Dosen Pembimbing
Ns. Diyan Indriyani, S.Kep., M.Kep., Sp, Mat
Oleh:
Mila Elvia
NIM. 2001031019
Asuhan Keperawatan pada Pada Ny. S Dengan Kasus P1002 Post Partum Gemeli
Hari ke 0 dengan PEB. Telah dilaksanakan tanggal 12-17 April 2021 di Ruang
Dahlia RSD Dr. Soebandi Jember
Dilaksanakan Oleh
Nama : Mila Elvia, S.Kep
Nim : 2001031019
Mengetahui
2 ASKEP
- Tambahi diagnosa terkait dengan
Bd. Dina Ulfia, S.ST
preeklampsianya
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM + PEB
A. Konsep Postpartum
1. Definisi Postpartum
Post partum atau biasa disebut sebagai masa nifas pada ibu pasca
melahirkan merupakan periode yang sangat penting untuk diketahui. Pada
fase ini terjadi beberapa perubahan pada ibu baik fisiologis maupun
psikologis. Periode post partum merupakan masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Periode ini juga disebut puerperium atau trimester ke empat
kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun
dianggap normal.
Pada fase ini harus mengobservasi perubahan fisiologis dan
psikologis yang terjadi pada ibu untuk mengetahui kemungkinan masalah
yang terjadi pada masa nifas sehingga masalah diketahui sedini mungkin
untuk menghindari komplikasi lebih lanjut(Indriyani, Asmuji, & Wahyuni,
2016).
2. Periode Postpartum
Periode post partum ada 3 yaitu (Indriyani, Asmuji, & Wahyuni, 2016):
a. Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai lahir sampai dengan 24 jam.
Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan
karena atonia uteri. Oleh karena itu dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan
suhu.
b. Periode Early Postpartum (24 jam-1minggu)
Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
c. Periode Late Postpartum
Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB.
3. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Post Partum
Menurut Indriyani, Asmuji & Wahyuni (2016), perubahan fisiologis yang
terjadi pada ibu postpartum antara lain:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Involusi uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat hanya 60
gram. Proses involusi uterus) antara lain, sebagai berikut:
a) Iskemia myometrium
Iskemia miometrium disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot
atrofi.
b) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
esterogen saat pelepasan plasenta.
c) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur
hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari
semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.
Hal ini disebabkan karena penurunan hormon esterogen dan
progesteron.
d) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran
uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus
ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ
pelvis.
Tabel Perubahan Uterus Masa Nifas
Tinggi Fundus Berat Diameter
Involusi Uteri Palpasi Serviks
Uteri Uterus Uterus
1000 Lembut,
Plasenta lahir Setinggi pusat 12,5 cm
gr lunak
7 hari Pertengahan 500
antara pusat dan 7,5 cm 2 cm
(minggu 1) gr
simpisis
14 hari 350
Tidak teraba 5 cm 1 cm
(minggu 2) gr
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit
2. Etiologi
Penyebab timbulnya preeklampsia berat pada ibu hamil belum
diketahui secara pasti, tetapi pada umunya disebabkan oleh (vasospasme
arteriola). Faktor – faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi
timbulnya preeklampsia antara lain:
a. Usia Ibu
Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai
saat berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Insiden tertinggi
pada kasus preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun,
tetapi prevalensinya meningkat pada wanita diatas 35 tahun.
b. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya muncul setelah uia kehamilan 20 minggu.
Gejalanya adalah kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah 20
minggu, masih dikategorikan hipertensi kronik. Sebagian besar kasus
preeklampsia terjadi pada minggu > 37 minggu dan semakin tua
kehamilan maka semakin berisiko untuk terjadinya preeklampsia.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Retno menunjukan ada
hubungan usia kehamilan dengan kejadian preeklampsia berat.
Penelitian ini sejalan dengan Utama (2008) yang menyatakan ada
hubungan antara usia kehamilan lebih dari 28 minggu dengan kejadian
preeklampsia dibandingkan usia kehamilan kurang dari atau sama
dengan 28 minggu. Hal ini sesuai dengan teoriiskemia implantasi
plasenta.
c. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari
satu. Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan
dan dibagi menjadi beberapa istilah :
1) Primigravida: adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin
untuk pertama kalinya.
2) Multipara: adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih
dari satu kali.
3) Grande Multipara: adalah wanita yang telah melahirkan janin lebih
dari lima kali.
d. Riwayat Hipertensi / Preeklampsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan
faktorutama. Kehamilan pada wanita dengan riwayat preeklampsia
sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat,
preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal yang buruk. (Noroyono,
2016).
e. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir
3kali lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan
risiko sebanyak3,6 kali lipat. (Noroyono, 2016)
f. Penyakit terdahulu ( Diabetes Mellitus )
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan
terkena preeklampsi meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus
hipertensi, Davies etal mengemukakan bahwa prevalensi preeklampsia
pada ibu dengan hipertensikronik lebih tinggi dari pada ibu yang tidak
menderita hipertensi kronik.
g. Obesitas
Penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan risiko munculnya
preeklampsia pada setiap peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi
kohort mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh >35
memiliki risiko untuk mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.
4. Klasifikasi
a. Preeklampsia ringan ditandai:
1) Tekanan darah sistol 140 atau keanaikan 30 mmHg dengan interval
6 jam pemeriksaan
2) Tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg
3) BB naik lebih dari 1 kg/minggu
4) Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1-2 pada
setiap urine kateter atau midstearh
b. Preeklampsia berat
Apabila pada kehamilan > 20 minggu di dapatkan satu atau lebih
gejala/tanda dibawah ini:
1) Tekanan darah > 160/110 dengan syarat diukur dalam keadaan
relaksasi (pengukuran minimal setelah istirahat 10 menit dan tidak
dalam keadaan his
2) Proteinuria > 5g/24 jam atau 4+ pada pemeriksaan secara
kuanlitatif
3) Oliguria, produksiurine < 500cc/24 jam yang disertai kenaikan
kreatinin plasma
4) Gangguan visus dan sebrebral
5) Nyeri epigastrium/hipokondrium kanan
6) Edema paru dan sianosis
7) Gangguan pertumbuhan janin intrauteri
5. Penatalaksanaan
a. Segera rawat diruangan yang terang dan tenang, terpasang infus
dextrosa/ringer laktat.
b. Total bedrest dalam posisi lateral decubitus.
c. Diet cukup protein, rendah karbohidrat-lemak, dan garam.
d. Antasida.
e. Diuretika antepartum : manitol, postpartum : sepironolakton (non K
release), furesemide (K release) indikasi : edema paru-paru, gagal
jantung kongngestif, edema anasarka
f. Anti hipertensi indikasi : tekana darah (TD) > 180/10 mmHg
g. Kadiotonika : indikasi : gagal jantung
h. Antipiretika, jika suhu diatas >38,50C
i. Anti kejang (MgSO4)
Syarat pemberian:
1) Dosis 20% atau 40% tiap 6 jam
2) Refleks patella (+)
3) Produksi urine 25 cc/jam atau 150 cc/6 jam
4) RR 16-24×/menit dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
5) Diberikan selama 24 jam post partum
6. Web Of Caution (WOC)
Faktor Risiko:
1. Primigravida dan multi gravida
Faktor Tekanan darah 2. Riwayat keluarga dengan preeklampsia dan
Imunologik (Hipertensi) eklampsia
3. Preeclampsia pada kehamilan sebelumnya,
abortus
Perfusi ke jaringan 4. Ibu hamil dengan usia <20 th atau >35 th
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ atau
riwayat kesehatan DM, penyakit ginjal,
migraine dan tekanan darah tinggi
6. Kehamilan kembar
7. Obesitas
8. Interval antar kehamilan yang jauh
Hipovolemia
C. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35
tahun, Jenis kelamin,
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : biasanya klien dengan preeklamsia mengeluh
demam, sakit kepala,
2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk
menghadapi resikonya
c. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek
samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
serta lamanya menggunakan kontrasepsi.
d. Pola aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
Gejala : Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan
berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek
patologis -/-.
Tanda : Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2) Sirkulasi
Gejala : Biasanya terjadi penurunan oksigen.
3) Abdomen
a) Inspeksi: Adanya hiperpigmentasi atau tidak pada area
abdomen
b) Palpasi
- TFU biasanya didapatkan hasil 2-3 jari dibawah pusat
- Kontraksi uterus teraba keras
c) Auskultasi: Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
4) Eliminasi
Gejala :Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes
celup, oliguria.
5) Genetalia
Inspeksi warna lokea
6) Makanan / cairan
Gejala : Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan atau
penurunan , muntah-muntah.
Tanda :Biasanya nyeri epigastrium
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan
karena faktor biologi,
c. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme
regulasi.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Intervensi Keperawatan
a. Lakukan manajemen nyeri
b. Anjurkan pasien makan dengan nutrisi yang cukup
c. Berikan edukasi untuk mengurangi cemas
d. Lakukan tindakan kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
I. BIODATA
Nama Klien : Ny. S Nama Suami : Tn. Sa
Umur : 21 Tahun Umur : 23 Tahun
Suku / Bangsa : Madura/WNI Suku / Bangsa : Madura/WNI
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam. Agama : Islam
Penghasilan :- Penghasilan : -
Gol. Darah :- Gol. Darah :-
Alamat : Tempurejo Alamat : Tempurejo
5. Riwayat Psikososial
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat gangguan mental. Saat ini, pasien
mengatakan ingin segera bertemu dengan bayi kembarnya karena masih belum pernah
bertemu sama sekali, hanya mendengarkan tangisnya saja. Pasien mengatakan sedikit
khawatir dengan bayinya karena beratnya hanya 2 kg.
DIAGNOSA PRIORITAS
1. Risiko perdarahan b.d preeklampsia.
2. Ketidaknyamanan pasca partum b.d involusi uterus d.d Pasien mengeluh bekas jahitan yang ada
di vaginanya terasa sakit, dan merasa pusing jika pasien mencoba duduk.
3. Risiko infeksi b.d tindakan invasif.
4. Risiko gangguan perlekatan b.d perpisahan ibu dan bayi akibat hospitalisasi.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DX TUJUAN DAN
TGL/JAM RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
14-04-2021 Risiko perdarahan Tujuan: Observasi Observasi (1-3)
b.d preeklampsia. Pasien tidak mengalami 1. TTV pasien Mengetahui keadaan umum pasien
komplikasi perdarahan 2. Kontraksi uterus
pasca partum dengan 3. Perdarahan pervagina Terapeutik
Kriteria Hasil: Terapeutik 1. Merangsang uterus untuk berkontraksi
1. TTV dalam rentang 1. Tingkatkan frekuensi pijatan fundus dengan baik
normal (TD Sistole 2. Anjurkan pasien untuk tirah baring 2. Meminimalkan fungsi semua sitem organ
100-140 mmHg Edukasi pasien
Diastole 60-90 mmHg, 1. Jelaskan tanda dan bahaya masa nifas
RR 16-24×/menit, N 2. Jelaskan nutrisi untuk ibu pada saat masa nifas Edukasi
60-100×/menit, suhu Kolaborasi 1. Pasien memahami tanda bahaya nifas
36,5-37,50C). 1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat 2. Pasien memahami nutrisi akan dirinya
2. Kontraksi uterus baik preeklampsia
3. Tidak terjadi Kolaborasi
perdarahan pervagina 1. Terapi penyembuhan pasien
14-04-2021 Ketidaknyamanan Tujuan Observasi Observasi (1-7)
09:00 pasca partum b.d Ketidaknyamanan pasca 1. Verbalisasi nyeri pasien Mengetahui keadaan umum pasien
involusi uterus d.d partum menurun dalam 2. Kemampuan duduk pasien
Pasien mengeluh waktu 1x24 jam dengan 3. KU pasien Terapeutik
bekas jahitan yang Kriteria Hasil: 4. Skala nyeri pasien 1. Agar pasien merasa lebih nyaman dan
ada di vaginanya 1. Keluhan nyeri 5. Wajah pasien tenang
terasa sakit, dan berkurang 6. TTV pasien 2. Meningkatkan kenyamanan pasien
merasa pusing jika 2. Pasien dapat duduk 7. Kontraksi uterus pasien 3. Mengurangi rasa nyeri pasien
pasien mencoba 3. KU pasien meningkat Terapeutik
duduk. 4. Skala nyeri menurun 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan Edukasi
5. Wajah tampak rileks 2. Anjurkan menggunakan pakaian yang longgar 1. Pasien memahami manfaat senam nifas
6. TTV dalam rentang 3. Gunakan teknik relaksasi (napas dalam dan distraksi) dan dapat melakukannya
normal (TD Sistole Edukasi 2. Pasien mengetahui cara mengurangi nyeri
100-140 mmHg 1. Ajarkan senam nifas
Diastole 60-90 mmHg, 2. Jelaskan tujuan dan manfaat terapi relaksasi Kolaborasi
RR 16-24×/menit, N Kolaborasi 1. Terapi penyembuhan pasien
60-100×/menit, suhu 1. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian analgetik
36,5-37,50C).
14-04-2021 Risiko infeksi b.d Tujuan: Observasi Observasi
09:00 tindakan invasif. Pasien tidak mengalami 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik 1. Mengetahui ada tidaknya infeksi pada
komplikasi infeksi selama 2. Monitor leukosit, suhu, dan kebersihan badan. pasien
perawatan di rumah sakit Terapeutik 2. Deteksi untuk mencegah infeksi
dengan Kriteria Hasil: 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan Terapeutik
1. Lekosit 4,5-11,0 pasien 1. Memutus penyebaran infeksi
2. Suhu 36,5-37,50C 2. Batasi kunjungan 2. Mencegah penyebaran infeksi
3. Kebersihan badan 3. Pastikan perineum dalam keadaan bersih dan rutin 3. Mengurangi adanya infeksi
meningkat mengganti pembalut. Edukasi
Edukasi 1. Keluarga mengerti tanda dan gejala
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi infeksi
2. Jelaskan cara perawatan perineum 2. Keluarga mengerti cara mencegah
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi tinggi protein infeksi
Kolaborasi 3. Meningkatkan sistem imun dan
1. Kolaborasi dengan dokter dalam antibiotik dan mempercepat pemulihan luka.
pemberian nutrisi Kolaborasi
Sebagai terapi penyembuhan pasien
14-04-2021 Risiko gangguan Gangguan perlekatan tidak Observasi Observasi (1-3)
09:00 perlekatan b.d terjadi dalam 3×24 Jam 1. Kekhawatiran ibu Mengetahui keadaan umum untuk intervensi
perpisahan ibu dan Krteria Hasil: 2. Pertemuan ibu dan bayi lanjutan
bayi akibat 1. Kekhawatiran ibu 3. Kemampuan ibu merawat bayi baru lahir
hospitalisasi. belum bertemu bayi Terapeutik Terapeutik
menurun 1. Fasilitasi pertemuan ayah atau keluarga dan bayi 1. Pertemuan ayah dan bayi dapat
2. Ibu dapat bertemu 2. Fasilitasi pertemuan ibu dan bayi menenangkan kekhawatiran ibu karena
dengan bayi 3. Hindari memegang kepala bayi belum berteu bayinya
3. Bayi dapat minum 4. Diskusikan dengan ibu masalah selama proses 2. Ibu dan bayi membutuhkan waktu
ASI ibu menyusui bertemu agar ada interaksi langsung
4. Ibu mampu Edukasi sehingga proses perlekatan dapat terjadi
memahami cara 1. Penyebab bayi masih belum bisa bertemu dengan 3. Memegang kepala bayi membuat bayi
perawatan bayi baru ibu kurang leluasa bergerak sehingga reflek
lahir 2. Cara perawatan bayi baru lahir rooting bayi tidak terlatih
Kolaborasi 4. Masalah proses menyusui perlu diketahu
1. Kolaborasi dengan dokter dan farmasi sehingga dapat ditemukan intervensi
yang tepat
Edukasi
1. Ibu dan keluarga mengetahui penyebab
belum bisa bertemu
2. Ibu mengetahui cara perawatan bayi baru
lahir
Kolaborasi
1. Terapi penyembuhan ibu
TINDAKAN KEPERAWATAN
DX
TGL/JAM TINDAKAN PARAF
KEPERAWATAN
14-04-2021 1,2,3,4 1. Melakukan cuci tangan setiap five moments Mila E.
09:00 R/ Hand hygiene terjaga
09:00 1,2,3,4 2. Mengedukasi pasien dan keluarga terkait
tindakan yang akan dilakukan
R/ Pasien dan keluarga mengerti terkait
tindakan yang akan dilakukan
09:00 1 3. Mengobservasi kontraksi uterus dan perdarahan
per vagina
R/ Baik, teraba keras, perdarahan ±200cc
09:00 3 4. Menginformasikan pasien dan keluarga untuk
membatasi kunjungan
R/ Keluarga pasien mengerti dan melaksanakan
hal tersebut
09:30 2 5. Menginformasikan tujuan dan manfaat teknik
relaksasi dan distraksi
R/ Pasien mendengarkan dan kooperatif
09:30 1 6. Menginformasikan tanda bahaya masa nifas dan
kontrol rutin dengan puskesmas terdekat
09:30 2 R/ Pasien mendengarkan dan kooperatif
7. Mengajarkan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam ketika nyeri
R/ Pasien memahami dan melakukan relaksasi
11:00 1,2 tarik napas dalam
8. Mengukur TTV pasien
TD 150/85 mmHg, N 86×/menit, RR
19×/menit, Suhu 36,70C, SPO2 100% napas
11:00 1,2 spontan
9. Membuang urine pasien
11:00 2,3 R/ 700 cc urine terbuang
10. Menginformasikan terkait perawatan perineum
R/ Pasien mengerti dan selalu mengganti
pembalut jika darah yang tertampung sudah
11:00 1,2,3,4 banyak
11. Menginformasikan pasien untuk meningkatkan
asupan nutrisinya, diit rendah garam
R/ Pasien mengerti dan memakan makanan dari
11:00 4 RS, porsi dihabiskan
12. Menginformasikan penyebab ibu masih belum
bisa bertemu dengan bayi
R/ Ibu mengerti tetapi masih merasa khawatir
EVALUASI
DX
TGL/JAM TINDAKAN PARAF
KEPERAWATAN
14-04-2021 1 S: Pasien mengatakan masih merasa pusing dan Mila E.
12:00 lemas
O:
1. TD 140/80 mmHg, N 82×/menit, RR
20×/menit, suhu 36,70C
2. Kontraksi uterus teraba keras
3. Perdarahan per vagina ±200cc
A: Risiko perdarahan teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi, pemberian MgSO4 sesuai
advis dokter
14-04-2021 2 S: Mila E.
12:00 1. Pasien mengatakan jika pusingnya sudah
berkurang
2. P: Nyeri terjadi akibat baru saja melahirkan
dan vaginanya dijahit.
Q: Nyerinya terasa cenut-cenut.
R: Bagian yang terasa nyeri adalah vagina
karena ada bekas jahitan.
S: Skala nyeri yang dirasakan berada pada
skala 4 (sedang).
T: Nyeri muncul secara tiba- tiba, terutama
pada saat bergerak dan hilang timbul.
O:
1. KU cukup
2. Wajah tampak lesu
3. Kotraksi uterus baik
4. TD 140/80 mmHg, N 82×/menit, RR
20×/menit, suhu 36,70C
A: Ketidaknyamanan pasca partum teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
14-04-2021 3 S: Pasien mengatakan jika sudah mengganti Mila E.
12:00 pembalutnya
O:
1. Lekosit 11,6
2. Suhu 36,70C
3. Kebersihan perineum dan badan cukup
meningkat
A: Risiko infeksi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
14-04-2021 4 S: Mila E.
12:00 1. Ibu mengatakan ingin segera bertemu dengan
bayinya, karena ibu masih merasa khawatir
dengan bayinya
2. Ibu mengatakan sedikit mengerti perawatan
bayi baru lahir, tetapi ibu masih perlu
bantuan keluarganya untuk membantu
merawat bayinya.
O:
1. Ibu belum bisa bertemu dengan bayi
2. Bayi belum bisa meminum ASI ibu