Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II


KONSEP KOMUNIKASI DI IGD

Dosen pengampu : Ns. Muh. Juli Kartiko, S.Kep

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1. Aisyah Munawaroh (S18163)
2. Asri Setiawati (S18168)
3. Defita Purwaningsih (S18171)
4. Efi Prastiwi (S18176)
5. Febrin Melia Morriz Swari (S18179)
6. Indah Muarifah (S18184)
7. Layli Khairani (S18187)
8. Monica Yuzril Palupi (S18192)
9. Novianti Eka Pertiwi (S18196)
10. Rina Anjarwati (S18201)
11. Saprodite Dian Sunarto (S18204)
12. Umi Nur Kasanah (S18209)
13. Wiwik Kurniasih (S18212)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina
hubungan terapeutik antara perawat-klien dan kualitas asuhan keperawatan
yang diberikan perawat kepada klien. Komunikasi perawat yang baik, akan
meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya. Sebaliknya, jika komunikasi
perawat kurang baik, hal ini akan berimbas pada penilaian klien terhadap
perawat. Karena dalam komunikasi khususnya komunikasi terapeutik ada
beberapa karakteristik seorang perawat yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan permasalahan dan memfasilitasi tumbuhnya hubungan
terapeutik. Kejujuran (trustworthy) yang dimiliki oleh seorang perawat,
ekspresif dalam dalam menyampaikan pesan, bersifat positif sehingga pasien
merasa diperhatikan, memiliki sikap empati dan bukan simpati, mampu melihat
permasalahan pasien dari sudut pandang pasien, sensitif terhadap perasaan
pasien, tidak terpengaruh oleh masa lalu klien maupun diri perawat.
Kepuasan pasien Di Rumah Sakit biasa dipengaruhi oleh berbagai
factor misalnya keberadaan berbagai jenis petugas kesehatan, alat-alat
diagnostik, terapi dan obat-obatan. Selain itu kepuasan juga dipengaruhi
oleh komponen proses, yakni bagaimana layanan kesehatan diberikan.
Contohnya antara lain apakah diagnosis ditegakkan dalam waktu yang
relatif singkat dan tepat, pemberian terapi sesuai dengan prosedur standar,
atau pemberian informasi yang sesuai dengan harapan pasien. sntalasi Gawat
Darurat tiap saat pada kasus kegawatan harus segera mendapat
pelayanan dan perawatlah yang selalu kontak pertama dengan pasien 24
jam. Oleh sebab itu pelayanan prosesional harus ditingkatkan karena
pasien gawat darurat membutuhkan pelayanan yang cepat , tepat, dan
cermat dengan tujuan mendapatkan kesembuhan tanpa cacat. Oleh
karenanya perawat instalasi dawat darurat disamping mendapat bekal ilmu
pengetahuan keperawatan juga perlu untuk lebih meningkatkan
keterampilan yang spesifik seperti tambahan pengetahuan
penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gawat darurat?
2. Bagaimana konsep dasar keperawatan gawat darurat?
3. Apa saja aspek psikologis pada situasi gawat darurat?
4. Apa itu SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)?
5. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat?
6. Apa saja tehknik komunikasi pada gawat darurat?
7. Apa saja prinsip komunikasi gawat darurat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gawat darurat.
2. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan gawat darurat.
3. Untuk mengetahui aspek psikologis pada situasi gawat darurat.
4. Untuk mengetahui SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu).
5. Untuk mengetahui tujuan komunikasi pada gawat darurat.
6. Untuk mengetahui tehknik komunikasi pada gawat darurat.
7. Untuk mengetahui prinsip komunikasi gawat darurat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gawat Darurat


Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut
(UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya
mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan
penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat
dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban
akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.

B. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat


1. Klien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapat pertolongan secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas atau
distress nafas, Luka tusuk dada/perut dengan shock dan sesak, hipotensi /
shock.

2. Pasien Gawat Darurat


Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila
tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan
label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).

3. Pasien Gawat Tidak Darurat


Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat. Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan
Ca stadium akhir.
4. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning.
Misalnya : pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.

5. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat


Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di
lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.

6. Pasien Meninggal
Label hitam (Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir.
Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang
berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab dalam
operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.

Selain dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis


pada saat keadaan gawat darurat.

C. Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat


1. Cemas
Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut
ditandai oleh rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali
disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi,
gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama
kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.

2. Histeris
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi
yang tidak terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri
karena ketakutan yang luar biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi
3. Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa
yang harus di perbuat

D. SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)


SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem
pelayanan penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah
sakit,pelayanan di rumah sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan
berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life saving.
yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum, awam khusus,
petugas medis, pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem komunikasi.
1. Fase pra rumah sakit
Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita gawat
darurat yang melibatkat masyarakat atau orang awam dan petugas
kesehatan. Pada umunya yang pertma yang menemukan pendrita gawat
darurat di tempat musibah adalah masyarakat ynag dikenl oleh orang awam.
Oleh karena bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan
keterampilan penanggulanganan gawat darurat. Komunikasi ynag dilkukan
pada fase pra rumah sakit yaitu dengan meyakin warga bahwa seorang
perawat, mengecek kesadaran korban dengan menmanggil nama korban,
menghubungi organisasi gawat darurat terdekat untuk pertolongan lanjut ke
rumah sakit.
Contoh : di jalan terjadi kecelakaan kemudian penderita gawat darurat
ditolong masyarakat yang telah mendapatkan pelatihan untuk gawat darurat,
warga tadi menolong penderita gawat darurat mengamankan korban di
tempat yang lebih aman, melakukan pertolongan di tempat kejadian seperti
menolong menghentikan pendarahan, kemudian melaporkan korban ke
organisasi pelayanan kegwatdaruratan terdekat, pengangkutan untuk
pertolongan lanjut dari tempat kejadian ke rumah sakit.
2. Fase pelayanan rumah sakit
Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan
tenagan kesehatn yang dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolonga di
unit gawat darurat. Komunikasi yang dilakukan pada tahap ini sama dengan
komunikasi terapeutik, tetapi dalam hal ini tindakan yang cepat dan tepat
lebih utama dilakuka kepada korban.
Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke
UGD, perawat menayakan identitas klien kemudian melakukan pemasangan
infus untuk menganti cairan yang keluar, dengan menjelaskan tujuan
pemasangan infus dengan sigkat dan jelas.

3. Pelayanan antar rumah sakit (rujukan)


Fase pelayanan antar rumah sakit (rujukan) adalah fase pelayanan yang
melibatkan petugas kesehatan dengan petugas kesehatan rumah sakit lain
atau rumah sakit satu dengan rumah sakit yang lain sebagai rujukan.
Tindakan ini dilakukan apabila korban membutuhkan penanganan lebih
lanjut tetapi rumah sakit yang pertama tidak bisa memberi pertolonan
sehinga dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa menanggani krban sebut.
Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit
tetap dirumhsakit tersebut tidak terdapat peralatan yng harus digunakan
segera untuk pertolongan, kemudian rumahsakit tersebut menghubungi
rumah sakit lain yang lebih cepat menganani , setelah itu pasien di kirim ke
rumah sakit yang telah di hubungi tadi.

E. Tujuan Komunikasi Pada Gawat Darurat


Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien.
Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji
masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan
(Purwanto, 1994).
Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan
kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau
gawat darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan
tidak terjadi hal yang fatal.

F. Tehknik Komunikasi Pada Gawat Darurat


1. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang
disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat
ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama berbicara, menjaga
kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan
kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau
memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa
aman kepada klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan
emosi klien.

2. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan.
Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang
menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara
sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan
sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam
merespon pembicaraan klien.

3. Mengulang Pernyataan Klien


Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap
komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan
indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
4. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan
pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini
berkaitan dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan
kesamaan ide, perasaan, dan persepsi

5. Menyampaikan Hasil Pengamatan


Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat
menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh
klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih
baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang dibicarakan

G. Prinsip Komunikasi Gawat Darurat


Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap:
1. Caring (sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin
memberikan bantuan)
2. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
3. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
4. Empaty (merasakan perasaan pasien)
5. Trust (memberi kepercayaan)
6. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
7. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
8. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
9. Bahasa yang mudah dimengerti
10. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
11. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
12. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang
negatif.
NASKAH ROLEPLAY

KOMUNUKASI TERAPEUTIK PADA PERAWAT IGD

BESERTA TEHNIK DAN HAMBATAN

Aisyah Munawaroh : Petugas RM


Asri Setiawati : Pasien
Defita Purwaningsih : Penyaji 1
Efi Prastiwi : Ibu pasien
Febrin Melia Morriz Swari : Penyaji 2
Indah Muarifah : Penolong 1
Layli Khairani : Dokter
Monica Yuzril Palupi : Perawat 1
Novianti Eka Pertiwi : Penolong 2
Rina Anjarwati : Moderator
Saprodite Dian Sunarto : Operator
Umi Nur Kasanah : Narator
Wiwik Kurniasih : Perawat 2

Backsound kecelakaan
Narasi
Pada suatu hari terjadi sebuah kecelakaan tunggal yang mengakibatkan
seorang remaja perempuan mengalami cidera dan kemudian dilarikan ke
rumah sakit Mitra Sehat oleh dua pengendara lain yang menolongnya.
Backsound bunyi ambulance
Pasien (Setengah sadar dengan merintih kesakitan)
Penolong : “Sus tolong ada pasien kecelakaan, tolong segera ditangani”

Narasi
Perawat IGD segera mengambil brankart, dan memindahkan pasien pasien
diatas bed.
RM : “Maaf anda siapanya?”
Penolong 1 : “Saya yang menolong sus”
RM : “Anda tahu identitas dari korban ini mbak?”
Penolong 1 : “Tidak sus tapi saya coba tanya ke korbannya dulu.”
(si penolong menghampiri korban)
Penolong 2 : “Dek kamu bawa KTP, boleh saya pinjam dulu untuk
administrasi? Kamu bawa hp atau tidak ? Nanti saya akan
mengabari keluargamu”
Pasien : “Di tas pak” (dengan suara lemas).

Narasi
Kemudian si penolong mengurusi registrasi si korban dan menghubungi
keluarga klien. Sementara itu, si perawat sedang menangani korban
kecelakaan tadi.
Perawat 1 : “Dek-dek bisa dengar saya?”
Pasien : “aduh sakit sus”
Perawat 1 : “yang sakit sebelah mana dek?”
Pasien : (menggerakkan bagian yang sakit)
Perawat 1 : “pusing tidak dek ?”
Pasien : “pusing sus”

di receptionis
Keluarga : “sus anak saya tadi kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit.
Pasien dengan nama Andriana?” (dengan ekspresi yang panik)
RM : “disebelah sana buk, mari saya antarkan”

Narasi
Petugas RM pun mengantarkan Ibu pasien menuju bad tempat anaknya
dirawat
RM : “Ini bu, anak ibu ada di dalam”
Ibu : “Oh iya, makasih sus”
RM : “Iya bu, sama-sama”
Narasi
Sang Ibu pun segera membuka sampiran dan menjumpai anaknya terbaring
tak berdaya di atas tempat tidur
Ibu : “Ya Allah nak.. kok bisa sampek kayak gini to? apanya yang sakit
nak?”
Pasien : “Kaki bu, sama pusing”
Ibu : “Lha ini tadi kamu sudah diperiksa sama dokter belum nak?”
Pasien : “Sudah bu”
Ibu : “Terus apa katanya dokter?”
Pasien : “Gak tau bu”

Narasi
Ditengah perbincangan ini perawat datang ke ruangan pasien
Perawat 1 : “Permisi bu, saya izin mau menanyai adeknya sebentar ya bu”
Ibu : “Iya sus, silahkan”
Perawat 1 : “Gimana dek ada yang dikeluhkan lagi ?”
Pasien : “Masih sus, dada saya terasa sesak ”
Perawat 1 : “Kalau begitu saya pasangkan oksigen dulu ya, biar nafasnya
lancar.”
Pasien : (Menganggukan kepala)

Narasi
Perawat memulai tindakan pemberian oksigen pada pasien
Ibu : “Lho nak dadamu sesak juga to?” (Sang ibu kaget)
Pasien : (Menganggukkan kepala)
Ibu : “Ini kenapa ya sus, kok dada anak saya sesak? Padahalkan anak
saya tidak punya riwayat sakit asma”
Perawat 1 : “Mungkin anak Ibu mengalami syok, sehingga dadanya terasa
sesak”
Ibu : “Lha ini tadi katanya anak saya sudah diperiksa sama dokter,
hasilnya gimana ya sus?”
Perawat 1 : “Oh itu, nanti Ibu akan dijelaskan secara langsung oleh dokter,bu”
Ibu : “O begitu ya sus”
Perawat 1 : “Iya bu, kalau begitu saya permisi dulu ya bu, kalu butuh sesuatu
bisa panggil kita di ruang perawat ya bu”
Ibu : “Baik sus”
Perawat 1 : “Mari bu, permisi”
Ibu : “Oh iya, monggo”

Narasi
Perawat kembali ke ruang perawat dan Ibu pasien tetap menunggu pasien di
samping tempat tidur pasien. Setelah beberapa menit kemudian, seorang
perawat datang kembali.
Perawat 2 : “Permisi bu, Ibu diminta untuk menemui dokter sekarang bu”
Ibu : “Iya sus, lha terus anak saya sama siapa sus?”
Perawat 2 : “Ibu silahkan temuidokter dulu, anaknya biar saya yang menjaga”

Narasi
Di ruang jaga Ibu pasien bertemu dengan Dokter yang berjaga di IGD
Dokter : “Keluarga dari Saudari Andriana ya bu”
Ibu : “Iya dok, bagaimana dengan anak saya dok?”
Dokter : “Silahkan duduk dulu bu, saya akan menjelaskan tentang keadaan
anak ibu”
Ibu : “Iya dok” (sambil duduk)
Dokter : “Ini sepertinya ada gangguan pada tulang di bagian kaki saudari
Andriana, dan sejak tadi dia mengeluhkan pusing, jadi untuk
mengetahui keadaan tulang di bagian kakinya kita sebaiknya
melakukan rogten terlebih dahulu dan juga sebaiknya kita
melakukan CT Scan untuk mengetahui keadaan dari bagian dalam
kepala anak Ibu”
Ibu : “Memangnya kalau tidak dilakukan itu kenapa ya dok?”
Dokter : “Jika tidak dilakukan rogten dan CT scan, kita tidak mengetahui
keadaan pastinya, jadi kita tidak bisa mengambil tindakan
selanjutnya”
Ibu : “Kalau saya pikirkan terlebih dahulu bagaimana dok?”
Dokter : “Iya bu silakan, tetapi saya mohon Ibu segera memberikan
keputusan agar kita bisa melakukan tindakan selanjutnya”
Ibu : “Baik dok, kalau begitu saya permisi dulu”
Dokter : “Oh iya bu, silahkan”

Narasi
Sang ibupun kembali menuju ruangan pasien, namun di tengah perjalanan Ibu
bertemu dengan perawat yang menangani anaknya tadi
Perawat 1 : “Ibu, bagaimana anaknya bu?”
Ibu : “Eh suster, tadi kata dokter sebaiknya dilakukan rogten dan CT
scan pada anak saya, tapi kok saya nggak yakin ya sus?”
Perawat 1 : “Memang sebaiknya dilakukan itu bu, agar bila terjadi sesuatu
bisa segera diketahui dan ditangani, bagaiamana bu apa ada yang
kurang jelas?”
Ibu : “Tapi itu nanti beresiko atau tidak ya sus?”
Perawat 1 : “InsyaAllah tidak apa-apa bu”
Ibu : “Oh ya ya ya, makasih ya sus informasinya”
Perawat 1 : “Iya, bu sama-sama, mari bu”
Ibu : “Iya sus”

Narasi
Setelah mendapat informasi dari perawat, Ibupun yakin dengan keputusan
yang akan diambilnya, dan menuju ruang dokter untuk konfirmasi
Dokter : “Bagaimana bu?”
Ibu : “Setelah saya pikir-pikir saya setuju bila anak saya dirogten dan
di CT scan”
Dokter : “Baiklah kalau begitu ibu bisa menandatangani surat persetujuan
tindakan”
Ibu : “Iya dok, saya tanda tangan dimana?”
Dokter : “Ini silahkan Ibu baca terlebih dahulu , kemudian tanda tangan di
sebelah sini”

Narasi
Kemudian Sang Ibu kembali ke kamar pasien , setelah beberapa saat
kemudian datanglah seorang perawat.
Perawat 2 : “Permisi bu, Dek ini mau dilakukan rogten, ini adek mau saya
antarkan ke ruang radiologi, sebelumnya perhiasannya dan jamnya
dilepas dulu ya, biar dibawa ibunya dulu”
Pasien : (menganggukan kepala)
Perawat 2 : “Mari dek saya antarkan”
Pasien : “Saya maunya diantar mbak perawat yang tadi”
Perawat 2 : “Perawat yang tadi sudah pulang dek, biar saya antar saja ya dek,
Ibunya juga boleh ikut nganter kok
Pasien : “Iya sus” (terdiam sejenak)

Narasi
Dan akhirnya Andriana pun dibawa ke ruang radiologi untuk diakukan
rongten. Dari hasil rogten diketahui bahwa pasien mengalami patah tulang,
dan harus di rawat inap untuk segera dilakukan operasi.

PENJELASAN
A. Teknik komunikasi Terapeutik yang digunakan dalam role play
“Komunikasi Terapeutik pada Pasien di IGD” adalah :
1. Observasi : Kegiatan mengamati kondisi klien/orang lain. Observasi
dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal yang butuh
pengamatan lebih mendalam. Contoh pada dialog :
Pasien : “aduh sakit sus”
Perawat 1 : “yang sakit sebelah mana dek ?”
Pasien : (menggerakkan bagian kaki kiri yang sakit)
Perawat 1 : “oh yg sakit bagian kaki kiri ya dek? pusing tidak dek ?”
Pasien : “iya sus, pusing sus”

2. Klarifikasi : Menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat


terhadap situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan apabila pesan yang
disampaikan oleh klien belum jelas bagi perawat dan perawat mencoba
memahami situasi yang digambarkan oleh klien. Contoh dialog :
Perawat 1 : “yang sakit sebelah mana dek ?”
Pasien : (menggerakkan bagian kaki kiri yang sakit.)
Perawat 1 : “oh yg sakit bagian kaki kiri ya dek? pusing tidak dek ?”

3. Offering Sel (menawarakan diri) : Perawat menawarkan diri adalah


menyediakan diri untuk membantu kebutuhan klien. Contoh dialog :
Perawat 2 : “ Permisi bu, Ibu diminta untuk menemui dokter sekarang bu”
Ibu : “ Iya sus, (terdiam sejenak) lha terus anak saya sama siapa sus?”
Perawat 2 : “Ibu silahkan temuidokter dulu, anaknya biar saya yang
menjaga”

4. Ekplorasi : mendalami masalah yang dihadapi klien. Contoh dialog :


Perawat 1 : “Gimana dek ada yang dikeluhkan lagi ?”
Pasien : “ Masih sus, dada saya terasa sesak ”
Perawat : “sesak banget atau tidak dek ?”
Pasien : “iya sus lumayan susah buat nafas”
Perawat 1 : “Kalau begitu saya pasangkan oksigen dulu ya, biar nafasnya
lancar.”

5. Menawarkan informasi : Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan


untuk mendapatkan respon lebih lanjut.
Ibu : “ Ini kenapa ya sus, kok dada anak saya sesak? Padahal kan anak
saya tidak punya riwayat sakit asma”
Perawat 1 : “Ibu sesak nafas tidak harus selalu dikarenakan karena
penyakit asma bu, ini bisa terjadi pada anak ibu karena klien
mengalami syok waktu kecelakaan, sehingga dadanya terasa
sesak”

6. Assertive : Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman


mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak
orang lain.
Ibu : “ Eh suster, tadi kata dokter sebaiknya dilakukan rogten dan CT scan
pada anak saya, tapi kok saya nggak yakin ya sus?”
Perawat 1 : “Memang sebaiknya dilakukan itu bu, agar bila terjadi sesuatu
bisa segera diketahui dan ditangani, bagaiamana bu apa ada
yang kurang jelas?”

B. Hambatan yang terjadi pada kasus komunikasi terapeutik pada pasien di


IGD adalah
Tranference : respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku klien terhadap
perawat yang didasarkan pengalaman pribadi klien. Contoh dialog :
Pasien : “Saya maunya diantar mbak perawat yang baik hati dan mirip ibu
saya tadi saja sus”
Perawat : “ Perawat yang tadi sudah pulang dek, biar saya antar saja ya dek,
Ibunya juga boleh ikut nganter kok.
Pasien : “Tidak mau sus, pokoknya saya maunya sama suster yang tadi”
Perawat : “Nanti kalo tidak segera di rotgen adek gak bisa segera sembuh dan
tidak bisa segera pulang kerumah hlo”
Pasien : “(terdiam sejenak) Iya udah sus, ayo kita ke ruang rotgen”
DAFTAR PUSTAKA

Aeni,Neneng.2017.Naskah Role Play Komunikasi Terapeutik Pada Perawat IGD.


(online),(https://www.academia.edu/35368101/Naskah_Role_Play_Komunikas
i_Terapeutik_pada_Perawat_IGD, diakses 7 Oktober 2019)

Lesmono,Yuliani.2017.Komunikasi Terapeutik Merupakan Suatu Proses Untuk


Membina Hubungan Terapeutik.(online),( http://docplayer.info/56110213-Bab-
1-pendahuluan-a-latar-belakang-komunikasi-terapeutik-merupakan-suatu-prose
s-untuk-membina-hubungan-terapeutik.html, diakses 7 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai