Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Komunikasi Dalam Keperawatan II


( Komunikasi Terapeutik Pada Pasien ICU)

Disusun Oleh :
Putri Rahmah

(191000214201004)

Dosen Pengampu :
Ns. Marizki Putri, M.Kep

Program studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
2021

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa yang telah
menyediakan rahmat dan karunia-Nya yang diperlukan saya dapat menyelesaikan makalah
Mata Kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan II. Makalah ini di susun di dalam rangka
sesuai dengan tugas kuliah Program Studi Keperawatan.
Dalam menyusun makalah ini, saya banyak mengumpulkan bantuan dari berbagai
layanan internet. Oleh karena itu, saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
dibangun guna menyempurnakan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi saya atau untuk semuanya.

                     Bukittinggi, 28 April 2021

                                                                                                           Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Tujuan............................................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................................5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................6
2.1 Komunikasi Pada Pasien di ICU...................................................................................6
2.2 Fungsi Komunikasi Dengan Pasien IC..........................................................................6
2.3 Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tak Sadar............................................................8
2.4 Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien ICU.....................................................9
2.5 Tahap komunikasi dengan pasien ICU..........................................................................9
2.6 Karakteristik Perawat ICU.............................................................................................10
2.7 Peran Perawat Kritis......................................................................................................10
BAB III : PENUTUP.........................................................................................................12
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................12
3.2 Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Sehingga
sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah
komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia
masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional
dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman
yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah
yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataaanya memang
komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali
perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain baik itu pasien,
keluarga pasien, maupun tim kesehatan lain.
Komunikasi perawat dengan pasien khususnya sangatlah penting. Perawat harus bisa
menerapkan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Indrawati, 2003 .48). Komunikasi terapeutik diterapkan tidak hanya pada pasien sadar saja,
namun pada pasien tidak sadar juga harus diterapkan komunikasi terapeutik tersebut. Pasien
tak sadar atau yang sering disebut “koma” merupakan pasien yang fungsi sensorik dan
motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat
diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut. Namun meskipun
pasien tersebut tak sadar, organ pendengaran pasien merupakan organ terakhir yang
mengalami penurunan penerimaan rangsangan. Maka dari itu penulis mengambil
judul Komunikasi Terapeutik pada Pasien ICU agar dapat mengetahui teknik dan prinsip
berkomunikasi dengan pasien koma.
1.2  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah yang berhubungan dengan metode berkomunikasi dengan
pasien ICU atau tidak sadar yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui Komunikasi Pada Pasien di ICU
2. Mengetahui Fungsi Komunikasi Dengan Pasien ICU
3. Mengetahui Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tak Sadar
4. Mengetahui Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien ICU
5. Mengetahui Tahap komunikasi dengan pasien ICU
6. Mengetahui Karakteristik Perawat ICU
7. Mengetahui Peran Perawat Kritis

4
1.3 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini mengangkat masalah mengenai “Bagaimana komunikasi terapeutik
dengan pasien ICU?”
1. Mengidentifikasi Komunikasi Pada Pasien di ICU
2. Mengidentifikasi Fungsi Komunikasi Dengan Pasien ICU
3. Mengidentifikasi Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tak Sadar
4. Mengidentifikasi Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien ICU
5. Mengidentifikasi Tahap komunikasi dengan pasien ICU
6. Mengidentifikasi Karakteristik Perawat ICU
7. Mengidentifikasi Peran Perawat Kritis

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Pada Pasien di ICU
Ruang Intensif Care Unit (ICU) merupakan sebuah ruangan khusus untuk merawat
pasien yang mengalami keadaan kritis. Ruang ICU dilengkapi dengan staf dan peralatan
khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwanya karena kegagalan atau
disfungsi satu organ atau ganda akibat suatu penyakit, bencana atau komplikasi yang masih
ada harapan hidupnya. Dasar pengelolaan pasien di ruang ICU adalah dengan pendekatan
multidisiplin tenaga kesehatan yang akan memberikan kontribusi sesuai dengan bidang
keahliannya dan akan saling bekerja sama di dalam tim yang dipimpin oleh seorang dokter
intensif sebagai ketua tim.
Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan
menggunakan teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik
pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien
dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Fakta yang terjadi saat ini, bahwa sulit sekali untuk menyatukan berbagai profesi
kesehatan tersebut kedalam sebuah tim interprofesi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
kemampuan tenaga kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif seperti kurangnya
keterampilan komunikasi interprofesi dan belum tumbuhnya budaya diskusi bersama profesi
lain dalam menentukan keputusan klinis pasien. Kurangnya komunikasi antara tim kesehatan
di ruang ICU akan cenderung merusak kerjasama tim kesehatan dan juga merusak hubungan
antara tim kesehatan dengan keluarga pasien.
Dalam mewujudkan keterampilan komunikasi yang baik, seorang perawat harus
memiliki kemauan yang tinggi untuk dapat memiliki kemampuan komunikasi interpersonal
yang baik. Hal tersebut dapat dicapai oleh seorang perawat dengan berbagai cara misalnya:
melalui pelatihan pelatihan tentang cara membangun komunikasi yang baik dan efektif,
ataupun dengan belajar mandiri . Menurut penelitian yang di lakukan Elmi (2006)
menunjukkan bahwa pelatihan komunikasi terapeutik mempunyai pengaruh terhadap
peningkatan keterampilan perawat sesudah pendidikan untuk berkomunikasi terapeutik dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Komunikasi terapeutik yang baik antara perawat
dengan keluarga yang diteruskan ke pasien sangat mendukung keberhasilan dari asuhan
keperawatan, terlebih lagi di ruang ICU.
2.2 Fungsi Komunikasi Dengan Pasien ICU
Komunikasi dengan klien dalam proses keperawatan memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Mengendalikan Perilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak memiliki respon dan klien
tidak ada prilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini tidak berfungsi sebagai pengendali
prilaku. Secara tepatnya pasien hanya memiliki satu prilaku yaitu pasien hanya berbaring,
imobilitas dan tidak melakukan suatu gerakan yang berarti. Walaupun dengan berbaring ini
pasien tetap memiliki prilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.

6
2. Perkembangan Motivasi
Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama mempertahankan kesadaran, tetapi klien
masih dapat merasakan rangsangan pada pendengarannya. Perawat dapat menggunakan
kesempatan ini untuk berkomunikasi yang berfungsi untuk pengembangan motivasi pada
klien. Motivasi adalah pendorong pada setiap klien, kekuatan dari diri klien untuk menjadi
lebih maju dari keadaan yang sedang ia alami. Fungsi ini akan terlihat pada akhir, karena
kemajuan pasien tidak lepas dari motivasi kita sebagai perawat, perawat yang selalu ada di
dekatnya selama 24 jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak lain halnya dengan pasien yang
sadar, karena klien masih dapat mendengar apa yang dikatakan oleh perawat.
3. Pengungkapan Emosional
Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada, sebaliknya perawat dapat
melakukannya terhadap klien. Perawat dapat berinteraksi dengan klien. Perawat dapat
mengungkapan kegembiraan, kepuasan terhadap peningkatan yang terjadi dan semua hal
positif yang dapat perawat katakan pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk tidak
bersikap negatif terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak langsung/langsung
terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan pengungkapan positif maupun
negatif dari klien. Perawat juga tidak boleh mengungkapkan kekecewaan atau kesan negatif
terhadap klien. Pasien ini berkarakteristik tidak sadar, perawat tidak dapat menyimpulkan
situasi yang sedang terjadi, apa yang dirasakan pada klien pada saat itu. Kita dapat
menyimpulkan apa yang dirasakan klien terhadap apa yang selama ini kita komunikasikan
pada klien bila klien telah sadar kembali dan mengingat memori tentang apa yang telah kita
lakukan terhadapnya.
4. Informasi
Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses keperawatan yang akan kita
lakukan. Setiap prosedur tindakan keperawatan harus dikomunikasikan untuk
menginformasikan pada klien karena itu merupakan hak klien. Klien memiliki hak penuh
untuk menerima dan menolak terhadap tindakan yang akan kita berikan. Pada pasien tidak
sadar ini, kita dapat meminta persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien
sendiri. Pasien berhak mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien. Perawat
dapat memberitahu maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan terjadi jika kita
tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.
Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses keperawatan menjalankan satu atau
lebih dari ke empat fungsi di atas. Dengan kata lain, tujuan perawat berkomunikasi dengan
klien yaitu untuk menjalankan fungsi tersebut. Dengan pasien tidak sadar sekalipun,
komunikasi penting adanya. Walau, fungsi yang dijalankan hanya salah satu dari fungsi di
atas. Dibawah ini akan diuraikan fungsi-fungsi berkomunikasi dengan klien, terhadap klien
tidak sadar. Untuk dipertegas, walau seorang pasien tidak sadar sekali pun, ia merupakan
seorang pasien yang memiliki hak-hak sebagai pasien yang harus tetap kita penuhi.
Perawat itu adalah manusia pilihan Tuhan, yang telah terpilih untuk membantu sesama,
memiliki rasa bahwa kita sesama saudara yang harus saling membantu. Perawat akan
membantu siapapun walaupun ia seorang yang tidak sadar sekalipun. Dengan tetap
memperhatikan hak-haknya sebagai klien.

7
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk membentuk hubungan saling percaya,
empati, perhatian, autonomi dan mutualitas. Pada komunikasi dengan pasien tidak sadar kita
tetap melakukan komunikasi untuk meningkatkan dimensi ini sebagai hubungan membantu
dalam komunikasi terapeutik.
2.3 Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tak Sadar
Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses keperawatan adalah berkomunikasi
terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat juga menggunakan komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Dalam berkomunikasi kita dapat
menggunakan teknik-teknik terapeutik, walaupun pada pasien tidak sadar ini kita tidak
menggunakan keseluruhan teknik. Teknik terapeutik, perawat tetap dapat terapkan. Adapun
teknik yang dapat terapkan, meliputi :
1. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perawat lakukan terhadap
klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan kepada klien. Dengan
menjelaskan pesan secara spesifik, kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar oleh
klien.
2. Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci dari pesan yang
dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang akan diberikan pada klien untuk
menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.
3. Memberikan Informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan informasi. Dalam
interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat memberi informasi kepada klien.
Informasi itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan maupun kemajuan dari status
kesehatannya, karena dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan
kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.
4. Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dapat menujukkan dengan
kesabaran dalam merawat klien. Ketenagan yang perawat berikan dapat membantu atau
mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenagan perawat dapat ditunjukan kepada klien yang
tidak sadar dengan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan
yang hangat. Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah satu cara
yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada orang lain. Sentuhan adalah
bagian yang penting dari hubungan antara perawat dan klien.
Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar adalah komunikasi
satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai pengirim dan
diterima oleh penerima dengan adanya saluran untuk komunikasi serta tanpa feed back pada
penerima yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pada point ini pasien
tidak sadar. Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus seperti ini, keefektifan komunikasi

8
lebih diutamakan kepada perawat sendiri, karena perawat lah yang melakukan komunikasi
satu arah tersebut.
2.4 Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien ICU
Pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak sadar, hal-hal berikut perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada keyakinan
bahwa organ pendengaran merupakan organ terkhir yang mengalami penurunan
penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak sadar. Klien yang tidak sadar
seringkali dapat mendengar suara dari lingkungan walaupun klien tidak mampu
meresponnya sama sekali.
2. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat. Usahakan
mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi ucapan
yang perawat sampaikan dekat klien.
3. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah
satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran.
4. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien
fokus terhadap komunikasi yang perawat lakukan.
2.5 Tahap komunikasi dengan pasien ICU
Komunikasi terapeutik terdiri atas 4 fase, yaitu fase pra interaksi, fase orientasi, fase kerja
dan fase terminasi. Setiap fase atau tahapan komunikasi terapeutik mencerminkan uraian
tugas dari petugas, yaitu
1. Fase Prainteraksi
Pada fase prainteraksi ini, petugas harus mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan
sendiri. Petugas juga perlu menganalisa kekuatan kelemahan profesional diri. Selanjutnya
mencari data tentang klien jika mungkin, dan merencanakan pertemuan pertama dengan
pasien.
2. Fase Orientasi
Fase ini meliputi pengenalan dengan pasien, persetujuan komunikasi atau kontrak
komunikasi dengan pasien, serta penentuan program orientasi. Program orientasi tersebut
meliputi penentuan batas hubungan, pengidentifikasian masalah, mengakaji tingkat
kecemasan diri sendiri dan pasien, serta mengkaji apa yang diharapkan dari komunikasi yang
akan dilakukan bersama antara petugas dan klien.Tugas petugas pada fase ini adalah
menentukan alasan klien minta pertolongan, kemudian membina rasa percaya, penerimaan
dan komunikasi terbuka. Merumuskan kontrak bersama klien, mengeksplorasi pikiran,
perasaan dan perbuatan klien sangat penting dilakukan petugas pada tahap orientasi ini.
Dengan demikian petugas dapat mengidentifikasi masalah klien, dan selanjutnya
merumuskan tujuan dengan klien.
3. Fase kerja / lanjutan
Pada fase kerja ini petugas perlu meningkatkan interaksi dan mengembangkan faktor
fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan. Meningkatkan interaksi sosial dengan
cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan, atau dengan
9
menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam
mengembangkan hubungan kerja sama. Mengembangkan atau meningkatkan faktor
fungsional komunikasi terapeutik dengan melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang
ada, meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi ketergantungan pasien pada petugas,
dan mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil tindakan berdasarkan
masalah yang ada.Tugas petugas pada fase kerja ini adalah mengeksplorasi stressor yang
terjadi pada klien dengan tepat. Petugas juga perlu mendorong perkembangan kesadaran diri
klien dan pemakaian mekanisme koping yang konstruktif, dan mengarahkan atau mengatasi
penolakan perilaku adaptif.
4. Fase terminasi
Fase terminasi ini merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang
kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan dan mempertahankan batas hubungan yang
telah ditentukan. Petugas harus mengantisipasi masalah yang akan timbul pada fase ini
karena pasien mungkin menjadi tergantung pada petugas. Pada fase ini memungkinkan
ingatan pasien pada pengalaman perpisahan sebelumnya, sehingga pasien merasa sunyi,
menolak dan depresi. Diskusikan perasaan-perasaan tentang terminasi.
Pada fase terminasi tugas petugas adalah menciptakan realitas perpisahan. Petugas juga dapat
membicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan. Saling mengeksplorasi perasaan bersama
klien tentang penolakan dan kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain, yang mungkin terjadi
pada fase ini.
2.6 Karakteristik Perawat ICU
Karakteristik Perawat yang bekerja di lingkungan keperawatan intensif meliputi:
1. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif dengan konsisten
2. Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya
3. Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan khusus serta diikuti oleh nilai etika
dan legal dalam memberikan asuhan keperawatan
4. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan
5. Menerapkan ketrampilan komunikasi secara efektif
6. Mendemonstrasikan kemampuan keterampilan klinis yang tinggi
7. Menginterpretasiakan analisa situasi yang kompleks
8. Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga
9. Berpikir kritis
10. Mampu menghadapai tantangan
11. Mengembangkan pengetahuan dan penelitian
12. Berpikir ke depan
13. Inovatif
2.7 Peran Perawat Kritis
Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang berkualitas
tinggi dan komprehensif. Untuk pasien yang kritis, waktu adalah sesuatu hal yang vital.
Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat
keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat (Talbot, 1997).

10
ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat daruratan
dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh, kegawatan di unit
operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates. Keperawatan gawat darurat secara
khusus berkonsentrasi pada respon manusia pada masalah yang mengancam hidup seperti
trauma atau operasi mayor. Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan hal penting
dalam praktik keperawatan gawat darurat. (Hartshorn et all, 1997). Peran perawat kritis
sebagai berikut :
1. Advokat
Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan yang berasal dari
pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu (Potter dan Perry, 2005).
2. Care giver
Perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami
masalah kesehatan (Vicky, 2010).
3. Kolaborator
Peran ini dilakukan perawat karena perawat bekerja bersama tim kesehatan lainnya seperti
dokter, fisioterapis, ahli gizi, apoteker, dan lainnya dalam upaya memberikan pelayanan yang
baik (Vicky, 2010).
4. Peneliti
Peran sebagai pembaharu dan peneliti dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan sistematis, dan terarah sesuai metode pemberian pelayanan (Vicky,
2010). Selain itu juga meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan, baik
dalam praktik maupun dalam pendidikan keperawatan (Aryatmo, 1993).
5. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian layanan dapat terarah serta sesuai
kebutuhan (Vicky, 2010).
6. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan terutama
mengenai keamanan pasien dan keluarga (Vicky, 2010).

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari pembahasan yang dipaparkan adalah:
Pasien dengan gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat
dan dapat membahayakan kehidupan.Pada pasien yang tidak sadar bersifat tidak responsif,
tetapi masih dapat merasakan rangsangan. Pendengaran sebagai sensasi terakhir yang hilang
dengan ketidaksadaran dan yang menjadi pertama berfungsi.Karakteristik komunikasi dengan
pasien yang tidak sadar adalah tidak adanya umpan balik (feed back).Fungsi dari komunikasi
dengan pasien yang tidak sadar adalah sebagai perkembangan motivasi, pengungkapan
emosional dan sebagai informasi.Dimensi yang membantu dalam berkomunikasi diantaranya
rasa percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualitas.Teknik berkomunikasi dengan
pasien yang tidak sadar meliputi menjelaskan, memfokuskan, memberi informasi dan
mempertahankan ketenangan.Komunikasi dengan pasien yang tidak sadar merupakan
komunikasi satu arah dan memiliki prinsip-prinsip yang harus diterapkan.
3.2 Saran
Bidang komunikasi interpersonal telah mendapat perhatian dari para pendidik perawat,
namun usaha untuk lebih meningkatkan pembelajaran mengenai komunikasi pada tingkat
verbal-terbuka serta pesan-pesan non verbal harus lebih ditingkatkan lagi. Dalam tindakan-
tindakan komunikasi interpersonal, terdapat kebutuhan untuk mempertimbangkan konteks
sosial yang lebih luas, karakteristik sosial dari pengirim dan penerima komunikasi dan
struktur kekuasaan diantara orang-orang yang terlibat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mungin, B (2008), Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi


Komunikasi di Masyarakat, PT. Kencana, Jakarta, Bab III Hal. 57
Pastakyu (2010), Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar,
Potter, Patricia A. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4.
Jakarta: EGC
Riswandi (2009), Ilmu Komunikasi, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Universitas Mercu Buana,
Yogyakarta, Bab I Hal. 1
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Wiryanto (2004), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Bab II. Hal 28

13

Anda mungkin juga menyukai