Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK KOMUNIKASI PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN IMOBILISASI

MAKALAH

Disusun oleh :
AGNES FEBRI CAROLINA (17.003)
DEWI AGUS MARDIANI (17.008)
GITA PRADANA (17.014)
SUGENG ISLAMUDDIN (17.029)
VIKI ARDIKA NOVITASARI (17.034)

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB TRENGGALEK


E-mail : akper_ga@yahoo.com
Website : www.akper-trenggalek.co.id
Jln. Dr. Soetomo No. 5 Telp./Fax (0355) 791293 Kode Pos 66312
TRENGGALEK
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Alloh SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan
inayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang
“KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN IMOBILISASI”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN IMOBILISASI” dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi maupun pembaca.

Trenggalek , 28 Maret 2018

Penyusun
Daftar Isi

BAB I
Pendahuluan................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1

BAB II
Pembahasan.................................................................................................................................2
2.1 Definisi Kominukasi Terapeutik...........................................................................................2
2.2 Fungsi Komunikasi Terapeutik.............................................................................................2
2.3 Tujuan Komunikasi Terapeutik............................................................................................2
2.4 Fase-Fase Dalam Berkomunikasi..........................................................................................4
2.5 Tekhnik Komunikasi Lansia Dengan Gangguan Imobilisasi...............................................4
A.Pengertian Imobilisasi................................................................................................4
B.Faktor Yang Mempengaruhi.......................................................................................5
C.Dampak Fisik dan Psikologi Imobilitasi.....................................................................5
D.Jenis Imobilitasi..........................................................................................................6
E Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Gangguan Imobilisasi......................................6

Bab III
Penutup........................................................................................................................................7
A.Kesimpulan.............................................................................................................................7
B.Saran........................................................................................................................................7
Daftar Isi....................................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain.
Seringkali orang salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun
sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya.
Untuk dapat melakukan komunikasi, diperlukan indera untuk menyampaikan dan menerima
pesan yang disampaikan.
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada
perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ).
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi.
Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan
kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi
proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal
tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul “ komunikasi terapiutik pada lansia “.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan


klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik
adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien. Komunikasi terapeutik termasuk
komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat
dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi
pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.

2.2 FUNGSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


 Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien
 Mengidentivikasi,atau mengungkap perasan dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yg di lakukan perawat.
 Memberikan pengertian tingkalaku pasien dan membantu pasien mengatasi
masalah yang di hadapi.
 Mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.

2.3 TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


 Realisasi diri,penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri
 Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan salin
bergantung dengan orang tua lain
 Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistik
 Peningkatan identitas dan integritas diri

2.4 FASE FASE DALAM BERKOMUNIKASI


Fase komunikasi terapeutik dalam hubungan perawat pasien terdiri dari 4 fase yaitu :
1 Fase preinteraksi
 Gali perasaan, fantasi dan rasa takut dalam diri sendiri
 Analisis kekuatan dan keterbatasan professional diri sendiri
 Kumpulkan data tentang pasien jika memungkinkan
 Rencanakan untuk pertemuan pertama dengan pasien

2 Fase perkenalan / orientasi


 Tetapkan alasan pasien untuk mencari bantuan
 Bina rasa percaya
 Gali pikiran, perasaan, dan tindakan – tindakan pasien
 Identifikasi masalah pasien
 Tetapkan tujuan dengan pasien
 Rumuskan bersama kontrak yang bersifat saling menguntungkan

3 Fase kerja
 Gali stressor yang relevan
 Tingkatkan pengembangan penghayatan dan penggunaan mekanisme koping pasien
yang konstruktif

4 Fase terminasi
 Bina realitas tentgang perpisahan
 Tinjau kemajuan terapi dan pencapaian tujuan – tujuan
 Gali secara timbal balik perasaan penolakan

2.5 TEKNIK KOMUNIKASI LANSIA DENGAN GANGGUAN IMOBILISASI


A. PENGERTIAN IMOBILISASI
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara bebas/aktif karena
kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas ). Imobilisasi secara fisik, merupakan
pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan
komplikasi pergerakan. Pembatasan gerak dapat dilakukan untuk alasan fisik, emosional,
intelektual, atau sosial (Keperawatan Ortopedik & Trauma : 120).

Dalam istilah diagnosa keperawatan, imobilitas digambarkan sebagai “hambatan mobilitas


fisik” dan didefinisikan sebagai “keteratasan gerakan fisik pada tubuh, satu ektremitas atau
lebih, yang independen atau terarah”. Faktor yang berhubungan dengan imobilitas meliputi :
keengganan untuk bergerak, penurunan kekuatan, kontrol, dan/ massa otot, serta faktor yang
berhubungan dengan pembatasan gerak yang diharuskan, termasuk karena protokol mekanis
dan medis (NANDA, 2011, hlm.117). Imobilisasi adalah terapi utama untuk cedera jaringan
lunak, tulang panjang, ligamen, vertebra, dan sendi (Wong, 2012).
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan imobilisasi seseorang
karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Proses penyakit/ cedera/ ketidakmampuan
Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan imobilisasi karena dapat
memengaruhi fungsi system tubuh.
3. Tingkat energy
Energy adalah sumber untuk melakukan mobilisasi karena jika tidak ada
kebutuhan energi yang cukup pasien cenderung tidak bisa berpindah posisi apalagi
jika pasiennya lansia maka kelemahan otot pun terjadi sehingga pasien imobilisasi
terus menerus.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap imobilisasi karena semkain tua pasien maka daya
untuk tetap imobilisasi itu tinggi. Contoh jika pasiennya lansia cenderung untuk
mempertahankan satu posisi saja tidak mau bergerak karena kelemahan ototnya.

C. DAMPAK FISIK DAN PSIKOLOGI IMOBILISASI

1. Penurunan motivasi.

2. Kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah.

3. Perubahan konsep diri.

4. Ketidaksesuaian antara emosi dan situasi.

5. Perasaan tidak berharga dan tidak berdaya

D. JENIS IMOBILISASI

1. Imobilisasi Fisik,

Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah


terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia
yang tidak mampu mempertahankan tekanan didaerah paralisis sehingga tidak dapat
mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.

2. Imobilisasi Intelektual,

Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir,


seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
3. Imobilisasi Emosional,

Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional


karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Contohnya
keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang
mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling
dicintai.

4. Imobilisasi Sosial,

Merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan


interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya
dalam kehidupan social

E. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA GANGGUAN IMOBILISASI


 Menciptakan suasana yang memungkinkan klien untuk mengungkapkan
perasaanya.
 Tidak mengarahkan pembicaraan ataupun memeotong pembicaraan klien
 Mendengarkan apapun yang dikatakan klien dengan sabar
 Mencari tahu ketakutan dan kecemasan klien. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan menanyakan apa yang dipikirkan dan dirasakan klien mengenai
keadaan penyakit dan kesembuhannya.
 Memberikan perhatian yang lebih pada klien dengan menanyakan kondisi atau
keadaannya secara periodik. Misalnya setiap pergantian dinas,perawat
menanyakan “bagaimana tidurnya semalam?”,apakah ibu/bapak bisa tidur
dengan nyenyak tadi malam? Atau bagaimana perasaan ibu/bapak hari ini
dibandingkan kemarin?

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi pada dasarnya berkomunikasi secara terrapeutik itu di butuhkan pada pasien yang
berbda - beda pada kebutuhannya imobilisasi atau tirah baring adalah keadaan dimana
seseorang tidak dapat bergerak secara aktif atau bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan ( aktifitas ). Misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otot berat
disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan materi diatas di harapkkan dapat menjadi bahan
masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat diaplikasikan dalam tindakan
pelayanan keperawatan dan juga karena keterbatasan referensi yang mendukung, untuk itu
diharapkan kritik dan saran guna untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://ngurahjayaantara.blogspot.co.id/2013/12/komunikasi-terapeutik-pada-lansia.html
http//konsep komunikasi .co.id
http://ayuavitha.blogspot.co.id/2015/11/komunikasi-terapeutik-pada-klien.html
Pasien dengan Imobilisasi
(1.Tahap Persiapan/Prainteraksi)

Pada tanggal 28 Oktober 2016 jam 11.30 WIB pasien datang ke UGD Rumah sakit
Dr.Soedomo dengan kondisi cedera pada eksterimtas bawah akibat kecelakaan mobil yang
menimpanya. Saat dikaji klien mengeluh sakit di kaki kiri, ,klien mengeluh sakitnya saat
sedikit melakukan gerakan/mobilisasi. Setelah pasien masuk rumah sakit selama 3 hari pasien
terlihat cemas,takut,khawatir dan cenderung imobilisasi saja.

(setelah 3 hari masuk rumah sakit)

Perawat Dewi : (2. Tahap Perkenalan/Orientasi dengan komunikasi

terapeutik) selamat pagi mbk?

Px Agnes : Selamat pagi sus

Perawat Dewi : Nama saya perawat Dewi,saya yang berdinas pada pagi hari

ini mulai jam 06.00 sampai 14.00 WIB yang akan

bertanggung jawab dalam hal perawatan mbk Bisa mbk

sebutkan siapa nama lengkap mbk dan tanggal lahirnya?

Px Agnes : Oh iya sus,nama saya Agnes Febri,saya lahir tanggal 24

Februari 1999

Perawat dewi : (Tahap Kerja) Permisi ya mbk saya cek gelang pasien mbk

dulu. (evaluasi/validasi) Bagaimana perasaan mbk pagi ini?

(sambil mengecek TTV pasien)

Px Agnes : Baik sus

Perawat Dewi : Apakah kaki mbk masih sakit/nyeri? Apakah mbk sudah bisa
menggerakkan kaki mbk sedikit-sedikit?

Ibu viki : katanya tidak terlalu nyeri sus tapi dia masih kesusahan untuk

memindahkan kakinya kemana-mana,sulit berganti posisi

Perawat Dewi : Oh begitu ya bu,iya-iya saya mengerti bu

Px Agnes : Iya sus. Saya juga merasa cemas,takut,dan khawatir sus

Perawat Dewi : Loh mbk memangnya kenapa?

Px Agnes : Saya takut saya tidak bisa apa-apa lagi,kaki saya selamanya

begini,kira-kira kapan sembuhnya ya sus? Apakah kaki saya

terlalu parah ya untuk disembuhkan? Dan kapan saya bisa

pulang dan beraktivitas seperti biasanya?

Bapak Sugeng : Anak saya itu takut bila terjadi hal- hal yang tidak diinginkan.

Perawat Dewi : Oh begitu ya pak ya. (Kontrak:topik,waktu,tempat) iya pak

bu tenang dulu ya bu janagn cemas. Karena mbk agnes tadi

mengatakan cemas,takut,khawatir tentang kapan waktu

kesmbuhan sakit kakinya dan mbk menanyakan kapan

pulangnya,bagaimana jika kita bicarakan saja mbk tentang

kecemasan mbk agnes dan saya akan menjelaskannya pada

mbk.

Px Agnes : Iya sus saya mau

Perawat Dewi : Bagaimana jika 15 menit saja mbk? Terlalu lama tidak ?

Px Agnes : Iya sus baiklah


Ibu Viki : mau kita bicarakan dimana? Apakah di ruangan ibu ini saja

atau diamana?

Px Agnes : Iya sus di ruangan saya ini saja

Ibu viki dan bapak Sugeng : baik kalau begitu

Perawat Dewi : (4. Tahap Terminasi Sementara) Permisi ya mbak kira-kira

nanti satu jam lagi saya akan kesini lagi untuk menjalakan

kontrak yang telah kita sepakati bersama tadi

Px Agnes : Iya sus terimakasih

Perawat Dewi : Sama –sama

(setelah satu jam kemudian)

Perawat Dewi dan Gita : Permisi mbak agnes

Px Agnes : Iya sus

Perawat Dewi : Oh iya bu sehubungan dengan kontrak yang kita sepakati tadi

saya akan melakukan perawatan dan memberikan mbk agnes

edukasi tentang kesembuhan fase fraktur agar tidak cemas lagi

dan membantu untuk melakukan mobilisasi ringan ya mbk.

Bapak sugeng : Saya dengan istri saya disini saja atau keluar

Perawat Dewi : Tunggu disinin saja tidak apa- apa pak

Ibu Viki : Tidak menggangukah bu saya disini ?

Perawat Dewi : Tidak apa- apa bun anti ibu malah bias paham tentang edukasi

ini
Ibu Viki : oh iya sus

Perawat Dewi : Begini bu disini juga ada suster Gita yang akan menggantikan

saya untuk mengajarkan ibu mobilisasi ringan dan juga

edukasi tentang fase kesembuhan fraktur. Bagaimana apakah

mbk agnes bersedia?

Px Agnes : Iya sus tidak apa-apa

Perawat Dewi : Kalau begitu maaf ya mbk saya permisi dulu,mbk agnes bisa

melanjutkannya dengan suster Gita

Px Agnes : Iya sus terimakasih

Perawat Gita : (Fase Kerja) Baiklah saya akan mengajarkan teknik

mobilisasi ringan agar tidak berbaring telentang saja. Pertama

jika mbk agnes merasa capek terlentang saja dan disini ada

keluarga mbk yang menjaga bisa dinaikkan kasurnya sedikit

yang bagian kepala sampai 65°,dan ibu juga bisa posisi miring

seperti ini dimulai dengan miring perlahan-lahan saja ya

memang terasa berat nanti di kaki tapi jika berusaha sedikit

pasti bisa merubah posisi

Px Agnes : Iya sus saya akan mencoba sedikit-sedikit,

Perawat Gita : Begini ya mbk perlahan-lahan kakinya dipindahkan dan ditekuk

sedikit

(setelah pasien mencoba)


Perawat Gita : Nah sekarang saya akan menjelaskan fase kesembuhan fraktur

ya,pertama kesembuhan fraktur itu adalah masa peradangan dulu mbk

luka akan membuat jaringan di sekitarnya meradang yang ditandai

dengan bengkak, memerah dan teraba hangat serta tentunya terasa

sakit. Tahap ini dimulai pada hari ketika patah tulang terjadi dan

berlangsung sekitar 2 sampai 3 minggu. Selajutnya tahap 2:

Pembentukan kalus halus (soft callus) Antara 2 sampai 3 setelah

cedera, rasa sakit dan pembengkakan akan mulai hilang. Pada tahap

penyembuhan patah tulang, terbentuk kalus yang halus Tahap ini

biasanya berlangsung hingga 4 sampai 8 minggu setelah cedera. Tahap

3: Pembentukan kalus keras (hard callus) Antara 4 sampai 8 minggu,

dengan waktu 8 sampai 12 minggu setelah cedera, tulang baru telah

mengisi fraktur. Tahap 4: Remodeling tulang. Dimulai sekitar 8 sampai

12 minggu setelah cedera, sisi fraktur mengalami remodeling

(memperbaiki atau merombak diri) memperbaiki setiap cacat yang

mungkin tetap sebagai akibat dari cedera. Ini tahap akhir penyembuhan

patah tulang yang dapat bertahan hingga beberapa tahun.

Perawat gita : bagaimana mbk apakah ibu mengerti? Atau ada yang kurang jelas?

Px Agnes : Iya sus sudah jelas,saya sudah sedikit tenang sekarang

Perawat Gita : (Evaluasi Subyektif) Bagaimana buapakah mbk sudah bisa mobilisasi

ringan?
(kemudian pasien mengulangi tindakan mobilisasi apa yang dijari perawat)

Px Agnes : (Evaluasi Objektif ) (Sambil memperhatikan pasien) Iya sus ini saya

bisa tapi sedikit saya bisa mengubah posisi saya

Perawat Gita : Iya mbk baiklah kalau begitu,nanti saya akan kesini lagi. Jika mbk

memerlukan bantuan perawat, ibu bisa menekan tombol disamping ibu

ini nanti saya akan datang atau perawat lain yang akan datang untuk

membantu

Px Agnes : Iya sus terimakasih atas bantuannya

Perawat Gita : Iya bu sama-sam,permisi ya bu selamat beristirahat

Ibu Viki bapk Sugeng : Terimakasih sus ya…

Perawat Gita : Iya pak bu…mari…

Anda mungkin juga menyukai