Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Komunikasi Dalam Keperawatan II


( Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Pada Klien Di IGD )

Disusun Oleh :
Putri Rahmah

(191000214201004)

Dosen Pengampu :
Ns. Marizki Putri, M.Kep

Program studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
2021

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa yang telah
menyediakan rahmat dan karunia-Nya yang diperlukan saya dapat menyelesaikan makalah
Mata Kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan II. Makalah ini di susun di dalam rangka
sesuai dengan tugas kuliah Program Studi Keperawatan.
Dalam menyusun makalah ini, saya banyak mengumpulkan bantuan dari berbagai
layanan internet. Oleh karena itu, saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
dibangun guna menyempurnakan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi saya atau untuk semuanya.

                     Bukittinggi, 26 April 2021

                                                                                                           Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................4
1.3 Tujuan penulisan............................................................................................................5
BAB II: PEMBAHASAN..................................................................................................6
2.1 pengertian dari Komunikasi Terapeutik dan gawat darurat? ........................................6
2.2 konsep dasar keperawatan gawat darurat? ....................................................................6
2.3 aspek psikologis pada situasi gawat darurat? ...............................................................7
2.4 SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)? .......................................7
2.5 tujuan komunikasi pada gawat darurat? .......................................................................8
2.6 tehknik komunikasi pada gawat darurat? .....................................................................8
2.7 prinsip komunikasi gawat darurat? ...............................................................................9
2.8 Fase komunikasi terapeutik ..........................................................................................9
2.9 Contoh Dialog Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Di IGD.......................................10
BAB III : PENUTUP.........................................................................................................12
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................12
3.2 Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

LAMPITAN PPT...............................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik
antara perawat-klien dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat kepada klien.
Komunikasi perawat yang baik, akan meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya.
Sebaliknya, jika komunikasi perawat kurang baik, hal ini akan berimbas pada penilaian klien
terhadap perawat. Karena dalam komunikasi khususnya komunikasi terapeutik ada beberapa
karakteristik seorang perawat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan dan
memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik. Kejujuran (trustworthy) yang dimiliki oleh
seorang perawat, ekspresif dalam dalam menyampaikan pesan, bersifat positif sehingga
pasien merasa diperhatikan, memiliki sikap empati dan bukan simpati, mampu melihat
permasalahan pasien dari sudut pandang pasien, sensitif terhadap perasaan pasien, tidak
terpengaruh oleh masa lalu klien maupun diri perawat.
Kepuasan pasien Di Rumah Sakit biasa dipengaruhi oleh berbagai factor misalnya
keberadaan berbagai jenis petugas kesehatan, alat-alat diagnostik, terapi dan obat-obatan.
Selain itu kepuasan juga dipengaruhi oleh komponen proses, yakni bagaimana layanan
kesehatan diberikan. Contohnya antara lain apakah diagnosis ditegakkan dalam waktu yang
relatif singkat dan tepat, pemberian terapi sesuai dengan prosedur standar, atau pemberian
informasi yang sesuai dengan harapan pasien. sntalasi Gawat Darurat tiap saat pada kasus
kegawatan harus segera mendapat pelayanan dan perawatlah yang selalu kontak pertama
dengan pasien 24 jam. Oleh sebab itu pelayanan prosesional harus ditingkatkan karena pasien
gawat darurat membutuhkan pelayanan yang cepat , tepat, dan cermat dengan tujuan
mendapatkan kesembuhan tanpa cacat. Oleh karenanya perawat instalasi dawat darurat
disamping mendapat bekal ilmu pengetahuan keperawatan juga perlu untuk lebih
meningkatkan keterampilan yang spesifik seperti tambahan pengetahuan penanggulangan
penderitagawatdarurat(PPGD).

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Komunikasi Terapeutik dan gawat darurat?
2. Bagaimana konsep dasar keperawatan gawat darurat?
3. Apa saja aspek psikologis pada situasi gawat darurat?
4. Apa itu SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)?
5. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat?
6. Apa saja tehknik komunikasi pada gawat darurat?
7. Apa saja prinsip komunikasi gawat darurat?
8. Fase komunikasi terapeutik
9. Contoh Dialog Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Di IGD

4
3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik dan gawat darurat.
2. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan gawat darurat.
3. Untuk mengetahui aspek psikologis pada situasi gawat darurat.
4. Untuk mengetahui SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu).
5. Untuk mengetahui tujuan komunikasi pada gawat darurat.
6. Untuk mengetahui tehknik komunikasi pada gawat darurat.
7. Untuk mengetahui prinsip komunikasi gawat darurat.
8. Fase komunikasi terapeutik
9. Contoh Dialog Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Di IGD

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikaisi Terapeutik Dan Gawat Darurat
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman
dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah
positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat
harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009).
Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang
atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan
secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka
korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.
2.2 Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat
1. Klien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress nafas, Luka tusuk
dada/perut dengan shock dan sesak, hipotensi / shock.
2. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI
(Acut Miocart Infac).
3. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
4. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien
Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
5. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan
dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
6. Pasien Meninggal
Label hitam (Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas
triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas
triage juga bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan
daerah ruang tunggu.
Selain dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis pada saat
keadaan gawat darurat.

6
2.3 Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat
1. Cemas
Cemas Sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh
rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala
otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya.
Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada
setiap orang tidak sama.
2. Histeris
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang tidak
terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang
luar biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi
3. Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang harus
di perbuat

2.4 SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)


SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem pelayanan
penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit,pelayanan di rumah
sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is life saving. yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam
umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem
komunikasi.
1. Fase pra rumah sakit
Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita gawat darurat
yang melibatkat masyarakat atau orang awam dan petugas kesehatan. Pada umunya
yang pertma yang menemukan pendrita gawat darurat di tempat musibah adalah
masyarakat ynag dikenl oleh orang awam. Oleh karena bermanfaat bila orang awam
diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan penanggulanganan gawat darurat.
Komunikasi ynag dilkukan pada fase pra rumah sakit yaitu dengan meyakin warga
bahwa seorang perawat, mengecek kesadaran korban dengan menmanggil nama
korban, menghubungi organisasi gawat darurat terdekat untuk pertolongan lanjut ke
rumah sakit. Contoh : di jalan terjadi kecelakaan kemudian penderita gawat darurat
ditolong masyarakat yang telah mendapatkan pelatihan untuk gawat darurat, warga
tadi menolong penderita gawat darurat mengamankan korban di tempat yang lebih
aman, melakukan pertolongan di tempat kejadian seperti menolong menghentikan
pendarahan, kemudian melaporkan korban ke organisasi pelayanan kegwatdaruratan
terdekat, pengangkutan untuk pertolongan lanjut dari tempat kejadian ke rumah sakit.
2. Fase pelayanan rumah sakit
Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan tenagan kesehatn
yang dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolonga di unit gawat darurat.
Komunikasi yang dilakukan pada tahap ini sama dengan komunikasi terapeutik, tetapi
dalam hal ini tindakan yang cepat dan tepat lebih utama dilakuka kepada korban.
Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke UGD, perawat
menayakan identitas klien kemudian melakukan pemasangan infus untuk menganti

7
cairan yang keluar, dengan menjelaskan tujuan pemasangan infus dengan sigkat dan
jelas.
3. Pelayanan antar rumah sakit (rujukan)
Fase pelayanan antar rumah sakit (rujukan) adalah fase pelayanan yang melibatkan
petugas kesehatan dengan petugas kesehatan rumah sakit lain atau rumah sakit satu
dengan rumah sakit yang lain sebagai rujukan. Tindakan ini dilakukan apabila korban
membutuhkan penanganan lebih lanjut tetapi rumah sakit yang pertama tidak bisa
memberi pertolonan sehinga dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa menanggani krban
sebut. Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit tetap
dirumhsakit tersebut tidak terdapat peralatan yng harus digunakan segera untuk
pertolongan, kemudian rumahsakit tersebut menghubungi rumah sakit lain yang lebih
cepat menganani , setelah itu pasien di kirim ke rumah sakit yang telah di hubungi
tadi.

2.5 Tujuan Komunikasi Pada Gawat Darurat


Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama
antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkap
perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang
dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan antara
perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat dalam melakakan
tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.

2.6 Tehknik Komunikasi Pada Gawat Darurat


1. Mendengarkan
Perawat Harus Berusaha Untuk Mendengarkan informasi yang disampaikan oleh
klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang
kearah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan
keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang
dirasakan penting atau memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk
memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga
kestabilan emosi klien.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang
lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat
tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau
penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah.
Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala
dalam merespon pembicaraan klien.
3. Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respon dan berharap komunikasi dapat
berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat
mengikuti pembicaraan klien.
4. Klarifikasi

8
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu mengehentikan pembicaraan untuk
meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk
memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi
5. Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui
bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang
didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan
menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada permasalahan
yang sedang dibicarakan

2.7 Prinsip Komunikasi Gawat Darurat


Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap:
1. Caring (sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan
bantuan) 2
2. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
3. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
4. Empaty (merasakan perasaan pasien)
5. Trust (memberi kepercayaan)
6. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
7. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
8. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
9. Bahasa yang mudah dimengerti
10. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
11. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
12. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.

2.8 Fase komunikasi terapeutik


terdiri dari 4 fase, yaitu :
1. Fase Pra-Interaksi
Fase pra-interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk
melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Pra-interaksi :
a. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri.
b. Analisa kekuatan-kelemahan professional.
c. Dapatkan data tentang klien jika mungkin.
d. Rencanakan pertemuan pertama.
2. Fase Orientasi
Tahap dimana seorang perawat menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien atau
pasien dengan tanda dan gejala yang lain untuk memperkuat diagnosa keperawatan. Fase
orientasi terdiri dari:
a. Pengenalan

9
b. Persetujuan Komunikasi
c. Program Orientasi yang meliputi :
 Penentuan batas hubungan
 Pengidentifikasian masalah
 Mengkaji tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien
 Mengkaji apa yang diharapkan
3. Fase Kerja
Fase kerja ini perawat mengimplementasikan rencana keperawatan yang dibuat pada tahap
orientasi, perawat juga membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatan kemandirian dan
tanggungjawab diri sendiri.
4. Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang
kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan. Dan juga berfungsi untuk mengantisipasi
masalah yang akan timbul. Pada tahap ini interaksi akan diakhiri.
2.9 Contoh Dialog Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Di IGD
1. Pra interaksi
Suatu hari seorang pria berumur 37 tahun mengalami kecelakan sepeda motor dan mengalami
patah tulang dibagian betis. Oleh kerabatnya dibawa kerumah sakit untuk segera diberi
tindakan medis.
2. Orientasi
Setelah keluarga dari pasien sudah menyelesaikan administrasi perawat datang ke ruang unit
gawat darurat dan setelah dokter melakukan penanganan segera pada ektremitas bagian
bawah yang fraktuer perawat melakukan pemeriksaan ulang pada pasien
Perawat : “selamat pagi pak.”
Pasien    : “pagi juga sus.”
Perawat : “perkenalkan saya perawat wiwik yang bertugas pada pagi ini, maaf dengan bapak
siapa?”
Pasien    : “bapak andika sus.”
Perawat : “biasanya dipanggil bapak apa ya?”
Pasien    : “pak dika aja sus.”
Perawat : “baiklah pak dika, gimana kondisi pagi ini? Apa ada yang dikeluhkan?”
Pasien    : “saya merasa nyeri pada bagiann kaki saya yang patah.”
Perawat : “selain itu ada keluhan lain?”
Pasien    : “tidak itu saja ners”
3. Fase kerja
Suster      : baik l bapak saya akan memeriksa keadaan bapak,yang mana saya akan
memeriksa tekanan darah bapak,suhu badan bapak,sama deyutan nadi bapak
Pasien     : Iya sus
Suster : oke,bapak yuda lebih nyaman di periksa posisi berbaring atau posisi duduk bapak?
Pasien : Duduk aja suster dan (suster pun menaikkan sandaran pada bapak yuda)
Suster    : Baik bapak maaf ya bapak (suter memeriksa tekanan darah,suhu tubuh,detakan
jantung pasien)

10
Suster   : Alahamdulillah pemeriksaan nya udah selesai bapak dan (suster  mengembalikan
posisi pasien yuda dengan posisi berbaring)
Pasien   : Trimakasi suster izza
Suster     : Iya bapak, sekarang saya akan menyebutkan hasil pemeriksaannya bapak,
                        Tekanan darah           : (normal) 110per 80
                        Suhu tubuh                : 36
                        Denyut nadi               : 70x permenit
Pasien : Alhamdulillah terimakasi suster
Suster   : sama-sama bapak ini telah menjadi kewajiban dan tugas kami bapak sebagai suster,
Pasien  : iya suster
Perawat : Oya, karna bapak disini baru datang, saya disini akan mengorientasikan pada bapak
dan keluarga mengenai peraturan dan fasilitas yang ada di ruangan ini. Tujuannya untuk
menjaga kenyamanan bapak. Apa bapak bersedia?”
Perawat : “sebelumnya, saya akan membaca peraturan untuk ruangan ini terlebih dahulu,
pertama mengenai jam kunjung,di rumah sakit ini, jam kunjung dibatasi, karna untuk
menjaga kenyamanan klien. Jam kunjung pagi dari jam 09.00-11.00, jam kunjung sore dari
jam 14.00-17.00, pengunjung yang boleh masuk maksimal 2orang, jadi apabila ada kerabat
atau keluarga bapak yang berkunjung lebih dari 2orang, telah disediakan ruang tunggu
didepan ruangan untuk bergantian menjenguk. Sebelum dilanjutkan ada yang ingin
ditanyakan?”
Pasien    : “nggak ada sus.”
Perawat :“baiklah kalau begitu, kita lanjut ya pak. Selanjutnya saya akan mengorientasikan
lingkungan dan fasilitas yang ada diruangan ini. tempat tidur ini bisa dinaikkan bagian atas
dan bawahnya, ini ada pemutarnya yang sebelah kanan untuk menaikkan bagian kaki dan
yang kiri untuk menaikkan bagian kepala. disebelah kanan tempat tidur ada lemari
kecil,disana nanti bisa dipakai untuk menyimpan pakaian ganti untuk bapak dan ibu, dibagian
kiri dekat pintu ada kamar mandi,jadi nanti bapak bisa mandi atau buang air disana, diatas
tempat tidur ada bell,jika bapak membutuhkan sesuatu atau jika pada keadaan darurat
silahkan menekan bell. Oya buk, diruangan ini juga tidak diperkrnankan merokok, dan
mohon bantuannya untuk menjaga kebersihan ruangan ini untuk kenyamanan bersama ya
pak.”
4. Terminasi
Perawat : “ Bagaimana ada yang ingin ditanyakan bapak?”
Pasien    : ”tidak ada sus, sudah cukup jelas.”
Perawat: baiklah bapak tugas saya sudah selesai,apa bila bapak membutuhkan sesuatu bapak
bisa menghubungi kami dengan cara memencet tombol yang berwana hijau tepat di atas
kepala bapak. 
Pasien: iya ners
Perawat : bapak istirahat saja dahulu, nanti 10 menit lagi dokter akan kesini untuk memeriksa
keadaan bapak.”
Pasien    : “iya ners.
Perawat : “saya permisi dulu pak, terimakasih ata kerjasamanya. 
Pasien    : “iya ners, terimakasih juga.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat darurat yaitu
dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam hal ini yang lebih di
utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan yang akan diberikan kepada
pasien harus lebih cepat dan tepat.
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat.
Komunikasi terapeutik bukanlah hanya salah satu upaya yang dilakukan oleh perawat
untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan kepada klien. Untuk dapat
melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan latihan dan pengasahan keterampilan
berkomunikasi sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam komunikasi
terapeutik dapat tercapai.

3.2 Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan hendak lah memperhatikan pasien di IGDdan memberi
asuhan keperawatan serta komunikasi terapeutik yang telah ditentukan

12
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukharipah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.Bandung


: PT Refika Aditama
http://elista-sunshine.blogspot.com/2012/01/komunikasi-terapeutik-pada-lansia.html
file:///C:/Users/USER/Downloads/224-451-3-PB.pdf

13
LAMPIRAN PPT

14
15
16
17
18
19

Anda mungkin juga menyukai