0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
305 tayangan12 halaman
Laporan pendahuluan ini membahas tentang kehamilan trimester ketiga pada wanita dengan HIV. Ia menjelaskan perubahan fisiologi dan psikologi normal pada trimester ketiga kehamilan, konsep kehamilan dengan HIV termasuk cara penularan, faktor risiko penularan dari ibu ke anak, dan pengobatan ARV. Laporan ini juga menguraikan konsep asuhan keperawatan untuk ibu hamil dengan HIV yang meliputi pengkajian dan masalah keper
Laporan pendahuluan ini membahas tentang kehamilan trimester ketiga pada wanita dengan HIV. Ia menjelaskan perubahan fisiologi dan psikologi normal pada trimester ketiga kehamilan, konsep kehamilan dengan HIV termasuk cara penularan, faktor risiko penularan dari ibu ke anak, dan pengobatan ARV. Laporan ini juga menguraikan konsep asuhan keperawatan untuk ibu hamil dengan HIV yang meliputi pengkajian dan masalah keper
Laporan pendahuluan ini membahas tentang kehamilan trimester ketiga pada wanita dengan HIV. Ia menjelaskan perubahan fisiologi dan psikologi normal pada trimester ketiga kehamilan, konsep kehamilan dengan HIV termasuk cara penularan, faktor risiko penularan dari ibu ke anak, dan pengobatan ARV. Laporan ini juga menguraikan konsep asuhan keperawatan untuk ibu hamil dengan HIV yang meliputi pengkajian dan masalah keper
DI RUANG POLI KEHAMILAN RSD dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBER PERIODE 29 Maret – 3 April 2021
Dosen Pembimbing Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Stase
Keperawatan Maternitas
OLEH: Wisnu Khawirian, S. Kep NIM. 2001031034
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2021 LAPORAN PENDAHULUAN
KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN HIV
A. Konsep Kehamilan Trimester III
1. Definisi Kehamilan merupakan serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau pertemuan antara ovum dan sperma sehat dan dilanjutkan dengan fertilisasi, nidasi dan implantasi. Lama kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 10 hari) (Sulistyawati, 2012) Kehamilan merupakan periode dimana terjadi perubahan kondisi biologis wanita disertai dengan perubahan perubahan psikologis dan terjadinya proses adaptasi terhadap pola hidup dan proses kehamilan itu sendiri (Muhtasor, 2013) 2. Perubahan Fisiologis Trimester III Menurut Vivian (2011) perubahan fisiologi pada masa kehamilan Trimester III adalah : a. Minggu ke-28/bulan ke-7 Fundus berada dipertengahan antara pusat dan sifoudeus. Hemoroid mungkin terjadi. Pernapasan dada menggantikan pernapasan perut. Garis bentuk janin dapat dipalpasi. Rasa panas perut mungkin terasa. b. Minggu ke-32/ bulan ke-8 Fundus mencapai prosesus sifoideus, payudara penuh, dan nyeri tekan. Sering BAK mungkin kembali terjadi. Selain itu, mungkin juga terjadi dispnea. c. Minggu ke-38/ bulan ke-9 Penurunan bayi ke dalam pelvis/panggul ibu (lightening). Plasenta setebal hampir 4 kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5- 0,6 kg. Sakit punggung dan sering BAK meningkat. Braxton Hicks meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan. 3. Perubahan Psikologis Trimester III Menurut Sulistyawati (2013) Perubahan psikologis pada masa kehamilan Trimester III , yaitu: a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik. b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, d. khawatir akan keselamatannya. e. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya. f. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya. g. Merasa kehilangan perhatian h. Perasaan mudah terluka (sensitif) & Libido menurun B. Konsep Kehamilan dengan HIV 1. Definisi Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah singkatan dari AIDS. AIDS adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang timbul akibat infeksi HIV (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Virus HIV memasuki tubuh seseorang maka tubuh akan terinfeksi dan virus mulai mereplikasi diri dalam sel orang tersebut (Sel limfosit T CD4 dan Makrofag). Virus HIV akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menghasilkan antibodi untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibodi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium adalah antara 2-12 minggu dan disebut masa jendela (window period). Selama masa jendela, pasien sangat infeksius sehingga mudah menularkan kepada orang lain meskipun hasil pemeriksaan laboratorium masih negatif (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). 2. Cara Penularan HIV Virus HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara yaitu hubungan seksual;pajanan oleh darah, produk darah atau organ dan jaringan yang terinfeksi termasuk terpajan jarum suntik yang telah terinfeksi HIV; penularan dari ibu ke anak (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Perilaku berisiko tertularnya HIV adalah perilaku individu yang memungkinkan tertular virus HIV. Sejumlah perilaku risiko yang dimaksud adalah berhubungan seksual yang tidak aman (tidak memakai kondom), berganti-ganti pasangan seksual, berganti-ganti jarum suntik dan alat lain yang kontak dengan darah dan cairan tubuh dengan orang lain (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Cairan tubuh yang tidak menularkan HIV antara lain keringat, air mata, air liur/ludah dan air kencing. Sedangan menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015 Human Immunodeficiency virus (HIV) tidak ditularkan melalui hidup serumah, tidur bersama, bersalaman, berpelukan, bersentuhan, berciuman, kolam renang, alat makan dan minum secara bersama, ataupun gigitan serangga seperti nyamuk 3. Faktor Yang Berperan dalam Penularan HIV dari Ibu ke Anak Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke anak yaitu: a. Faktor ibu antara lain jumlah virus dalam tubuh, jumlah sel CD4, status gizi selama hamil, penyakit infeksi selama hamil dan gangguan pada payudara. b. Faktor bayi antara lain usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir, periode pemberian ASI, adanya luka di mulut bayi. c. Faktor obstetrik antara lain jenis persalinan, lama persalinan, ketuban pecah dini dan tindakan episiotomi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). 4. Pengobatan ARV Pengobatan ARV jangka panjang, teratur dan disiplin, penularan 1 dari ibu ke anak bisa diturunkan hingga 2% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). ARV sudah terbukti dapat menghambat replikasi virus sehingga kadar virus dalam darah yang menginfeksi sel kekebalan tubuh atau CD4 menurun dan akibatnya kekebalan tubuh mulai pulih atau meningkat (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Untuk memulai terapi ARV perlu dipertimbangkan hal-hal berikut: a. Persiapan klien secara fisik/mental untuk menjalani terapi melalui edukasi prapemberian ARV b. bila terdapat infeksi oportunistik, maka infeksi tersebut perlu diobati terlebih dahulu. Terapi ARV baru bisa diberikan setelah infeksi oportunistik diobati dan stabil (kira-kira setelah dua minggu sampai dua bulan pengobatan). c. Profilaksis kotrimoksazol diberikan pada stadium klinis 2, 3, 4 dan atau CD4 < 200. Untuk mencegah PCP, Toksoplasma, infeksi bacterial (pneumonia, diare) dan berguna juga untuk mencegah malaria pada daerah endemis; d. Pada ibu hamil dengan tuberkulosis: OAT selalu diberikan mendahului ARV sampai kondisi klinis pasien memungkinkan (kira-kira dua minggu sampai dua bulan) dengan fungsi hati baik untuk memulai terapi ARV.
Syarat pemberian ARV pada ibu hamil dikenal dengan singkatan
SADAR, yaitu sebagai berikut: a. Siap: menerima ARV, mengetahui dengan benar efek ARV terhadap infeksi HIV. b. Adherence: kepatuhan minum obat. c. Disiplin: minum obat dan kontrol ke dokter. d. Aktif: menanyakan dan berdiskusi dengan dokter mengenai terapi. e. Rajin: memeriksakan diri jika timbul keluhan.
5. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian 1) Data Demografi 2) Riwayat Penyakit 3) Pemeriksaan Fisik a) Aktifitas / Istirahat Gejala: Mudah lelah, intoleran activity, progresi malaise, perubahan pola tidur. Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ). b) Sirkulasi Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera. Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler. c) Integritas dan Ego Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan, mengkuatirkan penampilan, mengingkari diagnosa, putus asa, dan sebagainya. Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah. d) Eliminasi Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan jumlah, warna dan karakteristik urine. e) Makanan / Cairan Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema f) Hygiene Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri. g) Neurosensoro Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan status indera, kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan. Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal, tremor, kejang, hemiparesis, kejang. h) Nyeri / Kenyamanan Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis. Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentan gerak, pincang. i) Pernafasan Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada. Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum. j) Keamanan Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka, transfuse darah, penyakit defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam. Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum. k) Seksualitas Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya libido, penggunaan pil pencegah kehamilan. Tanda : Kehamilan,herpes genetalia. l) Interaksi Sosial Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya trauma AIDS. Tanda : Perubahan interaksi. 4) Pemeriksaan Diagnostik a) Tes Laboratorium Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV) (1) Serologis Tes antibody serum Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa Tes blot western Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV) Sel T limfosit Penurunan jumlah total b. Diagnosa 1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko. 2) Resiko tinggi penularan infeksi pada bayi berhubungan dengan adanya kontak darah dengan bayi sekunder terhadap proses melahirkan. 3) Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan output cairan berlebih sekunder terhadap diare 4) Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan. 5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi. 6) Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai. c. Intervensi Tujuan dan Kriteria No. Diagnosa Intervensi hasil 1 Resiko tinggi Pasien akan bebas 1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. infeksi infeksi setelah 2. gunakan teknik aseptik pada setiap berhubungan dilakukan tindakan tindakan invasif. Cuci tangan sebelum dengan keperawatan selama meberikan tindakan. imunosupresi, 3×24 jam dengan 3. Anjurkan pasien metoda mencegah malnutrisi dan kriteria hasil: terpapar terhadap lingkungan yang pola hidup yang - Tidak ada luka atau patogen. beresiko. eksudat. 4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab - Tanda vital dalam sesuai order. batas normal 5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai (TD=110/70, RR=16- order 24, N=60-100, S=36- 37) - Pemeriksaan leukosit normal (6000-10000) 2 Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau orang penting infeksi (kontak ditransmisikan setelah lainnya metode mencegah transmisi pasien) dilakukan tindakan HIV dan kuman patogen lainnya. berhubungan keperawatan selama 2. Gunakan darah dan cairan tubuh dengan infeksi 3×24 jam dengan precaution bial merawat pasien. HIV, adanya kriteria hasil: Gunakan masker bila perlu. infeksi - kontak pasien dan nonopportunisiti tim k yang dapat kesehatan tidak ditransmisikan. terpapar HIV - Tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC. 3 Resiko tinggi Defisit volume cairan 1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses defisit volume dapat teratasi setelah dan adanya darah. cairan dilakukan tindakan 2. Auskultasi bunyi usus berhubungan keperawatan selama 3. Atur agen antimotilitas dan psilium dengan output 1×24 jam dengan (Metamucil) sesuai order cairan berlebih criteria hasil: 4. Berikan ointment A dan D, vaselin sekunder - perut lunak atau zinc oside terhadap diare - tidak tegang - feses lunak, warna normal - kram perut hilang, Daftar Pustaka
Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta Muhtasor, dkk. 2013. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Nanny, Vivian. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba. Medika. Sulistyawati. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba. Medika