tidak adekuat, namun badap terjadi pada vegetarian yang tidak makan sama sekali.
Gangguan traktus gastrointestinal lebih sering terjadi. Abnormalitas yang tterjadi pada mukosa
gaster; dinding lambung mengalami atrofi dan tidak mampu mensekresi faktr intrinsik. Za
tersebut biasanya mengikat vitamin B12 dari diet dan biasanya mengalir bersama ke ileum,
dimana vitamin tersebut diabsorpsi.
3.
4.
5.
6.
dada nyeri, kurang nafsu makan dengan penurunan berat badan, dan dering di telinga (tinnitis).
Terlihat pucat.
Lidah merah atau gusi berdarah.
mengalami Diare atau konstipasi
Gangguan pencernaan dan muntah dapat terjadi.
Jika anemia defisiensi vitaminB12 yang terjadi masih ringan,makagejalamasihbelum
tampak.
Permulaan anemia pernisiosa biasanya adalah berbahaya dan samar-samar. Tiga serangkai
klasik kelemahan, lidah sakit, dan parestesia mungkin ditimbulkan tetapi biasanya tidak
kompleks gejala kepala. Biasanya, perhatian medis dicari karena gejala sugestif gangguan
jantung, ginjal, genitourinary, gastrointestinal, infeksi, mental, atau neurologis dan pasien
ditemukan anemia dengan indeks selular makrositik.
1.
Temuan umum: Berat badan antara 10-15 pon terjadi pada sekitar 50% dari pasien dan mungkin
disebabkan anoreksia, yang diamati pada kebanyakan pasien. Demam tingkat rendah terjadi
2.
pada sepertiga pasien yang baru didiagnosa dan segera menghilang dengan pengobatan.
pada anemia pernisiosa banyak pasien yang berjalan dengan tingkat hematokrit pada
pertengahan remaja. Namun, output jantung biasanya meningkat dengan hematocrits kurang dari
20%, dan mempercepat denyut jantung. Gagal jantung kongestif dan insufisiensi koroner dapat
3.
terjadi, sebagian besar terutama pada pasien dengan penyakit jantung yang telah ada sebelumnya.
Temuan Gastrointestinal: Sekitar 50% dari pasien memiliki lidah yang halus dengan hilangnya
papila. Hal ini biasanya ditandai sepanjang tepi lidah. Lidah dapat menjadi merah menyakitkan
dan berdaging. Kadang-kadang, bercak merah yang diamati di tepi dorsum lidah. Pasien dapat
melaporkan terbakar atau rasa sakit, sebagian besar terutama pada salah satu anterior sepertiga
dari lidah. Gejala ini mungkin terkait dengan perubahan rasa dan kehilangan nafsu makan. (1)
Pasien dapat melaporkan sembelit salah satu atau beberapa memiliki semipadat buang air besar
setiap hari. Ini telah dikaitkan dengan perubahan megaloblastik dari sel-sel mukosa usus.
(2) Gejala gastrointestinal nonspesifik tidak biasa dan termasuk anoreksia, mual, muntah, mulas,
pyrosis, perut kembung, dan rasa kepenuhan. Jarang, pasien datang dengan nyeri perut yang
parah terkait dengan kekakuan abdomen, hal ini telah dikaitkan dengan patologi sumsum tulang
4.
belakang.
Sistem saraf: gejala neurologis dapat diperoleh pada kebanyakan pasien dengan anemia
pernisiosa, dan gejala yang paling umum adalah parestesia, kelemahan, kecanggungan, dan
kiprah goyah. Gejala-gejala neurologis adalah karena myelin degenerasi dan hilangnya serabut
5.
saraf dalam kolom dorsal dan lateral dari sumsum tulang belakang dan korteks serebral.
Sistem Perkemihan: retensi urin dan gangguan berkemih dapat terjadi karena kerusakan sumsum
6.
tulang belakang. Hal ini dapat mempengaruhi pasien untuk infeksi saluran kemih.
Muskuloskeletal: parestesia pada ekstremitas, kesulitan untuk menjaga keseimbangan karena
kerusakan sumsum tulang.
Gejala yang diatas berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun, anemia dapat
menjadi lebih buruk, ketika penderita memiliki gejala lain yang tidak diobati. Masalah yang
dapat disebabkan jika gejala tidak diobati adalah sistem saraf tidak dapat berkembang atau
mengalami masalah. Sebagai contoh: kebingungan, baal (kesemutan tangan dan kaki),
kegoyangan (kesulitan dalam mempertahankan keseimbangan), kehilangan memori atau memori
yang buruk dan mengalami depresi.
2.
3.
4.
dengan baik.
Bentuk lain dari pengobatan adalah anemia vitamin B 12 nasal spray (Nascobal). Namun,
semprot hidung lebih mahal daripada pil dan tidak umum digunakan.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan Anda dengan makan makanan
yang bervariasi yang meliputi daging, susu dan produk susu, keju, ayam, kalkun, dan telur, yang
2.
3.
Gejala anemia pernisiosa biasanya membaik dengan cepat setelah pengobatan dimulai dan
sebaiknya disarankan untuk melakukan tes darah setiap tahun atau lebih. Ini akan memeriksa
bahwa anemia berhasil diobati atau tidak
2. Tes darah juga dapat dilakukan untuk melihat bahwa kelenjar tiroid Anda bekerja dengan baik.
(Tiroid masalah yang lebih umum pada orang dengan anemia pernisiosa.)
3. Jika memiliki anemia pernisiosa, maka kita memiliki kesempatan peningkatan risiko terkena
kanker perut. Dimana risiko penderita anemia pernisiosa untuk mengalami kanker lambung tiga
kali lebih besar. Hubungi dokter segera jika tampak gejala perut seperti gangguan pencernaan
biasa atau sakit perut.
DAFTAR PUSTAKA
Davey, patric. (2006). At a Glance Medicine. jakarta. Erlangga
Aru, W. Sudoyo, dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi IV. Jakarta: Pusat penerbitan
ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran UI.
Zimmermann, Michael B. (2007). Nutrional anemia. Switzerland:sight and life press
Elhem Ben Jazia. et al. (2010). A case primary biliary cirrhosis associated with pernicious anemia: a
case report. cases journal, 3:11
Lahner, edith dan Bruno annibale. Pernicious anemia: new insight from gastroenterogical point of
view. World journal gastroenterol (2009), 7:15
Bender, David A. (2003). Megaloblastic anaemia in vitamin B12 deficiency. British Journal of
Nutrition,89, pp 439- 440
Milanlolu, Aysel (2011). Vitamin B12 deficiency and depression. journal of Clinical and
Experimental Investigations . 2 (4): pp 455-456
Hooper, martyn (2013). Problem with diagnosic and treating vitamin B12 and pernicious anemia
http://maghfirameong.blogspot.co.id/2014/09/makalah-ilmiah-anemia-pernisiosa.html
tgl akses 8 mei 2016 jam 22.30