Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN ANAK

Pembimbing :Merlyna S,M.Kep

Oleh :

KELOMPOK 5 Keperawatan

Abdul muhyi ( 20142010074 )

Ainul lutfi ( 20142010098 )

Dhiniyah ( 20142010078)

Siti subaida ( 20142010093 )

Muwirotus sholihah ( 20142010089 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang , Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Ny akepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
matakuliah “Komunikasi Keperawatan II”yang berjudul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA
PASIEN ANAK”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi susunan, kalimat
maupun bahasanya. Oleh karena itu dengan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang “KOMUNIKASI TERAPEUTIK


PADA PASIEN ANAIK” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap para
pembaca.
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat................................................................................................................ 2

BAB II KONSEP TEORI...................................................................................................... 3

2.1 Definisi komunikasi terapeutik ........................................................................... 3


2.2 KonsepAnak......................................................................................................... 3
2.3 Prinsip Komunikasi pada anak............................................................................. 3
2.4 Komunikasi terapeutik sesuai tahap perkembangannya...................................... 3
2.5 Tekhnik komunikasi terapeutik pada anak.......................................................... 4
..............................................................................................................................
2.6 Tehnik komunikasi dengan anak......................................................................... 4
2.7 Komunikasi dengan orang tua
2.8 Faktor yang mempengaruhi komunikasi denagan anak
2.9 Hal hal yang kurang berkenan saat berkomunikasi dengan anak
2.10 Tahapan komunikasi dengan anak
2.11 Hambatan saat berkomunikasi dengan anak

BAB III NASKAH ROLEPLAY........................................................................................... 6

BAB IV PENUTUP............................................................................................................... 8

4.1 KESIMPULAN.................................................................................................... 8

4.2 SARAN................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah
berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah
proses yang kompleks yang melibatkan tingkahlaku dan hubungan serta memungkin kan
individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu
merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan
ditransmisikan.Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus
tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi.Kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti di pakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali
telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran.
Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan
sering sangat membantu. (Bruner &Suddart, 2001 : 188)

Sebagaimana dapat dilihat, kelangsungan hidup anak membutuhkan kerja sama


antar individu dalam berbagai tingkat struktur sosial, keluarga, komunitas, dan sistem
kesehatan untuk mengubah praktik-praktik mereka yang berkaitan dengan kesehatan
anak. Agar memiliki dampak, maka praktik ini perlu dilakukan dengan benar dan
mengikuti perkembangan zaman. Hal ini karena, setiap anak dilahirkan dengan membawa
potensi kelebihan dan kekurangan. Ia adalah sosok pribadi mandiri dengan warna potensi
khas dari mereka sendiri.

Oleh sebab itu, dalam proses komunikasi dengan anak harus memperhatikan
prinsip, strategi, dan hambatan dalam berkomunikasi. Dari uraian tersebut diatas penulis
membuat makalah dengan judul Komunikasi Terapeutik Pada Anak
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik pada anak?


2. Apakah konsep anak itu?
3. Apakah prinsip komunikasi pada anak?
4. Apa saja komunikasi terapeutik pada anak sesuai tahap perkembangan?
5. Bagaimanakah strategi atau tekhnik dalam berkomunikasi pada anak?
6. Apa saja tahapan-tahapankomunikasi?
7. Apa saja hambatan yang terjadi pada saat berkomunikasi pada anak?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Perawat dapat memahami dan menerapkan atau mengaplikasikan komunikasi terapeutik
pada pasien anak
Tujuan Khusus :

 Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak.


 Mengetahui konsep anak
 Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi terapeutik pada anak.
 Mengetahui komunikasi terapeutik pada anak sesuai tahap perkembangan
 Mengetahui tekhnik komunikasi terapiutik.
 Mengetahui tahapan komunikasi
 Mendapatkan informasi tentang hambatan yang terjadi pada saat berkomunikasi pada
anak.

1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan
komunikasi terapeutik dengan anak baik untnuk kelompok maupun untuk para pembaca.
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Defini Komunikasi Terapeutik

Para ahli sudah banyak mendefinisikan komunikasi terapeutik. Semua definisi yang
dikemukakan para ahli ini menyasar satu makna yakni komunikasi terpaeutik bertujuan untuk
kesembuhan pasien melalui proses komunikasi yang terncana dan terarah. Beberapa pendapat
ahli itu dapat dipaparkan sebagai berikut :
- Purwanto ( 1994 ), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, persetujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
- Stuart dan sundeen ( 1995 ), teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk
membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan
pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain
- Northouse ( 1998 ), komunikasi terapeutik merupakan kemampuan perawat dalam
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologi dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain.
- Mulyana ( 2000 ), komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal atau
komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi antara orang orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal dan non verbal.
- Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-klien (anak) merupakan
proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. (Stuart
G. W. 1998). Secara umum komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang
secara positif mempengaruhi praktek-praktek kesehatan populasi besar. Sasaran utama
komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan
praktek dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi kesehatan yang efektif
merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu.
Dari berbagai definisi yang di kemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa,komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dirancang dan direncanakan
secara sadar oleh perawat dengan maksud membangaun hubungan kepercayaan demi
kesembuhan pasien. Melalui pengalaaman bersama antara perawat dengan klien bertujuan
untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku
orang lain

2.2. Konsep Anak

Dalam melakukan komunikasi pada anak peraewat perlu memperhatikan berbagai aspek
Di antaranya adalah usia tumbuh kembang anak,cara berkomunikasi dengan anak,metode dalam
berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan
anak serta peran orang tua daam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa di
dapatkan informasi yang benar dan akurat

2.3 Prinsip-Prinsip komunikasi pada anak

Menurut Caarl Rogers Ada 15 prinsip komunikasi terapeutik.


1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya
sendiri, serta nilai yang dianut
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan menghargai
3. Perawata harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental
5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas berkembang tanpa
rasa takut.
6. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi untuk
mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga makin matang, dan dapat
memecahkan masalah yang dihadapi.
7. Perawata harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan, maupun frustasi.
8. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
9. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati
bukan tindakan terapeutik.
10. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan komunikasi terapeutik.
11. Mampu berperan sebagai role model
12. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu
13. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi
14. Berpegang pada etika
15. Bertanggungjawab dalam dua dimensi yaitu tanggungjawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang lain.

2.4 Komunikasi terapiutik sesuai tahap perkembangannya

1.Masa bayi

Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena
itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak menggunakan komunikasi non-verbal. Pada saat
lapar, haus, basah, dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikannya
dengan cara menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat merespon terhadap
tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara nonverbal, misalnya
memberikan sentuhan, mendekap, menggendong, dan berbicara dengan lemah lembut.
Ada beberapa respon nonverbal yang biasa ditunjukkan bayi, misalnya menggerakkan badan,
tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi usia kurang dari 6 bulan sebagai cara
menarik perhatian orang. Stranger anxietyatau cemas dengan orang asing yang tidak
dikenalnya adalah ciri prilaku pada bayi usia lebih dari 6 bulan, dan perhatiannya berpusat
pada dirinya dan ibunya. Oleh karena itu, perhatikan saat berkomunikasi dengannya. Jangan
langsung ingin menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan
komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya dan atau dengan mainan yang dipegangnya.
Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengannya dan ibunya

2.Masa balita(1-5 tahun)


Karakteristik anak usia balita ( terutama anak usia dibawah 3 tahun / toddler) merupakan
sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut pada ketidak tahuannya
sehingga anak perlu diberitahu tentang apa yang akan terjadi padanya. Misalnya pada saat
akan diukur suhu, anak akan merasa takut melihat alat yang akan ditempelkan pada
tubuhnya. Oleh karena tiu, jelaskan bagaimana anak akan merasakannya. Beri kesempatan
padanya untuk memegang thermometer sampai dia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya
untuknya. Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih. Oleh karena itu saat
menjelaskan gunakan kata-kata sederhana, singkat, dan gunakan istilah yang dikenalnya.
Posisi tubuh yang baik saat bicara dengannya adalah jongkok, duduk di kursi kecil, atau
berlutut sehingga pandangan mata kita akan sejajar dengannya.Satu hal yang akan
mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan
memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap perawat dan
orangtuanya. Perawat sudah harus konsisten dalam berkomunikasi secara verbal maupun
nonverbal. Jadi jangan tertawa atau tersenyum saat melakukan tindakan yang menimbulkan
rasa nyeri pada anak misalnya diambil darah, dipasang infus, dan lain-lain.

3.Anak usia(5-8 tahun)

Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan mengancam keutuhan
tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan melakukan suatu tindakan ia akan bertanya
apa yang dilakukan, untuk apa, dan bagaimana cara dilakukan?Anak membutuhkan
penjelasan atas pertanyaannya. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak dan berikan
contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.

4. Anak usia (8 – 12 Tahun

Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Perbendaharaan
kata sudah lebih banyak dikuasai dan anak sudah mampu berpikir secara konkret. Apabila
akan melakukan tindakan, perawat dapat menjelaskan dengan mendemonstrasikan pada
mainan anak. Misalnya bagaimana perawat akan menyuntik diperagakan terlebih dahulu
pada bonekanya.
5.Anak Usia Remaja

Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-
anak menjadi orang dewasa juga. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan
masalah secara positif apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat
memecahkan masalah tersebut.

2.5 Tekhnik-Tekhnik komunikasi Terapiutik

1.Mendengar

Merupakan dasar utama dalam berkomunikasi. Dengan mendengar, perawat mengetahui


perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat harus
menjadi pendengar yang aktif.

2. Pertanyaan Terbuka
Merupakan dasar utama dalam berkomunikasi, contoh “ apakah yang sedang adik
pikirkan ?”, “apa yang akan kita bicarakan hari ini?” beri dorongan dengan cara mengatakan,
“ saya mengerti”atau “Oooo”

3. Mengulang

Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien, gunanya untuk menguatkan ungkapan
klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien
.
4. Klarifikasi

Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar, atau klien malu mengemukakan
informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya pidah-
pindah.Contohnya, “ dapatkah adik jelaskan kembali tentang … “, gunanya untuk kejelasan
dan kesamaan ide, persepsi, dan perasaan perawat dan klien. Refleksi isi: memvalidasi apa
yang didengar, klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat.

5.Refleksi

Refleksi isi: memvalidasi apa yang didengar, klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan
pengertian perawat. Refleksi Perasaan: memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima ide dan perasaannya
Keuntungan dari feleksi ini adalah mengetahui dan menerima ide dan perasaan, mengoraksi
dan memberi keterangan lebih jelas. Kerugiannya adalah mengulang terlalu sering hal yang
sama dapat menimbulkan marah dan frustasi.

6. Memfokuskan

Membantu klien berbicara pada topic yang telah dipilih dan yang penting menjaga
pembicaraan tetap pada tujuan, yaitu lebih spesifik, jelas, dan berfokus pada realita dan tidak
membuat anak menjadi bosan

2.6 Teknik-teknik Komunikasi pada Anak

a. Teknik Verbal

1.bercerita (storytelling)

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat
anak sangat suka sekalin dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun
gambar. Gunakan bahasa anak untuk masuk ke dalam area berpikir mereka sementara
menembus batasan kesadaran atau rasa takut anak. Teknik paling sederhana adalah meminta
anak untuk menyebutkan cerita tentang kejadian yang berhubungan, seperti “berasa di rumah
sakit”. Pendekatan lainnya:
Tunjukkan pada anak sebuah gambar tentang kejadian tertentu, seperti seorang anak di
rumah sakit dengan orang lain di suatu ruangan, dan minta mereka untuk menggambarkan
situasinya; “atau” potong cerita komik, buang kata-katanya, dan minta anak menambahkan
pernyataan untuk ilustrasi tersebut.

2.bilbiliotrapy

Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunkan untuk mengekspresikan perasaa,
dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan
kepada anak. Digunakan dalam proses terapeutik dan suportif. Beri kesempatan pada anak
untuk mengeksplorasi kejadian yang serupa dengan mereka sendiri tetapi cukup berbeda,
untuk memungkinkan mereka member jarak diri darinya dan tetap berada dalam kendali

3. Bermain dan permainan

Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi tekhnik
yang paling efektif untuk berhubungan dengan anak.dengan bermain dapat memberikan
petunjuk mengenai tumbuh kembang,fisik,intelektual dan social terapiutik play sering
digunkanuntuk mengiurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk
mempersiapkan anaksebelum dilakukan prosedur medis/perawatan.

4. melengkapi kalimat

Libatkan pernyataan sebagian dan minta anak untuk melengkapinya. Beberapa contoh
pernyataan tersebut sebagai berikut:
“Yang paling saya sukai tentang sekolah adalah…..”
“Sesuatu yang paling saya sukai tentang orang tua saya adalah…..”
“Sesuatu yang paling lucu yang pernah saya lakukan adalah…..”
“Salah satu yang akan saya ubah tentang keluarga saya adalah…..”
“Bila saya dapat menjadi sesuatu yang saya inginkan, saya ingin menjadi…..”
“Yang paling saya sukai tentang diri saya sendiri adalah…..”

b. Tekhnik non verbal

1. Menulis(writing)

Merupakan pendekatan komunikasi alternative untuk anak yang lebih besar dan orang
dewasa. Saran khusus mencakup teknik menulis:
a.menyimpan jurnal atau buku
b.menuliskan perasaan atau pikiran yang sulit untuk di ekspresikan
c. Menulis “surat” yang tidak pernah dikirimkan (suatu variasi membuat sahabat pena untuk
disurati
d. menyimpan sebuah kemajuan anak dari titik pandang fisik dan emosional
2.Menggambar

Merupakan salah satu bentuk komunikasi paling dapat diterima baik non verbal (dari melihat
gambar) maupun verbal (dari cerita anak tentang gambar). Gambar anak menceritakan semua
tentang mereka, karena gambar ini adalah proyeksi diri mereka dari dalam. Menggambar
spontan mencakup member anak bahan seni yang bervariasi dan memberikan kesempatan
untuk menggambar. Menggambar dengan arahan mencakup arahan yang lebih spesifik
seperti “menggambar orang” atau pendekatan“tiga tema” (menyatakan tiga hal tentang anak
untuk memilih salah satu dan melukis gambar).

2.7.Komunikasi dengan orang tua

Merupakan proses komunikasi tiga sudut yang terdiri dari orangtua, anak, dan perawat
karena perawat akan lebih mudah membina hubungan dengan anak melalui orang tua terutama
pada anak yang masih muda. Saat perawat melakukan pengkajian pada anak, data selain
didapatkan dari masukan anak itu sendiri (baik verbal maupun non verbal), juga didapatkan dari
informasi orangtua, observasi perawat serta interpretasi dari hubungan antara anak dan orangtua.

Hal yang dilakukan dalam komunikasi dengan orangtua:

a. Beri kesempatan orang tua untuk berbicara

Kita dalam melakukan komunikasi dengan orang tua, jangan hanya peran kita sebagai pemberi
informasi saja akan tetapi bagaimana kita merespons atau mengajak agar orang tua yang kita ajak
komunikasimampu untuk memberikan suatu pesan atau informasi yang dimiliki, kemampuan
inilah yang seharusnya kita kembangkan sehingga komunikasi agar berjalan terus dan efektif
serta tujuan yang kita inginkan dalam komunikasi dapat tercapai

b. Mendengarka dengan aktif apa yang disampaikan orangtua.

Mendengarkan adalah kunci untuk mencapai komunikasi yang efektif, kemampuan


mendengarkan dapat ditunjukkan dengan ekspresi yang sungguh – sungguh saat berkomunikasi
dengan tujuan untuk mengerti klien. Selain itu dengan mendengarkan kita akan mendapat
seluruh informasi yang didapatkan sehingga tidak ada yang hilang atau tertinggal informasi yang
akan disampaikan.

c. Diam

Diam adalah cara yang digunakan dalam komunikasi dengan diam sebentar dapat memberikan
kesempatan kepada seseorang yang kita ajak komunikasi untuk memberikan kebebasan dalam
mengekpresikan persaannya dan memberikan kesemoatan berpikir terhadap sesuatu yang hendak
disampaikan.
d. Empati

Cara ini dilakukan dengan mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh orang tua anak,
dengan demikian orang tua anak akan merasa aman dan diperhatikan. Cara komunikasi ini juga
sangat terkait dengan sikap saat komunikasi.

e. Menyakinkan kembali

Meyakinkan kembali merupakan cara yang dapat diberikan agar proses dan hasil komunikasi
dapat diterima pada klien hal ini adalah orang tua. Pada dasarnya semua orang tua ingin menjadi
orang tua terbaik, tetapi pada saat anak sakit dapat terjadi kecemasan tentang peran dan
fungsinya, maka yakinkan kembali akan peran dan fungsinya sebagai orang tua.

f. Memfokuskan kembali

Dalam mencapai tujuan pemecahan masalah kita dan orang tua anak harus sepakat terhadap
masalah yang muncul kadang – kadang pada orang tua, dengan merumuskan kembali beberapa
permasalahan dan cara pemecahan bersama akan memberikan dampak dalam mengurangi
kecemasan atau kekhawatiran.

g. Anticipary Guidance

Dimana perawat memperluas pemberian informasi, sehingga keluarga dapat menggunakan


informasi untuk pengembangan kemampuan yang akan datang.Melalui komunikasi beberapa
petunjuk tentang kemungkinan masalah apa yang terjadi dapat diinformasikan terlebih dahulu
untuk mengantisipasi tentang kemungkinan hal yang terjadi sehingga orang tua tahu siap bila
masalah itu muncul.

h. Menghindari hambatan dalam komunikasi

Menghindari hambatan dalam komunikasi seperti melakukan komunikasi secara asertif


dengan orant tua merupakan salah satu cara efektif dalam komunikasi, karena hambatan selama
komunikasi akan memberikan dampak tidak berjalannya suatu proses komunikasi seperti terlalu
banyak memberi saran, cepat mengambil keputusan, mengubah pokok pembicaraan, membatasi
pertanyaan atau terlalu banyak memberikan pertanyaan tertutup dan menyela pembicaraan
sebelum pembicaraan selesai.

2.8. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DENGAN ANAK

Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama komunikasi, karena selama
proses komunikasi melibatkan beberapa komponen dalam komunikasi dan dipengaruhi oleh
beberapa factor diantaranya:

1.Pendidikan.
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
dan makin bagus pengetahuan yang dimiliki sehingga pengguanaan komunikasi dapat secara
efektif akan dapat dilakukannya. Dalam komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu
diperhatiak tingkat pendidikan khususnya orang tua karena berbagai informasi akan mudah
diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.

2.Pengetahuan

Merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang dilakukan seseorang
terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Menurut
Bloom dan Kartwalk (1996) yang dikutip oleh Wimar Tinambunan (1998),

Faktor pengetahuan tersebut dalam proses komunikasi dapat mempengaruhinya hal ini dapat
diperlihatkan apabila seseorang pengetahuan cukup, maka informasi yang disampaikan akan
jelas dan mudah diterima oleh penerima akan tetapi apabila pengetahuan kurang maka akan
menghasilkan informasi yang kurang.

3.Sikap

Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi berjalan efektif atau tidak,
hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap kurang baik akan menyebabkan
pendengar kuramg percaya terharap komunikator, demikian sebaliknya apabila dalam
komunikasi menunjukkan sikap yang baik maka dapat menunjukkan kpercayaan dari penerima
pesan atau informasi. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti tebuka, percaya,
empati, menghargai dan lain – lain, kesemuanya dapat mendukung behasilnya komunikasi
terapeutik.

4.Usia tumbuh kembang

Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat ditunjukkan semakin
tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam komunikasi semakin kompleks dan sempurna
yang dapat dilihat dari perkembangan bahasa anak.

5. Status kesehatan anak

Status kesehatan sakit dapat mempengaruhi dalam komunikasi, hal ini dapat diperlihatkan
ketika anak sakit atau mengalami gangguan psikologis maka cenderung anak kurang komunikatif
atau sangat pasif, dengan demikian dalam komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan
psikologis untuk mencapai komunikasi yang efektif.

6. Sistem social
Sistem social yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di masyarakat, di mana setiap
daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal tersebut dapat juga
mempengaruhi proses komunikasi seperti orang batak dengan orang Madura ketika
berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan sama – sama tidak memahami
bahas daerah maka akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dari komunikasi.

7.Saluran

Saluran ini merupakan factor luar yang berpengaruh dalam proses komunikasi seperti intonasi
suara, sikap tubuh, dan sebagainya semuanya akan dapat memberikan pengaruh dalam proses
komunikasi, sebagai contoh apabila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara atau
intonasi jelas maka sangat mudah kita menerima informasi atau pesan yang disampaikan.
Demikian sebaliknya apabila kita bekomunikasi dengan orang yang memiliki suara yang tidak
jelas kita akan kesulitan menerima pesan atau informasi yang disampaikan.

8.Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan dalam komunikasi
yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yang ada. Lingkungan yang baik atau
tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi sedangkan lingkungan yang
kurang baik akan memberikan dampak yang kurang. Hal ini dapat kita contohkan apabila kita
berkomunikasi dengan anak pada tempat yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka
proses komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik, kemungkinana sulit kita bekomunikasi
secara efektif karena suara tidak jelas, sehingga pesan yang akan disampaikan sulit untuk
diterima oleh anak.

2.9. Hal hal yang kurang berkenan dilakukan saat berkomuikasi dengan anak

1. berbicara terusmenerus banyak sekali pertanyaan

2 .berbicara sambil makan

3.berbicra pelan,tidak jelas

4. berdiri dan melipat tangan

2.10. Tahapan komunikasi dengan anak

a. Tahapan Praintraksi

Mengumpukan data tentang klien dengan mempeajari status atau bertanya kepada orang tua
tentang masaah yang ada

b. Tahap perkenalan
Memberikan salam dan senyum pada klien,melakukan validasi dengan cara mencari kebenaran
data yang ada mengobservasi memperkenalkan nama

c. Tahap kerja

Memberi kesempatan pada klien atau keluarga untuk bertanya karena akan memberitahu
tentanghal yang kurang di mengerti dalam komunikasi,menanyakan keluhan utama.

d. Tahap terminasi

Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil ,tindak lanjut kontrak dan
mengakhiri wawancara dengan cara yang baik

2.11. Hambatan-Hambatan saat berkomunikasi pada anak


1. Hambatan Psikologi

Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi pada anak.


misalnya ketika ada bencana alam seperti gempa pasti komunikasi untuk anak – anak akan
terlihat panik karena ketakutan

2. .Hambatan sosio antro psikologis

Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional (situational context). Ini berarti
bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan.
Misalnya
>Pada hambatan sosiologis
>Pada hambatan Antropologis
>Pada hambatan Psikologis

3. Hambatan Sematic

Jika hambatan sosiologis, antropologis, psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka
hambatan semantic terdapat pada dari komunikator. Misalnya adanya perbedaan makna dan
pengertian pada kata –  kata yang pengucapannya kurang dimengerti pada anak – anak.

4. Hambatan Mekanis
Di jumpai pada media yang di pergunakan dalam melancarkan komunikasi pada anak.
Contohnya anak – anak menonton televisi seperti menonton kartun, jadi ana –  anak bisa
mengenal dunia luar.

5. Hambatan Ekologis

Yang terjadi di sebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya


komunikasi. Misalnya ketika ada hujan dan disertai petir pasti anak-anak akan terlihat takut
mendengar suara petir. Di situasi itulah komunikasi yang tidak menyenangkan ketika dapat
di atasi kormunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum atau dengan mengatasi pada
saat ia sedang berkomunikasi.
BAB III
ROLEPLAY

ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK


a. Tahap prainsteraksi

Pada tahap ini perawat melakukan persiapan sebelum berinteraksi dengan pasien, missalnya dengan
mengumpulkan data tentang keadaan pasien, melihat buku rekam medis, mencari pengetahuan tentang
masalah yang berkaitan dengan pasien, memeriksa alat-alat yang diperlukan, menulis rencana kegiatan
saat interaksi, dan perawat juga menganalisa diri sebelum melakukan interaksi.

b. Tahap perkenalan.

Memberi salam kepada klien :

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Perawat : “ Perkenalkan nama saya Yuyun Yuningsih, saya senang di

panggil Rista. Boleh saya tahu nama ibu dan ade siapa? Apa

nama panggilan ibu dan ade? “

Ibu Pasien : “ Nama saya Dessy, saya senang dipanggil bu Dessy. ”

Pasien Anak : “ Namaku Nissa, aku senangnya dipanggil Icha kak. ”

Perawat : “ Oh, baiklah kalau ibu senang dipanggil nama bu Dessy dan

nama ade kecil yang lucu ini kakak panggil ade Icha. ”

Ibu Pasien : “ Baiklah sus. ”

Perawat : “ Pertama saya akan membuat persetujuan dengan ibu, kita

akan mulai komunikasi ini dengan waktu juga tempat yang

ibu sepakati. Bagaimana bu Dessy setuju kalau komunikasi

terapeutiknya kita mulai dimana dan kapan? “


Ibu Pasien : “ Saya pikir komunikasi terapeutiknya dilakukang sekarang

dan diruangan ini saja supaya situasinya kondusif. ”

Perawat : “ Oh...baiklah bu, menurut ibu sendiri waktu yang tepat

untuk melakukan komunikasi ini berapa lama? “

Ibu Pasien : “ Menurut saya lebih baik 10 menit ya sus supaya tidak

terlalu lama karena saya takut anak saya akan merasa bosan.”

Perawat : “ Iya bu Dessy tentu, dengan senang hati. ”

Ibu Pasien : “ Baiklah. “

c. Tahap Kerja

Perawat : “ Ibu bagaimana kalau anak ibu diberikan kesempatan untuk

berbicara tanpa disertai oleh ibu supaya saya lebih jelas untuk

menggali permasalahan yang anak ibu hadapi. ”

Ibu Pasien : “ Oh, tentu sus silahkan. ”

Perawat : “ Terima kasih ibu. ”

Perawat : “ Salamat pagi, apa kabar ade Icha yang cantik. Bagaimana

kabar ade sekarang? Coba ade bisa ceritakan sama kakak apa

yang ade rasakan saat ini? “

Pasien anak : “ Pagi juga kakak, keadaan ade saat ini sakit perut kak. “

Perawat : “ Perut yang sebelah mana? ”

Pasien Anak : “ Perut yang sebelah kiri. ”

Perawat : “ Coba ceritain sama kakak kira – kira kenapa perut ade Icha

bisa sakit seperti itu ? ”


Pasien Anak : “ Aku sendiri gak tau kak, sebelumnya aku susah makan. “

Perawat : “ Hmm kenapa coba ade susah makan ? Apa penyebabnya?”

Pasien Anak : “ Rasanya tuh mual kak kalo makan. ”

Perawat : “ Oh...kakak pikir ade ini ada gangguan pencernaan yah. ”

Pasien Anak : “ Sepertinya emang gitu kak, soalnya aku gak nafsu makan

dan selalu mual – mual. ”

Perawat : “ Oh, sepertinya ade ini terkena gejala maag. Ade Icha

sendiri tau gak apa itu penyakit maag? “

Pasien anak : “ Gak tau kak, memangnya maag itu apa? ”

Perawat : “ Maag itu semacam penyakit yang menyerang lambung.

Penyebabnya kebanyakan karena sering makan yang pedas

dan terutama jarang makan. “

Pasien Anak : “ Oh begitu ya kak, jadi aku sakit maag? ”

Perawat : “ Iya ade sayang, karena ini baru gejala saja jadi lebih baik

ade Icha lebih menjaga pola makan supaya penyakit maagnya

bisa sembuh. ”

Pasien Anak : “ Iya kak kalo begitu Icha sekarang mau rutin makan yang

teratur .”

Perawat : “ Bagus sekali ade Icha pinter, ini kakak bawa boneka untuk

ade mau? ”

Pasien Anak : “ Mau sekali kakak

d. Tahap terminasi
Perawat : “ Bagaimana perasaan ade sekarang? “

Pasien Anak : “ Baik kak, Icha merasa senang dan nyaman. ”

Perawat : “ Anak yang pintar. “

Perawat : “ Baiklah kalau begitu saya ucapakan terima kasih kepada

ibu sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk

melakukan komunikasi dengan anak ibu. Seperti waktu yang

telah kita sepakati diawal yaitu 15 menit dan sekarang

waktunya sudah habis. Semoga cepat sembuh yah de Icha

jangan lupa obatnya diminum juga jangan telat makan lagi

yah. Kita akan bertemu lagi kapan bu? Apakah ibu bersedia

untuk dilakukan komunikasi terapeutik kembali dengan saya?

Ibu Pasien : “ Iya terima kasih kembali, tentu sus saya sangat bersedia. “

Perawat : “ Dengan senang hati, mungkin untuk waktu dan tempatnya kita sepakati kembali
disini atau bagaimana menurut ibu? ”

Ibu Pasien : “ Iya sus saya setuju dengan pendapat suster. ”

Perawat : “ Baiklah, sampai jumpa besok yah ade Icha dan ibu Dessy.

Assalamu’alakum. “

Ibu Pasien : “ Wa’alaikumsalam.


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa :

. Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien
(anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak
dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya
adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi
dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta peran
orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi yang
benar dan akurat. Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu satu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak ,melalui komunikasi ini pula perawatan dapat memudahkan mengambil
berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah
keperawatan atau tindakan keperawatan .

4.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reni Yuli, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jilid 2. CV Trans Media :
Jakarta Timur

Lalongko, Maksimus Ramses, 2016. Komunikasi Keperawatan Metode Berbicara


Asuhan Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Mundakir, 2016. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Graha Ilmu :


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai