OLEH:
Mengetahui,
NIP. 197012132005012001
PJMK Keperawatan Maternitas
FIKES UNMUH Jember
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
ii. Mengidentifikasi tingkat nyeri ibu post sectio caesarea setelah diberikan
terapi non farmakologi di Ruang Dahlia RSD dr. Soebandi Jember
iii. Menganalisis pengaruh pemberian terapi non farmakologi terhadap
penurunan tingkat nyeri ibu post section caesare di Ruang Dahlia
RSD dr. Soebandi Jember.
BAB II
URAIAN KASUS
A. KASUS YANG DIAMBIL
Pertolongan operasi caesar merupakan tindakan dengan tujuan untuk
menyelamatkan ibu maupun bayi (Manuaba, 2013). Tiap-tiap tindakan
pembedahan harus didasarkan atas indikasi, yakni pertimbangan-
pertimbangan yang menentukan bahwa tindakan perlu dilakukan demi
kepentingan ibu dan janin. Indikasi yang menambah tingginya angka
persalinan seksio sesaria adalah tindakan seksio sesaria pada letak sungsang,
seksio sesaria berualang, kehamilan prematuritas, kehamilan dengan resiko
tinggi, pada kehamilan kembar, kehamilan dengan pre-eklamsia dan
eklampsia, konsep well born baby dan well health mother dengan orientasi
persalinan. Adapun masalah keperawatan yang muncul pada post sectio
caesarea salah satunya adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
(misal biologis, zat kimia, fisik dan psikologis).
Sering di temui di ruangan nifas pada ibu post SC yang mengalami
nyeri diberikan intervensi farmakologi. Sedangkan dari berbagai literasi jurnal
penelitian jika terdapat beberapa terapi non farmakologi yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah nyeri yang terjadi. Seringkali ibu merasa tidak
mampu mengontrol nyeri akibat luka sayatan post SC sampai pada saat
diberikannya obat anti nyeri yang sesuai indikasi dari dokter. Sehingga ibu
yang mengalami post SC akan sering merasakan nyeri jika efeksamping obat
sudah habis. Karena kasus seperti ini yang membuat kelompok ingin
menganalisis lagi terkait terapi non farmakologi yang dapat mengurangi dan
menurunkan skala nyeri yang mampu dilakukan oleh keluarga ibu post SC
tersebut.
B. PICOT
1. Problem
Berdasarkan permasalahan yang kita analisis yaitu terkait kurangnya monitoring atau upaya
preventif non farmakologi untuk mengurangi skala nyeri yang dirasakan ibu post SC.
Diketahui juga bahwa permasalahan nyeri dapat mempengaruhi kenyamanan dari pasien ibu
post SC.
2. Intervention
3. Comparison
4. Outcome
Hasil dari intervensi yang sudah dilakukan diharapkan mampu menurunkan skala nyeri
akibat luka post SC, sehingga mempu memberikan kenyamanan yang efektif bagi ibu post
cesaria sesuai dengan hasil jurnal yang dipilih bahwa terapi pijat refleksi kaki menunjukkan
adanya penurunan skala nyeri yang signifikan yaitu p value 0,000 yang artinya terapi pijat
refleksi kaki efektif terhadap penurunan skala nyeri yang dialami pada ibu post SC
5. Time
Pijat refleksi ini bisa dilakukan pada 6, 12, 18 jam setelah dilakukannya post SC dengan
masing-masing kaki dipijat selama 10 menit setelah selesai di observasi kembali terkait skala
nyeri pada waktu 10 menit setelahnya.
BAB III
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
4. Jenis-jenis nyeri
Nyeri somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot,
tendon, ligamentum, tulang, sendi, dan arteri. Struktur-sturktur ini
memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri sering tidak
jelas. Nyeri dirasakan lebih difus daripada nyeri kulit dan cenderung
menyebar ke daerah di sekitarnya. Nyeri dari berbagai struktur dalam
berbeda. Nyeri akibat suatu cedera akut pada sendi memiliki lokalisasi
yang jelas dan biasanya dirasakan sebagai rasa tertusuk, terbakar, atau
berdenyut. Pada peradangan kronik sendi (artritis), yang dirasakan adalah
nyeri pegal-tumpul yang disertai seperti tertusuk apabila sendi bergerak.
c. Nyeri visera
Nyeri visera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh.
Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri
somatik dan terletak di dinding otot polos organ - organ berongga
(lambung, kandung empedu, saluran empedu, ureter, kandung kemih) dan
di kapsul organ-organ padat (hati, pankreas, ginjal). Mekanisme utama
yang menimbulkan nyeri visera adalah peregangan atau distensi abnormal
dinding atau kapsul organ, iskemia, dan peradangan.
d. Nyeri alih
Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri yang berasal dari salah satu daerah
di tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri visera sering
dialihkan ke dermatom (daerah kulit) yang dipersarafi oleh segmen
medula spinalis yang sama dengan viksus yang nyeri tersebut. Apabila
dialihkan ke permukaan tubuh, maka nyeri visera umumnya terbatas di
segmen dermatom tempat organ visera tersebut berasal dari masa
mudigah, tidak harus di tempat organ tersebut berada pada masa dewasa.
e. Nyeri neuropati
Adapun klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi menurut Potter dan Perry (2006)
adalah:
Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain.
Nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang
bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi intermiten atau konstan. Contoh nyeri
punggung bagian bawah akibat diskus intravertebral yang ruptur disertai
nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
a. Nyeri akut
b. Nyeri kronik
a. Pengkajian nyeri
a) Intensitas nyeri
2) Skala nyeri
Tidak Sangat
nyeri nyeri
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri Nyeri yang
tidak
tertahankan
Bagan 2.3 Alat Pengukur Nyeri Analog Visual (VAS)
B. Manajemen Nyeri
d. Akupuntur
Akupuntur adalah teknik kuno dari cina berupa insersi jarum halus ke
dalam berbagai “titik akupungtur (pemicu)” diseluruh tubuh untuk
meredakan nyeri. Akupuntur digunakan secara luas di Cina dan pernah
digunakan untuk melakukan bedah mayor tanpa pemakaian anestesik.
Pemakaian 1akupuntur memerlukan pelatihan khusus dan mulai populer
di Barat. Efektivitas metode ini mungkin dapat dijelaskan dengan teori
kontrol gerbang dan teori bahwa akupuntur merangsang pelepasan opoid
endogen (Price dan Wilson, 2005).
e. Akupresure
Metode noninvasif lain untuk merangsang titik-titik pemicu adalah
pemberian tekanan dengan ibu jari, suatu teknik yang disebut dengan
akupresure). Akupresure memungkinkan alur energi yang terkongesti
untuk meningkatkan kondisi yang lebih sehat. Perawat ahli terapi
mempelajari alur energi atau meridian tubuh dan memberi tekanan pada
titik-titik tertentu di sepanjang alur. Misalnya, apabila klien mengalami
nyeri kepala, tekanan pada titik-titik hoku akan menghilangkan rasa tidak
nyaman. Ketika titik tekanan disentuh, maka perawat merasa sensasi
ringan atau denyutan di bawah jari-jari. Mula- mula nadi di beberapa titik
akan terasa berbeda, tetapi karena terus menerus dipegang, nadi tersebut
kemudian menjadi seimbang. Setelah titik-titik menjadi seimbang,
perawat menggerakkan jari-jari dengan lembut. Sesi akupresure yang
lengkap membutuhkan waktu kurang lebih satu jam.
g. Aplikasi panas
Aplikasi panas adalah tindakan sederhana yang telah lama diketahui
sebagai metode yang efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot.
Panas dapat disalurkan melalui konduksi (botol air panas, bantalan
pemanas listrik, lampu, kompres basah panas), konveksi (whirpool, sitz
bath, berendam air panas) atau konversi (ultrasonografi, diatermi). Nyeri
akibat memar, spasme otot, dan artritis berespons baik terhadap panas.
Karena melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal,
panas jangan digunakan cedera traumatik saat masih ada edema dan
peradangan. Karena meningkatkan aliran darah, panas mungkin
meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti
bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal.
h. Aplikasi dingin
Aplikasi dingin lebih efektif untuk nyeri akut (misalnya, trauma akibat
luka bakar, tersayat, terkilir). Dingin dapat disalurkan dalam bentuk
berendam atau kompres air dingin, kantung es, aquamatic K pads dan
pijat es. Aplikasi dingin mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan
mengurangi perdarahan serta edema. Terapi dingin menimbulkan efek
analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga
impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit.
2. Strategi kognitif-perilaku
a. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu usaha menurunkan nyeri atau menjaga agar tidak
terjadi nyeri yang lebih berat dengan menurunkan ketegangan otot. Pada
metode-metode yang menekankan relaksasi otot, fasilitator meminta
pasien untuk memfokuskan diri ke kelompok otot yang berbeda dan
secara voluntar mengontraksikan dan melemaskan otot- otot tersebut
secara berurutan. Cara lain untuk menginduksi relaksasi adalah olahraga
bernapas dalam, meditasi, dan mendengarkan musik- musik yang
menenangkan. Teknik-teknik relaksasi akan mengurangi rasa cemas,
ketegangan otot, dan stres emosi sehingga memutuskan siklus nyeri-stres-
nyeri, saat nyeri dan stres saling memperkuat.
d. Hipnosis
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Spa bahwa pelayanan kesehatan spa
air beserta pendukung perawatan lainnya berupa pijat penggunaan ramuan, terapi
aroma, latihan fisik, terapi warna, terapi musik, dan makanan untuk memberikan
efek terapi melalui panca indera guna mencapai keseimbangan antara tubuh
(body) , pikiran (mind), dan jiwa (spirit) sehingga terwujud kesehatan yang
perawatan yang berfokus pada kaki dan terdiri dari tiga pokok perawatan :
Kulit kaki merupakan anggota tubuh terbawah dan sering kontak dengan
kotoran dengan cara merendam kaki dengan air hangat dan garam. Garam dapat
bengkak (oedema), meringankan ketegangan pada sendi, otot dan saraf. Garam
yang kaya akan kandungan natrium dapat mengikat air pada sel maupun
radang berkurang (Purwanto, 2014). Selain itu, perendaman kaki dengan air
hangat dan garam dapat memperlancar aliran darah vena sehingga terjadi
dengan air hangat dan garam dilakukan selama lima sampai sepuluh menit pada
suhu 380-390 C.
Menurut Purwanto (2014) ada beberapa langkah yang harus dilakukan
melunakkan sel kulit mati dan kotoran yang terdapat pada sela-sela kulit
2. Pijat refleksi
a. Pengertian pijat refleksi
tentang pijat pada titik-titik tertentu di tubuh yang dapat dilakukan dengan
tangan atau benda-benda seperti kayu, plastik, atau karet. (Alviani, 2015).
pijatan pada lokasi dan tempat yang sudah dipetakan sesuai zona terapi (Putri,
2015).
permukaan tubuh searah dengan peredaran darah menuju jantung dan kelenjar-
kelenjar getah bening, dimana gerakan ini dilakukan diawal dan diakhir
tangan di area tubuh yang berlemak dan jaringan otot yang tebal sehingga
terjadi pengosongan dan pengisian pembuluh darah vena dan limfe sehingga
suplai darah yang lebih banyak di bawa ke otot yang sedang di pijit. Menekan
telapak tangan ataupun jari-jari tangan. Teknik terakhir yaitu memukul yang
bermanfaat untuk memperkuat kontraksi otot saat di stimulasi dan selain itu
berguna untuk mengurangi deposit lemak dan bagian otot yang lembek.
antara satu dengan yang lainnya karena kondisi tubuh pada masing-masing
orang berbeda, begitu juga dengan kemampuan untuk menahan rasa sakit.
Dalam pijat refleksi, untuk kondisi tubuh normal masing-masing titik refleksi
sedang sakit keras proses pemijatannya berlangsung lebih lama yaitu sekitar
sepuluh menit dan tidak lebih, berbeda dengan seseorang yang menderita
penyakit jantung, kencing manis, liver, kanker hanya boleh dipijat selama dua
menit. Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk memijat seluruh titik refleksi
yang bersangkutan kurang lebih 30 menit atau bisa juga 45 sampai 60 menit
dalam pemberian pijat refleksi antara tiga sampai enam hari sekali untuk
mencegah penyakit dan dua sampai tiga hari sekali untuk mengatasi gangguan
a) Titik 7. Leher. Lokasi titik pijat di telapak kaki pada pangkal ibu jari. Titik
ini dapat digunakan apabila memiliki gangguan atau keluhan pada leher,
b) Titik 10. Bahu. Lokasi titik terletak di telapak kaki dibawah jari
kelingking.
Titik ini digunakan untuk mengatasi nyeri sendi bahu, kaku kuduk, nyeri
saat mengangkat tangan juga dapat digunakan sebagai titik bantu pada
c) Titik 11. Otot trapezius. Area pijat terletak di telapak kaki di bawah
pangkal jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Titik ini dapat mengatasi
nyeri sendi bahu, kaku kuduk, nyeri saat mengangkat tangan juga dapat
d) Titik 33. Jantung. Area pijat terletak di telapak kaki, longitudinal 2-3-4,
makanan atau minuman, keturunan dan lain-lain (Hendro & Ariyani, 2015).
Ibu Post Partum Primipara Kelompok Perlakuan Pijat Perawatan Post Sectio
dengan Post Sectio Caesarea Refleksi Kaki Caesarea :
1. Nyeri Luka Post Op
- Skala NRS
2. TTV
3. Mobilisasi
4. Perdarahan
5. Tinggi Fundus Uteri
6. Ansietas
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Refleksi pijat kaki Pada Pasien Post Operasi Sectio
Caesarea di Ruang Dahlia RSD dr. Soebandi Jember.
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Interpretasi dan Hasil Diskusi
Nyeri dan kecemasan adalah komplikasi paling umum setelah operasi caesar.
Penggunaan obat-obatan adalah strategi paling umum untuk mengatasi masalah ini.
Namun, efek samping obat-obatan ini dan kurangnya akses ke obat-obatan untuk
beberapa pasien, telah menyebabkan peningkatan penerapan metode non-obat seperti
pijat refleksi kaki. Operasi caesar adalah salah satu teknik untuk pengeluaran bayi
jika metode persalinan pervaginam tidak memungkinkan. Operasi caesar adalah
tindakan pembedahan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya secara
keseluruhan. Masalah utama akibat kelahiran sesar adalah rasa sakit pasca operasi
dan kecemasan. Respons fisiologis terhadap nyeri meliputi perubahan pernapasan,
kardiovaskular, gastrointestinal, urogenital dan metabolisme, serta gangguan
endokrin dan mood [ CITATION Mar19 \l 1057 ].
Pada penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Mar19 \l 1057 ] tentang terapi
pijat refleksi kaki untuk mengurangi skala nyeri akibat post SC disebutkan bahwa
dari intervensi refleksi pijat kaki yang dilakukan untuk menurunkan skala nyeri ibu
post cesaria mengalami perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi (kelompok studi). Yaitu ada perbedaan yang sangat signifikan
secara statistik mengenai skor nyeri pada 6 jam, 12 jam dan 18 jam setelah
melahirkan sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok studi (nilai P:, 000). Dan
tidak terdapat perbedaan skala nyeri yang signifikan pada 6 jam, 12 jam, 18 jam
setelah melahirkan pada kelompok kontrol
Pada penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Mar19 \l 1057 ] tentang terapi
pijat refleksi kaki untuk mengurangi skala nyeri akibat post SC yang telah di lakukan
ulang oleh kelompok di ruang nifas RSD dr. Soebandi Jember telah mendapatkan
hasil. Didapatkan tiga ibu post SC primipara, tidak mempunyai penyakit komplikasi
dan memiliki anggota ekstermitas bawah yang lengkap yang berada di ruang nifas
dikaji tentang skala nyeri dengan hasilnya yaitu rata-rata ibu merasakan nyeri dengan
skala 4-5. Setelah melakukan analisis tentang nyeri ibu akibat post SC, maka
dilakukannya teknik pijat refleksi kaki sesuai dengan tata cara dari peneliti, ibu dipijat
masing-masing kaki membutuhkan waktu 10 menit. Setelah dilakukannya pijat
refleksi kaki, ibu dikaji lagi tentang skala nyeri setelah 10 menit intervensi. Hasil
yang didapatkan yaitu dua ibu mengalami penurunan nyeri dari skala awal 5 turun
menjadi 4, dan satu ibu yang semula skala nyerinya 4 mengalami penurunan menjadi
3. Dengan hasil yang didapatkan bahwa pijat refleksi kaki ini efektif untuk
mengurangi skala nyeri post sc.
Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Yun17 \l 1057 ]
terdapat tiga perbandingan. Dimana terdapat 51 responden di jadikan 3 kelompok,
disetiap kelompok terdapat 17 orang. Kelompok A diberikan hand massage,
kelompok B diberikan foot massage dan kelompok C diberikan hand and foot
masage. Waktu pemijatan pada kelompok A dan B yaitu 10-15 menit serta kelompok
C selama 15-20 menit. Intensitas nyeri sebelum dilakukan intervensi pada tiga
kelompok didapatkan bahwa sebanyak 51 responden (100%) mengeluh nyeri berat
terkontrol dengan rata-rata skala berada pada angka 8, dimana rentang skala nyeri
berat terkontrol yaitu 7-9. Intensitas nyeri saat posttest (sesudah) intervensi pada tiga
kelompok sebagian besar berada pada intensitas nyeri sedang dengan rata-rata
penurunan nyeri 2 skala yaitu menjadi skala 6. Pada kelompok hand massage
sebanyak 13 orang (25,5%) mengalami penurunan nyeri sesudah dilakukan
intervensi, dengan rata-rata perubahan nyeri menjadi skala nyeri sedang (4 – 6). Pada
kelompok foot massage sebanyak 11 orang (21,6%) mengalami penurunan intensitas
nyeri sesudah dilakukan intervensi dan kelompok hand and foot massage sebanyak 12
orang (23,5%) juga mengalami penurunan intensitas nyeri sesudah dilakukan
intervensi dengan skala nyeri 4 – 6 (nyeri sedang). Rata-rata intensitas nyeri pada
kelompok hand massage sebelum dilakukan intervensi adalah 7,82 (nyeri berat
terkontrol) dengan standar deviasi 0,529, sedangkan sesudah dilakukan intervensi
didapatkan perubahan intensitas nyeri dengan rata-rata 5,41 (nyeri sedang) dengan
standar deviasi 1,004. Pada kelompok foot massage sebelum dilakukan intervensi
adalah 7,59 (nyeri berat terkontrol) dengan standar deviasi 0,507, sedangkan sesudah
dilakukan intervensi didapatkn perubahan intensitas nyeri dengan rata-rata 6,06 (nyeri
sedang) dengan standar deviasi 0,827. Kelompok hand and foot massage sebelum
dilakukan intervensi rata-rata intensitas nyeri adalah 7,71 (nyeri berat terkontrol)
dengan standar deviasi 0,470, sedangkan sesudah dilakukan intervensi didapatkan
perubahan intensitas nyeri dengan rata-rata 6,06 (nyeri sedang) dengan standar
deviasi 0,748. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,0005, maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi. Hand massage lebih efektif untuk menurunkan
intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea dibandingkan dua kelompok lainnya,
dibuktikan dengan hasil nilai p=0,006 dan mean difference 1,059.
Hasil yang ditemukan pada foot massage sesuai dengan teori yang
menjelaskan bahwa penekanan pada kaki secara lembut dapat merangsang
pengeluaran hormon endorphine pada tubuh yang juga memberikan efek rileksasi
sehingga menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Proses nyeri
terjadi pertama melalui saraf perifer aferen yang kemudian ditranmisikan ke
spinotalamik. Dimana pada saraf perifer terdapat dua serabut yang mengontrol
stimulus nyeri, yaitu serabut A delta dan serabut C. Tindakan foot massage membuat
serabut A delta yang terselubung myelin akan bergerak melintasi medulla spinalis
untuk menutup gerbang korteks serebri sehingga merubah nyeri yang akan
dipersepsikan.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Sampel
Pada jurnal terkait yang dilakukan oleh [ CITATION Mar19 \l 1057 ]
jumlah Sampel yang digunakan yaitu 60 responden sedangkan Kelompok hanya
menggunakan sampel 3 responden, seharusnya menggunakan lebih dari 30
responden agar mengurangi bias dari hasil yang akan didapat karena jumlah
tersebut merupakan batas minimal sampel yang dapat diuji statistic. dengan
jumlah sampel 3 responden sangat kurang untuk menggambarkan keadaan dari
populasi. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh terjadinya pandemi Covid-19
yang tengah mewabah diseluruh dunia sehingga sangat berdampak pada
pengambilan jumlah sampel, dengan terjadinya pandemi diharuskan oleh pihak
Rumah sakit Dr. Soebandi maupun pihak Universitas Muhammadiyah Jember
Mahasiswa Profesi Ners untuk pembagian shift diruangan dilakukan sitem
pembelajaran daring dan luring jadi selama 1 minggu praktik luring di ruangan
hanya 3 hari.
2. Homogenitas
Uji Homogenitas pada Evidance based practice tidak dilakukan oleh
kelompok dikarenakan keterbatasan waktu praktik di ruangan. seperti yang sudah
dipaparkan sebelumnya dengan terjadinya pandemic Covid-19 Praktik
mahasiswa Profesi Ners hanya 3 hari diruangan dan waktu shift hanya 5 jam.
Seharusnya Uji Homogenitas yang perlu kelompok lakukan antara lain:
a) Pemberian Anastesi pada saat dilakukan Operasi Sectio Caesarea
b) Pemberian obat oral Analgesik
c) Implementasi yang dilakukan harus dengan waktu yang sama misalkan 6
jam post SC semua responden harus dilakukan intervensi 6 jam post SC
3. Desain Penelitian
Pada jurnal terkait yang dilakukan oleh [ CITATION Mar19 \l 1057 ]
menggunakan desain penelitian uji klinis acak atau eksperimen dengan
rancangan true-experimental, ciri pada penelitian ini adalah mengungkapkan
hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping
kelompok eksperimental yang dipilih dengan menggunakan teknik acak. pada
kedua kelompok dilakuakan pra-tes setelah pemberian perlakuan seselai
dilakukan pengukuran pasca tes, Sedangkan pada Implementasi yang dilakukan
oleh kelompok menggunakan desain pra eksperimental dengan pendekatan One
group pre post test design. Ciri dari tipe ini adalah mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, kelompok intervensi
diobservasi sebelum dilakuakan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah
intervensi. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa desain yang digunakan antara
jurnal terkait dengan implementasi mahasiswa sangat berbeda, sehingga hasil
yang didapatkan berbeda dengan jurnal terkait.
4. Pelaku Implementasi
Implementasi pijat refleksi kaki oleh mahasiswa di ruang Nifas RSD Dr.
Soebandi dilakukan oleh 3 mahasiswa setiap responden 1 mahasiswa yang
melakukan pemijatan. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan SOP
pijat refleksi kaki yang telah disusun sebelumnya, akan tetapi kemampuan atau
skill setiap mahasiswa berbeda-beda sehingga pelaku implementasi tidak
homogen yang mengakibatkan bias hasil dari Evidance Based Practice ini.
5. Frekuensi Implementasi
Pada jurnal terkait yang dilakukan oleh [ CITATION Mar19 \l 1057 ]
Frekuensi implementasi dilakukan dalam 3 waktu (time series) 6 jam, 12 jam
serta 18 jam post SC dan diukur selama 3 waktu itu untuk mengurangi bias dari
penelitian. Menurut teori efek dari anastesi akan hilang minimal 6-8 jam post SC,
akan tetapi respon dari setiap individu akan berbeda dalam mempersepsikan
Nyeri yang terjadi. Sedangkan Implementasi yang dilakukan oleh kelompok
hanya dilakukan 1 kali implementasi dan diukur dalam 1 waktu, dikarenakan
keterbasan waktu shift dari mahasiswa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian efektifitas terapi pijat refleksi kaki
terhadap nyeri ibu post SC menunjukkan penurunan skala nyeri post SC, hal ini
berdasarkan bukti skala nyeri yang mengalami penurunan yang signfikan
sebelum dan sesudah diberikannya terapi pijat refleksi kaki. Hasil yang
ditemukan pada foot massage sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa
penekanan pada kaki secara lembut dapat merangsang pengeluaran hormon
endorphine pada tubuh yang juga memberikan efek rileksasi sehingga menekan
impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Proses nyeri terjadi pertama
melalui saraf perifer aferen yang kemudian ditranmisikan ke spinotalamik.
Dimana pada saraf perifer terdapat dua serabut yang mengontrol stimulus nyeri,
yaitu serabut A delta dan serabut C. Tindakan foot massage membuat serabut A
delta yang terselubung myelin akan bergerak melintasi medulla spinalis untuk
menutup gerbang korteks serebri sehingga merubah nyeri yang akan
dipersepsikan.
B. Saran
1. Pasien Postpartum
Disarankan pada pasien post operasi saecar untuk melakukan upaya
mengurangi insensitas nyeri dengan teknik non farmakologi seperti Pijat
refleksi kaki dan tangan
2. Keluarga
Keluarga sebagai support sistem bagi pasien post operasi saecar, disarankan
untuk selalu memberikan motivasi, dorongan, serta berbagi pengalaman tentang
pentingnya mengetahui dampak dari nyeri setelah operasi saecar
3. Petugas Kesehatan
Disarankan agar petugas kesehatan dapat mendalami nursing intervention.
Reflexology on feet and hands Selain itu petugas kesehatan disarankan untuk
selalu memberikan nursing intervention Reflexology on feet and hands sebagai
tambahan intervensi pada pasien post op saecar untuk meminimalisir skala
nyeri
4. Institusi Pendidikan
Disarankan kepada institusi pendidikan khususnya pihak fakultas untuk
memberikan praktikum lab berkaitan dengan perkuliahan mata ajar
keperawatan medikal bedah dengan cara menambah materi nursing
intervention Reflexology on feet and hands yang dapat dilakukan pada pasien
post op saecar pada mata kuliah maternitas.
5. Institusi Pelayanan Kesehatan
Disarankan kepada pelayanan kesehatan untuk membuat SOP tentang nursing
intervention Reflexology on feet and hands, mengingat intervensi tersebut
idapat diterapkan baik di klinik maupun di komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Ismail, A,N & Ibrahim Elgzar, T,W. (2018). The Effect of Progressive Muscle
Relaxation on Post Cesarean Section Pain, Quality of Sleep and Physical Activities
Limitation. International Journal of Studies in Nursing; Vol. 3, No. 3; 2018. ISSN
2424-9653. E-ISSN 2529-7317. July Press
Solehati T, Rustina Y. The Effect of Benson Relaxation on Reduction of Pain Level Among
Post Caesarean Section Mother at Cibabat Hospital, Indonesia J Nurs Health Care.
2013; 1
Vaart, S. V., & Berger, H. (2011). The effect of distant reiki on pain in women after elective
Caesarean section: a double-blinded randomised controlled trial. BMJ Open .
Marzouk, S. S., Eshra, D. K., Aly, I. K., & Mady, M. M. (2019). Effect Of Reflexology And
Nursing Management Protocol Versus Hospital Routine Care On Pain And Anxiety
Among Post Cesarean Section Primipara. International Journal Of Novel Research
In Healthcare And Nursing Vol. 6, Issue 3, Pp: (1028-1040).
Muliani, R., Rumhaeni, A., & Nurlaelasari, D. (2020). Pengaruh Foot Massage Terhadap
Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Sectio Caesarea. Jnc - Volume 3 Issue 2 .
Yunitasari, E., Nursanti, I., & Widakdo, G. (2017). Efektivitas Hand Massage, Foot Massage
Dan Kombinasi Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea