Anda di halaman 1dari 18

PRINSIP DASAR MEDIKASI ( PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.

1.      Pengertian medikasi


Medikasi adalah cara utama terapi yang diprogramkan oleh medis untuk mengobati masalah
kesehatan atau masalah klien. Meskipun obat menguntungkan, Obat bukan tanpa reaksi
merugikan. Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keamanan dalam pemberian
medikasi serta pemantauan hasil khusus obat (Perry, 2005).
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh (Kusyanti, 2012).

2.      Standar obat


Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan persyaratan obat
diantaranya :
a)      Kemurnian ,suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya
b)      Tidak ada percampuran
c)      Standar potensi yang baik
d)     Memiliki bioavailabilitas berupa keseimbangan obat
e)      Keamanan obat dan keefektivitasan obat
Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat itu
sendiri.

3.      Reaksi obat


1)      Farmakokinetik
Proses obat memasuki tubuh dan pada akhirnya akan keluar dari tubuh.proses ini terdiri dari
absorpsi,distribusi,metabolisme,dan ekskresi obat dari tubuh manusia.setiap obat mempunyai
karakteristik khusus dalam kecepatan dan bagaimana obat tersebut akan diserap oleh
jaringan,kemudian dihantarkan pada sel-sel tubuh dan berubah menjadi zat yang tidak berbahaya
bagi tubuh yang akhirnya keluar dari tubuh kita.
a)      Absorpsi
Proses zat-zat dari obat masuk kedalam aliran/pembuluh darah. cara pemberian berdampak
pada kecepatan dan keseluruhan bagian obat yang akan diserap tubuh.
b)      Distribusi
Proses pengiriman zat-zat dalam obat kepada jaringan dan sel-sel target.Proses dipengaruhi
oleh sistem sirkulasi tubuh,jumlah zat obat yang dapat terikat dengan protein tubuh serta jaringan
atau sel tujuan dari obat tersebut
c)      Metabolisme
Proses diaktivasi /detoksifikasi zat-zat obat didalam tubuh.Proses ini terutama berlangsung
didalam hepar,namun juga berlangsung didalam ginjal,plasma darah,mukosa,usus,dan paru-
paru.Gangguan pada fungsi hepar adalah penurunan fungsi hepar akibat penuaan atau penyakit
dapat mempengaruhi kecepatan detoksifikasi obat yang berlangsung didalam tubuh.
d)     Ekskresi
Adalah proses mengeluarkan obat atau zat-zat sisa metabolismenya dari dalam tubuh. Ginjal
berfungsi untuk mengeluarkan sebagian besar sisa metabolisme tersebut, sebagian yang lain
dikeluarkan melalui paru-paru dan intestinal. Penurunan fungsi ginjal akan sangat berpengaruh
buruk pada proses ini.
2)      Farmakodinamik
Adalah proses yang berhubungan dengan fungsi fisiologis dan biokimia dari obat didalam
tubuh. Pemahaman tentang proses ini sangat membantu perawat untuk mengevaluasi efek
terapeutik dan efek lainnya dari pengobatan. Reaksi kerja obat adalah hasil dari reaksi kimia
antara zat-zat obat dengan sel-sel tubuh untuk menghasilkan respon biologis tubuh. Kebanyakan
obat bereaksi dengan komponen sel untuk menstimulasi perubahan biokimia dan fisiological
sehingga obat menjadi efektif bagi tubuh.
Reaksi ini dapat terjadi secara lokal maupun sistemik didalam tubuh. Contohnya adalah efek
lokal terlihat terjadi pada pemberian obat topikal pada kulit. Sedangkan pada pemberian obat
analgesik, efeknya akan meliputi beberapa sistem, termasuk diantaranya yaitu sistem saraf (efek
sedatif), paru-paru (depresi pernafasan), gastrointenstinal (konstipasi) walaupun efek yang
diharapkan adalah pereda nyeri. Efek medikasi dapat dimonitor melalui perubahan klinis yang
terjadi pada kondisi klien.
4.      Dosis obat
Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu
terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.Jika dosis terlalu rendah (under dose) maka efek terapi
tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih (over dose) bisa menimbulkan efek toksik/keracunan
bahkan sampai kematian.

5.      Efek obat


Ada 3 efek obat yang sangat perlu untuk diperhatikan oleh perawat, yakni
1)      Efek teurapeutik
Obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti
paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan) dan lain-lain.
2)      Efek samping.
Dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat
membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit nitrogenic, kegagalan
dalam pengobatan, dan lain-lain.
3)      Efek toksik
Umumnya efek toksik terjadi setelah klien minum obat berdosis tinggi dalam jangka waktu
lama

6.      Reaksi pemberian obat


1)      Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas terjadi bila klien sensitif terhadap efek dari pengobatan yang
dilakukan. Hal ini dapat terjadi bila dosis yang diberikan lebih dari kebutuhan klien sehingga
menimbulkan efek lain yang tidak diinginkan.

2)      Toleransi
Adalah reaksi yang terjadi ketika klien mengalami penurunan respon / tidak berespon
terhadap obat yang diberikan, dan membutuhkan penambahan dosis obat untuk mencapai efek
terapi yang diinginkan. Beberapa zat yang dapat menimbulkan toleransi terhadap obat adalah
nikotin, etil alkohol, opiat dan barbiturat.
3)      Reaksi alergi
Adalah akibat dari respon imunologik terhadap medikasi. Tubuh menerima obat sebagai
benda asing, sehingga tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan dan mengeluarkan benda
asing tersebut. Akibatnya akan menimbulkan gejala / reaksi alergi yang dapat berkisar dari
ringan sampai berat. Reaksi alergi yang ringan diantaranya adalah gatal-gatal (urtikaria),
pruritus, atau rhinitis, dapat terjadi dalam hitungan menit sampai dengan 2 minggu pada klien
setelah mengkonsumsi obat.
4)      Toksisitas
Reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau penumpukkan zat dalam darah akibat dari
gangguan metabolisme atau ekskresi. Keracunan obat dapat mengakibatkan kerusakan pada
fungsi organ. Hal yang umum terjadi adalah nefrotoksisitas (ginjal), neurotoksisitas (otak),
hepatotosisitas (hepar), imunotoksisitas (sistem imun), dan kardiotoksisitas (jantung).
5)      Interaksi antar obat (reaksi inkompabilitas obat)
Hal ini terjadi ketika efek dari suatu obat terganggu akibat adanya obat lain atau makanan
yang mempengaruhi kerja obat didalam tubuh. Interaksi ini dapat berbentuk saling menguatkan
efek terapi dari obat atau saling bertentangan dengan efek terapi. Kadang-kadang makanan dapat
juga mempengaruhi reaksi obat, contohnya adalah deaktivasi antibiotik tetrasiklin akibat
makanan yang berasal dari produk susu.

7.      Teknik pemberian obat


a)      Enteral
Cara pemberian obat memalului dengan tujuan mencegah, mengobati,mengurangi rasa sakit
sesuai efek terapi dari jenis obat Seperti :
·         Sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek
yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari
sakit.
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih
cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat
dihindari.
·         Bukal
  Keuntungan : praktis, aman, dan ekonomis
Kelemahan : efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-
muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak
enak), iritasi pada saluran cerna.
b)      Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna,
dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga
digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja
obat yang cepat.
1)      Intravena (IV)
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu cepat sehingga obat
langsung masuk dalam sistem sirkulasi darah. Pemberian obat yang dilakukan melalui vena,
diantaranya vena mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis
(leher), dan vena frontalis/temporalis (kepala). Pemberian obat intravena bisa secra langsung,
bisa melalui wadah cairan intravena,ataupun melalui selang intravena.
Tujuan : Memasukkan obat secara cepat,Mempercepat penyerapan obat Lokasi yang
digunakan untuk penyuntikan

2)      Intramuskular (IM)


Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Tujuan : pemberian obat dengan
absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan subcutan Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha
(vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau
lengan atas (deltoid), daerah ini digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang
besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf. Pemberian obat secara Intramusculer sangat
dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air yang menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi
obat.
3)      Subkutan (SC)
Subcutan Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area
bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis,Pemberian obat melalui
subkutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah.
4)      Intracutan (IC)
Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan kulit,Merupakan pemberian obat melalui
jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada
daerah lengan tangan bagian ventral. intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas
tubuh terhadap obat yang disuntikan agar menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan
skin test), menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
c)      Inhalasi
inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran nafas
dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh
pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita dengan
keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena obat diberikan
langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.
d)     Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus; kalsitonin
insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam pengobtana
osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan
dengan cara mengisap.

e)      Intratekal/ intraventrikuler


Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam cairan
serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.
f)       Topikal
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk pengobatan.
Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit dalam
pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk
mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.
g)      Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit, biasanya
melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-
sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk
pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.
h)      Rectal
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum,
dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik.Tindakan pengobatan ini disebut pemberian
obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada
daerah feses dan merangsang buang air besar.
i)        Pemberian Obat Melalui Vagina
merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukkan obat melalui vagina
yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks.

8.      Persiapan pemberian obat


Ada 12 persyaratan sebelum pemberian obat yaitu dengan prinsip 12 benar
Tetapi yang umumnya dipakai minimal 6 benar.
1)      Benar Obat
Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan kebenaran obat
sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
2)      Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan
dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit
atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar
untuk diberikan kepada pasien.
3)      Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien.
4)      Benar cara pemberian obat
Cara pemberian obat yaitu metode atau rute memberikan obat yang disesuaikan dengan jenis
obat, efek obat yang diharapkan dan keadaan pasien. 
5)      Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang dprogramkan , karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
6)      Benar pendokumentasian
Pendokumentasian harus sesuai dengan apa yang telah diimplementasikan beserta reaksi
setelah obat diberikan
7)      Benar pendidikan perihal kesehatan
Perawat harus memberikan penjelasan tentang prosedur, fungsi dan efek dari pemberian obat
dengan benar.
8)      Benar hak pasien untuk menolak
Perawat tidak boleh memaksakan pemberian terapi obat kepada pasien apabila pasien
menolak diberikan obat.
9)      Benar pengkajian
Sebelum maupun sesudah diberikan obat harus dilakukan pengkajian dengan benar, sehingga
pemberian terapi sesuai dengan apa yang dibutuhkan klien.
10)  Benar Evaluasi
Lakukan pemantauan pasien setelah diberikan obat. Untuk menghindari terjadinya efek
samping yang tidak diinginkan dari obat yang diberikan.
11)  Benar reaksi terhadap makanan
Ada beberapa jenis obat yang bereaksi dengan beberapa jenis makanan, misalnya obat
pemacu jantung yang dapat menimbulkan efek reaksi berlebihan apabila diberikan dengan kopi
atau teh.
12)  Benar reaksi dengan obat lain
Kaji saat memberikan beberapa jenis obat sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Biasanya
obat yang satu dengan yang lainnya menimbulkan efek saling menguatkan atau bahkan saling
meniadakan.

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT


1.      Prosedur pemberian obat oral
a)      Alat dan bahan
         Baki berisi obat
         Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
         Pemotong obat (bila diperlukan)
         Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
         Gelas pengukur (bila diperlukan)
         Gelas dan air minum
         Sedotan
         Sendok
         Pipet
         Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
b)      Prosedur kerja
1)      Siapkan peralatan dan cuci tangan
2)      Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya
program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
3)      Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan
laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
4)      Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang
diperlukan)
5)      Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis
yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan
obat).
a)      Tablet atau kapsul
         Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.
         Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis
yang diperlukan.
         Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan
martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan
bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat
mempengaruhi daya kerjanya.
b)      Obat dalam bentuk cair
         Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang
obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
         Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi
pada tutup botol bagian dalam.
         Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat
kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga
label tidak bisa dibaca dengan tepat.
         Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
         Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue.
Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
         Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit
steril untuk mengambilnya dari botol.
         Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.

2.      Pemberian obat melalui intra vena


a)      Alat
         Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
         Kapas alkohol
         Sarung tangan
         Obat yang sesuai
         Spuit 2 ml – 5 ml
         Bak spuit
         Baki obat
         Plester
         Perlak pengalas
         Pembendung vena (torniquet)
         Kassa steril (bila perlu)
         Bengkok
b)      Prosedur kerja
1)      Cuci tangan
2)      Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
3)      Salam terapeutik
4)      Identifikasi klien
5)      Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
6)      Atur klien pada posisi yang nyaman
7)      Pasang perlak pengalas
8)      Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
9)      Letakkan pembendung
10)  Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
11)  Pakai sarung tangan
12)  Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler
dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini
dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
13)  Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
14)  Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser,
memudahkan penusukan. Sejajar vena yang akan ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada
posisi 30.
15)  Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
16)  Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger.
17)  Observasi adanya darah pada spuit
18)  Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
19)  Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan
penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
20)  Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
21)  Kembalikan posisi klien
22)  Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
23)  Buka sarung tangan
24)  Cuci tangan
25)  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
3.      Pemberian obat melalui intra cutan
a.       Alat
         Spuit dan jarum steril (spuit 1 cc, jarum nomor 25,26,27)
         Obat yang diperlukan (vial atau ampul)
         Bak spuit steril
         Kapas alkohol (kapas air hangat untuk vaksinasi)
         Kassa steril untuk membuka ampul (bila perlu)
         Gergaji ampul (bila perlu)
         2 bengkok (satu berisi cairan desinfektan)
         Pengalas (bila perlu)
         Sarung tangan steril
         Daftar / formulir pengobatan
b.      Prosedur kerja
1)      Cek instruksi / order pengobatan
2)      cuci tangan
3)      Siapkan obat, masukan obat dari vial atau ampul dengan cara yang benar
4)      Identifikasi klien (mengecek nama)
5)      Beritahu klien / keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan serta tujuannya
6)      Bantu klien untuk posisi yang nyaman dan rileks (lengan bawah bagian dalam, dada
bagian atas, punggung dibawah scapula)
7)      Membebaskan area yang akan disuntik dari pakaian
8)      Pilih area penyuntikan yang tepat (bebas dari edema, massa, nyeri tekan, jaringan parut,
kemerahan / inflamasi, gatal)
9)      Memakai sarung tangan
10)  Membersihkan tempat penyuntikan dengan mengusap kapas alkohol atau kapas lembab
dari tengah keluar secara melingkar sekitar 5 cm, menggunakan tangan yang tidak untuk
menginjeksi
11)  Siapkan spuit, lepaskan kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu antiseptik
kering dan keluarkan udara dari spuit
12)  Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu jari dan jari telunjuk
dengan telapak tangan menghadap kebawah
13)  Pegang erat lengan klien dengan tangan kiri, tegangkan area penyuntikan
14)  Secara hati - hati tusuk / suntikan jarum dengan lubang menghadap keatas, sudut 15' pada
epidermis kemudian diteruskan sampai dermis
15)  Raih pangkal jarum dengan ibu jari tangan kiri sebagai fiksasi, lalu dorong cairan obat.
akan timbul tonjolan dibawah permukaan kulit
16)  Cabut spuit / jarum, usap secara pelan area penyuntikan dengan kapas alkohol / kapas
lembab tanpa melakukan massage
17)  Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kap nya (guna mencegah cidera pada
perawat) pada tempat pembuangan secara benar
18)  Melepas sarung tangan dan merapihkan pasien
19)  Membereskan alat - alat
20)  Mencuci tangan
21)  Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan (dosis, waktu, cara) pada lembar obat atau
catatan perawat
22)  Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)

4.      Pemberian obat melalui sub cutan


a)      Alat
         Spuit 1 cc dengan jarum 24G
         Kapas, alkohol spray 70%
         Kupet injeksi
         Perlak
         Obat yang dibutuhkan
         Bengkok
         Sarung tangan bersih
         Catatan pemberian obat injeksi
         Alat tulis 
b)      Prosedur kerja
1)      Lakukan verifikasi program terapi ( benar pasien, obat, dosis, waktu, tempat injeksi )
2)      Siapkan Alat
3)      Beri salam dan jelaskan tindakan yang akan dikerjakan pada pasien / keluarga. 
4)      Pakai sarung tangan bersih.
5)      Masukkan obat ke dalam spuit sesuai program dokter.
6)      Perhatikan prinsip 6 benar
7)      Tentukan daerah yang akan diinjeksi dan lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol.
8)      Masukkan jarum dengan posisi 90° bila memakai jarum kecil (panjangnya 1 cm), atau
dibawah 45° bila memakai jarum yang lebih panjang.
9)      Lakukan aspirasi dan pastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah.
10)  Masukkan obat dengan perlahan-lahan.
11)  Observasi kondisi/reaksi pasien.
12)  Cabut jarum dan desinfeksi kulit dengan alkohol.
13)  Rapikan pasien dan alat-alat.
14)  Buka sarung tangan.
15)  Cuci tangan.
16)  Dokumentasikan pada catatan pemberian obat injeksi.

5.      Pemberian obat melalui intramuskular


a)      Alat dan bahan
         Catatan pemberian obat
         Obat dalam tempatnya
         Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
         Kapas alkohol dalam tempatnya
         Cairan pelarut
         Bak injeksi
         Bengkok
b)      Prosedur kerja
1)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2)      Cuci tangan
3)      Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakkan kedalam
bak injeksi
4)      Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikkan
5)      Desinfeksikan dengan kapas alkohol
6)      Lakukan penyuntikan:
         Pada daerah paha(vestuslateralis) 1/3 bagian lateral arah ke pangkal paha.
         Pada ventrogluteal (posisi klen telungkup,bagian bokong dibagi menjadi 4, daerah injeksi
adalah ¼ bagian atas luar)

         Pada dorsogluteal ( posisi sim kiri , ibu jari di trochhanter mayor ,telunjuk di SIAS, jari
tengah menjauhi telunjuk sejauh mungkin, area injeksi adalah daerah “V” yaitu anatara jari
telunjuk dan jari tengah)
         Pada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau berbaring mendatar
dengan lengan atas fleksi (1/3 bagian atas lateral)
7)      Lakukan penusukkan dengan jarum dengan posisi tegak lurus.
8)      Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara
perlahan sehingga habis.
9)      Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuitdan tekan daerah penyuntikkan dengan
kapas alkohol, kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan di bengkok.
10)  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
11)  Catat prosedur dan reaksi pemberian.

6.      Pemberian obat topikal


  Pada kulit
a)      Alat dan bahan
         Obat dalam tempatnya losion, krim, spreai, aerosol, dan bubuk
         Kain kasa
         Kertas tissue
         Balutan
         Pengalas
         Air sabun dan air hangat
b)      Prosedur kerja
1)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2)      Cuci tangan
3)      Gunakan sarung tangan
4)      Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat atau air sabun
5)      Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian, seperti mengoleskan,
mengompres.
6)      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
7)      Catat prosedur dan respon pasien.
  Pada mata
a)      Alat dan bahan
         Obat dalam tempatnya(tetes steril atau salep)
         Plester
         Kain kasa
         Kertas tisu
         Balutan
         Sarung tangan
         Air hangat atau kapas pelembab
b)      Prosedur kerja
1)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2)      Cuci tangan
3)      Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dan posisi perawat disamping kanan pasien
4)      Gunakan sarung tangan
5)      Bersihkan daerah kelopak
Dan bulu mata dengan kapas lembab(atau tissu)dari sudut luar mata kearah hidung bila sangat
kotor basuh dengan air hangat
6)      Buka mata dengan menekan perlahan bagian bawah menggunaakan ibu jari atau jari
telunjuk di atas tulang orbita
7)      Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva sesuai dosis.Minta pasien untuk menutup
mata dengan perlahan ketika menggunakan tetes mata. Bila menggunakan obat mata jenis
salep,pegang aplikator di atas tepi kelopak mata.Kemudian tekan tub hingga obat keluar dan
berikan pada kelopak mata bawah setelah selesai anjurkan pasien untuk melihat kebawah secara
bergantian,berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan
mata dan menggosok kelopak mata
8)      Tutup mata dengan kassa bila perlu
9)      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
10)  Catat prosedur dan respon pasien
  Pada telinga
a)      Alat dan bahan
         Obat dalam tempatnya
         Penetes
         Spekulum telinga pinset anatomi dalam tempatnya
         Plester
         Kain kassa
         Kertas tissu
         Balutan
b)      Prosedur kerja
1)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2)      Cuci tangan
3)      Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang
akan diobati upayakan telinga pasien ke atas
4)      Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga keatas atau kebelakang
5)      Bila obat berupa tetes,teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh
gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis,bila obat berupa salep, ambil kapas lidi dan
oleskan salep.Kemudian masukkan/oleskan pada liang telinga
6)      Pertahankan posisi kepala selama 2-3 menit
7)      Tutup telinga dengen balutan dan plester(bila perlu)
8)      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
9)      Catat prosedur dan respon pasien
7.      Pemberian obat supositoria
a)      Alat dan bahan
         Obat supositorium dalam tempatnya
         Sarung tangan
         Kain kassa
         Vaselin/jeli/pelumas
         Kertas tissu
b)      Prosedur kerja
1)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2)      Cuci tangan
3)      Gunakan sarung tangan
4)      Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kassa
5)      Olesi ujung obot supositorium dengan pelumas
6)      Minta pasien mengambil posisi tidur miring lalu regangkan bokong dengan perlahan
melalui anus,sfingter interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang
dewasa,dan kurang lebih 5 cm pada anak/bayi
7)      Setelah selesai,tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tissue
8)      Anjurkan klien untuk tetap baring terlentang atau miring selama kurang lebih 15 menit
9)      Kemudian lepaskan sarung tangan dan letakkan dibengkok
10)  Cuci tangan setelah melakukan tindakan
11)  Catat prosedur dan respon pasien

Anda mungkin juga menyukai