Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DI ICU

OLEH :

1.ESTER KOSAT

2.METRIANA ABUK

3.DESI OEMATAN

4.NONCE ADELIA TAMPANI

5.TIVANY SELAN

6. KALITA MBORU

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MARANATHA

KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “komunikasi terapeutik pada pasien di icu”

Dalam menyusun makalah ini, kami sadar bahwa kemampuan kami terbatas, dan
makalah ini masih mengandung banyak kekurangan, untuk itu harapan kami para pembaca
bersedia memberi saran dan pendapat untuk makalah ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah
ini, kami atas nama penyusun menyampaikan terima kasih dan semoga menjadi pedoman
dalam pembelajaran kita, khususnya bagi perawat.

Kupang desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................

BAB I PENDHULUAN............................................................................

I.I LATAR BELAKANG .....................................................

I.2 TUJUAN ........................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................

2.1 Pengertian komunikasi terapeutik...........................

2.2 Tujuan komunukasi terapeutik ................................

2.3 Teknik komunikasi terapeutik................................

2.4 Prinsip komunikasi teraeutik .................................

2.5 Proses komunikasi pada pasien di ICU.................

BAB III PENUTUP.............................................................................

3.1 Kesimpulan ..............................................................

3.2 Saran .......................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ruang Intensif Care Unit (ICU) merupakan sebuah ruangan khusus untuk merawat
pasien yang mengalami keadaan kritis (Suryani, 2012). Ruang ICU dilengkapi dengan staf
dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwanya karena
kegagalan atau disfungsi satu organ atau ganda akibat suatu penyakit, bencana atau
komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (Rahmatiah, 2013). Dasar pengelolaan pasien
di ruang ICU adalah dengan pendekatan multidisiplin tenaga yang akan memberikan
kontribusi sesuai dengan bidang keahliannya dan akan saling bekerja sama di dalam tim
yang dipimpin oleh seorang dokter intensif sebagai ketua tim (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010).

Fakta yang terjadi saat ini, bahwa sulit sekali untuk menyatukan berbagai profesi
kesehatan tersebut kedalam sebuah tim interprofesi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
kemampuan tenaga kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif seperti kurangnya
keterampilan komunikasi .interprofesi dan belum tumbuhnya budaya diskusi bersama
profesi lain dalam menentukan keputusan klinis pasien. Kurangnya komunikasi antara tim
kesehatan di ruang ICU akan cenderung merusak kerjasama tim kesehatan dan juga merusak
hubungan antara tim kesehatan dengan keluarga pasien.

Dalam mewujudkan ketrampilan komunikasi yang baik, seorang perawat harus


memiliki kemauan yang tinggi untuk dapat memiliki kemampuan komunikasi interpersonal
yang baik. Hal tersebut dapat dicapai oleh seorang perawat dengan berbagai cara misalnya:
melalui pelatihanpelatihantentang cara membangun komunikasi yang baik dan efektif,
ataupundengan belajar mandiri (Hanafi & Richard, 2012). Menurut penelitian yang di
lakukan Elmi (2006) menunjukkan bahwa pelatihan komunikasi terapeutik mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan keterampilan perawat sesudah pendidikan untuk
berkomunikasi terapeutik dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Komunikasi terapeutik yang baik antara perawat dengan keluarga yang diteruskan ke
pasien sangat mendukung keberhasilan dari asuhan keperawatan (Nugroho, 2013). Terlebih
lagi di ruang ICU perawat akan menjadi orang yang membantu pasien dan keluarga, perawat
juga akan memiliki interaksi paling sering dengan pasien dan keluarga.Hal tersebut
membuat perawat mempunyai pengaruh utama terhadappasien dan keluarga (Christopher et
al, 2012). Selain itu Asmadi (2008), menyebutkan bahwa dengan komunikasi yang baik,
seorang perawat dapat meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya, dan sebaliknya jika
perawat kurang baik dalam berkomunikasi, hal ini akan berpengaruh terhadap penilaian
klien terhadap dirinya.

1.2 Tujuan

Mengetahui gambaran komunikasi perawat di ruang ICU


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi merupakan kegiatan manusia menjalin hubungan satu dengan sama


lain yang demikian otomatis keadaannya, sehingga tidak disadari bahwa ketrampilan
berkomunikasi merupakan hasil belajar. Untuk berkomunikasi dengan orang lain
menunjukkan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri atau dapat dikatakan bahwa setiap
manusia mempunyai naluri untuk berkawan atau berkelompok dengan manusia lain.
Manusia merupakan mahluk sosial, karena itu manusia selalu ditandai dengan pergaulan
antar manusia.

Pergaulan manusia merupakan salah satu peristiwa komunikasi.Komunikasi berasal


dari bahasa Latin “communis” yang berarti “bersama”.Sedangkan menurut kamus, definisi
komunikasi dapat meliputi ungkapanungkapan seperti berbagi informasi atau pengetahuan,
member gagasan atau bertukar pikiran, informasi atau yang sejenisnya dengan tulisan atau
ucapan. Definisi lain terbatas pada situasi stimulus-response. Pesan dengan sengaja
disampaikan untuk mendapatkan respon seperti pertanyaan yang diajukan memerlukan
jawaban, instruksi yang diberikan perlu bukti (Machfoedz, 2009).

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk


membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain (Northouse, 1998). Menurut Stuart GW (1998)
mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat
dengan klien dalam memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien.

2.2 Tujuan komuniksai terapeutik

Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif/adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien :

1. Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.

2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling

bergantung dengan orang lain

3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta


mencapai tujuan yang realistis.
4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.

2.3 Teknik Komunikasi Terapeutik

Hubungan terapeutik perawat-pasien merupakan pengalaman belajar timbal


balik dan pengalaman emosional korektif bagi pasien. Dalam hubungan ini, perawat
menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinis tertentu dalam menangani pasien untuk
meningkatkan pemahaman dan perubahan perilaku pasien.

a. Mendengarkan dengan penuh perhatian


Mendengarkan merupakan hal yang utama dalam komunikasi terapeutik.
Dalam teknik ini, seseorang akan terlibat dalam proses aktif dalam penerimaan
informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima. Seseorang
ahli terapi harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk
berbicara dan memposisikan dirinya sebagai pendengar yang aktif yang penuh
perhatian.
b. Bertanya
Bertanya adalah teknik untuk merangsang klien agar mengungkapkan perasaan dan
pikirannya.
Beberapa model pertanyaan yang mungkin diterapkan dalam situasi komunikasi terapeutik :
1). Pertanyaan fasilitatif Pertanyaan fasilitatif terjadi jika ahli terapi sensitif terhadap pikiran
dan perasaan serta secara langsung berhubungan dengan masalah klien. Adapun pertanyaan
non fasilitatif adalah pertanyaan yang tidak efektif karna membericarakan pertanyaan
yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan. Pertanyaan ini bersifat mengancam
dan mencerminkan situasi ketidak pengertian terhadap klien.
2). Pertanyaan terbuka (Open Question) atau pertanyaan tertutup (Closed
question). Pertanyaan terbuka digunakan untuk menggali informasi yang banyak dari
klien. Dengan pertanyaan ini, semua ekspresi klien akan terlihat dihadapan ahli
terapi. Adapun pertanyaan tertutup digunakan untuk mendapatkan jawaban yang
singkat.
c. Penerimaan Penerimaan adalah kondisi dimana muncul situasi mendukung dan
menerima informasi serta tingkah laku dari klien. Dalam situasi ini, penerapi tidak
melakukan penilaian. Namun demikian penerimaan bukan berarti persetujuan.
Penerimaan berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan atau tidak setuju
1. Gerakan tubuh dan ekspresi wajah yang tidak menunjukkan kesetujuan sebaiknya
dihindarkan dalam situasi ini, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan
kepala seakan tidak percaya.
2. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
3. Memberikan umpan balik
d. Mengulangi (Restating) Mengulangi artinya mengulang pokok pikiran yang
diiungkapkan klien dengan menggunakan ungkapan klien sehingga menunjukkan
bahwa ahli terapi mengikuti proses komunikasi, memberikan perhatian dan
mengharapkan komunikasi bisa lanjut.
e. Klarifikasi (Clarificion) Klarifikasi adalah menjelaskan kembali ide-ide yang
diungkapkan klien klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti
dari ungkapannya. Hal ini dilakukan ketika penerapi ragu, tidak jelas, atau tidak
mendengar. Mungkin juga bisa terjadi klien merasa malu mengemukakan informasi,
sehingga informasi yang diungkapkan cenderung meloncat ataupun tidak lengkap.
Pada situasi ini, penerapi tidak boleh menambah, mengurangi, atau menginterpretasi
apa yang dikatakan klien. Fokus utama hanyalah pada perasaan sehingga terjadi
pemahaman

2.4 Prinsip kumnikasi terapeutik

Menurut mundakir,(2006) dalam Pieter ,(2017)untuk mengetahui suatu komunikasi


bersifat terapeuti atau tidak,maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan
prinsip prinsip komunikasi terapeutik berikut :

1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti dapat memahami dirinya sendri
serta nilai yang di anutnya.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima ,saling percayadan saling
menghargai anatar perawat dengan pasien .
3. Perawat harus memahami ,menghayati nilai yang di anut pasien
4. Perawat harus meyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental
5. Perawat harus menciptakan suasana yang nyaman
6. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap ,untuk
mengetahui atau mengatasi perasaan gembira ,sedih ,marah,keberhasilan maupun
frustasi
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya
8. Memahami betuk arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya
simpati bukan merupakan tindakan terapeutik
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka
10. Mampu berperan sebagai role model
11. Altuarisme
12. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan
prinsip kesejahteraan manusia
13. Bertangung jawab

2.5 Proses komunikasi pada pasien di ICU

Pasien yang tidak sadar yang sering di sebut koma,denga ganguan kesadaran
merupkan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahyakan
kehidupan.Pada proses ini sussunan saraf pusat tergangu fungsi utamanya mempertahankan
kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab ,yaitu baik
2primer intrakranial ataupun ekstrakranial ,yang mengakibatkan kerusakan metabolik
ditingkat korteks serebri ,dan kedua batang otak .

Cara -cara berkomunikasi dengan pasien yang tidak sadar:

1. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perwat
lakukan kepada klien .penjelasan itu dapat berbupa intervensi yang dilakukan pada
klien .dengan menjelaskan pesan secara spesifik ,kemungkinan untuk dipahami
menjadi lebih besar oleh klien
2. Memfokuskan

Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci


dari pesan yang dikirimkan

3. Memberikan informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien sala satunya adalah memberikan
informasi .Dalam berkomunikasi denga klien,perawat dapat memberi informasi
kepada klien informasi itu dapat berupa intervensi yang dilakukan maupun kemajuan
dari status kesehatannya ,karena dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat
dapat menumbuhkan kepercayaan klien dan pendoronngnya untuk menjadi lebih
baik
4. Mempertahankan ketenagan
Mempertahankan ketenagan pada pasien tidak sadar ,perawat dapat menujukan
dengan kesabaran dalam merawat klien .Ketenagan yang perawat berikan dapat
membantu atau mendorong klien menjadi lebih baik .ketenagan perawat dapat di
tunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non verbal .pada dasar
nya komunikasi yang dilakukan pada pasien tidak sadar adalah komunikasi satu
arah.Komunikasi yang hanya boleh dilakukan oleh seorang sebagi pengirim dan di
terimah oleh penerimah
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pasien di ruang icu adalah pasien yang dalam keadaan gawat darurat yang
mengancam kehidupan .oleh karena itu komunkasi terpeutik sangat penting untuk
mempercepat proses pemulihan komunikasi terapeutikk yang baik antar perawat
dengan keluarga yang diteruskanke pasien sangat mendukung keberhasilan dari
asuhan keperawatan
3.2 Saran
Memberikan informasi kepada perawat tentang pentingnya komunikasi
terapeutik dalam pelayanan keperawatan dengan pasien di icu untuk membantu
proses kesembuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (201).komunikasi terpeutik

Arwani. (2002). Komunikasi dalam keperawatan .jakarta:EGC


1.1 Latar Belakang

Ruang Intensif Care Unit (ICU) merupakan sebuah ruangan khusus untuk merawat
pasien yang mengalami keadaan kritis (Suryani, 2012). Ruang ICU dilengkapi dengan staf
dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwanya karena
kegagalan atau disfungsi satu organ atau ganda akibat suatu penyakit, bencana atau
komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (Rahmatiah, 2013). Dasar pengelolaan pasien
di ruang ICU adalah dengan pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan yang akan
memberikan kontribusi sesuai dengan bidang keahliannya dan akan saling bekerja sama di
dalam tim yang dipimpin oleh seorang dokter intensif sebagai ketua tim (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Fakta yang terjadi saat ini, bahwa sulit sekali untuk menyatukan berbagai profesi
kesehatan tersebut kedalam sebuah tim interprofesi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
kemampuan tenaga kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif seperti kurangnya
keterampilan komunikasi interprofesi dan belum tumbuhnya budaya diskusi bersama profesi
lain dalam menentukan keputusan klinis pasien (Tim CFHC-IPE UGM,2014). Kurangnya
komunikasi antara tim kesehatan di ruang ICU akan cenderung merusak kerjasama tim
kesehatan dan juga merusak hubungan antara tim kesehatan dengan keluarga pasien
(Wujtewicz et al, 2015)

Dalam mewujudkan ketrampilan komunikasi yang baik, seorang perawat harus


memiliki kemauan yang tinggi untuk dapat memiliki kemampuan komunikasi interpersonal
yang baik. Hal tersebut dapat dicapai oleh seorang perawat dengan berbagai cara misalnya:
melalui pelatihanpelatihantentang cara membangun komunikasi yang baik dan efektif,
ataupundengan belajar mandiri (Hanafi & Richard, 2012). Menurut penelitian yang di
lakukan Elmi (2006) menunjukkan bahwa pelatihan komunikasi terapeutik mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan keterampilan perawat sesudah pendidikan untuk
berkomunikasi terapeutik dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Komunikasi terapeutik yang baik antara perawat dengan keluarga yang diteruskan ke
pasien sangat mendukung keberhasilan dari asuhan keperawatan (Nugroho, 2013). Terlebih
lagi di ruang ICU perawat akan menjadi orang yang membantu pasien dan keluarga, perawat
juga akan memiliki interaksi paling sering dengan pasien dan keluarga.Hal tersebut
membuat perawat mempunyai pengaruh utama terhadappasien dan keluarga (Christopher et
al, 2012). Selain itu Asmadi (2008), menyebutkan bahwa dengan komunikasi yang baik,
seorang perawat dapat meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya, dan sebaliknya jika
perawat kurang baik dalam berkomunikasi, hal ini akan berpengaruh terhadap penilaian
klien terhadap dirinya.

1.2 Tujuan

Mengetahui gambaran komunikasi perawat di ruang ICU dan bagaimana komunkasi


pada pasien di ruangan icu

Anda mungkin juga menyukai