Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU MAKALAH KOMUNIKASI

KONSEP KOMUNIKASI TERAUPETIK

Dosen Pengampu:

Hepta Nur Anugrahini, S.Kep., Ns.,M.Kep


NIP : 198003252005012004

Penyusun:

Winica Sucahyati
NIM : 27820723094

TINGKAT 1 REGULER B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JENJANG SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat karunia
dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Istilah dalam Patient Safety”.
Terima kasih untuk kedua orang tua saya yang telah memberikan segala kebutuhan sehingga saya
mampu dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan artikel ini, saya menemui berbagai kendala dan kesulitan, namun dengan
rahmat Allah SWT hadir dengan kesabaran, ketekunan dan usaha serta pertolongan dari para pihak
yang telah tulus dalam ikhlas membantu baik fasilitas tenaga dan pikiran. Sehingga, makalah ini
dapat diselesaikan tepat waktu. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, saran dan kritik sangat penting bagi saya demi terciptanya tujuan yang ingin dicapai,

Atas bantuan dan kritikan serta saran dari berbagai pihak, maka saya mengucapkan terima kasih.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Surabaya, 26 Januari 2023


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik ............................................................................................ 3

2.2 Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik ................................................................................ 6

2.3 Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik ............................................................................. 7

BAB III PENTUP .......................................................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 9

3.2 Saran ...................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial dan memerlukan hubungan dengan orang lain, dengan cara
komunikasi manusia bisa berhubungan dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara
lisan dan tertulis, tanda-tanda, lambang lambang. Komunikasi dilakukan baik secara
tradisional maupun modern dengan alat-alatnya pun mulai dari yang paling sederhana sampai
yang mutakhir dan canggih. Unsur-unsur komunikasi terdiri dari sumber, komunikator, pesan,
channel (saluran), komunikan dan efek (hasil). Sumber berupa lembaga, personal dan non
lembaga/non personal. Komunikasi merupakan kegiatan manusia untuk saling memahami
atau mengerti suatu pesan antara komunikator dan komunikan. Biasanya, diakhiri dengan
suatu hasil yangdisebut sebagai efek komunikasi. Komunikasi yang merupakan komunikasi
sosial, terkait dengan hubungan antarmanusia didalamnya. Di sana dipelajari pernyataan
antarmanusia yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang atau simbol yang
memiliki arti. Komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna di dalam sesuatu
yang dipercakapkan atau disampaikan. Kesamaan makna dalam hal ini adalah kesamaan
bahasayang dipakai dalam penggunaan suatu kalimat atau kata yang disampaikan dalam suatu
bahasa tertentu. Meski demikian, hal tersebut belum menjamin terjadinya kesamaan makna
bagiorang lain yang disebabkan karena kesalahan pengertian darimakna yang terkandung
dalam bahasa tersebut. Apabila kedua orang yang berbahasa dan bermakna sama di dalam
suatu pengertian maka disebut sebagai komunikatif.Komunikator (pengiriman pesan). Dalam
proses komunikasi, komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya. Dijelaskan pula
faktor - faktor yang harus diperhatikan komunikator. Pesan mempunyai inti pesan (tema) yang
menjadi pengarah dalam mempengaruhi orang lain dan mencoba mengubah sikap dan tingkah
laku komunikasi. Komunikasi mencakup sejarah dan perkembangan berbagai bentuk
komunikasi yang telah ada sejak masa lampau hingga saat ini. Perkembangan komunikasi
memberi dampak social terhadap masyarakat. Komunikasi telah menjadi aspek integral dalam
kehidupan manusia sejak zaman prasejarah. Pada awalnya, manusia berkomunikasi melalui
bahasa tubuh, gerakan, dan suara. Namun, dengan berkembangnya peradaban manusia,
muncul berbagai bentuk komunikasi seperti tulisan, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Selain
itu, teknologi seperti telepon, televisi, dan internet juga telah mengubah cara kita

1
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi mempengaruhi perubahan prilaku,
cara hidup, hidup bermasyarakat, dan nilai-nilai yang ada perubahan ini tampaknya sejalan
dengan perkembangan teknologi itu sendiri. Kegiatan komunikasi bukan hanya memberi
informasi, tetapi juga merupakan kegiatan persuasif. Artinya, suatu kegiatan yang dilakukan
dengan cara membujuk dan bertujuan agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau
keyakinan. Tujuan akhirnya ialah agar orang lain mau melakukan suatutindakan yang sesuai
dengan yang diharapkan oleh pemberi pesan atau komunikator. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) juga telah memberikan dampak yang signifikan dalam
kronologi komunikasi. Dengan adanya internet, komunikasi menjadi lebih cepat, efisien, dan
global. Orang-orang dapat berkomunikasi dan berbagi informasi dalam hitungan detik melalui
email, pesan instan, dan media sosial. Hal ini juga telah membuka pintu untuk bentuk
komunikasi baru seperti video conference dan telekomunikasi jarak jauh. Dengan demikian,
akan terjadi suatuperubahan sebagai hasil atau efek dari pesan yang diterimanya,dalam hal ini
si penerima pesan disebut sebagai komunikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep komunkasi terapeutik?
2. Aapa saja prinsip dalam komunikasi terapeutik?
3. Apa saja hambatan dalam komunikasi teraputik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan konsep komunikasi terapeutik
2. Untuk menjabarkn prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
3. Untuk menjabarkan hambatan dalam komunikasi terapeutik

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik


Menjaga kesehatan itu jauh lebih baik dari pada mengobati, kata-kata tersebut sudah
dipahami oleh masyarakat. Kesadaran untuk memeriksakan kesehatan kerumah sakit secara
rutin sudah mulai dilakukan oleh masyarakat. Namun kondisi layanan yang didapatkan
masyarakat dari rumah sakit yang ada, belum sesuai dengan harapan. Kesalahan medis,
malpraktik, pelayanan kesehatan yang tidak ramah dan profesional kerap ditemui di Indonesia,
ini didukung dengan: “Tercatatnya sepanjang tahun 2006 hingga 2015 terdapat 317 kasus
dugaan malpraktek yang dilaporkan ke Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), ada 114 kasus
dugaan ditujukan ke dokter umum, 76 kasus ditujukan ke dokter spesialis bedah, 55 kasus
ditujukan ke dokter spesialis kandungan, dan 27 kasus kepada dokter spesialis anak. Dari
sekian banyak laporan kasus tersebut tidak semua terindikasi kelalaian medis (malpraktik).
Hal ini diperlukan peran Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) untuk
memeriksa, menginvestigasi berupa pengumpulan informasi dan alat bukti baru kemudian
diputuskan terdapat tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh dokter yang bersangkutan….”
Akan tetapi, saat ini kelalaian yang marak terjadi didalam kehidupan masyarakat hingga dalam
layanan kesehatan adalah kesalahpahaman dalam komunikasi. Komunikasi merupakan hal
yang sangat penting dalam dunia kesehatan. Dalam dunia medis, komunikasi yang efektif
antara dokter dan klien adalah kunci utama dalam memberikan perawatan yang baik. Dokter
perlu mendengarkan dengan seksama dan memahami keluhan klien dengan baik. Selain itu,
mereka juga perlu mengkomunikasikan dengan jelas dan lugas mengenai diagnosis, prognosa,
dan opsi perawatan yang tersedia. Selain antara dokter dan klien, komunikasi juga sangat
penting di antara anggota tim medis. Dalam lingkungan rumah sakit atau klinik, ada banyak
profesi medis yang bekerja bersama untuk memberikan perawatan yang terbaik bagi klien.
Komunikasi yang efektif di antara mereka sangat penting agar semua anggota tim medis
memiliki pemahaman yang sama mengenai kondisi klien, rencana perawatan, dan tindakan
yang perlu diambil. Dalam dunia yang terus berkembang ini, informasi kesehatan yang akurat
dan terpercaya sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit dan menjaga kesehatan
individu. Komunikasi yang baik dalam menyampaikan informasi kesehatan dapat membantu
masyarakat memahami pentingnya kebiasaan hidup sehat, vaksinasi, dan tindakan

3
pencegahan lainnya. Saat ini, suatu proses komunikasi yang dibangun antara terapis dan klien
dalam konteks terapi disebut dengan Komunikasi Terapeutik. Hubungan terapeutik antara
perawat klien adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar-menukar perilaku,
perasaan, pikiran, dan pengalaman ketika membina hubungan intim yang terapeutik (Stuart
dan Sunden, 1987:103), sedangkan Indrawati (2003) mengatakan bahwa komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal dengan fokus adanya saling pengertian antar perawat dengan klien. Komunikasi
ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien sehingga dapat dikategorikan
dalam komunikasi pribadi antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien
menerimabantuan (Indrawati, 2003). Komunikasi terapeutik merupakan interaksi
interpersonal yang dilakukan secara sadar antara perawat dan klien, dimana 74 persen perawat
dan klien berinteraksi dan berbagi pengalaman yang bertujuan untuk membantu mengatasi
masalah klien dan meningkatkan pengalaman emosional klien, untuk mencapai
kesembuhan klien. Komunikasi terapeutik biasanya dilakukan oleh perawat namun tidak
menutup kemungkinan juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lain. Komunikasi terapeutik
memang lebih banyak dilakukan oleh perawat karena perawatlah yang lebih sering bertemu
dan lebih dekat dengan klien. Berbeda dengan komunikasi umum, komunikasi umum dapat
dilakukan oleh siapa saja, tidak hanya oleh tenaga kesehatan namun juga dapat dilakukan oleh
semuaorang dari bayi sampai lansia. Hal ini terjadi karena komunikasi umum bertujuan untuk
memberikan informasi atau bertukar informasi, sedangkan komunikasi terapeutik semata-
mata bertujuan untuk kesembuhan klien. Tujuan komunikasi terapeutik secara umum
bertujuan untuk memperjelas dan mengurangi pikiran dan perasaan pasien, mengurangi
keraguan dan membantu klien menentukan pilihan, mempererat hubungan klien dengan
tenaga kesehatan. Akan tetapi ada beberapa tujuan Komunikasi Terapeutik berdasarkan
definisinya, yakni:
1. Membantu mengatasi masalah untuk mengurangi bebas perasaan dan pikiran klien
2. Membantu mengambil tindakan efektif kepada klien
3. Memperbaiki pengalaman emosional klien
4. Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan

4
Seorang perawat harus mampu membangun hubungan yang baik dengan klien, sehingga klien
merasa didengar dan dihargai. Hal ini dapat membantu klien untuk merasa lebih nyaman dan
kooperatif selama proses perawatan. Dengan menggunakan komunikasi terapeutik, perawat
dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai masalah kesehatan
klien, sehingga dapat memberikan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu klien.
Oleh karena itu, fungsi dari komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerjasama antar perawat dan klien, membina hubungan interpersonal klien,
meningkatkan kesejahteraan klien dengan memenuhi kebutuhan klien. Untuk dalam
menjalankan komunikasi terapeutik ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yakni:
a. Presentasi, yaitu tahapan yang dilakukan sebelum perawat bertemu dengan klien. Pada
tahap ini seorang perawat menyiapkan peralatan untuk asuhan keperawatan, melihat
catatan medis terhadap klien yang akan dirawat, menentukan rencana interaksi beserta
tujuan dan evaluasi diri.
b. Orientasi, yaitu tahap yang dilakukan oleh perawat saat bertemu klien, atau setelah
bertemu klien dan membebaskan diri dari semua peralatan. Di tahap ini, perawat
memberi salam, memperkenalkan diri, mengevaluasi keadaan klien, membuat dan
mengingatkan kontrak perawat dengan klien. Pada tahap ini, dibangun hubungan
saling percaya, saling menerima, saling keterikatan kontrak, dan hubungan komunkasi
lainnya.
c. Fase kerja, yaitu seorang perawat mulai melakukan tindakan asuhan keperawatan yang
dibutuhkan klien. Dalam memperlancar fase kerja, perawat harus dapat mengatasi
penolakan perilaku yang muncul dengan komunikasi yang nyaman.
d. Terminasi, yaitu tahap akhir yang dilakukan perawat pada saat selesai melakukan
tindakan asuhan keperawatan dan titik berakhitnya pertemuan perawat dengan pasien.
Di tahap terminasi, perawat perlu melakukan evaluasi hasil, tahap tindak lanjut kontrak
yang akan datang, serta eksplorasi perasaan. Untuk memperlancar tahap akhir, perawat
harus mengevaluasi pencapaian interaksi, evaluasi subyektif dan kesepakatan tindak
lanjut.
Kualitas seorang perawat dilihat dari bentuk asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
Apabila seorang perawat tidak benar-benar memperhatikan, maka hubungan perawat-klien
tersebut bukan bentuk hubungan terapeutik, tetapi hubungan sosal biasa.

5
2.2 Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik
Prinsip komunikasi terapeutik adalah pendekatan dalam berkomunikasi antara seorang
profesional kesehatan dan pasien untuk menciptakan hubungan yang mempromosikan
pemulihan dan kesejahteraan pasien. Prinsip-prinsip ini penting dalam konteks perawatan
kesehatan mental maupun fisik.
1. Rasa Empati, merupakan bentuk rasa yang seorang perawat miliki dalam menunjukkan
bahwa pemahaman, kepedulian dan simpati terhadap perasaan dan pengalaman pasien
tersebut dapat dirasakan. Hal tersebut harus dilakukan seorang perawat karena dalam
layanan kesehatan, pasien merupakan fokus utama sehingga dengan meningkatkan
rasa empati dapat membantu pasien merasa didengar dan dipahami.
2. Keterbukaan, kondisi ini merupakan bentuk pertahanan sikap positif terhadap klien
dalam mendengarkan dan menerima apa yang dikatakan tanpa menghakimi atau
menyalahkan untuk membuat pasien merasa diterima dan dihargai.
3. Bersikap objektif, seorang perawat harus menghindari penilaian atau prasangka
pribadi yang dapat mempengaruhi hubungan dengan pasien.
4. Ketegasan dalam komunikasi, merupakan bentuk diri sebagai pribadi yang cerdas
untuk dapat menghindari interpretasi ambigu atau umum dan memastikan pesan dapat
terencana dengan baik dan menggunakan teknik-teknik berkomunikasi sesuai dengan
tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
5. Mendengarkan dengan aktif, kondisi ini perawat harus memperhatikan apa yang
dikatakan oleh klien secara aktif, tanpa interupsi, dan menunjukkan minat serta
perhatian yang tulus.
6. Bersikap objektif, seorang perawat harus tetap objektif dalam komunikasi terapeutik.
Mereka harus menghindari penilaian atau prasangka pribadi yang dapat
mempengaruhi hubungan dengan pasien.
7. Menggunakan bahasa yang sopan dan menghormati, yakni seorang perawat harus
menghindari penggunaan kata-kata kasar atau merendahkan dapat membantu
menciptakan lingkungan komunikasi yang aman dan nyaman.
8. Menghargai privasi dan kerahasiaan, hal ini wajib dilakukan oleh seluruh perawat. Ini
mencakup menjaga informasi pribadi pasien tetap rahasia dan menggunakan ruangan
yang sesuai untuk menjaga privasi selama sesi terapi.

6
Sehingga, perlu diketahui pula bahwa hal penting yang harus dilakukan yakni menghargai diri
sendiri dan harga diri klien, serta tidak menghakimi putusan klien tanpa mendengar atau
memahami dari sudut pandang klien terlebih dahulu.

2.3 Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik


Dalam menerapkan komunikasiterapeutik perawat mengalami hambatan baik internal dan
eksternal yang berasal dari diri klien yaitu resistens atau menolak berinteraksi dan
menyangkal, dari diri perawat. Hambatan tersebut yakni;mood, multi peran dan bahasa.
(Meliza & Anisah, 2017). Hal tersebut juga dinyatakan oleh (Amoah et al., 2019)
karakteristik terkait pasien yang diidentifikasi sebagai hambatan untuk komunikasi
terapeutik yang efektif termasuk karakteristik sosio-demografis, hubungan klien-perawat,
bahasa, miskonsepsi, serta rasa sakit. Beberapa dari hambatan untuk komunikasi terapeutik,
yakni:
1. Pengetahuan yang tidak memadai, dapat menghambat perawat dalam mengartikan dan
memahami apa yang sedang dialami oleh pasien, sehingga menghambat proses
komunikasi yang efektif. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk terus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka agar dapat memberikan
komunikasi terapeutik yang berkualitas kepada klien.
2. Perbedaan bahasa perawat-klien, budaya, dan agama, sehingga penting bagi perawat
untuk memahami latar belakang budaya klien agar komunikasi dapat berlangsung
dengan efektif. Maka, penting bagi para perawat untuk terus mengembangkan
keterampilan komunikasi mereka agar dapat menjalankan komunikasi terapeutik yang
efektif dan memuaskan dengan pasien.
3. Beban kerja perawat, kondisi perawat yang memiliki jadwal dan tugas yang beragam
seringkali kurang memiliki waktu dan energi untuk berkomunikasi dengan klien. Hal
ini dapat menghambat terbentuknya hubungan saling percaya dan empati antara
perawat dan klien, yang merupakan dasar dalam komunikasi terapeutik.
4. Ketidakpercayaan klien pada kompetensi perawat, Ketika klien meragukan
kemampuan perawat dalam memberikan perawatan yang tepat, hubungan terapeutik
yang seharusnya didasarkan pada kepercayaan saling memudar. Klien mungkin
merasa tidak nyaman untuk berbagi masalah atau keluhan mereka dengan perawat

7
karena mereka merasa bahwa perawat tidak kompeten dalam menangani situasi
tersebut. Ini dapat diatasi dengan mengedukasi klien tentang pengalaman dan
kualifikasi perawat, dan menjelaskan bagaimana perawat dapat membantu mereka
dalam mencapai tujuan kesehatan mereka.
5. Ketidakpuasan klien, ketika tidak puas dengan layanan yang diberikan oleh terapis,
mereka mungkin tidak merasa nyaman atau aman untuk berbagi masalah pribadi atau
emosional mereka. Penting bagi perawat untuk mengatasi ketidakpuasan klien dengan
mengadopsi pendekatan yang profesional dan empatik serta berkomunikasi secara
terbuka dengan klien agar membantu mengatasi penghambat komunikasi terapeutik
yang disebabkan oleh ketidakpuasan klien.
6. Jenis kelamin perawat-klien, merupakan faktor dalam ketidakcocokan antara perawat
dan klien yangdapat menghambat komunikasi terapeutik. Perawat perlu membangun
hubungan yang baik dengan klien, memastikan adanya rasa saling percaya dan terus
memberikan asuhan keperawatan yang optimal.

8
BAB III PENTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah suatu proses yang penting dalam hubungan antara perawat
dan klien. Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah untuk menciptakan lingkungan yang
aman dan mendukung, di mana klien merasa didengar, dipahami, dan diterima. Prinsip-prinsip
komunikasi terapeutik meliputi mendengarkan aktif, empati, kehadiran, dan menghindari
sikap menilai atau menghakimi. Hambatan-hambatan dalam komunikasi terapeutik dapat
muncul karena ketidakmampuan perawat dalam mendengarkan dengan baik, kurangnya
empati, atau adanya perbedaan budaya atau bahasa antara perawat dan klien. Prinsip-prinsip
komunikasi terapeutik sangat penting dalam memastikan keberhasilan perawat. Perawat harus
mampu mendengarkan secara aktif, yaitu dengan sepenuh hati fokus kepada klien dan
memberikan perhatian penuh terhadap apa yang dikatakan klien. Kemampuan untuk
merasakan empati juga penting, karena ini akan membantu perawat memahami perasaan dan
pengalaman pasien secara lebih mendalam. perawat juga harus hadir sepenuhnya saat
berkomunikasi dengan klien, dengan memberikan perhatian penuh tanpa terganggu oleh
gangguan atau pikiran lain. Selain itu, terapis harus menghindari sikap menilai atau
menghakimi, karena ini dapat menghambat klien dalam berbagi dan merasa diterima. Namun,
ada beberapa hambatan yang dapat menghalangi komunikasi terapeutik yang efektif. Salah
satunya adalah ketidakmampuan terapis untuk mendengarkan dengan baik. perawat yang
terlalu sibuk atau terganggu dapat membuat klien merasa tidak didengar atau tidak dihargai.
Selain itu, kurangnya kemampuan untuk merasakan empati juga dapat menjadi hambatan.
perawat yang tidak mampu memahami perasaan dan pengalaman pasien mungkin tidak akan
mampu memberikan dukungan yang sesuai. Selain itu, adanya perbedaan budaya atau bahasa
antara perawat dan klien juga dapat menyulitkan komunikasi, sehingga memerlukan usaha
ekstra untuk mencapai pemahaman yang baik antara keduanya. Oleh karena itu, perawat perlu
menyadari dan mengatasi hambatan-hambatan ini agar perawat dapat berjalan dengan sukses.

3.2 Saran
Saran dalam mengembangkan komunikasi terapeutik sangat penting dalam menjalin
hubungan yang baik antara perawat dan klien. Pertama, penting bagi perawat untuk

9
mendengarkan secara aktif. Hal ini berarti memberikan perhatian penuh kepada klien dan
tidak terganggu oleh gangguan lainnya. Kedua, perawat juga perlu menggunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh klien. Jika terapis menggunakan istilah teknis yang rumit atau bahasa
yang terlalu formal, pasien mungkin kesulitan memahami informasi yang diberikan. Terakhir,
penting bagi perawat untuk memberikan umpan balik yang jelas dan konstruktif kepada klien.
Umpan balik yang baik dapat membantu pasien memahami kemajuan mereka dalam terapi
dan memberikan motivasi untuk terus berusaha.

10
DAFTAR PUSTAKA

Caropeboka, R. M. (2017). Konsep dan aplikasi ilmu komunikasi. Penerbit Andi.

Mulyana, N. A., & Rikky Gita Hilmawan, M. K. M. (2021). Komunikasi Keperawatan.


Langgam Pustaka.

Pertiwi, M. R., Wardhani, A., Kep, S., Kep, N. M., Raziansyah, S. K., Lucia Firsty, P. K., ...
& Arnianti, S. K. (2022). Komunikasi Terapeutik dalam Kesehatan. Rizmedia Pustaka
Indonesia.

Vita, N. I. (2021). Komunikasi Terapeutik Dialogis. SCOPINDO MEDIA PUSTAKA.

Wijaya, L. N. (2023). Hambatan Komunikasi Terapeutik Antara Pasien Gangguan Jiwa


dengan Perawat, Pendamping Rohani dan Pengelola di Yayasan Al Fajar Berseri. Brand
Communication: Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2), 193-202.

Wuryaningsih, E. W. Komunikasi Terapeutik.

11

Anda mungkin juga menyukai