DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Komunikasi
Terapeutik Pada Klien Dengan Ganguan Jiwa”
Berkomuniksi merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh semu orang tanpa
terkecuali. Bahkan orang dengan gangguan pendengaran juga dapat melakukan komunikasi
mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali dengan teknik-teknik tertentu.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih belum
sempuruna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang membangun untuk
memperbaiki makalah ini.
Penulis
24 September 2019
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi komunikasi terapeutik
2. Mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
3. Mengetahui apa manfaat komunikasi terpeutik
4. Mengetahui bagaimana metode komunikasi terapeutik
5. Mengetahui tahapan komunikasi terapeutik
6. Mengetahui hambatan komunikasi terapeutik
2
7. Mengetahui definisi gangguan jiwa
8. Mengetahui factor penyebab gangguan jiwa
9. Mengetahui tujuan komunikasi pada klien gangguan jiwa
10. Mengetahui penyebab umum klien gangguan jiwa
11. Mengetahui bagaimana cara menyembuhkan klien gangguan jiwa
12. Mengetahui bagaimana teknik komuniksi pada klien dengan masalah gangguan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1.4 Metode Komunikasi Terapeutik
Stuart dan Sundeen dalam buku ‘Buku Saku Keperawatan Jiwa’ (1998 )
menyebutkan metode atau teknik yang digunakan dalam komunikasi terapeutik
dalam bidang keperawatan antara lain:
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian: perawat harus menjadi pendengar yang
aktif, beri kesempatan pasien untuk lebih banyak berbicara. Dengan begitu
perawat dapat mengetahui perasaan pasien.
b. Menunjukkan penerimaan: menerima bukan berarti menyetujui, namun
kesediaan untuk mendengarkan tanpa menunjukkan keraguan atau
ketidaksetujuan akan apa yang dikatakan pasien.
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan: ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi spesifik mengenai hal yang diampaikan pasien.
d. Mengulangi ucapan klien menggunakan kata-kata sendiri: ini dilakukan untuk
mendapatkan umpan balik. Bahwa perawat mengerti pesan pasien, dan berharap
komunikasi dilanjutkan kembali.
e. Mengklasifikasi: usaha perawat untuk menjelaskan kata-kata ide atau pikiran
yang kurang jelas dari pasien.
f. Memfokuskan: Bahan pembicaraan dibatasi agar pembicaraan lebih spesifik.
g. Menyatakan hasil observasi: perawat menguraikan kesan yang didapatnya dari
isyarat nonverbal yang dilakukan pasien.
h. Menawarkan informasi: memberikan tambahan informasi yang bertujuan untuk
memfasilitasi klien dalam mengambil keputusan.
i. Diam: dengan diam, pasien dan perawat memiliki kesempatan untuk
berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Mengorganisir pikiran dan memproses
informasi yang didapatkan.
j. Meringkas: pengulangan ide utama secara singkat.
k. Memberi penghargaan kepada pasien.
l. Memberi pasien kesempatan untuk memulai pembicaraan, memberi inisiatif
dalam memilih topic pembicaraan.
m. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan, dalam metoda ini perawat
memberikan pasien kesempatan untuk mengarahkan hampir seluruh
pembicaraan yang berlangsung.
n. Menempatkan kejadian secara berurutan, untuk membantu perawat juga pasien
melihatnya dalam suatu perspektif.
5
o. Memberikan pasien kesempatan untuk menguraikan persepsinya.
p. Refleksi: memberikan pasien kesempatan untuk mengemukakan dan menerima
ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya.
8
Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan yang
tidak menentu akan sesuatu hal menyebabkan individu merasa terancam,
ketakutan hingga terkadang mempersepsikan dirinya terancam.
c. Faktor Psikologis
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang
dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya. Pemberian kasih
sayang orang tua yang dingin, acuh tak acuh, kaku dan keras akan
menimbulkan rasa cemas dan tekanan serta memiliki kepribadian yang
bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan.
d. Faktor Sosio-Kultural
Beberapa penyebab gangguan jiwa menurut Wahyu (2012) yaitu :
1) Penyebab primer (primary cause)
Kondisi yang secara langsung menyebabkan terjadinya gangguan jiwa,
atau kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan jiwa tidak akan
muncul.
2) Penyebab yang menyiapkan (predisposing cause)
Menyebabkan seseorang rentan terhadap salah satu bentuk gangguan
jiwa.
3) Penyebab yang pencetus (precipatating cause)
Ketegangan-ketegangan atau kejadian-kejadian traumatik yang
langsung dapat menyebabkan gangguan jiwa atau mencetuskan
gangguan jiwa.
4) Penyebab menguatkan (reinforcing cause)
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau mempengaruhi tingkah
laku maladaptif yang terjadi.
5) Multiple cause
Serangkaian faktor penyebab yang kompleks serta saling
mempengaruhi. Dalam kenyataannya, suatu gangguan jiwa jarang
disebabkan oleh satu penyebab tunggal, bukan sebagai hubungan sebab
akibat, melainkan saling mempengaruhi antara satu faktor penyebab
dengan penyebab lainnya.
e. Faktor Presipitasi
Faktor stressor presipitasi mempengaruhi dalam kejiwaan seseorang.
Sebagai faktor stimulus dimana setiap individu mempersepsikan dirinya
melawan tantangan, ancaman, atau tuntutan untuk koping. Masalah khusus
9
tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi dimana individu tidak
mampu menyesuaikan. Lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri dan
komponennya. Lingkungan dan stressor yang dapat mempengaruhi
gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses
patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, dan prosedur tindakan serta pengobatan (Stuart&Sundeen,
2008).
12
adalah ideal diri tinggi, " saya hanya lulusan SD, menjadi buruh saja saya sudah
maksimal" comment ini adalah ideal diri rendah.
5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua kelebihan dan
kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya tersebut satu paket dengan
keburukan lain yang menyertai kecantikan tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma maka dewasa dia
tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam atau yang buruk.
7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam psikologis anak.
8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan pada saudara
kembar peluang nya 50 %.
9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor pendukung
munculnya gangguan jiwa.
10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan saraf pusat,
perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi perubahan pada fungsi neurologis
yang berfungsi mengatur emosi.
11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan, ex : lansia maka
dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika perasaan ini berlangsung lama
bisa memicu gangguan jiwa.
12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi neurologis,
dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat pengaturan emosi akan
memicu gangguan jiwa.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama
dan pengalaman perbaikan emosi bagi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya
secara terapeutik dan memakai beberapa tehnik komunikasi agar perilaku klien
berubah kearah yang positif seoptimal mungkin.
Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harusdihadapi oleh
seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya
tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri (Djamaludin, 2001).
Gangguan jiwa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor somatic
(somatogenic), faktor psikologik (psikogenik), dan faktor sosio-budaya ( sosiogenik).
Pasein gangguan jiwa memiliki teknik komunikasi yang khusus berdasarkan masalah
yang dihadapi.
3.2 Saran
Perawat harus bisa menghadapi klien dengan gangguan jiwa agar terjadi
hubungan terapeutik dengan klien.
14
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, R., 2002. Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari
PPDG-III. Jakarta : Bagian Ilmu kedokteran Jiwa FK-Unika Atmaja.
Sundari , S., 2005. kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta : Penerbit Rineka
Cipta.
15