Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

STRIKTUR URETRA

Oleh:

Elok Susiloningtyas (1440119019)

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

STRIKTUR URETRA

Telah di koreksi dan disetujui pada tanggal......................................................................oleh:

Pembimbing

Pupuh Satiti, S.Kep., Ns.,

NIK: 201404.47

Mengetahui, Kaprodi DIII

Keperawatan

HENDRIK P.S.S.Kep..Ns.M.Kes
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Striktur Uretra”
tepat pada waktunya.

Makalah ini saya buat dengan tujuan untuk menjelaskan materi tentang striktur uretra.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa lain dapat lebih memahami tentang
striktur uretra. Dalam proses pembuatan makalah ini, banyak pihak yang telah membantu dan
mendukung untuk menyelesaikannya.

Makalah ini saya buat dengan semaksimal mungkin, walaupun saya menyadari masih
banyak kekurangan yang harus saya perbaiki. Oleh karena itu saya mengharapkan saran
ataupun kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah
ini. Saya harap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun yang lainnya.

Krikila, 14 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................3
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................4
BAB 1....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
A. Latar Belakang...........................................................................................................................5
B. Batasan Masalah........................................................................................................................6
C. Rumusan Masalah......................................................................................................................6
D. Tujuan........................................................................................................................................6
BAB 2....................................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................8
A. KONSEP PENYAKIT....................................................................................................................8
1. Definisi..................................................................................................................................8
2. Etiologi..................................................................................................................................8
3. Tanda dan Gejala...................................................................................................................9
4. Patofisiologi.........................................................................................................................10
5. Klasifikasi............................................................................................................................12
6. Komplikasi..........................................................................................................................12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................................13
1. Pengkajian...........................................................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................................19
3. Intervensi.............................................................................................................................20
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Striktur uretra adalah penyempitan uretra disebabkan akibat jaringan parut yang
mengarah pada obstruktif disfungsi saluran berkemih dengan konsekuensi yang
berpotensi serius untuk saluran kemih.Prevalensinya yang didapatkan pada kalangan
pria di negara-negara industri diperkirakan sebesar 0,9%.Striktur uretra dapat
memberikan gejala urin obstruktif dan iritatif dan pada akhirnya dapat merusak fungsi
ginjal. Frekuensi buang air kecil kurang lebih setiap 2 jam sekali dengan jumlah
sedikit dan pancaran lemah terutama pada malam hari. Setiap buang air kecil pasien
selalu mengejan dan disertai rasa nyeri perut bagian bawah dan pasien selalu merasa
tidak puas ketika buang air kecil. (Anjar, 2019 |)

B. Batasan Masalah
Batasan masalah di dalam makalah ini dibatasi pada definisi, etiologi, tanda dan
gejala, patofisiologi, klasifikasi, komplikasi, asuhan keperawatan.

C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi striktur uretra?
2. Apa etiologi striktur uretra?
3. Bagaimana tanda jdan gejala striktur uretra?
4. Bagaimana patofiologi striktur uretra?
5. Apa klasifikasi pada striktur uretra?
6. Apa komplikasi striktur uretra?
7. Bagaimana asuhan keperawatan?

D. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui konsep striktur uretra dan asuhan keperawatan dengan striktur uretra
2. Tujuan khusus
a. Memahami definisi striktur uretra
b. Mengetahui etiologi striktur uretra
c. Mengetahui tanda dan gejala stiktur uretra
d. Memahami patofiologi striktur uretra
e. Mengetahui klafikasi stiktur uretra
f. Memahami apa saja komplikasi striktur uretra
g. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa, dan intervensi dalam striktur uretra
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Striktur uretra adalah kondisi dimana suatu bagian dari uretra menyempit.
Berbeda dengan obstruksi pada uretra yang disebabkan oleh batu, striktur uretra
merupakan adanya oklusi dari meatus uretralis karena adanya jaringan yang
fibrotik dengan hipertrofit. Jaringan fibrotik yang tumbuh dengan abnormal akan
menutupi/mempersempit meatus uretralis, sehingga aliran urine (urine flow) akan
menurun.
Striktur uretra bisa terjadi secara kongenital maupun karena trauma. Namun,
kejadian striktur uretra pada laki-laki jarang yang bersifat kongenital dan
diakibatkan oleh trauma yang bersifat iatrogenik (kateterisasi, prosedur
endoskopik, atau rekonstruksi uretra sebelumnya) atau karena trauma (fraktur
pelvis). Sedangkan striktur uretra pada wanita diakibatkan oleh adanya deformitas
dari uretra yang berputar dan mengalami penyempitan.

2. Etiologi
Penyebab dari stiktur uretra adalah sebagai berikut :
a) Kongenital
Pertumbuhan dan perkembangan meatus uretralis semenjak janin mengalami
gangguan, sehingga tidak terbentuk sempurna. Pembentukan yang tidak
sempurna tersebut akan mempersempit jalan urine, sehingga terjadi obstruksi
jaringan.
b) Jaringan parut sepanjang uretra
Jaringan parut ini dipicu oleh adanya perlukaan karena suatu penyakit. Infeksi
jaringan (Gonorrhea) oleh Diplococcus Neisseria Gonorrhea akan melukai
jaringan fibrosa mengalami penebalan, sehingga terjadilah striktur fibrosa
pada uretra posterior.
c) Cedra traumatik (Intrumentasi/Infeksi)
Banyak tindakan yang memicu terjadinya striktur, misalnya pemasang kateter
yang lama, pembedahan dengan bakat keloid, dan evakuasi benda asing/batu
dengan perlukaan.
d) Post Operasi
Beberapa opeasi pada saluran kemih yang dapat menimbulkan stricture uretra,
seperti operasi prostat, operasi dengan alat indoskopi (nurarif, 2016)

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari striktur uretra umumnya mirip dengan gangguan obstruksi
saluran kemih lainnya, misal BPH. Namun ada beberapa ciri khas dari gejala pada
klien striktur uretra, yaitu pancaran urine yang kecil dan bercabang. Hal ini
dikarenakan sumbatan/obstruksi pada saluran meatus uretralis, sehingga akan
menurunkan patensi urine low dan obstruksi yang berada di medial akan membuat
aliran urine terbelah menjadi dua.
a. Frekuensi
Merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam sehari. Peningkatan frekuensi
untuk berkemih pada klien stricture uretra dikarnakan tidak tuntasnya klien
untuk mengosongkan vasika, sehingga masih terdapat residu urine dalam
vasika. Hal inilah yang kemudian mendorong detrusor untuk mengosongkan
vasika tersebut.
b. Urgensi
Keadaan dimana seseorang merasa sangat ingin kencing, sehingga terasa sakit.
Keadaan ini adalah akibat hiperiritabilitas dan hiperaktivitas kandung kemih
karena inflamai terdapat benda asing di dalam kandung kemih, adanya
obstruksi intravesika, atau karena kelainan kandung kemih neurogenic.
c. Disuria
Suatu Keadaan dimana seseorang mengalami nyeri pada saat miksin, trauma
disebabkan karena inflamasi pada kandung kemih atau uretra. Sehingga nyeri
ini dirasakan paling sakit di sekitar meatus uretra eksternus. Dysuria yang
terjadi pada awal miksi biasanya berasal dari kelainan pada uretra, sedangkan
jika terjadi pada akhir miksi adalah kelainan pada kandung kemih.
d. Inkonensia urine
Keadaan Ketidak mampuan seseorang untuk menahan urine yang keluar dari
kandung kemih, baik disadari ataupun tidak disadari. Terdapat beberapa
macam inkontinensia urine, yaitu inkontenensia kontinu, inkontinensi stress,
inkontinensia urgensi, dan inkontinensia paradoksal.
e. Urine Menetes
Merupakan dampak dari residu unrine dan adanya obstruksi pada meatus
uretralis, sehingga pancaran urine melemah dan pengosongan tidak bisa secara
spontan.
f. Penis Membengkak
Bendungan urine dan obstruksi pada saluran uretra ini yang akan
menyebabkan resitensi kapiler jaringan sekitar meningkat dengan gejala
inflaasi yang jelas, sehingga adanya penumpukan urine yang mengakibatkan
penis akan membengkak.
g. Infiltrate
Jika obstruksi pada klien stricture uretra tidak tertangani dengan baik dan
terjadi dalam jangaka waktu lama, maka kemungkinana infeksi pada strikture
akan terjadi mengingat urine merupakan media untuk pertumbuhan kuan yang
baik. Jika hal ini terjadi, inflamasi jaringan striktur akan menjadi abses dan
infiltrasi akan terjadi pula.
h. Abses
Diakibatkan oleh adanya invasi bekteri melalui urine kepada jaringan
obstruksi striktur.
i. Fistel
Urine yang bersifat asam atau basa akan berusaha secara patologis untuk
mencari jalan vkeluar. Oleh karena itu iritabilitas jaringan sekitar alam terus
terjafi untuk membuat saluran baru, sehingga kemungkinana akan terbentuk
fistel sebagai jalan keluar urine baru.
j. Retensio Urine
Striktur uretra yang totalis akan menghambat aliran urine, sehingga urine tidak
akan keluar sedikit pun dan terakumulasi pada vasika urinaria.

4. Patofisiologi
Striktur uretra merupakan gangguan system perkemihan yang di karnakan oleh
adanya trauma, beberapa penyebab yang biasa mengakibatkan striktur uretra yaitu
antara lain Pertumbuhan dan perkembangan meatus uretralis semenjak janin
mengalami gangguan, sehingga tidak terbentuk sempurna. Pembentukan yang
tidak sempurna tersebut akan mempersempit jalan urine, sehingga terjadi
obstruksi jaringan. selain itu juga dinakibatkan Jaringan parut sepanjang uretra,
Jaringan parut ini di picu oleh adanya pelukaan karena suatu penyakit. Infeksi
jaringan (Gonore) oleh diplococcus Neisseria gonorrhea akan melukai jaringan
uretra. Pelukaan yang kronis akan menyebabkan jaringan fibrosa mengalami
penebalan, sehingga terjadi striktur fibrosa pada uretra posterior. Pasien dengan
Cedera traumatic (instrumentasi/infeksi) Banyak tindakan yang memicu
terjadinya striktur, misalnya pemasangan kateter yang lama, pembedaha dengan
bakat keloid,evakuasi benda asing /batu dengan pelukaan dan Beberapa opeasi
pada saluran kemih dapat menimbulkan stricture uretra,seperti operasi
prostat,operasi dengan alat indoskopi dan lainnya.
Pathway

infeksi Tindakan medis


(katerilisasi
Kongenital uretrolithotomy)
Bakat keloid
Injuri jaringan
mukosa

Hiperfibrosa/
parut

Striktur Uretra

Obstruksi saluran Jaringan Parut Bendungan


kemih urine

Hipersensitifitas
Retensi urine
Residual urine mukosa
meningkat

Iritasi Urine flow


Volume VU
Meningkat
injury

Iritabilitas N.
Nyeri Akut
Urinarius

Frekuensi, Kronis
urgensi Kolonasi
Bakteri
Kerusakan N. Urinairius
Gangguan
eliminasi Resiko
infeksi Kontrol berkemih turun/hilang
urine

Inkontinensia Urinarius Fungsional


5. Klasifikasi
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi 3
tingkatan, yaitut:
a. Ringan: O klusi 1/3 diameter lumen uretra.
b. Sedang: Jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra
c. Berat: Jika terdapat oklusin lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus
spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis (Purnomo, 2003, p. 155)

Gambar Klasifikasi Striktur Uretra

6. Komplikasi
Komplikasi dari stricture yang di sebabkan oleh akumulasi urine atau residu
urine yang berlebih dan kronis pada vasika urinaria. Berikut ini adalah
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan striktur uretra.
a. Infeksi (sistitis,prostatitis, dan nefritis)
b. Abses
c. Fistula uretrokutaneus
d. Hidronephrosis
e. Gagal ginjal (Prabowo & Pranata, 2014)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian pada klien striktur uretra sebenarnya hampir sama dengan klien
gangguan perkemihan pada umumnya. Pengkajian dilakukan secara head to toe
atau persistem dengan penekanan pada pengkajian fokus system perkemihan.
Berikut ini adalah pengkajian keperawatan peda klien striktur uretra.
a. Identitas
Angka kejadian striktur uretra lebih banyak pada pria dari pada wanita. Hal ini
terkait dengan anatomi uretra pria lebih panjang dari pada wanita yaitu 2,5-4
cm uretra wanita ,dan 20 cm uretra pada pria, sehingga uretra pria yang lebih
panjang lebih rentan beresiko untuk terkena infesi dan trauma (Nurarif, 2016,
p. 266). Usia tidak terlalu signifikan dalam kejadian striktur uretra, namun
kejadian pada masa anak-anak sering di picu karena trauma yang kontinyu
(terus-menerus), sedangkan pada masa lansia sering di akibatkan karena
dampak pemakaian kateter jangka panjang (iritabilitas mukosa meningkat dan
tumbuhnya jaringan parur/ keloid) (Prabowo&Pranata, 2014, p. 151).
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada sistem perkemihan meliputi sistemik. Salah satunya
adalah gangguan fungsi ginjal yang di tandai dengan sesak nafas, edema,
dan uremia. Keluhan lainnya adalah demam disertai mengigil akibat
infeksi/urosepsis dan keluhan lokal pada saluran perkemihan, antara lain
nyeri akibat kelainan pada saluran perkemihan, keluhan miksin (keluhan
iritasi dan keluhan obstruksi) hematuria, inkontenensia, disfungsi seksual,
atau infertilitas (Muttaqin&Kumala, 2013, p. 520).
2) Alasan masuk rumah sakit
Adanya rasa tidak nyaman atau adanya rasa nyeri (lokasi, karakter, durasi,
dan faktor yang memicunya). Rasa sakit dan kesulitan untuk melakukan
miksin, aliran urine terpecah sehingga pancaran urine terbelah menjadi dua
(Prabowo&Pranata, 2014, pp. 145-146).
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada klien penyakit striktur uretra keluhan-keluhan yang ada adalah
frekuensi, nokturia, urgensi, dysuria, pencaran melemah, kencing
bercabang, rasa tidak puas sehabis miksi, dan waktu miksi memanjang
dan akhirnya retensi uri. (Prabowo&Pranata, 2014, pp. 145-147).

4) Riwayat kesehatan terdahulu


a) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang dialami
sebelumnya, terutama yang mendukung atau memperberat kondisi
gangguan, system perkemihan pada klien saat ini seperti pernahkah
klien menderita, hipertensi, kencing batu, diabetes mellitu
(Muttaqin&Kumala, 2013, p. 523).
b) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga yang memicu terjadinya striktur misalnya
adalah batu ginjal (widayati, 2012, p. 40).
c) Riwayat pengobatan
Adanya riwayat penyalah gunaan oba-obatant atau alkohol. Perawat
perlu mengklarifikasi pengobatan masa lalu dan riwayat alergi, catat
adanya efek samping yang terjadi di masa lalu dan penting perawta
ketahui bahwa klien mengacaukan suatu alergi dengan efek samping
obat (Muttaqin&Kumala, 2013, p. 523).

5) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
(1) Kesadaran
Pasien dalam keadaan straguria yaitu nyeri sangat hebat seperti
ditusuk-tusuk. Pasien juga merasakan keluhan pada saat miksi
meliputi keluhan akibat suatu tanda adanya iritasi, obstruksi,
inkotenensia, dan urenisia.
(2) Tanda-tanda vital
Adanya sensasi nyeri yang hebat menyebabkan pasien mengalami
peningkatan darah >120/80 mmHg, suhu >37,50C, peningkatan
nadi >100x/menit, dan biasanya RR normal.
b) Body System
1) Sistem pernafasan
Pada klien dengan striktur uretra, biasanya fungsi pernafasan
normal kecuali disertai penyakit penyerta. Namun, pada klien post
op businasi/ striktur uretra pengkajian pernafasan harus di lakukan
dengan optimal karena mempengaruhi proses siskemik
(Prabowo&Pranata, 2014, p. 151).
2) Sistem pengindraan Sistem kardiovaskuler
Tidak ada gangguan kecuali ada penyakit penyerta lainnya. Pada
klien post operasi kaji warna konjungtiva, warna bibir dan distensi/
kolaps vena jugu laris. Selain itu monitoring nadi dan tekanan
darah secara preodik untuk memantau hemodinamika seperti
peningkatan tekanan darah (Prabowo&Pranata, 2014, p. 151).
3) Sistem persarafan
Tidak ada gangguan kecuali ada penyakit penyerta lain. Jika
penyempitan lumen uretra di karenakan gagguan kontraksi otot-
otot genetalia, bias terjadi stricture karena penyempitan saluran
kemih (Prabowo&Pranata, 2014, p. 153).
4) Sistem Perkemihan
Pengkajian fokus pada pola BAK (frekuensi output, warna urine,
gangguan eliminasi urine), untuk pola lainnya biasanya dampak
sekunder gangguan eliminasi urine. Pemeriksaan dengan cara
Palpasi abdomen region vasika urinaria (hipogastrik) terjadi
distensi karena bendungan urin pada bledder, nyeri (+) dan perkusi
menunjukan bunyi yang redup ballottement (+). Jika berlanjut pada
kondisi hidronephrosis (komplikasi) biasanya di temukan seperti
nyeri daerah punggang dan nyeri ketok (jika terjadi batu ginjal /
ureter). (Prabowo&Pranata, 2014, p. 152).
5) System pencernaan
Gangguan sering diakibatkan karena dampa sekunder dari
penyakit, misalnya nyeri (disuria) yang sering mengakibatkan
anoreksia. Sehingga HCL meningkat dan terjadi nausea dan
vomiting. Pada klien post op striktur uretra kaji peristaltik usus
untuk tolok ukur normalisasi pasca operasi. (Prabowo&Pranata,
2014, pp. 152-153).
6) Sistem Integument
Pada system integument biasanya terdapat turgor kulit buruk,
kering, bersisik, rambut kusam, kuku bewarna pink, serta suhu
badan klien biasanya meningkat secara signifikan namun hilang
timbul. (Prabowo&Pranata, 2014).

7) Sistem Musculoskeletal
Secara fisiologi tidak ada gangguan, namun intoleransi aktivitas
sering terjadi karena klien mengalami nyeri. Intoleransi akan
meningkat jika distensi vasika tidak segera di atasi
(Prabowo&Pranata, 2014, p. 152).
8) Sistem endokrin
Tidak ada gangguan kecuali ada penyakit penyerta lainnya.seperti
diabetes militus akan mengakibatkan gangreng, Tidak terdapat
pembesaran tiroid, nafas tidak berbau (Prabowo&Pranata, 2014, p.
153).
9) Sistem Reproduksi
Adanya riwayat lesi pada genital atau penyakit menular seksual
lainnya seperti gonore atau sebagainya
(Majid, 2013, p. 272).
10) Sistem penginderaan
Tidak ada gangguan kecuali ada yang menyertai lain. Jika
penyepitan lumen uretra dikarenakan gangguan kontraksi otot
genetalia (Prabowo&Pranata, 2014, p. 153).
11) Sistem imun
Tidak ada gangguan kecuali ada penyakit penyerta lainnya. seperti
adanya infeksi yang menyebabkan penurunan system imun
(Muttaqin&Kumala, 2013, p. 522).
c. Pemeriksaan penunjang.
1) Urinalisis: Warna kunig, coklat gelap/terang, penampilam keruh, Ph 7 atau
lebih besar, terdapat ada bakteria.
2) Kultur urin: Adanya staphylokokus aureus.
3) BUN/kreatin : Meningkat
4) Uretrogrofil: Adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk
mengetahui panjang penyempitan uretra di buat foto iora (sisto)
uretrografi.
5) Uroflometri: Untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi.
6) Uretroskopi: Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra. (Nurarif, 2016,
p. 267).
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada striktur uretra utamanya adalah menghilangkan
obstruksi untuk memperlancar aliran urine. Tindakan utama untuk mengatasi
striktur uretra adalah dengan pembedahan. Dilatasi uretra dilakukan secara
periodik untuk mengembalikan fungsi utama uretra sebagai saluran
perkemihan. Selain itu, dengan menggunakan alat canggih, pemotngan striktur
(uretrotomi) bisa memberikan hasil maksimal dan prognosa pasien lebih baik.
Berikut ini adalah penatalaksanaan secara rinci dan striktur uretra (Purnomo,
2003).
1) Bougie ( Dilatasi )
Tindakan bougie ini merupakan upaya untuk melebarkan saluran uretra
yang mengalami striktur dengan bahan bougie yang terbuat dari logam.
Bougie memiliki ukuran dan struktur yang berbeda disesuaikan dengan
kondisi klien striktur. Pelaksanaan bougie harus dilakukan dengan hati-
hati, karena tindakan yang kasar akan mengakibatkan perlukan dan akan
menimbulkan striktur baru terlebih pada klien dengan bakat keloid.
Gambar Businasi (Bougie)

Gambar Teknik pemasangan businasi


2) Uretrotomi interna
Tindakan ini di bantu dengan alat endoskopi dan optik untuk memotong
jaringan sikatrik uretra dengan pisau Otis/ sachse, atau dengan kauter.
Tindakan ini memiliki keuntungan karena tidak memerlukan tindakan
pembedahan terbuka, sehingga meminimalisir perlukaan. Tindakan
dengan elektrokauter akan meminimalisir perdarahan karena efek
koagulan kauter. Dampak dari uretromi intern jika tidak berhati-hati atau
bukan orang yang profesinal di dalamnya mengakibatkan robeknya
jaringan mukosa baru sehingga juga terbentuk jaringan parut yang baru
(Prabowo&Pranata, 2014, p. 151).
3) Uretromi eksternal
Tindakan ini di lakukan dengan pembedahan terbuka. Tindakan awal
adalah dengan pemotongan jaringan striktur yang fibrosis dan di lanjutkan
dengan tindakan anastomosis (tidak bias dilakukan jika daerah striktur
lebih dari 1 cm). Dampak dari uretromi eksternal yaitu tindakan
pembedahan terbuka yang mengakibatkan perlukaan di sekitarnya
(Prabowo&Pranata, 2014, p. 151).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul pada klien dengan striktur uretra adalah
(NANDA I 2012-2014):
1. Nyeri akut (001320
Definisi; pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awiatn yang tiba-tiba atau lambat dari
itebsitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.
Batasan Karakteristik:
- Perubahan selera makan
- Perubahan tekanan darah, frekuensi jantung, frekuensi pernapasan
- Diaforesis
- Perilaku distraksi
- Dilatasi pupil
Faktor yang Berhubungan
- Agens cedera (biologis, zat kimia, fisik dan psikologis)
- Proses penyakit
2. Ganggungan Eliminasi Urine (00016)
Definisi: Disfungsi pada eliminasi urine
Batasan Karakteristik:
- Disuria
- Retensi
- Anyang-anyangan
Faktor yang berhubungan
- Obstruksi anatomik
- Penyebab multipel
3. Retensi Urine (00023)
Definisi: Pengosongan kandung kemih tidak komplet
Batasan Karakteristik:
- Tidak ada haluaran urine
- menetas
- sering berkemih
- residu urine
- berkemih sedikit
Faktor yang berhubungan
- sumbatan
4. Resiko infeksi (00004)
Definisi: mengalami peningkatan resiko terserang organisme patoganik
Faktor resiko:
- Pertahan tubuh primer yang tidak kuat.

3. Intervensi (Wilkinson, 2016)


a. Gangguan Eliminasi Urin
Penyebab yang multiple, meliputi obstruksi anatomis,gangguan sensori atau
motoric, dan infeksi saluran kemih.
Tujuan : menunjukan eliminasi urine, yang di buktikan oleh indicator berikut
(sbutkan 1-5: selalu,sering, kadang-kadang, jarang, atau tidak mengalami
gangguan): pola eliminasi menggosongkan kandung kemih sepenuhnya
mengenali uregensi (WILKINSON, 2016, p. 457)
Aktifitas Keperawatan:
1) Pengkajian
Manajemen eliminasi uri (NIC)
Pantau eliminasi urine,meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
warna ajika perlu.
2) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Manajemen eliminasi urine (NIC)
(a) Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
(b) Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan pada saat makan,di antara
waktu makan, dan di awal petang.
3) Aktivitas kolaboratif
Menejemen eliminasi urine (NIC) :
Rujuk ke dokter jika terhadap tanda dan gejala saluran kemih.
b. Retensi Urine
Sumbatan, tingginya tekanan uretra,Inhibisi arkus reflek,Sfinter yang kuat.
Tujuan: menunjukan eliminasi urine, yang di buktikan oleh indicator berikut
(sbutkan 1-5: selalu,sering, kadang-kadang,jarang,atau tidak mengalami
gangguan): pola eliminasi menggosongkan kandung kemih sepenuhnya
mengenali uregensi (WILKINSON, 2016, p. 469)
Aktivitas keperawatan:
1) Pengkajian
Indentifikasi dokumentasikan pola pengosongan kandung kemih.
Perawatan retensi urine (NIC)
Pantau derajat distensi kandung kemih melalui palpasi dan perkusi
2) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala inveksi saluran kemih yang harus
dilaporkan (mis. Demam, menggigil, nyeri pinggang, hematuria, serta
perubahan konsitensi dan bau urine)
3) Aktivitas kolaboratif
Perawatan retensi urine (NIC):
Rujuk pada spesialis kontinensia urine jika diperlukan
4) Aktivitas lain
(a) Lakukan program pelatihan pengosongan kandung kemih
(b) Perawatan retensi urine (NIC):
berikan privasi untuk eliminasi , berikan cuku waktu untuk pengosongan
kandung kemih (10menit)
c. Nyeri Akut
Factor yang berhubungan : agen-agen penyebab cidera(mis.
Biologis,kimia,fisik dan psikologis) (WILKINSON, 2016, p. 296)
Aktivitas keperawatan :
1) Pengkajian :
(a) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumplkan informasi pengkajian.
(b) Minta pasien untuk menilai nyeri atau tidak nyanmanan pada skala 0
sampai 10 (0= ad tidak nyeri atau ketidak nyamanan, 10= nyeri hebat)
(c) Menegemen nyeri ( NIC) :
Lakukan pengkajian nyeri yang komperehensif meliputi
lokasi,karakteristik,awitan dan durasi,frekuensi,kualitas,intensif atau
keparahan nyeri dan factor presifitasi.
2) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Menejegem nyeri (NIC):
Berikan informasi tentang nyer, seperti penyebab nyeri, beberapa lama
akan berlangsung dan antisipasi ketidak nyamanan akibat prosedur.
3) Aktivitas kolaboratif
Manajemen nyeri (NIC):
laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat
ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di
masa lalu.
4) Aktivitas lain
Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa
lalu, seperti distraksi,relaksasi,atau kompres hangat/dingin.
d. Resiko infeksi
Beresiko terhadap invasi organisme patogen
Tujuan
Pasien dan keluarga akan:
1) Terbebas dari tanda dan gejala inveksi
2) Memperlihatkan hygiene personal yang kuat
3) Mengidentifikasi status gastrointestinal, pernafasan, genitourinaria, dan
imun dalam batas normal
4) Mengambarkan factor yang menunjang penularan infeksi (WILKINSON,
2016, p. 234).
Aktivitas keperawatan
a) pengkajian
pantau tanda dan gejala inveksi (mis. Suhu tubuh, denyut jantung, renase,
penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit,
keletihan, dan malaise).
b) Penyuluhan pasien dan keluarga
(1) Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi
meningkatkan resiko terjadi infeksi.
(2) Intruksikan untuk menjaga hygiene personal untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi.
c) Aktivitas kolaboratif
Pengendalian infeksi (NIC):
Berikan terapi antibiotik, bila di perlukan.
d) Aktivitas lain
Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak menugaskan
perawat yang sama untuk pasien lain yang mengalami infeksi dan
memisahkan ruang perawatan pasien dengan pasien yang terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Anjar, S. A. ( 2019 |). STRIKTUR URETHRA. Jurnal Medical Profession (MedPro).

Majid, s. &. (2013). asuahan keperawatan pada klien gangguan sistem perkemihan. jakarta:
cv. trans info media.

Muttaqin&Kumala. (2013). asuahn keperawatan perioperatif. jakarta: selamba medika.

Nurarif. (2016). asuhan keperawatan praktis. jokjakarta: mediaction jogja.

Prabowo&Pranata. (2014). asuhan keperawatana sistem perkemihan. yogyakarta: nuha


medika.

Purnomo, B. B. (2003). dasar-dasar UROLOGI. JAKARTA: cv.infomedika.

widayati, N. n. (2012). Gangguan pada sistem perkemihan & penatalaksanaan keperawatan.


In w. nuairi. yogyakarta: cv budi utama.

Wilkinson, j. (2016). diagnosis keperawatan. jakarta: EGC.


Soal Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Striktur Uretra

1. Tn B sudah beberapa hari merasa sakit ketika kencing, ketika kencing bercabang, dan
terasa nyeri ketika kencing. Dari hasil pemeriksaan klien mengalami striktur uretra .
apakan masalah keperawatan pada kasus Tn B ?
a. Resiko infeksi
b. Gangguan eliminasi urina
c. Nyeri akut
d. Intoleransi aktivitas
e. Retensi urina
2. TN.A dating ke Rs dengan keluhan tidak bisa kencing, pembengkakan pada area penis
disertai nyeri. Dari hasil pemeriksaan didapatkan klien mengalami striktur uretra.
Bagai mana penatalaksanaan pada klien striktur uretra ?
a. Uretromi interna
b. Ureretromi eksterna
c. Bougie
d. Foto radiologi
e. Pemasangan kateter
3. Tn. D dating ke Rs pukul 21.00 dengan keluhan terasa sakit saat kencing, kencing
bercabang. Di lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil TD: 120/80, S:
37,5o ,N: 100x/m, RR: 20x/m. dari penjelasan di atas klien dapat didiagnosa ?
a. Striktur uretra
b. Gagal ginjal
c. Nefrotik sindroma
d. BPH
e. Batu ginjal
4. Tn C mengatakan tidak bisa kencing dari hasil pemeriksaan klien di diagnose stricture
uretra. Dimana diameter lumen uretra lebih dari ½ menurut derajad penyempitan .
pada derajad berapakah penyempitan tersebut?
a. Normal
b. Berat
c. Sedang
d. Sangat berat
e. Ringan
5. Ny. B didiagnosa oleh dokter mengalami stricture uretra, sudah di lakukan perawatan
selama 3 hari di Rs , dan gangguan eliminasi urina sudah teratasi tetapi Ny. B masih
mengeluhkan nyeri . apa tindakan mandiri perawat yang dapat di berikan kepada
Ny.B ?
a. Kompres hangat
b. Minuman hangat
c. Injeksi antibiotik
d. Obat oral
e. Makanan kesukaan
6. Ny. A mengeluhkan tidak bisa kencing selama beberapa hari disertai nyeri. Dari hasil
pemeriksaan klien mengalami stricture uretra . apakah maslah keperawatan pada
kasus Ny. A ?
a. Infeksi
b. Retensi urina
c. Nyeri akaut
d. Resiko infeksi
e. Gangguan eliminasi urina
7. Tn. K di rawat di rumah sakit. Bina husada dengan diagnosa Strikture uretra selama 4
hari untuk menghindari terjadinya infeksi. Apa yang tepat untuk penyuluhan pasien
atau keluarga yang di berikan…
a. Intruksikan untuk menjaga hygiene personal untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi.
b. Melakukan kompres hangat
c. Intruksikan pasien untuk mengkonsumsi buah
d. Intruksikan klien untuk melakukan aktivitas ringan
e. Intruksikan untuk mebuang sampah pada tempatnya
8. Ny. C dating ke IGD dengan mengeluhkan Rasa sakit dan kesulitan untuk melakukan
miksin, aliran urine terpecah sehingga pancaran urine terbelah menjadi dua. Dengan
keluhan tersebut dapat didiagnosa ?
a. BPH
b. Stricture uretra
c. Gagal ginjal
d. Batu ginjal
e. Hipertensi
9. Tn. S didiagnosa stricture uretra dengan gangguan eliminasi urina. Aktivas
keperawatan apa yang dapat di lakukan untuk klien gangguan eliminasi urina ?
a. Pantau eliminasi alvi meliputi frekuensi dan konsistensi
b. Minta pasien untuk menilai nyeri atau tidak nyanmanan pada skala 0 sampai 10
(0= ad tidak nyeri atau ketidak nyamanan, 10= nyeri hebat)
c. Pantau derajat distensi kandung kemih melalui palpasi dan perkusi
d. Indentifikasi dokumentasikan pola pengosongan kandung kemih.
e. Pantau eliminasi urine,meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
warna ajika perlu.
10. Ny. H mengalami perubahan dalam defikasi, nyeri kejang, tidak bisa tidur, tampak
meringis, gelisah setelah di amati ternyata Ny. H mengalami Strikture uretra. Dalam
tanda-tanda kasus di atas diagnosa yang paling tepat adalah?
a. Gangguan eliminasi urina
b. Nyeri akut
c. Infeksi
d. Resiko infeksi
e. Gangguan nutrisi

Anda mungkin juga menyukai