Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ROLE PLAY

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA GANGGUAN PENDENGARAN

Dosen Pengampu :
Yohanes Andy Rias S.Kep.,M.Kep.,Ns

Disusun Oleh :

1. Aang Bintang prayoga (10220001)


2. Dion Andriansyah (10220021)
3. Hana Ikimatuz zahro (10220030)
4. Indiana Setyoningrum (10220033)
5. Ireniza Pradefi (10220035)

FAKULTAS KESEHATAN
STUDI S1 KEPERAWATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2020/2021
1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepeda kami sehingga akhirnya kami dapat membuat makalah komuniksai
dalam keperawatan II tersebut.

Makalah berjudul “Komunikasi Terapeutik Pada Gangguan Pendengaran ” ditulis untuk


memenuhi tugas dari Komunikasi dalam keperawatan. Pada kesempatan yang baik ini, kami
menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus
ikhlas memberikan bantuan dan dorongan kepada kami dalam pembuatan makalah ini
terutama kepada :

1. Bapak Yohanes Andy Rias S.Kep.,M.Kep.,Ns selaku dosen mata kuliah


Komunikasi dalam keperawatan
2. Orang tua kami yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan makalah
ini
3. Anggota kelompok 2 yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu
keperawatan.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................4
1.1 latar belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................................4
1.3 Tujuan ....................................................................................................................5
1.4 Manfaat ..................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
2.1 Pengertian komunikasi terapeutik.........................................................................5
2.2 Tujuan komunikasi terapeutik...............................................................................6
2.3 Fase-fase komunikasi terapeutik...........................................................................6
2.4 Faktor-Faktor penghambat komunikasi ................................................................6
2.5 Sikap komunikasi terapeutik.................................................................................7
2.6 Definisi Gangguan Pendengaran...........................................................................7
2.7 Gejala Gangguan Pendengaran..............................................................................8
2.8 Penyebab Gangguan Pendengaran ........................................................................9
2.9 Pencegahan Gangguan Pendengaran...................................................................10
2.10 Hal hal yang perlu di perhatikan pada pasien gangguan pendengaran...............10
2.11 Teknik teknik komunikasi pada pasien gangguan pendengaran.........................10
2.12 Naskah Role Play gangguan pendengaran..........................................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................14
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................14
3.2 Saran ...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini profesi perawat semakin marak banyak yang membutuhkan tenaga
perawat. Baik di rumah sakit, balai pengobatan maupun di puskesmas. Untuk menjadi
perawat yang profesional dibutuhkan keterampilan dari segi kemampuan komunikasi
ataupun skill dalam merawat pasien. Agar tujuan bisa tercapai, perlu adanya
komunikasi yang lancar antara pasien dengan perawat. Komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien disebut komunikasi secara terapeutik.
Tujuan dari komunikasi ini adalah membantu pasien untuk mengerangi beban
perasaan dan pikiran serta mengurangi keraguan pada diri pasien. Agar pasien lebih
terbuka sehingga proses penyembuhan dapat bejalan secara efektif. Komunikasi juga
dapat dilakukan oleh penderita buta maupun tuli, dengan mengetahui teknik
komunikasi dapat mengetahu maksut dan tujuan seseorang yang mengalami gangguan
pendengaran maupun pengelihatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
2. Apa tujuan dari komunikasi terapeutik?
3. Apa fase-fase dalam komunikasi terapeutik?
4. Apa faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik?
5. Bagaimana sikap komunikasi terapeutik?
6. Apa yang dimaksud dengan gangguan pendengaran?
7. Apa gejala-gejala pada gangguan pendengaran?
8. Apa penyebab dari gangguan pendengaran?
9. Bagaimana upaya pencegahan terhadap gangguan pendengaran?
10. Apa hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien
gangguan pendengaran?
11. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik pada klien dengan gangguan
pendengaran?

4
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik.
2. Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi terapeutik.
3. Untuk mengetahui fase-fase dalam komunikasi terapeutik.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik.
5. Untuk mengetahui bagimana sikap komunikasi terapeutik.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gangguan pendengaran.
7. Untuk mengetahui apa gejala-gejala pada gangguan pendengaran.
8. Untuk mengetahui penyebab dari ganguuan pendengaran.
9. Untuk mengetahui bagimana upaya pencegahan gangguan pendengaran.
10. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan
klien gangguan pendengaran.
11. Untuk mengetahui teknik komunikasi terapeutik pada klien dengan gangguan
pendengaran.
1.4 MANFAAT
1. Bagi perawat dapat dijadikan alternatif untuk memahami berbagai macam peran
perawat berkaitan dengan gangguan pendengaran yang di anjurkan untuk pasien
dengan berbagai kondisi.
2. Makalah ini juga dapat dijadikan bahan penelitian para peneliti untuk diteliti lebih
lanjut.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan
orang lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang seringkali
salah berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.
Komunikasi terapeutik adalah hubungan perawat-klien yang harmonis
sehingga perawat dapat merubah perilaku klien untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal (Stuart&Sunden).
Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan
pendekatan terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan pada klien namun
direncanakan dan dipimpin oleh seorang prefesional (Keltner,Schweeke,dan Bostrom,
1991).
Komunikasi Terapeutik ( Heri P, 1994) Komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan & kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.

5
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik.
a. Membantu klien untuk memperjeas & mengurangi beban perasaan & pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya
pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif &
mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, liangkungan fisik & dirinya.

2.3 Fase-Fase Komunikasi Terapeutik.


Fase komunikasi terapeutik dalam hubungan perawat terdiri dari 4 fase yaitu :
a. Fase Preinteraksi.
1. Gali perasaan, fantasi dan rasa takut dalam diri sendiri.
2. Analisa kekuatan dan keterbatasan profesional diri sendiri.
3. Kumpulkan data tentang pasien jika memungkinkan.
4. Rencanakan untuk pertemuan pertama dengan pasien.
b. Fase Perkenalan/Orientasi
1. Tetapkan alasan pasien untuk mencari bantuan.
2. Bina rasa percaya.
3. Gali pikiran, perasaan dan tindakan- tindakan pasien.
4. Identifikasi masalah pasien.
5. Rumuskan bersama kontrak yang bersifat saling menguntungkan.
c. Fase Kerja
1. Gali stressor yang relevan.
2. Tingkatkan pengembangan penghayatan dan penggunaan mekanisme koping
pasien yang kontruksi.
d. Fase Terminasi
1. Bina realitas tentang perpisahan.
2. Tinjau kemajuan terapi dan pencapaian tujuan-tujuan.
3. Gali secara timbal balik perasaan penolakan.

2.4 Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik


Menurut Purwanto (1994) ada beberapa hal yang dapat menghambat
komunikasi terapeutik antara lain : Kemampuan pemahaman yang berbeda,
pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu, komunikasi
yang berbeda dan mengalihkan topik pembicaraan.
Sedangkan menurut Dewi (2001), ada beberapa faktor yang dapat
menghambat terciptanya komunikasi yang efektif diantaranya adalah :

a. Mengubah subjek atau topik (Changing The Subject).


Mengubah objek pembicaraan akan menunjukkan empati yang kurang terhadap
klien. Hal ini akan menjadikan klien merasa tidak nyaman, tidak tertarik & cemas.
Sehingga idenya menjadi kacau dan informasi yang ingin di dapatkan dari klien
tidak tercukupi.
b. Mengungkapkan keyakinan palsu (Offering False Reasusurance).

6
Memberikan keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyatan akan sangat berbahaya
karena dapat mengakibatkan rasa tidak percaya diri klien.
c. Memberi Nasihat (Giving Advice).
Memberikan nasihat menunjukkan bahwa perawat tahu yang terbaik dan bahwa
klien tidap dapat berpikir untuk diri sendiri. Klien juga merasa bahwa dia harus
melakukan apa yang dipertahankan perawat. Hal ini akan mengakibatkan
penolakan klien karena klien merasa lebih berhak untuk meentukan masalah
mereka sendiri.
d. Komentar yang bertahan (Defensive Comments).
Perawat yang menjadi defensif dapat mengakibatkan klien tidak mempunyai hak
untuk berpendapat, sehingga klien menjadi tidak peduli. Sikap defensif ini muncul
karena perawat merasa terancam yang disebabkan hubungan dengan klien. Agar
tidak defensif perawat perlu mendengarkan klien walaupun mendengarkan belum
tentu setuju.
e. Pertanyaan penyelidikan (Prying Or Probing Questions).
Pertanyaan penyelidikan akan membuat klien bersifat defensif. Karena klien
merasa digunakan dan dinilai hanya untuk informasi yang mereka dapat berikan.
Banyak klien yang marah karena pertanyaan yang bersifat pribadi.
f. Menggunakan kata klise (Using Cliches).
Kata-kata klise menunjukkan kurangnya penelitian pada hubungan parawat dan
klien. Klien akan merasa bahwa perawat tidak peduli dengan situasinya.
g. Mendengarkan dengan tidak memperhatikan (In Attentive Listening).
Perawat menunjakkan sikap tidak tertarik ketika klien sedang mencoba
mengeksplorasikan perasaannya, maka klien akan merasa bahwa dirinya tidak
penting dan perawat sudah bosan dengannya.
2.5 Sikap komunikasi terapeutik
Menurut Devi (2012) terdapat 5 sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik
yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik, yaitu:
a. Berhadapan; arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
b. Mempertahankan kontak mata; kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk kearah pasien; posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan
atau mendengarkan sesuatu.
d. Memperlihatkan sikap terbuka; tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi dan siap membantu.

2.6 Definisi Gangguan Pendengaran


Gangguan pendengaran adalah salah satu gangguan kesehatan yang umumnya
disebabkan oleh faktor usia atau karena sering terpapar suara yang nyaring/keras.
Pendengaran bisa dikatakan terganggu jika sinyal suara gagal mencapai otak.

7
Proses pendengaran terjadi ketika gendang telinmga bergetar akibat gelombng
suara yang masuk keliang telinga. Getaran kemudian dilanjutkan ke telinga tengah
melalui tiga tulang pendengrn yang dikenal dengan nama osikel (terdiri dari tukang
maleuis, incus, stapes) osikel akan memperkuat getaran untuk dilanjutkan menuju
rambut-rambut halus didalam koklea, dimana koklea akhirnya mengirim sinyal
melalui saraf mendengaran keotak.
Biasanya gangguan pendengaran berkembang secara bertahap, tapi hilangnya
pendengaran bisa muncul tiba-tiba. Suara-suara yang memiliki tingkat kebisingan
hingga 70 dsb basih bisa dikategorikan aman bagi telinga manusia.
Menurut WHO, sampai tahun 2015 sekitar 360 juta orang diseluruh dunia
menderita gamgguan pendengaran. Sementara ada sekitar 1,1 miliar oranmg didunia
beresiko menderita gangguan pendengaran akibat cara penggunaan alat pemutar
musik yang membahayakan pendengaran. Ada tiga jenis utama dari gangguan
pendengarran:
- Gangguan pendengaran konduktif terjadi dari masalah diliang telinga. Gendang
telinga atau telinga tengah tidak dapat mengirimkan suara secara efektif ketelinga
bagian dalam masalah ini dapat disebabkan oleh infeksi telinga, tumor, atau benda
(seperti penumpukan lilin) ditelinga.
- Kehilangan pendengaran sensorineuoral seringkali disebabkan oleh kerusakan sel-
selrambut ditelinga bagisan dalam. Penyebab potensial lainnya termasuk
kerusakan pada saraf atau otak delapan jenis gangguan pendengaran disebabkan
oleh usia terkait perubahan saraf dan sel-sel sensori dari telinga bagian dalam.
- Gangguan pendengaran campuran adalah kombinasi dari gangguan pendengaran
konduktif dan sensorinoural yang berarti bahwa mungkin ada kerukan ditelinga
luar atau tengah serta ditelinga bagian dalam (koklea atau saraf pendengaran).
Kehilangan pendengaran campuran dapat disebabkan oleh cidera kepala,
infeksikronis, kelainan bawaan.
- Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang sering
digunakan adalah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang
dikeluarkan orang lain tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya.
Kondisivisual menjadi sangat penting bagi klien sehingga dalam melakukan
komunikasi upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra
visualnya.

8
2.7 Gejala Gangguan Pendengaran
Beberapa tanda dan gejala awal gangguan pendengaran adalah:
a. Meminta orang lain untuk mengulang perkataannya.
b. Selalu kelelahan atau stres karena harus berkonsentrasi saat mendengarkan.
c. Menarik diri dari pembicaraan.
d. Kesulitan mendengar dering telepon atau bel pintu.
e. Menghindari beberapa situasi sosial.
f. Kesulitan mendengarkan perkataan orang lain secara jelas khususnya ketika
berdiskusi dengan banyak orang atau dalam keramaian.
g. Kesulitan mendengarkan konsonan.
h. Mendengarkan musik atau menonton telefisi dengan volume suara lebih keras dari
orang lain.
i. Kesulitan menetukan arah sumber suara.
Gejala-gejala gangguan pendengaran pada bayi dan anak-anak sedikit berbeda
dengan orang dewasa beberapa gejala gangguan pendengaran pada bayi dan anak-
anak adalah:
a. Tidak kaget saat mendengar suara nyaring.
b. Untuk bayi dibawah 4 bulan tidak menoleh kearah sumber suara.
c. Tidak bisa menyebutkan satu katapun saat berusia 1 tahun.
d. Menyadari kehadiran seseorang ketika ia melihatnya namun acuh saat dipanggil
namanya.
e. Lambat saat belajar bicara atau tidak jelas ketika berbicara.
f. Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaannya.
g. Sering berbicara dengan lantang atau menyetel volume televisi keras-keras.
h. Memperhatikan orang lain untuk menuru sesuatu yang diperintahkan karena dia
tidak mendengar suatu yang diinstruksikan.
2.8 Penyebab Gangguan Persepsi Sensori
Faktor- faktor yang mempengaruhi gangguan presepsi sensori :
1. Perubahan mental Perubahan mental lansia menuerut Nugroho (2008) dari berupa
perubahan sikap yang semakan egosentrik, mudah curiga dan bertambah pelit atau
tampak jika memiliki sesuatu. Lansia mengharapkan tetap diberi peranan dalam
masyarakat. Sikap umum yang ditemukan hampir setiap lansia yaitu keinginan untuk
berumur panjang jika meninggal mereka inggin meninggal scara terhormat dan masuk
surga. Faktor yang mempengaruhi perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat
9
pendidikan, keturunan dan lingkuangaan. Nilai seserorang sering diukur melalui
produktivitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila menggalami
pensiun, seseorang akan mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial,
kehilangan stautus, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008).
2. Perubahan fisik Hutapea (2005) menyatakan berubahan fisik yang mempengaruhi
Perubahan pada sistem sensori seperti penururunan pendengaran.Perubahan karena
penuaan di telinga dalam diantaranya yaitu karena hilangnya rambut sel, penurunan
suplai darah, penurunan produksi endolymph, menurunnya fleksibilitas dari membran
basilar, degenerasi spiral sel ganglion, dan hilangnya neuron di nekleus koklear
(Miller, 2012).
2.9 Pencegahan Gangguan Pendengaran
 Menggunakan pelindung telinga, seperti busa penyumbat telinga, jika berada di
lingkungan yang bising.
 Menghindari berbagai aktivitas yang berisiko merusak pendengaran, seperti
mendengarkan musik dengan volume tinggi.
 Tidak memasukkan benda atau cairan apa pun ke dalam telinga tanpa seizin dokter.
 Mengonsumsi makanan bernutrisi dan rutin berolahraga untuk mencegah penyakit
yang berisiko mengganggu fungsi indra pendengaran, seperti diabetes.
 Melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran secara rutin ke dokter.
2.10 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Berkomunikasi Pada Pasien
Gangguan Pendengaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan pendengaran adalah sebagai berikut :
 Periksa adanya bbantuan pendengaran dan kacamata.
 Kurangi kebisingan .
 Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan.
 Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda.
 Bicara pada volume suara normal, jangan berteriak.
 Susun ulang kalimat jiks klien salah mengerti.
 Sediakan penerjemah bahasa isyarat jika diindikasikan.
2.11 Teknik Komunikasi Pada Pasien Gangguan Pendengaran
 Cari perhatian
Penting untuk mendapatkan perhatiannya jika anda berniat untuk berkomunikasi
dengan seorang tunarungu. Sentuh atau tepuk pundaknya untuk memberi isyarat.
 Cari tempat yang tenang

10
Jika memungkinkan, pindah ke tempat yang sunyi atau kecilkan sumber suara yang
ada di dekat anda.
 Sejajarkan posisi wajah
Saat akan mulai berkomunikasi, sejajarkan mata anda dengan dirinya. Pastikan
anda tidak berada terlalu dekat dengannya agar dia dapat melihat semua bahasa
tubuh anda. Pastikan juga agar lokasi pembicaraan cukup terang.
 Kontak mata
Selama berbicara dengan penyandang tunarungu, jangan lepaskan kontak mata dan
fokus anda dari dirinya. Lepaskan media penghalang apa pun yang bisa
mengganggu jalinan komunikasi, seperti masker atau kacamata hitam.
 Gunakan ekspresi wajah
Gunakan ekspresi wajah agar penyandang tunarungu dapat lebih mudah memahami
arah pembicaraan.
 Bicaralah dengan normal dan jelas
Hindari berbisik atau mengeraskan suara karena dapat menyulitkannya dalam
membaca gerakan bibir. Bicaralah dengan suara dan kecepatan normal. Hindari
pula berbicara sambil mengunyah atau menutupi mulut anda.
 Nyatakan topik pembicaraan
Beri tahu topik pembicaraan yang ingin dibahas dan beri tanda jika ingin
mengubah topik.
 Tanya apakah sudah mengerti
Mintalah umpan balik untuk memeriksa apakah dia sudah mengerti apa yang anda
katakan.
 Ulangi
Ulangi apa yang Anda sampaikan, atau tulis apa yang ingin Anda sampaikan di
kertas.

2.12 SKENARIO ROLEPLAY KOMUNIKASI PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN


PENDENGARAN

Dokter : Aang
Perawat 1 : hana
Perawat 2 : iren

11
Pasien(Nenek): indi
Keluarga: dion
Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaaan dan melihat perkembangan kondisi
pada lansia yang bernama Ny. Indi yang menderita penyakit hipertensi dan dirawat di
ruang melati Rumah Sakit Harapan Indah. Perawat 1 dan perawat 2 mendatangi pasien
Ny. indi di ruang perawatan.
P1dan P2 : Assalamualaikum
Keluarga : Waalaikumsalam
P1dan P2 :Selamat pagi bu,Selamat pagi nenek ( sambil tersenyum)
Keluarga :pagi juga sus..
Nenek sedikit kebingungan melihat kedatangan perawat karena tadi tidak mendengar
perawat memberi salam.
P1 dan P2 : selamat pagi nek…Bagaimana kabar nenek hari ini,apakah sehat?
Pasien :Selamat pagi…Alhamdulillah sudah agak lumayan sehat. Ini siapa ya?(Nenek
masih tampak kebingungan dan tampak berfikir.)
P1 :Nenek,Perkenalkan saya perawat Hana dan ini perawat Iren
Perawat 1 dan perawat 2 mencoba melakukan pendekatan kepada nenek dan
juga keluarganya.
P2 :Kami berdua yang bertugas untuk merawat nenek pada hari ini. nenek sudah makan
atau belum pagi ini?
Nenek : Sudah sus..
P2 :Makannya banyak atau sedikit nek?
Nenek : Cuma sedikit karena saya kurang selera makan sus. Saya masih merasa agak
mual .
P1 : Pagi ini obatnya sudah diminum atau belum nek?
Nenek : iya sudah sus
Keluarga :iya sus.Obatnya tadi sudah diminum semua.
Setelah bertanya kepada nenek ,perawat mencoba menjelaskan asuhan
keperawatan yang akan diberikan kepada kakek dan juga keluarganya.
P1 :baiklah nek, pak. Kami disini akan melakukan pemeriksaan kepada nenek Apakah
bapak bersedia?
Keluarga:iya baiklah kalau begitu kami mohon lakukan yang terbaik buat orangtua
saya.

12
P2 :iya pak terima kasih kami akan mencba melakukan yang terbaik untuk orangtua
bapak. Kami juga mohon kerja samanya nanti dalam pemeriksaan.
P1 :kalau begitu kami mau permisi sebentar untuk mempersiapkan alatnya,kurang lebih
5 menit kami akan kembali lagi.
Keluarga : iya silahkan sus .
P1 dan P2 : mari pak… ( sambil berjalan pergi untuk mengambil alat )
Keluarga :iya sus..
Setelah itu perawat meninggalkan kamar pasien untuk menyiapkan alat yang
akan digunakan dalam tindakan yang akan diberikan. (lima menit kemudian, perawat
kembali kekamar pasien).
P1 dan P2 :assalamualaikum..
Keluarga: Waalaikumsalam..
Perawat masuk dan langsung mendekati pasien untuk melakukan tindakan.
P1 : permisi nek.. maaf ya nek.. nenek tiduran saja, biar nenek lebih santai
Nenek : (langsung tiduran, dibantu anaknya. Dengan anaknya menyuruh tiduran
,berbicara agak keras).
Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada nenek
P1 : nek, tolong tangan kirinya sedikit diangkat ya nek .. (perawat 1memasang tensi,
kemudian mengukur tekanan darah.)
P1 : cucu nenek berapa saat ini ? (perawat mencoba mengajak komunikasi pada nenek )
Nenek : eehmm. Sudah 2 sus, sudah besar semua.
P1 : oh,apakah sudah berkeluarga semua?
Nenek : sudah, ini yang menjaga saya anak saya yang ganteng
P1 : Hehe ya iya dong nek,ibunya cantik anaknya sudah pasti juga ganteng
Sambil menunggu perawat 1 mengukur tekanan darah, perawat 2
menyiapkan termomeer untuk mengukur suhu tubuh nenek
P2 : nek.. maaf ya,permisi. Tolong nenek angkat sedikit tangan kanan nenek
Nenek : (mengangkat sedikit tangan kanannya)perawat langsung memasang
thermometer
P2 : Nek..langsung dijepit tangannya ya nek, jangan dilepas dulu sebelum saya suruh ya
nek
Keluarga :jangan dibuka jepitannya(berbicara agak keras)

13
Nenek : (hanya mengangguk)
Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah dan suhu sudah selesai diukur,
kemudian peralatan dilepas kembali, dan setelah itu perawat 1 dan perawat 2
melanjutkan untuk memeriksa nadi dan pernafasan.setelah semua pemeriksaan selesai
dilakukan, hasil pemeriksaan dicatat oleh perawat dan semua alat dirapikan.
Keluarga : bagaimana sus ?
P1 :keadaannya sudah membaik dari kemaren, tapi orang tua bapak harus banyak
minum air putih dan juga makan sayur-sayuran. Orang tua bapak harus banyak
istirahat dan juga jangan dulu banyak pikiran, biar nenek cepat sembuh.. (dokter datang
ke ruangan kamar pasien untuk melihat keadaan pasien)
Dokter : assalamualaikum.
P1,P2,Pasien dan Keluarga: waalaikumsalam dok..
Dokter : bagaimana keadaannya sus ?
P2 : Alhamdulillah sudah ada perkembangan dok..
Dokter :ohh.. baik kalau begitu nanti catatan pemeriksaannya tolong diantarkan ke meja
saya ya..
P2 : iya dok …
Dokter : (melihat pasien dan mencoba memeriksa pasien ) Bagaimana kabar dan
kondisi nenek?
Nenek : Alhamdulillah sudah agak mendingan dok..
Dokter :Alhamdulillah kalau begitu, nenek harus banyak istirahat ya biar cepat
sembuh.
Keluarga :gimana dok keadaan orang tua saya?
Dokter : Alhamdulillah sudah melihatkan banyak perkembangan. Orang tua bapak
harus banyak berisitrahat agar cepet sembuh, yang sabar ya dan jangan lupa berdoa.
Kalau begitu saya permisi dulu ya.. (sambil meninggalkan ruangan).
P1,P2,Keluarga dan Pasien: iya silahkan dok..
P2 : kalau begitu kami juga permisi dulu ya nek, pak..nanti kalo ada perlu bantuan
panggil kami di ruang perawat
Keluarga : iya sus.. terima kasih

BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan

14
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan
kontrak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari,
orang seringkali salah berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk memperjelas
dsn mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengmbil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan. Mengurangi
keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya. Mempengarauhi orang lain, lingkunga fisik dan fisiknya dan dirinya
sendiri.
Fase- fase dalam komunikasi terapeutik dibagi menjadi 4 fae yakni
preinteraksi, fase perkenalan/orientasi, fase keja, fase terminasi.
Faktor-faktor penghambat komunikasi terapeutik adalah kemampuan
pemahaman yang berbeda, pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena
pengalaman masa lalu, komunikasi yang berbeda dan mengalihkan topik
pembicaraan.

3.2 Saran
Perawat harus bisa mengdapi klien dengan gangguan pendengaran agar
terjadi hubungan terapeutik dengan klien. Walaupun pasien tidak dapat
mendengar, perawat harus merawat klien dengan baik dan perawat tidak boleh
menyepelekan klien tersebut, mendahulukan kebutuhan klien lain yang tidak
mengalami gangguan persepsi sensori, khusunya gangguan pendengaran.
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan suatu referensi atau informasi
bagi mahasiswa keperawatan khusunya dan kalangan umum untuk
melanjutkan pendidikan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Retreived from
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/9000/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y#:~:text=Prinsip%2Dprinsip%20komunikasi%20terapeutik
%3A&text=Komunikasi%20harus%20ditandai%20dengan%20sikap,pasien%20baik
%20fisik%20maupun%20mental.

Retreived from https://id.scribd.com/document/427041668/Makalah-Komunikasi-Pada-


Gangguan-Pendengaran
Retreived fromhttps://id.scribd.com/documents/393601930/Role-Play-Asma-1

Retreived from https://www.dictio.id/t/faktor-faktor-apa-saja-yang-menjadi-penghambat-


komunikasi-terapeutik/13887/2

15
16

Anda mungkin juga menyukai