Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.S P1002 POST PARTUM GEMELI HARI KE 0


DENGAN PEB DI RUANG DAHLIA RSD DR SOEBANDI
JEMBER PERIODE 12-17 APRIL 2021

Dosen Pembimbing
Ns. Diyan Indriyani, S.Kep., M.Kep., Sp, Mat

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Stase


Keperawatan Maternitas

Oleh:
Mila Elvia
NIM. 2001031019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan pada Pada Ny. S Dengan Kasus P1002 Post Partum Gemeli
Hari ke 0 dengan PEB. Telah dilaksanakan tanggal 12-17 April 2021 di Ruang
Dahlia RSD Dr. Soebandi Jember

Dilaksanakan Oleh
Nama : Mila Elvia, S.Kep
Nim : 2001031019

Jember, 17 April 2021

Mengetahui

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Bd. Dina Ulfia, S.ST Diyan Indriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat


NIP. 19800803 200212 2 006 NIP. 19701103 200501 2002

Kepala Ruangan Dahlia PJMK Departemen Maternitas


RSD Dr. Soebandi Jember Fikes UNMUH Jember

Bd. Dina Ulfia, S.ST Ns. Awatiful Azza, M.Kep., Sp.Kep.Mat


NIP. 19800803 200212 2 006 NIP. 19701213 200501 2001
LEMBAR KONSULTASI
NAMA & TANDA
MATERI YANG DIKONSULATASIKAN
NO TANGAN
DAN URAIAN PEMBIMBING
PEMBIMBING
1 LP Bd. Dina Ulfia, S.ST
- Tambahi komplikasi post partum

2 ASKEP
- Tambahi diagnosa terkait dengan
Bd. Dina Ulfia, S.ST
preeklampsianya
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM + PEB

A. Konsep Postpartum
1. Definisi Postpartum
Post partum atau biasa disebut sebagai masa nifas pada ibu pasca
melahirkan merupakan periode yang sangat penting untuk diketahui. Pada
fase ini terjadi beberapa perubahan pada ibu baik fisiologis maupun
psikologis. Periode post partum merupakan masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Periode ini juga disebut puerperium atau trimester ke empat
kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun
dianggap normal.
Pada fase ini harus mengobservasi perubahan fisiologis dan
psikologis yang terjadi pada ibu untuk mengetahui kemungkinan masalah
yang terjadi pada masa nifas sehingga masalah diketahui sedini mungkin
untuk menghindari komplikasi lebih lanjut(Indriyani, Asmuji, & Wahyuni,
2016).

2. Periode Postpartum
Periode post partum ada 3 yaitu (Indriyani, Asmuji, & Wahyuni, 2016):
a. Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai lahir sampai dengan 24 jam.
Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan
karena atonia uteri. Oleh karena itu dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan
suhu.
b. Periode Early Postpartum (24 jam-1minggu)
Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
c. Periode Late Postpartum
Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB.
3. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Post Partum
Menurut Indriyani, Asmuji & Wahyuni (2016), perubahan fisiologis yang
terjadi pada ibu postpartum antara lain:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Involusi uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat hanya 60
gram. Proses involusi uterus) antara lain, sebagai berikut:
a) Iskemia myometrium
Iskemia miometrium disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot
atrofi.
b) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
esterogen saat pelepasan plasenta.
c) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur
hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari
semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.
Hal ini disebabkan karena penurunan hormon esterogen dan
progesteron.
d) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran
uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus
ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ
pelvis.
Tabel Perubahan Uterus Masa Nifas
Tinggi Fundus Berat Diameter
Involusi Uteri Palpasi Serviks
Uteri Uterus Uterus
1000 Lembut,
Plasenta lahir Setinggi pusat 12,5 cm
gr lunak
7 hari Pertengahan 500
antara pusat dan 7,5 cm 2 cm
(minggu 1) gr
simpisis
14 hari 350
Tidak teraba 5 cm 1 cm
(minggu 2) gr
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit

b. Perubahan pada Serviks


Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks
yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Beberapa hari setelah
persalinan, ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-
pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu jari
saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari
kranialis servikallis.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan
serviks memanjang seperti celah. Walaupun begitu, setelah involusi
selesai, ostium eksternum tidak serupa dengan keadaannya sebelum
hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar dan tetap terdapat
retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada
pinggir sampingnya. Oleh karena robekan ke samping ini terbentuklah
bibir depan dan bibir belakang pada serviks.
c. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Lokhea yang berbau tak sedap menandakan adanya infeksi.

Tabel Pengeluaran Lokhea Selama Post Partum


Waktu
Lochea Muncul Warna Ciri-ciri
Rubra/ 1-4 hari Merah Terisi darah segar, jaringan sisa-sisa
merah plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan meconium
Sanguinol 4-7 hari Merah Berlendir
enta kecokelatan
Serosa 7-14 hari Kuning Mengandung serum, leukosit dan
kecoklatan robekan atau laserasi plasenta
Alba/ putih > 14 hari Putih Mengandung leukosit, sel desidua,
sel epitel, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati

d. Perubahan pada Vulva, Vagina, dan Perineum


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut. Kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol. Hymen tampak sebagai tonjolan
kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi kurunkulae
motiformis yang khas bagi wanita multipara. Pada post natal hari
kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendor daripada keadaan sebelum
hamil.
e. Perubahan pada Payudara
Perubahan pada payudara dapatmeliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Penurunan kadar progesteron dan peningkatan hormon
prolaktinsetelah persalinan.
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi
pada harikedua atau hari ketiga setelah persalinan.
3) Payudara menjadi besar sebagai tanda mulainya proses laktasi.
f. Perubahan Sistem Pencernaan
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem
pencernaan antara lain:
1) Nafsu makan
Pasca melahirkan, ibu biasanya merasa lapar sehingga ibu
diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan. Pemulihan nafsu
makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah
melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan satu
atau dua hari.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan otot tonus dan motilitas otot traktus
cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengembalian tonus otot dan motilitas ke keadaan normal.
3) Pengosongan usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami kontsipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema
selama melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid
ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas
membutuhkan waktu untuk kembali normal.
g. Perubahan Sistem Perkemihan
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri
secepatnya. Namun kadang-kadang ibu nifas mengalami sulit
buang air kecil karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin
dan adanya edema kandung kemih selama persalinan. Kandung
kemih pada puerperium sangat kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang
air kecil masih tertinggal urin residu. Sisa urin dan trauma
kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi.
h. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada


waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum
menjadi kendor. Stabilisasi sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastis kulit
dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada
saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk
sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.
i. Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses
tersebut, antara lain:
1) Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7
postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-
3 postpartum.
2) Hormon Pituitari
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita
yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi
folikuler pada (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
3) Hipotalamik Pituitari Ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga
dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi
pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar
esterogen dan progesteron.
4) Kadar Esterogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar esterogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang
meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.
j. Perubahan Tanda Vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa terlihat jika wanita
dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik
peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole dapat timbul
dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita
melahirkan.
1) Suhu Badan
Satu hari (24 jam) post partum suhu tubuh akan naik sedikit
(37,5-38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali/menit
sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.
3) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena adanya perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan
terjadinya preeklamsia postpartum.
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga
akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas.
k. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada kehamilan terjadi peningkatan sirkulasi volume darah yang
mencapai 50%. Mentoleransi kehilangan darah pada saat melahirkan
perdarahan pervaginam normalnya 400-500 cc. Sedangkan melalui
seksio caesaria kurang lebih 700-1000 cc. Bradikardi (dianggap
normal), jika terjadi takikardi dapat merefleksikan adanya kesulitan
atau persalinan lama dan darah yang keluar lebih dari normal atau
perubahan setelah melahirkan.
l. Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari
pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun, tetapi darah lebih mengental dan terjadi peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat
mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat
naik lagi sampai 25.000 – 30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama. Hal ini
dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Jumlah Hb,
Hmt, dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal – awal masa post
partum sebagai akibat dari volume darah, plasenta, dan tingkat
volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan
dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Selama
kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500
ml. Penurunan volume dan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3
sampai hari ke-7 postpartum, yang akan kembali normal dalam 4-5
minggu postpartum.

4. Perubahan Psikologis Pada Ibu Post Partum


Selain perubahan fisiologis, hal lain yang perlu diperhatikan pada ibu
post partum yaitu kondisi psikologisnya. Adaptasi psikologis ibu
merupakan fase yang bertahap yang harus dilalui oleh ibu post partum.
Kegagalan dalam adaptasi ini memberikan dampak yang cukup signifikan
pada ibu dan keluarga sehingga perawat perlu mendampingi dan
memberikan arahan yang benar pada ibu dan keluarga selama masa
adaptasi. Menurut Indriyani, Asmuji & Wahyuni (2016), adaptasi
psikologis ibu post partum adalah sebagai berikut:
a. Fase Menerima ( Taking-in-Phase )
Fase dependen ialah suatu waktu yang penuh dengan kegembiraan dan
kebanyakan orang tua sangat suka mengomunikasikannya. Fase ini
terjadi selama 1 sampai 2 hari pertama melahirkan, ketergantungan ibu
sangat menonjol. Pada fase ini; ibu sangat mengaharapkan segala
kebutuhannya dapat dipenuhi orang lain. Ibu memindahkan energi
psikologisnya kepada anaknya. Di mana ibu baru memerlukan
perlindungan dan perawatan. Fase menerima berlangsung selama 2
sampai 3 hari.
b. Fase Dependen-Mandiri (Fase Taking Hold)
Dalam fase dependen-mandiri ibu, secara bergantian muncul
kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain
dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri.
Fase taking hold berlangsung 10 hari.
c. Fase Interedependent ( Letting-go)
Fase ini perilaku interdependent muncul, ibu dan keluarganya bergerak
maju sebagai suatu sistem dengan para anggota keluarga saling
berinteraksi. Hubungan antara pasangan, walaupun sudah berubah
dengan adanya seorang anak kembali menunjukkan banyak
karakteristik awal. Fase interdependent merupakan fase yang penuh
dengan stress bagi orang tua. Kesenangan dan kesedihan sering
berbagi dalam fase ini. Tuntunan utama ialah menciptakan suatu gaya
hidup yang melibatkan anak, tetapi dalam beberapa hal tidak
melibatkan anak. Pasangan ini harus berbagi kesenangan bersifat
dewasa.

5. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


a. Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu
menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI baik,
maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus
otot, serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah
terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah
makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah
air susu ibu dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui
dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang
dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan
kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang
dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari
untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua
untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus
mengonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang
dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi
juga perlu memenuhisyarat, seperti: susunannya harus seimbang,
porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau
berlemak, serta tidak mengandung alkohol, nikotin, bahan
pengawet, dan pewarna.
2) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein di atas kebutuhan
normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan
500 kal yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan
dan penggantian sel- sel yang rusak atau mati. Sumber protein
dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati. Protein
hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu dan
keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam
tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain.
3) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan.
Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk
air putih, susu dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui). Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur
kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur
tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan
segar.
4) Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi
setidaknya selama hari pascabersalin.
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu
pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat menimbulkan
gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi
meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, dan mudah
terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan
pada mata ataupun tulang.
b. Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada persalinan
normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam postpartum.
Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, yaitu sebagai
berikut:
1) Melancarkan pengeluaran lokhia, mengurangi infeksi puerperium.
2) Mempercepat involusi uterus.
3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin.
4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepatfungsi dan pengeluaran sisa metabolisme.
c. Eliminasi
1) Buang Air Kecil
Buang air sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi
normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK
dapat disebabkan karena sfingter uretra tertekan oleh kepala janin
dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan.
Ibu diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak, maka
dilakuakan tindakan berikut ini.
a) Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien.
b) Mengompres air hangat di atas simpisis.
c) Saat site bath (berendam air hangat) klien di suruh BAK.
Bila tidak berhasil dengan cara diatas, maka dilakukan
kateterisasi. Hal ini dapat membuat klien merasa tidak nyaman
dan resiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh karena itu,
kateterisasi tidak boleh dilakukan sebelum 6 jam postpartum.
2) Buang Air Besar
Defekasi harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada
obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang
mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris.
Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi
laksan per os (melalui mulut).
Biasanya 2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka
sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari postpartum),
atau pada hari ke-3 diberi laksan supposituria dan minum air
hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.
a) Diet teratur.
b) Pemberian cairan yang banyak.
c) Ambulasi yang baik.
d) Bila takut buang air besar secara episiotomi, maka
diberikan laksansuposituria.
d. Kebersihan Diri dan Perineum.
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi
kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu postpartum dalam
menjaga kebersihan diri adalah sebagai berikut:
1) Mandi teratur minimal 2 kali sehari.
2) Mengganti pakaian dan alas tempat tidur.
3) Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal.
4) Melakukan perawatan perineum.
5) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.

6) Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia.


Bagian yang paling utama dibersihkan adalah puting susu
dan mamae. Harus diperhatikan kebersihannya dan luka pecah
harus segera diobati karena kerusakan puting susu dapat
menimbulkan mastitis. Air susu yang menjadi kering akan
menjadi kerak dan dapat merangsang kulit sehingga timbul
enzema. Oleh karena itu, sebaiknya puting susu dibersihkian
dengan air yang telah dimasak, tiap kali sebelum dan sesudah
menyusukan bayi, diobati dengan salep penisilin, lanolin dan
sebagainya.
e. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur
yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1
jam pada siang hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam
memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain:
1) Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.
2) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara
perlahan.
3) Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur.
Kurang istirahat dapat menyebabkan:
1) Jumlah ASI berkurang.
2) Memperlambat proses involusio uteri.
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat
bayisendiri.
f. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu
tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu
stelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
g. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka
tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi)
sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena
itu metode amenorea laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama
kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini
ialah 2% kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko,
menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu
sudah haid lagi. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut
sebaikinya dijelaskan dahulu kepada ibu: bagaimana metode ini
dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya, kekurangannya, efek
samping, bagaimana menggunakan metode itu, kapan metode itu
dapat mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui.
h. Senam Nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya
senam nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani
persalinan dengan normal dan tidak ada penyulit postpartum.
Sebelum memulai bimbingan cara senam nifas, sebaiknya bidan
mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien mengenai
pentingnya otot perut dan panggul untuk kembali normal. Dengan
kembalinya kekuatan otot perut dan panggul, akan mengurangi
keluhan sakit punggung yang biasanya dialami oleh ibu nifas. Latihan
tertentu beebrapa menit setiap hari akan sangat membantu untuk
mengencangkan otot bagian perut.

6. Komplikasi Post Partum


a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL
selama 24 jam pertama setelah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi,
menjadi keras dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat,
kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika
tidak ada pengobatan bisa terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena
varicose superficial yang menyebabkan stasis dan
hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang ditandai
dengan kemerahan atau nyeri.
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria,
temperatur naik 38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema,
peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna
kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
c. Gangguan psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum Blues
3) Post partum Psikosa
d. Gangguan involusi uterus

B. Konsep Pre Eklampsia Berat


1. Definisi
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi yang disertai proteinuria
terjadi setelah kehamilan minggu ke-20 sampai minggu ke-6 setelah
persalinan. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Proteinuria
didefinisikan sebagai ekskresi protein dalam urin dengan kadar 300 mg/dl
dalam urin tampung 24 jam atau dengan pemeriksaan kualiatif ≥ 1+ pada
pengambilan sampel urin secara acak. Berdasarkan waktu kejadiannya
preeklampsia dibagi menjadi dua, yaitu onset awal, yang terjadi pada
kehamilan < 34 minggu, dan onset lanjut yang terjadi pada kehamilan ≥ 34
minggu. Preeklampsia dengan onset awal umumnya terkait dengan
pembatasan pertumbuhan janin, bentuk gelombang dopler uterus dan arteri
umbilikalis yang abnormal dan keluaran maternal dan perinatal yang
buruk. Akan tetapi preeklampsia dengan onset lanjut sebagian besar
berhubungan dengan penyakit maternal ringan, keterlibatan janin dengan
tingkat yang lebih ringan, dengan hasil keluaran yang biasanya
menguntungkan.

2. Etiologi
Penyebab timbulnya preeklampsia berat pada ibu hamil belum
diketahui secara pasti, tetapi pada umunya disebabkan oleh (vasospasme
arteriola). Faktor – faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi
timbulnya preeklampsia antara lain:
a. Usia Ibu
Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai
saat berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Insiden tertinggi
pada kasus preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun,
tetapi prevalensinya meningkat pada wanita diatas 35 tahun.
b. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya muncul setelah uia kehamilan 20 minggu.
Gejalanya adalah kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah 20
minggu, masih dikategorikan hipertensi kronik. Sebagian besar kasus
preeklampsia terjadi pada minggu > 37 minggu dan semakin tua
kehamilan maka semakin berisiko untuk terjadinya preeklampsia.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Retno menunjukan ada
hubungan usia kehamilan dengan kejadian preeklampsia berat.
Penelitian ini sejalan dengan Utama (2008) yang menyatakan ada
hubungan antara usia kehamilan lebih dari 28 minggu dengan kejadian
preeklampsia dibandingkan usia kehamilan kurang dari atau sama
dengan 28 minggu. Hal ini sesuai dengan teoriiskemia implantasi
plasenta.
c. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari
satu. Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan
dan dibagi menjadi beberapa istilah :
1) Primigravida: adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin
untuk pertama kalinya.
2) Multipara: adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih
dari satu kali.
3) Grande Multipara: adalah wanita yang telah melahirkan janin lebih
dari lima kali.
d. Riwayat Hipertensi / Preeklampsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan
faktorutama. Kehamilan pada wanita dengan riwayat preeklampsia
sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat,
preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal yang buruk. (Noroyono,
2016).
e. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir
3kali lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan
risiko sebanyak3,6 kali lipat. (Noroyono, 2016)
f. Penyakit terdahulu ( Diabetes Mellitus )
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan
terkena preeklampsi meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus
hipertensi, Davies etal mengemukakan bahwa prevalensi preeklampsia
pada ibu dengan hipertensikronik lebih tinggi dari pada ibu yang tidak
menderita hipertensi kronik.
g. Obesitas
Penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan risiko munculnya
preeklampsia pada setiap peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi
kohort mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh >35
memiliki risiko untuk mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.

3. Gejala dan Tanda


a. Gejala awal yang muncul adalah hipertensi, dimana untuk menegakkan
diagnose tersebut adalah yaitu kenaikan tekanan systole paling tidak
naik hingga 30 mmHg atau lebih dibandingkan dengan tekanan darah
sebelumnya. Kenaikkan diastolic 15 mmHg atau menjadi 90 mmHg
atau lebih. Untuk memastikan diagnose tersebut harus dilakukan
pemeriksaan tekanan darah minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam
pada saat istirahat.
b. Oedema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dengan kenaikan BB yang
berlebihan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Bila
kenaikan BB lebih dari 1 Kg setiap minggunya selama beberapa kali,
maka perlu adanya kewaspadaan akan timbulnya preeklampsi.
c. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin > 0,3 gr/liter urin
24 jam atau pemeriksaan kuantitatif menunjukkan + 1 atau + 2
dengan jarak waktu 6 jam. Proteinuria timbul lebih lambat dari dua
gelas sebelumnya, sehingga perlu kewaspadaan jika muncul gejala
tersebut.

4. Klasifikasi
a. Preeklampsia ringan ditandai:
1) Tekanan darah sistol 140 atau keanaikan 30 mmHg dengan interval
6 jam pemeriksaan
2) Tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg
3) BB naik lebih dari 1 kg/minggu
4) Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1-2 pada
setiap urine kateter atau midstearh
b. Preeklampsia berat
Apabila pada kehamilan > 20 minggu di dapatkan satu atau lebih
gejala/tanda dibawah ini:
1) Tekanan darah > 160/110 dengan syarat diukur dalam keadaan
relaksasi (pengukuran minimal setelah istirahat 10 menit dan tidak
dalam keadaan his
2) Proteinuria > 5g/24 jam atau 4+ pada pemeriksaan secara
kuanlitatif
3) Oliguria, produksiurine < 500cc/24 jam yang disertai kenaikan
kreatinin plasma
4) Gangguan visus dan sebrebral
5) Nyeri epigastrium/hipokondrium kanan
6) Edema paru dan sianosis
7) Gangguan pertumbuhan janin intrauteri

5. Penatalaksanaan
a. Segera rawat diruangan yang terang dan tenang, terpasang infus
dextrosa/ringer laktat.
b. Total bedrest dalam posisi lateral decubitus.
c. Diet cukup protein, rendah karbohidrat-lemak, dan garam.
d. Antasida.
e. Diuretika antepartum : manitol, postpartum : sepironolakton (non K
release), furesemide (K release) indikasi : edema paru-paru, gagal
jantung kongngestif, edema anasarka
f. Anti hipertensi indikasi : tekana darah (TD) > 180/10 mmHg
g. Kadiotonika : indikasi : gagal jantung
h. Antipiretika, jika suhu diatas >38,50C
i. Anti kejang (MgSO4)
Syarat pemberian:
1) Dosis 20% atau 40% tiap 6 jam
2) Refleks patella (+)
3) Produksi urine 25 cc/jam atau 150 cc/6 jam
4) RR 16-24×/menit dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
5) Diberikan selama 24 jam post partum
6. Web Of Caution (WOC)

Faktor Risiko:
1. Primigravida dan multi gravida
Faktor Tekanan darah 2. Riwayat keluarga dengan preeklampsia dan
Imunologik (Hipertensi) eklampsia
3. Preeclampsia pada kehamilan sebelumnya,
abortus
Perfusi ke jaringan 4. Ibu hamil dengan usia <20 th atau >35 th
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ atau
riwayat kesehatan DM, penyakit ginjal,
migraine dan tekanan darah tinggi
6. Kehamilan kembar
7. Obesitas
8. Interval antar kehamilan yang jauh

Aliran darah Kebutuhan Kerusakan Terjadi Edema


berkurang nutrisi janin Glomerulus mikroemboli
tidak pada hati
terpenuhi Edema paru Edema serebral
O2 Kemampuan
filtrasi Nyeri
menurun epigastirium
Adanya Dispnea Spasme arteriolar
lesi pada retina
Gangguan arteri utero
Perfusi Proteinuria Retensi
plasenta Pola
Jaringan urin Nyeri Pandangan
Napas
Akut kabur
Protein Tidak
Risiko dalam Efektif
Cedera tubuh Gangguan
Janin menurun Eliminasi Gangguan
Urin Persepsi
Sensori
Penglihatan

Hipovolemia
C. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35
tahun, Jenis kelamin,
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : biasanya klien dengan preeklamsia mengeluh
demam, sakit kepala,
2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk
menghadapi resikonya
c. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek
samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
serta lamanya menggunakan kontrasepsi.
d. Pola aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
Gejala : Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan
berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek
patologis -/-.
Tanda : Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2) Sirkulasi
Gejala : Biasanya terjadi penurunan oksigen.
3) Abdomen
a) Inspeksi: Adanya hiperpigmentasi atau tidak pada area
abdomen
b) Palpasi
- TFU biasanya didapatkan hasil 2-3 jari dibawah pusat
- Kontraksi uterus teraba keras
c) Auskultasi: Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
4) Eliminasi
Gejala :Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes
celup, oliguria.
5) Genetalia
Inspeksi warna lokea
6) Makanan / cairan
Gejala : Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan atau
penurunan , muntah-muntah.
Tanda :Biasanya nyeri epigastrium
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan
karena faktor biologi,
c. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme
regulasi.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Intervensi Keperawatan
a. Lakukan manajemen nyeri
b. Anjurkan pasien makan dengan nutrisi yang cukup
c. Berikan edukasi untuk mengurangi cemas
d. Lakukan tindakan kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA

Indriyani, D., Asmuji, & Wahyuni, S. (2016). Edukasi Postnatal. Yogyakarta:


Trans Medika

Mansjoer. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FK UI

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Prawirohardjo. 2014. Ilmu Kebidanan Cetakan Keempat. Jakarta: PT Bina


Pustaka Prawirohardjo

Silmiya. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsia Di


RSUD Prof. Dr Soekandar Kabupaten Mojosari.
http://www.repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB-
KEP/article/view/831
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121 Website :
http://www.unmuhjember.ac.id, E-mail : Kantorpusat@unmuhjember.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN POSTNATAL

Rumah Sakit : RSD Dr. Soebandi Jember


Ruangan : Ruang Dahlia
Tgl/Jam MRS : 13-04-2021/20:30 WIB
Dx. Medis : P1002 Post Partum Gemeli Hari ke 0 dengan PEB
No. Register : 313xxx
Yang Merujuk : PKM Tempurejo
Pengkajian oleh : Mila Elvia., S. Kep
Tgl/Jam Pengkajian : 14-04-2021/08:30 WIB

I. BIODATA
Nama Klien : Ny. S Nama Suami : Tn. Sa
Umur : 21 Tahun Umur : 23 Tahun
Suku / Bangsa : Madura/WNI Suku / Bangsa : Madura/WNI
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam. Agama : Islam
Penghasilan :- Penghasilan : -
Gol. Darah :- Gol. Darah :-
Alamat : Tempurejo Alamat : Tempurejo

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh bekas jahitan yang ada di vaginanya terasa sakit, dan merasa pusing
jika pasien mencoba duduk.

Apakah Pasien Nyeri □ Ya □ Tidak


Karakteristik Nyeri (PQRST)
Pasien mengatakan P: Nyeri terjadi akibat baru saja melahirkan dan vaginanya dijahit
Q: Nyerinya terasa cenut- cenut. R: Bagian yang terasa nyeri adalah vagina karena ada
bekas jahitan. S: Skala nyeri yang dirasakan berada pada skala 5 (sedang). T: Nyeri
muncul secara tiba- tiba, terutama pada saat bergerak dan hilang timbul.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien hamil G1P0 uk 36-37 minggu dengan gemeli dan PEB. Pada hari selasa 13
April 2021 pukul 17:00, pasien ke PKM Tempurejo karena keluar cairan ketuban dan
pasien mendapatkan terapi infus RL. Pada Pukul 20:30 pasien di rujuk ke IGD RS
Soebandi, di IGD pasien di rontgen dan kemudian dipindah ke ruang VK. Di ruang
VK, pukul 00:30 pembukaan pasien sudah 8cm. Tanggal 14-03-2021 pukul 1:40 pasien
melahirkan bayinya, dan pukul 1:45 disusul bayi keduanya. Kemudian, pada pukul
08:30 pasien dirawat di ruang dahlia. Ibu mengatakan ingin segera bertemu dengan
bayinya karena pasien belum pernah bertemu, dan bayi pasien masih di rawat di ruang
perin.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit hipertensi dan DM

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan jika keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan
seperti hipertensi dan DM serta juga tidak mempunyai penyakit menular.

5. Riwayat Psikososial
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat gangguan mental. Saat ini, pasien
mengatakan ingin segera bertemu dengan bayi kembarnya karena masih belum pernah
bertemu sama sekali, hanya mendengarkan tangisnya saja. Pasien mengatakan sedikit
khawatir dengan bayinya karena beratnya hanya 2 kg.

6. Pola-pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi & tata laksana hidup sehat
Selama masa kehamilann, pasien rutin berkunjung ke PKM untuk memeriksakan
kandungannya. Pasien mengatakan jika selama kehamilan TD pasien tidak pernah
tinggi, hanya berkisar 100-120 mmHg.
b. Pola nutrisi & metabolisme
Sebeluk kehamilan, pasien makan sesuka hati pasien. Selama kehamilan pasien
memakan makanan apa saja asal tidak membuat pasien merasa mual dan muntah.
Selama MRS dan saat dikaji, pasien makan 1 porsi yang disediakan oleh RS dan
makannya habis.
c. Pola aktivitas
Sebelum MRS/ Masa kehamilan pasien masih sering melakukan aktivitas sebagai
ibu rumah tangga dengan dibantu ibunya. Saat ini pasien hanya berbaring di tempat
tidur, pasien mengatakan kepalanya langsung pusing nyut-nyutan, ketika mencoba
untuk duduk.
d. Pola eliminasi
Saat masa kehamilan triester akhir, pasien pipis 3 – 4 ×/hari dan sering terbangun di
malam hari untuk pipis. Saat MRS, pasien terpasang kateter, warna urine kuning
keruh.
e. Pola persepsi sensoris
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, panca indra dapat berfungsi semuanya
dengan baik. Hanya saja, pasien masih tampak lemas.
f. Pola konsep diri
- Gambaran diri: Pasien mengatakan ingin segera bertemu dengan bayi
kembarnya.
- Identitas Diri: Status pasien adalah seorang ibu dengan 2 orang anak .
- Harga diri: Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa sedikit bangga karena
bisa melahirkan anak dengan sehat dan selamat secara normal.
- Ideal Diri: Pasien ingin segera pulang dan berkumpul dengan keluarganya.
- Peran Diri: Pasien sebagai ibu rumah tangga dengan 2 anak.
g. Pola hubungan & peran
Ibu berperan sebagai ibu rumah tangga dan suaminya berperan sebagai pencari
nafkah.
h. Pola reproduksi & seksual
Pasien seorang perempuan berusia 21 tahun. Pasien masih mentruasi. Pasien
mengatakan selama ini hubungan seksual dengan suaminya berlangsung baik.
i. Pola penanggulangan stres / Koping – Toleransi stres
Saat stres, pasien sering bercerita ke suaminya. Saat ada maslah, biasanya pasien
akan menangis maupun mengomel.

7. Riwayat Pengkajian Obstetri, Prenatal dan Intranatal


a. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Pasien mengatakan tidak menggunakan kontrasepsi apapun dikarenan masih baru
menikah dan takut rahimnya kering.
b. Riwayat mentruasi
Menarche : Usia 13 tahun
Lamanya : 7 Hari
Siklus : 28 hari
Hari pertama haid terakhir : 20-07-2020
Dismenorhoe : Iya, pada hari pertama saja
Fluor albus : Kadang-kadang
c. Riwayat kehamilan terdahulu
Pasien mengatakan jika ini merupakan kehamilan pertamanya.
d. Riwayat kehamilan sekarang
Pasien tidak mengetahui jika memiliki PEB, karena selama kehamilan, tekanan
darah pasien tidak pernah tinggi. Pasien baru mengetahui pada saat tiba di RS.
e. Riwayat persalinan lalu
Pasien mengatakan jika baru pertama kali melahirkan.
f. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal 14 April 2020 jam 1:40 telah lahir bayi perempuan ke 1, spontan B,
langsung menangis dengan berat 2235 gram, panjang bayi 48 cm, AS 7-8.
Kemudian pada pukul 1:45 telah lahir bayi perempuan ke 2, spontan B, langsung
nangis dengan berat 2080 gram, panjang 45 cm, AS 7-8. Persalinan tersebut di
pimpin langsung oleh dr. SPOG.

8. Pemeriksaan fisik ( Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi )


a. Keadaan Umum
KU: lemah dan pucat, composmentis, GCS 4,5,6. Tampak sesekali merintih dan
meringis
b. Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh : 37,0 oC
Respirasi : 20×/menit
Denyut Nadi : 89×/menit
TB / BB : 155 cm / 68 kg
Tensi : 150/90 mmHg
c. Kepala & leher
- Rambut : Rambut terlihat berantakan seperti tidak disisir, tidak ada ketombe
- Mata : Simetris, reflek pupil isokor, membuka spontan, konjungtiva anemis,
sclera anikterik, fungsi penglihatan normal.
- Hidung : Hidung bersih, tidak ada polip, fungsi penciuman normal.
- Mulut : Tidak terdapat sariawan, bibir pucat, mukosa bibir kering.
- Leher : Tidak tampak pembersaran kelenjar tyroid, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak tampak jejas
- Wajah : tidak ada jejas, tampak meringis, tampak pucat dan lesu.
d. Thorax / Dada
Pemeriksaan Paru:
- I : bentuk dada normal, tidak ada jejas, tidak ada pernafasan cuping hidung,
gerakan dada simetris
- P : vokal fremitus teraba di kedua lapang paru, nyeri tekan (-)
- P: sonor
- A : Tidak ada sura napas tambahan, vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
Pemeriksaan Jantung
- I: Ictus cordis terlihat, dada simetris
- P: Ictus cordis teraba di ICS 4-5, tidak ada nyeri tekan
- P: Pekak
- A: S1 S2 tunggal
e. Pemeriksaan payudara
Bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan atau massa, puting susu menonjol,
aerola menggelap, tidak terdapat lesi, belum keluar kolostrum, belum terdapat ASI.
f. Abdomen
I : Tidak terdapat hiperpigmentasi
A : Bising usus 15×/menit
P : Timpani
P: Tidak ada pembesaran hepar
- TFU: 2 jari setinggi pusat
- Kontraksi: Baik, teraba keras
- Diastasis Rectus Abdominus : -
g. Genetalia
Genetalitia pasien bersih
- Terdapat luka epiostomi
- Terdapat jahitan pada perineum
- Perdarahan ±200 cc
- Anus : bersih, tidak ada reaksi inflamasi
h. Punggung
Tidak tampak jejas, tidak ada kelainan bentuk punggung, lordosis (-), kifosis (-),
skoliosis (-)
i. Ekstremitas
- Homan Sign : Tidak ada
- Varises : Tidak ada
j. Integumen
- Akral hangat
- CRT ≤ 2 detik
g. Pemeriksaan laboratorium
Tgl
Nama dan Hasil Pemeriksaan Normal
Pemeriksaan
13-04-2021 Hematologi Lengkap (DL)
- Hemoglobin 10,8 12,0-16,0
- Lekosit 11,6 4,5-11,0
- Hematocrit 32,3 36-46
- Trombosit 237 150-450
Faal Hati
- SGOT 34 10-31
- SGPT 12 9-36
- Albumin 3,1 3,4-4,8
Gula Darah
- Glukosa Sewaktu 56 <200
Faal Ginjal
- Kreatinin serum 0,7 0,55-1,1
- BUN 5 6-20
- Asam urat 4,8 2,0-5,7
13-04-2021 Urine Lengkap (UL)
- Warna kuning jernih Kuning jernih
- Ph 8,0 4,8-7,5
- Bh 1,005 1,015-1,025
- Protein positip 2 ~ 75 mg/dl Negatip
- Glukosa normal Normal
- Bilirubin negatip Normal
- Nitrit negatip Negatip
- Keton positip 2 ~ 15 mg/dl Negatip
- Lekosit makros negatip Negatip
- Blood makros positip 4 Negatip

h. Terapi yang telah diberikan


1. Nifedipin 3×10 mg
2. Sodium Chloride 0,9% + MgSO4 40% (infus pump)

Jember, 14 April 2021


Mahasiswa

(Mila Elvia., S. Kep)


ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Kondisi post partum dengan Ketidaknyamanan
1. Pasien mengeluh bekas jahitan luka epiostomi Pasca Partum
yang ada di vaginanya terasa
sakit. Proses involusi uterus dan
2. P: Nyeri terjadi akibat baru nyeri pada jahitan perineum
saja melahirkan dan vaginanya
dijahit. Q: Nyerinya terasa Perasaan tidak nyaman ibu
cenut-cenut. R: Bagian yang
terasa nyeri adalah vagina Ketidaknyamanan Pasca
karena ada bekas jahitan. S: Partum
Skala nyeri yang dirasakan
berada pada skala 5 (sedang).
T: Nyeri muncul secara tiba-
tiba, terutama pada saat
bergerak dan hilang timbul.
DO:
1. Wajah tampak meringis,
tampak pucat dan lesu.
2. TFU 2 jari setinggi pusat
3. Kontraksi uterus, baik teraba
keras
4. Terdapat luka epiostomi
5. Terdapat jahitan pada
perineum
2 DS: - Tindakan invasif Risiko Infeksi
DO: (insisi hecting)
1. Terdapat luka epiostomi
2. Terdapat jahitan pada Terdapat jahitan pada
perineum perineum
3. Lekosit 11,6
Risiko Infeksi
3 DS: BBLR Risiko Gangguan
Pasien mengatakan ingin segera Perlekatan
bertemu dengan bayi kembarnya Bayi perlu perawatan intensif
karena masih belum pernah bertemu
sama sekali, hanya mendengarkan Tidak rawat gabung dengan
tangisnya saja. Pasien mengatakan ibu
sedikit khawatir dengan bayinya
karena beratnya hanya 2 kg. Perpisahan antara ibu dan bayi
DO: akibat hospitalisasi
1. Bayi dirawat di ruang
perinatologi H0 Risiko Gangguan Perlekatan
2. BB bayi pertama 2235 gram,
panjang 48 cm, bayi kedua 2080
gram, panjang 45 cm
4 DS: Faktor risiko (privigravida dan Risiko Perdarahan
Pasien mengatakan merasa pusing jika kehamilan kembar)
pasien mencoba duduk.
DO: Preeklampsia
1. Wajah pasien tampak lesu
2. Suhu Tubuh : 37,0 oC TD meningkat, proteinuria
Respirasi : 20×/menit
Denyut Nadi : 89×/menit Disgungsi sel endotel
TB / BB : 155 cm / 68 kg
Tensi : 150/90 mmHg Risiko Perdarahan
3. Protein positip 2 ~ 75 mg/dl
4. Diagnosa Medis
P1002 Post Partum Gemeli
Hari ke 0 dengan PEB

DIAGNOSA PRIORITAS
1. Risiko perdarahan b.d preeklampsia.
2. Ketidaknyamanan pasca partum b.d involusi uterus d.d Pasien mengeluh bekas jahitan yang ada
di vaginanya terasa sakit, dan merasa pusing jika pasien mencoba duduk.
3. Risiko infeksi b.d tindakan invasif.
4. Risiko gangguan perlekatan b.d perpisahan ibu dan bayi akibat hospitalisasi.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DX TUJUAN DAN
TGL/JAM RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
14-04-2021 Risiko perdarahan Tujuan: Observasi Observasi (1-3)
b.d preeklampsia. Pasien tidak mengalami 1. TTV pasien Mengetahui keadaan umum pasien
komplikasi perdarahan 2. Kontraksi uterus
pasca partum dengan 3. Perdarahan pervagina Terapeutik
Kriteria Hasil: Terapeutik 1. Merangsang uterus untuk berkontraksi
1. TTV dalam rentang 1. Tingkatkan frekuensi pijatan fundus dengan baik
normal (TD Sistole 2. Anjurkan pasien untuk tirah baring 2. Meminimalkan fungsi semua sitem organ
100-140 mmHg Edukasi pasien
Diastole 60-90 mmHg, 1. Jelaskan tanda dan bahaya masa nifas
RR 16-24×/menit, N 2. Jelaskan nutrisi untuk ibu pada saat masa nifas Edukasi
60-100×/menit, suhu Kolaborasi 1. Pasien memahami tanda bahaya nifas
36,5-37,50C). 1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat 2. Pasien memahami nutrisi akan dirinya
2. Kontraksi uterus baik preeklampsia
3. Tidak terjadi Kolaborasi
perdarahan pervagina 1. Terapi penyembuhan pasien
14-04-2021 Ketidaknyamanan Tujuan Observasi Observasi (1-7)
09:00 pasca partum b.d Ketidaknyamanan pasca 1. Verbalisasi nyeri pasien Mengetahui keadaan umum pasien
involusi uterus d.d partum menurun dalam 2. Kemampuan duduk pasien
Pasien mengeluh waktu 1x24 jam dengan 3. KU pasien Terapeutik
bekas jahitan yang Kriteria Hasil: 4. Skala nyeri pasien 1. Agar pasien merasa lebih nyaman dan
ada di vaginanya 1. Keluhan nyeri 5. Wajah pasien tenang
terasa sakit, dan berkurang 6. TTV pasien 2. Meningkatkan kenyamanan pasien
merasa pusing jika 2. Pasien dapat duduk 7. Kontraksi uterus pasien 3. Mengurangi rasa nyeri pasien
pasien mencoba 3. KU pasien meningkat Terapeutik
duduk. 4. Skala nyeri menurun 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan Edukasi
5. Wajah tampak rileks 2. Anjurkan menggunakan pakaian yang longgar 1. Pasien memahami manfaat senam nifas
6. TTV dalam rentang 3. Gunakan teknik relaksasi (napas dalam dan distraksi) dan dapat melakukannya
normal (TD Sistole Edukasi 2. Pasien mengetahui cara mengurangi nyeri
100-140 mmHg 1. Ajarkan senam nifas
Diastole 60-90 mmHg, 2. Jelaskan tujuan dan manfaat terapi relaksasi Kolaborasi
RR 16-24×/menit, N Kolaborasi 1. Terapi penyembuhan pasien
60-100×/menit, suhu 1. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian analgetik
36,5-37,50C).
14-04-2021 Risiko infeksi b.d Tujuan: Observasi Observasi
09:00 tindakan invasif. Pasien tidak mengalami 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik 1. Mengetahui ada tidaknya infeksi pada
komplikasi infeksi selama 2. Monitor leukosit, suhu, dan kebersihan badan. pasien
perawatan di rumah sakit Terapeutik 2. Deteksi untuk mencegah infeksi
dengan Kriteria Hasil: 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan Terapeutik
1. Lekosit 4,5-11,0 pasien 1. Memutus penyebaran infeksi
2. Suhu 36,5-37,50C 2. Batasi kunjungan 2. Mencegah penyebaran infeksi
3. Kebersihan badan 3. Pastikan perineum dalam keadaan bersih dan rutin 3. Mengurangi adanya infeksi
meningkat mengganti pembalut. Edukasi
Edukasi 1. Keluarga mengerti tanda dan gejala
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi infeksi
2. Jelaskan cara perawatan perineum 2. Keluarga mengerti cara mencegah
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi tinggi protein infeksi
Kolaborasi 3. Meningkatkan sistem imun dan
1. Kolaborasi dengan dokter dalam antibiotik dan mempercepat pemulihan luka.
pemberian nutrisi Kolaborasi
Sebagai terapi penyembuhan pasien
14-04-2021 Risiko gangguan Gangguan perlekatan tidak Observasi Observasi (1-3)
09:00 perlekatan b.d terjadi dalam 3×24 Jam 1. Kekhawatiran ibu Mengetahui keadaan umum untuk intervensi
perpisahan ibu dan Krteria Hasil: 2. Pertemuan ibu dan bayi lanjutan
bayi akibat 1. Kekhawatiran ibu 3. Kemampuan ibu merawat bayi baru lahir
hospitalisasi. belum bertemu bayi Terapeutik Terapeutik
menurun 1. Fasilitasi pertemuan ayah atau keluarga dan bayi 1. Pertemuan ayah dan bayi dapat
2. Ibu dapat bertemu 2. Fasilitasi pertemuan ibu dan bayi menenangkan kekhawatiran ibu karena
dengan bayi 3. Hindari memegang kepala bayi belum berteu bayinya
3. Bayi dapat minum 4. Diskusikan dengan ibu masalah selama proses 2. Ibu dan bayi membutuhkan waktu
ASI ibu menyusui bertemu agar ada interaksi langsung
4. Ibu mampu Edukasi sehingga proses perlekatan dapat terjadi
memahami cara 1. Penyebab bayi masih belum bisa bertemu dengan 3. Memegang kepala bayi membuat bayi
perawatan bayi baru ibu kurang leluasa bergerak sehingga reflek
lahir 2. Cara perawatan bayi baru lahir rooting bayi tidak terlatih
Kolaborasi 4. Masalah proses menyusui perlu diketahu
1. Kolaborasi dengan dokter dan farmasi sehingga dapat ditemukan intervensi
yang tepat
Edukasi
1. Ibu dan keluarga mengetahui penyebab
belum bisa bertemu
2. Ibu mengetahui cara perawatan bayi baru
lahir
Kolaborasi
1. Terapi penyembuhan ibu
TINDAKAN KEPERAWATAN

DX
TGL/JAM TINDAKAN PARAF
KEPERAWATAN
14-04-2021 1,2,3,4 1. Melakukan cuci tangan setiap five moments Mila E.
09:00 R/ Hand hygiene terjaga
09:00 1,2,3,4 2. Mengedukasi pasien dan keluarga terkait
tindakan yang akan dilakukan
R/ Pasien dan keluarga mengerti terkait
tindakan yang akan dilakukan
09:00 1 3. Mengobservasi kontraksi uterus dan perdarahan
per vagina
R/ Baik, teraba keras, perdarahan ±200cc
09:00 3 4. Menginformasikan pasien dan keluarga untuk
membatasi kunjungan
R/ Keluarga pasien mengerti dan melaksanakan
hal tersebut
09:30 2 5. Menginformasikan tujuan dan manfaat teknik
relaksasi dan distraksi
R/ Pasien mendengarkan dan kooperatif
09:30 1 6. Menginformasikan tanda bahaya masa nifas dan
kontrol rutin dengan puskesmas terdekat
09:30 2 R/ Pasien mendengarkan dan kooperatif
7. Mengajarkan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam ketika nyeri
R/ Pasien memahami dan melakukan relaksasi
11:00 1,2 tarik napas dalam
8. Mengukur TTV pasien
TD 150/85 mmHg, N 86×/menit, RR
19×/menit, Suhu 36,70C, SPO2 100% napas
11:00 1,2 spontan
9. Membuang urine pasien
11:00 2,3 R/ 700 cc urine terbuang
10. Menginformasikan terkait perawatan perineum
R/ Pasien mengerti dan selalu mengganti
pembalut jika darah yang tertampung sudah
11:00 1,2,3,4 banyak
11. Menginformasikan pasien untuk meningkatkan
asupan nutrisinya, diit rendah garam
R/ Pasien mengerti dan memakan makanan dari
11:00 4 RS, porsi dihabiskan
12. Menginformasikan penyebab ibu masih belum
bisa bertemu dengan bayi
R/ Ibu mengerti tetapi masih merasa khawatir
EVALUASI

DX
TGL/JAM TINDAKAN PARAF
KEPERAWATAN
14-04-2021 1 S: Pasien mengatakan masih merasa pusing dan Mila E.
12:00 lemas
O:
1. TD 140/80 mmHg, N 82×/menit, RR
20×/menit, suhu 36,70C
2. Kontraksi uterus teraba keras
3. Perdarahan per vagina ±200cc
A: Risiko perdarahan teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi, pemberian MgSO4 sesuai
advis dokter
14-04-2021 2 S: Mila E.
12:00 1. Pasien mengatakan jika pusingnya sudah
berkurang
2. P: Nyeri terjadi akibat baru saja melahirkan
dan vaginanya dijahit.
Q: Nyerinya terasa cenut-cenut.
R: Bagian yang terasa nyeri adalah vagina
karena ada bekas jahitan.
S: Skala nyeri yang dirasakan berada pada
skala 4 (sedang).
T: Nyeri muncul secara tiba- tiba, terutama
pada saat bergerak dan hilang timbul.
O:
1. KU cukup
2. Wajah tampak lesu
3. Kotraksi uterus baik
4. TD 140/80 mmHg, N 82×/menit, RR
20×/menit, suhu 36,70C
A: Ketidaknyamanan pasca partum teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
14-04-2021 3 S: Pasien mengatakan jika sudah mengganti Mila E.
12:00 pembalutnya
O:
1. Lekosit 11,6
2. Suhu 36,70C
3. Kebersihan perineum dan badan cukup
meningkat
A: Risiko infeksi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
14-04-2021 4 S: Mila E.
12:00 1. Ibu mengatakan ingin segera bertemu dengan
bayinya, karena ibu masih merasa khawatir
dengan bayinya
2. Ibu mengatakan sedikit mengerti perawatan
bayi baru lahir, tetapi ibu masih perlu
bantuan keluarganya untuk membantu
merawat bayinya.
O:
1. Ibu belum bisa bertemu dengan bayi
2. Bayi belum bisa meminum ASI ibu

A: Risiko gangguan perlekatan belum teratasi


P: Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai