OLEH :
1.ESTER KOSAT
2.METRIANA ABUK
3.DESI OEMATAN
5.TIVANY SELAN
6. KALITA MBORU
MARANATHA
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “komunikasi terapeutik pada pasien di icu”
Dalam menyusun makalah ini, kami sadar bahwa kemampuan kami terbatas, dan
makalah ini masih mengandung banyak kekurangan, untuk itu harapan kami para pembaca
bersedia memberi saran dan pendapat untuk makalah ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah
ini, kami atas nama penyusun menyampaikan terima kasih dan semoga menjadi pedoman
dalam pembelajaran kita, khususnya bagi perawat.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................
BAB I PENDHULUAN............................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Ruang Intensif Care Unit (ICU) merupakan sebuah ruangan khusus untuk merawat
pasien yang mengalami keadaan kritis (Suryani, 2012). Ruang ICU dilengkapi dengan staf
dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwanya karena
kegagalan atau disfungsi satu organ atau ganda akibat suatu penyakit, bencana atau
komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (Rahmatiah, 2013). Dasar pengelolaan pasien
di ruang ICU adalah dengan pendekatan multidisiplin tenaga yang akan memberikan
kontribusi sesuai dengan bidang keahliannya dan akan saling bekerja sama di dalam tim
yang dipimpin oleh seorang dokter intensif sebagai ketua tim (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010).
Fakta yang terjadi saat ini, bahwa sulit sekali untuk menyatukan berbagai profesi
kesehatan tersebut kedalam sebuah tim interprofesi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
kemampuan tenaga kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif seperti kurangnya
keterampilan komunikasi .interprofesi dan belum tumbuhnya budaya diskusi bersama
profesi lain dalam menentukan keputusan klinis pasien. Kurangnya komunikasi antara tim
kesehatan di ruang ICU akan cenderung merusak kerjasama tim kesehatan dan juga merusak
hubungan antara tim kesehatan dengan keluarga pasien.
Komunikasi terapeutik yang baik antara perawat dengan keluarga yang diteruskan ke
pasien sangat mendukung keberhasilan dari asuhan keperawatan (Nugroho, 2013). Terlebih
lagi di ruang ICU perawat akan menjadi orang yang membantu pasien dan keluarga, perawat
juga akan memiliki interaksi paling sering dengan pasien dan keluarga.Hal tersebut
membuat perawat mempunyai pengaruh utama terhadappasien dan keluarga (Christopher et
al, 2012). Selain itu Asmadi (2008), menyebutkan bahwa dengan komunikasi yang baik,
seorang perawat dapat meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya, dan sebaliknya jika
perawat kurang baik dalam berkomunikasi, hal ini akan berpengaruh terhadap penilaian
klien terhadap dirinya.
1.2 Tujuan
Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif/adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti dapat memahami dirinya sendri
serta nilai yang di anutnya.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima ,saling percayadan saling
menghargai anatar perawat dengan pasien .
3. Perawat harus memahami ,menghayati nilai yang di anut pasien
4. Perawat harus meyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental
5. Perawat harus menciptakan suasana yang nyaman
6. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap ,untuk
mengetahui atau mengatasi perasaan gembira ,sedih ,marah,keberhasilan maupun
frustasi
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya
8. Memahami betuk arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya
simpati bukan merupakan tindakan terapeutik
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka
10. Mampu berperan sebagai role model
11. Altuarisme
12. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan
prinsip kesejahteraan manusia
13. Bertangung jawab
Pasien yang tidak sadar yang sering di sebut koma,denga ganguan kesadaran
merupkan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahyakan
kehidupan.Pada proses ini sussunan saraf pusat tergangu fungsi utamanya mempertahankan
kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab ,yaitu baik
2primer intrakranial ataupun ekstrakranial ,yang mengakibatkan kerusakan metabolik
ditingkat korteks serebri ,dan kedua batang otak .
1. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perwat
lakukan kepada klien .penjelasan itu dapat berbupa intervensi yang dilakukan pada
klien .dengan menjelaskan pesan secara spesifik ,kemungkinan untuk dipahami
menjadi lebih besar oleh klien
2. Memfokuskan
3. Memberikan informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien sala satunya adalah memberikan
informasi .Dalam berkomunikasi denga klien,perawat dapat memberi informasi
kepada klien informasi itu dapat berupa intervensi yang dilakukan maupun kemajuan
dari status kesehatannya ,karena dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat
dapat menumbuhkan kepercayaan klien dan pendoronngnya untuk menjadi lebih
baik
4. Mempertahankan ketenagan
Mempertahankan ketenagan pada pasien tidak sadar ,perawat dapat menujukan
dengan kesabaran dalam merawat klien .Ketenagan yang perawat berikan dapat
membantu atau mendorong klien menjadi lebih baik .ketenagan perawat dapat di
tunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non verbal .pada dasar
nya komunikasi yang dilakukan pada pasien tidak sadar adalah komunikasi satu
arah.Komunikasi yang hanya boleh dilakukan oleh seorang sebagi pengirim dan di
terimah oleh penerimah
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasien di ruang icu adalah pasien yang dalam keadaan gawat darurat yang
mengancam kehidupan .oleh karena itu komunkasi terpeutik sangat penting untuk
mempercepat proses pemulihan komunikasi terapeutikk yang baik antar perawat
dengan keluarga yang diteruskanke pasien sangat mendukung keberhasilan dari
asuhan keperawatan
3.2 Saran
Memberikan informasi kepada perawat tentang pentingnya komunikasi
terapeutik dalam pelayanan keperawatan dengan pasien di icu untuk membantu
proses kesembuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Ruang Intensif Care Unit (ICU) merupakan sebuah ruangan khusus untuk merawat
pasien yang mengalami keadaan kritis (Suryani, 2012). Ruang ICU dilengkapi dengan staf
dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwanya karena
kegagalan atau disfungsi satu organ atau ganda akibat suatu penyakit, bencana atau
komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (Rahmatiah, 2013). Dasar pengelolaan pasien
di ruang ICU adalah dengan pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan yang akan
memberikan kontribusi sesuai dengan bidang keahliannya dan akan saling bekerja sama di
dalam tim yang dipimpin oleh seorang dokter intensif sebagai ketua tim (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Fakta yang terjadi saat ini, bahwa sulit sekali untuk menyatukan berbagai profesi
kesehatan tersebut kedalam sebuah tim interprofesi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
kemampuan tenaga kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif seperti kurangnya
keterampilan komunikasi interprofesi dan belum tumbuhnya budaya diskusi bersama profesi
lain dalam menentukan keputusan klinis pasien (Tim CFHC-IPE UGM,2014). Kurangnya
komunikasi antara tim kesehatan di ruang ICU akan cenderung merusak kerjasama tim
kesehatan dan juga merusak hubungan antara tim kesehatan dengan keluarga pasien
(Wujtewicz et al, 2015)
Komunikasi terapeutik yang baik antara perawat dengan keluarga yang diteruskan ke
pasien sangat mendukung keberhasilan dari asuhan keperawatan (Nugroho, 2013). Terlebih
lagi di ruang ICU perawat akan menjadi orang yang membantu pasien dan keluarga, perawat
juga akan memiliki interaksi paling sering dengan pasien dan keluarga.Hal tersebut
membuat perawat mempunyai pengaruh utama terhadappasien dan keluarga (Christopher et
al, 2012). Selain itu Asmadi (2008), menyebutkan bahwa dengan komunikasi yang baik,
seorang perawat dapat meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya, dan sebaliknya jika
perawat kurang baik dalam berkomunikasi, hal ini akan berpengaruh terhadap penilaian
klien terhadap dirinya.
1.2 Tujuan